I. LATAR BELAKANG
Ruang dilihat sebagai wadah interaksi sosial, ekonomi dan budaya
antara manusia dengan manusia lainnya, ekosistem dan sumber daya buatan.
Interaksi ini tidak dengan sendirinya berlangsung secara seimbang dan saling
menguntungkan berbagai pihak karena adanya perbedaan kemampuan,
kepentingan serta perkembangan ekonomi yang dinamis dan akumulatif. Oleh
karena itu ruang perlu ditata agar dapat memelihara keberlanjutan lingkungan
dan memberikan dukungan terhadap kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Sesuai pasal 59 PP 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang, setiap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota harus menetapkan
bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun Rencana Detail Tata
Ruang dan peraturan zonasinya. Bagian dari wilayah yang akan disusun
rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi tersebut merupakan kawasan
perkotaan, kawasan strategis kota, atau kawasan strategis kabupaten.
Kawasan perkotaan pada hakekatnya adalah pusat kegiatan ekonomi
yang berfungsi mewujudkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan ruang
sebagai tempat berlangsungnya kegiatan ekonomi, sosial dan budaya, dengan
demikian maka kawasan perkotaan perlu dikelola secara optimal melalui suatu
proses penataan ruang
Berdasarkan RTRW Kabupaten Samosir, Kawasan Perkotaan Pangururan
adalah bagian yang perlu diperinci penataan ruangnya. Maka dalam upaya
pengendalian pembangunan yang lebih terinci perlu disusun Rencana Detail
Tata Ruang dan Peraturan Zonasinya.
Oleh karena dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Samosir
disebutkan bahwa Kawasan Perkotaan Pangururan adalah kawasan yang masih
memerlukan rencana detail tata ruang, maka disusunlah rencana detail tata
ruang yang dilengkapi dengan peraturan zonasi sebagai salah satu dasar
dalam pengendalian penataan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan
rencana tata bangunan dan lingkungan bagi zona-zona yang pada rencana
detail tata ruang ditentukan sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan.
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 1
Republik
Indonesia
No.
Tahun
2004
tentang
Republik
Indonesia
No.
32
Tahun
2004
tentang
Indonesia
No.
33
Tahun
2004,
tentang
Pemerintahan Daerah.
5. Undang-Undang
Republik
Republik
Indonesia
No.
12
Tahun
2008
tentang
Republik
Indonesia
No.
18
Tahun
2008
tentang
Indonesia
No.
51
Tahun
2008
tentang
Pengelolaan Sampah.
11.Undang-Undang
Republik
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 2
Pengendalian,
dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Rencana
Pembangunan Daerah.
18.Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.
19.Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2008 tentang Penetapan Kawasan
Strategis Nasional.
20.Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air.
21.Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah.
22.Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang.
23.Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan
Budidaya.
24.Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung.
25.Keputusan Presiden No. 62 Tahun 2007 tentang Fasilitas Umum.
26.Permendagri No. 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Kota.
27.Permendagri
No.
Tahun
1996
tentang
Pedoman
Perubahan
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 3
b.
dan
lingkungannya,
yang
tercermin
dari
pola
intensitas
d.
e.
Membantu
penetapan
prioritas
pengembangan
kota
untuk
konsistensi
pembangunan
dan
keserasian
perkembangan
konsistensi
perwujudan
ruang
kawasan
perkotaan
melalui
Sebagai
pedoman
untuk
memberikan
Ijin
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 4
c.
d.
perencanaan
perlu
didiskusikan
lagi
dengan
pemerintah
setempat.
4.2
pengumpulan
hasil
studi
terkait,
literatur,
peraturan
perundang-undangan
observasi lapangan
Tinjauan
terhadap
isu-isu
strategis
di
dalam
wilayah
perencanaan
3. Tahap Analisis yang meliputi:
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 5
Analisis
Pengembangan
Sektor-Sektor
Potensial
(basis
atas
sektor/kegiatan
hasil
potensial,
analisis
daya
kependudukan,
dukung
lingkungan,
kawasan
yang
hendak
dicapai,
dan
Perkiraan
kebutuhan
pengembangan
ekonomi
perkotaan;
Perkiraan
kebutuhan
prasarana
dan
sarana
perkotaan.
namun
belum
dibangun
(lahan
tidur),
yang
mencakup:
Sinkronisasi
permukiman,
baik
perencanaan
pemanfaatan
antar
lahan
kawasan
maupun
yang
telah
ada
(termasuk
dengan
Page 6
Analisis Transportasi
Analisis
penanganan
kawasan
pemukiman
Analisis
(pengangguran,
penanganan
keamanan,
masalah
masyarakat
miskin,
sosial
dan
ini
berdasarkan
pada
perkiraan
kebutuhan
diskusi
pembahasan
dalam
tahapan
kegiatan
mendapatkan
rancangan
yang
komprehensif
dan
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 7
Tujuan
penataan
ruang
wilayah
perencanaan
dirumuskan
dengan
mempertimbangkan:
a.
keseimbangan
kabupaten/kota;
dan
keserasian
antarbagian
dari
wilayah
dasar
penyusunan
Rencana
Tata
Bangunan
dan
Lingkungan;
d. sebagai dasar penyusunan rencana jaringan prasarana RDTR.
Rencana pola ruang RDTR terdiri atas:
a.
2)
3)
zona
perlindungan
setempat,
yang
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 8
4)
5)
6)
zona
rawan
bencana
alam,
yang
b.
dengan
kepadatan:
sangat
tinggi,
tinggi,
zona
perdagangan
dan
jasa
yang
zona
perkantoran
yang
meliputi
umum
olahraga,
sarana
pelayanan
umum
sosial
6)
7)
zona
wilayah
perkotaan
namun
khusus
tidak
(yang
termasuk
selalu
ke
ada
dalam
di
zona
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 9
8)
nya
yang
tidak
termasuk
dalam
jaringan
pergerakan
yang
ii. jalur
pelayaran
penyebrangan,
untuk
dan
kegiatan
angkutan
sungai,
danau,
pelabuhan/
dermaga
pada
wilayah
jalan
moda
transportasi
umum
(jalan
masuk
dan
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 10
distribusi
dan
pengembangannya
berdasarkan
prakiraan
daya
listrik
dari
jaringan
subtransmisi
menuju
induk
berfungsi
menurunkan
tegangan
dari
jaringan
jaringan
pipa
minyak
dan
gas
bumi,
di
wilayah
ESDM
no.865
tahun
2003
tentang
bagian
dari
wilayah
perencanaan
yang
diprioritaskan
kedalam
rencana
penanganan
bagian
dari
wilayah
bagian
penanganannya
melindungi,
dari
wilayah
berfungsi
memperbaiki,
perencanaan
untuk
yang
diprioritaskan
mengembangkan,
melestarikan,
mengkoordinasikan
keterpaduan
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 11
bagian
dari
wilayah
perencanaan
yang
diprioritaskan
Lokasi
Lokasi
adalah
tempat
bagian
dari
wilayah
perencanaan
yang
delineasi
lokasi
diprioritaskan
bagian
dari
penanganannya,
wilayah
perencanaan
dapat
dilakukan
yang
dengan
mempertimbangkan:
1.
2.
3.
4.
5.
penentuan
kawasan
berdasarkan
kota
lama,
kesatuan
lingkungan
karakter
sentra
tematis,
seperti
perindustrian
rakyat,
cepat,
kawasan
terbangun
yang
memerlukan
Tema Penanganan
Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi. Tema
penanganan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan
penanganannya, dapat meliputi:
1.
perbaikan
melalui
prasarana,
penataan
(perbaikan
sarana,
dan
lingkungan
kampung),
perbaikan
blok/kawasan;
permukiman
desa
pusat
contohnya
kumuh/nelayan
pertumbuhan,
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 12
pembangunan
baru
prasarana,
sarana,
dan
blok/kawasan,
Bangun/
Lingkungan
Siap
Bangun-Berdiri
Sendiri),
pelestarian/
pengendalian
pelindungan
kawasan
blok/kawasan,
pelestarian,
contohnya
revitalisasi
melalui
kawasan,
serta
mewujudkan
RDTR
dalam
bentuk
program
penataan
Page 13
perwujudan
sistem
jaringan
prasarana
untuk
wilayah
pengembangan
kembali
prasarana,
sarana,
dan
blok/kawasan;dan
iv. pelestarian/pelindungan blok/kawasan
b.
c.
program
utama
pengembangan
wilayah
yang
akan
dilaksanakan.
d.
Sumber
Pendanaan,yang
dapat
berasal
dari
APBD
yang
meliputi
pemerintah
(sesuai
dengan
kewenangan
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 14
setiap
(lima)
tahunan,
sedangkan
masing-masing
program
6. Peraturan Zonasi
Peraturan Zonasi bermanfaat dalam:
1. menjamin dan menjaga kualitas lokal minimum yang ditetapkan;
2.
intensitas
pemanfaatan
bangunan,
ketentuan
prasarana
ruang,
dan
ketentuan
sarana
tata
minimum,
massa
ketentuan
b.
Pengelompokkan Materi
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 15
bagi
unsur
bangunan/komponen
yang
dikembangkan,
pengoperasian,baik
dalam
bentuk
pembatasan
pun
ketinggian
bangunan.
Pembatasan
ini
dilakukan
jumlah
telah
ada
pemanfaatan,
serta
jika
mampu
pemanfaatan
melayani
dan
yang
belum
telah
cukup
jumlah
fasilitas
peribadatannya)
maka
Pemanfaatan
Bersyarat
Tertentu
Jika
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
sebuah
Page 16
tertentu,
berarti
persyaratan-persyaratan
untuk
mendapatkan
ijin,
diperlukan
Persyaratan
ini
diperlukan
tertentu.
2)
3)
4)
tata
ruang
kabupaten/kota,
keseimbangan
antara
Page 17
dikembangkan.
b. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan mengenai
besaran
pembangunan
yang
diperbolehkan
pada
suatu
zona
berdasarkan batasan:
1) Koefisien Dasar bangunan Maksimum (KDB Maksimum)
Penetapan Koefisien Dasar Bangunan Maksimum didasarkan pada
pertimbangan tingkat pengisian/peresapan air (KDH Minimum),
kapasi sitas drainase, jenis Penggunaan Lahan.
2) Koefisien Lantai Bangunan Maksimum (KLB Maksimum)
Penetapan besar KLB Maksimum didasarkan pada pertimbangan
harga lahan, ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan)
dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan serta
ekonomi dan pembiayaan.
3) Ketinggian Bangunan Maksimum
4) Koefisien Dasar Hijau Minimum (KDH Minimum)
Koefisien dasar Hijau Minimum adalah koefisien yang dapat
digunakan
untuk
mewujudkan
Ruang
Terbuka
Hijau
dan
Minimum
didasar
kan
pada
pertimbangan
tingkat
aturan
lain
dapat
ditambahkan
dalam
Intensitas
Pemanfaatan
Ruang, antara lain :
1) Koefisien Tapak Basement Maksimum (KTB Maksimum)
Koefisien Tapak Basement Maksimum didasarkan pada batas KDH
Minimum yang ditetapkan
2) Koefisien Wilayah Terbangun Maksimum (KWT Maksimum)
Prinsip penetapan KWT sama dengan penetapan KTB tetapi dalam
unit blok (bukan persil)
3) Kepadatan Bangunan atau Unit Maksimum
Kepadatan Bangunan ditetapkan berdasarkan pertimbangan faktor
kesehatan (ketersediaan air bersih, sanitasi, sampah, cahaya mata
hari, aliran udara dan ruang antar bangunan), faktor sosial (ruang
terbuka privat, privasi, perlindungan dan jarak tempuh terhadap
fasilitas
lingkungan),
keterbatasan
lahan
faktor
untuk
teknis
(resiko
bangunan/rumah),
kebakaran
faktor
dan
ekonomi
Page 18
dasar)
4) Kepadatan Penduduk Minimum
c. Ketentuan Tata Masa Bangunan
Ketentuan tata masa bangunan adalah ketentuan yang mengatur
bentuk, besaran, peletakan dan tampilan bangunan pada suatu
zonasi.
Komponen ketentuan tata masa bangunan minimum terdiri atas :
garis sempadan bangunan minimum dengan mempertimbangkan
keselamatan, resiko kebakaran, kesehatan, kenyamanan dan estetika,
tinggi bangunan maksimum atau minimum yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan
ke
selamatan,
resiko
kebakaran,
bangunan
(optional)
yang
mempertimbangkan
warna
yang
prasarana
parkir,
kelengkapan
diatur
jalan
dalam
bongkar
serta
peraturan
muat,
dimensi
kelengkapan
zonasi
dapat
jaringan
prasarana
berupa
jalan
lainnya
dan
yang
Page 19
bentuk
insentif
antara
lain
adalah
kemudahan
pengalihan
hak
membangun
dan
ketentuan
teknis
sesuai
untuk
jangka
waktu
tertentu
atau
dibatasi
Page 20
Peraturan
Zonasi
dilakukan
dengan
ketetapan
untuk
melengkapi
aturan
dasar
yang
sudah
b. Ketentuan Khusus
Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan
zona yang memiliki fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus
sesuai dengan karakteristik zona dan kegiatannya. Selain itu ,
ketentuan pada zona-zona yang digambarkan di peta khusus yang
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 21
diterbitkan
oleh
instansi
terkait
atau
peraturan
daerah
setempat.
c. Standar Teknis
Standar teknis adalah aturan-aturan teknis pembangunan yang
ditetapkan berdasarkan peraturan/ standar/ ketentuan teknis yang
berlaku dan berisi panduan yang terukur dan ukuran yang sesuai
dengan kebutuhan.
Tujuan
standar
teknis
adalah
memberikan
kemudahan
dalam
untuk
memberikan
keluwesan
dalam
penerapan
penerapan
peraturan
dasar
yang
disesuaikan
dengan
yang
diberlakukan
harus
merujuk
kepada
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
referensi,
Page 22
zonasi
ini
bersifat
optional
dalam
penyusunannya
jawab
sepenuhnya
terhadap
pelaksanaan
pekerjaan
d. mempresentasikan
hasil
pekerjaannya
dalam
forum
terbuka.
Dalam
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 23
melaksanakan
pekerjaannya,
konsultan
wajib
melakukan
alih
VIII.
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 24
IX.
SISTEM PELAPORAN
a. Pelaporan pekerjaan terdiri dari:
N
o
1
Jenis Laporan
Jumlah
(eksempla
r)
Keterangan
Semua Peta dan
Gambar
berwarna.
Ukuran A4
20
(dua Semua peta dan
puluh)
gambar
berwarna.
Ukuran A3
5 (lima)
(berwarna)
Ukuran A0
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 25
N
o
Jenis Laporan
Jumlah
(eksempla
r)
Keterangan
1 (satu)
Hasil Kegiatan
sektor informal
4
Presentasi Laporan
SISTEM PEMBAYARAN
a. Pembayaran tahap ke-1 sebesar 20 %, akan dilakukan setelah Laporan
Pendahuluan
beserta
kelengkapan
pertanggungjawaban
kegiatan
beserta
kelengkapan
pertanggungjawaban
kegiatan
selesai
PENUTUP
Segala sesuatu yang belum diatur dalam kerangka acuan kerja ini akan
ditentukan kemudian.
KAK BANTEK PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN PANGURURAN
Page 26