Konfigurasi (lanjutan)
Tujuan dari pengendalian ketinggian bangunan pada dasarnya adalah :
Mengkaitkan
secara visual ketinggian bangunan dengan ruang-ruang terbuka (kota) dalam perancangannya secara menyeluruh. Keterkaitan visual tersebut terutama ditekankan pada terbentuknya skyline (garis langit) kota Skyline kota akan memberi arah keterkaitan antara bangunan tinggi dan bangunan rendah, antara bangunan latar depan dengan latar belakangnya.
Konfigurasi (lanjutan)
Tujuan Skyline dalam konteks ketinggian bangunan juga memberi makna simbolis kota, alat orientasi serta perangkat estetis (Attoe,1984). Disamping terbentuknya skyline kota, keterkaitan secara visual akan menciptakan lingkungan yang menyatu, antara pertumbuhan bangunan baru dengan bangunan yang telah ada, dan juga mempertahankan karakter suatu wilayah kota.
Konfigurasi (lanjutan)
Dalam hal pengaruh fisik lingkungan : mengurangi atau menghindari pengaruh negatif aspek alam yang tidak diinginkan dari pencahayaan / sinar matahari, sirkulasi udara dan angin, serta adanya pengaruh pembayangan pada ruang terbuka. pengaruh ini selain menyangkut aspek ketinggian bangunan, juga lebih banyak berkaitan dengan aspek kepejalan bangunan dan lingkungan fisik alam. Secara spasial, menata ketinggian bangunan yang menunjukan kesesuaian dengan luas lantai yang diperbolehkan, ruang-ruang pergerakan, kepadatan bangunan dan intensitas pembangunan.
bangunan, sehingga mendukung kenyamanan pejalan kaki dan pemakai jalan. menggubah massa bangunan, terutama dikaitkan untuk tujuan penyesuaian bentuk bangunan terhadap letaknya serta faktor sistem linkage suatu wilayah (sudut bangunan pada persimpangan jalan).
lanjutan
Perangkat pengendalian Perangkat pengendalian yang menyangkut ketentuan tentang ketinggian bangunan dan penutupan tapak, pada dasarnya merupakan cara yang efektif untuk mengendalikan intensitas pembangunan
lanjutan
Perangkat pengendalian tersebut terutama ditujukan untuk : Mengendalikan ketinggian maksimum bangunan. Mengendalikan jenis peruntukan dilantai dasar, terutama dikaitkan dengan ruang pergerakan (sirkulasi). Mengendalikan koridor udara (masuknya cahaya matahari dan sirkulasi udara), dan koridor visual (kenyamanan pandangan dan skala orientasi). Mengendalikan pembangunan baru dihubungkan dengan bangunan lama, terutama dalam kawasan historis.
lanjutan
1. Koefisien Lantai Bangunan (K.L.B) Koefisien lantai bangunan (floor area ratio) adalah jumlah luas lantai bangunan dibanding luas tapak. Harga KLB ini menyatakan intensitas dari masing-masing peruntukan untuk tiap-tiap wilayah bagian kota, yang dinyatakan dengan dua harga, yaitu KLB dasar dan KLB maksimum.
KLB (lanjutan)
KLB Dasar menyatakan intensitas dan skala
pengembangan yang diijinkan dalam kondisi yang wajar, sedangkan KLB maksimum menyatakan intensitas dan skala pengembangan yang diijinkan apabila akan diterapkan pada intensif atau bonus (karena penyediaan untuk pelayanan umum). KLB ini selain mengendalikan ketinggian bangunan, juga mempengaruhi kepadatan bangunan.
lanjutan
2. Koefisien Dasar Bangunan (K.D.B) Koefisien lantai dasar (Building Coverage), adalah luas lahan tapak yang tertutup dibanding dengan luas lahan keseluruhan. KDB dimaksudkan untuk menyediakan lahan terbuka yang cukup disuatu wilayah kota. Disamping itu KDB juga berperan dalam persyaratan atau ketentuan mengenai muka bangunan dan pemunduran, serta konsep amplop bangunan.
lanjutan
3. Garis Sempadan Bangunan (GSB) Garis sempadan bangunan (street line setback) adalah jarak bangunan terhadap as jalan. GSB bermanfaat untuk menciptakan keteraturan dan memberikan pandangan yang lebih luas terhadap pemakai jalan (pejalan kaki atau pengendara). GSB merupakan garis patokan untuk menentukan pemunduran massa bangunan, dan sekaligus sebagai salah satu faktor (disamping KDM dan ketinggian bangunan) untuk ketentuan tentang ampelop bangunan.
bangunan yang beberapa waktu lalu membuat kesulitan dalam masalah arsitektural pada bangunan-bangunan sekitarnya, seperti ketinggian bangunan, kelebarannya meningkat Artikulasi fasade tidak cukup lama mengatasi klasifikasi dalam skala massa bangunan. Untuk ini dibutuhkan pengurangan kepejalan yang berlebihan guna mencapai kepentingan konstektual yang disepakati.
Bulk (lanjutan)
Elemen kepejalan menjadi masalah yang
relatif pada saat ketinggian secara umum diperoleh dari bangunan sekitarnya. Atas kontrol tersebut, persepsi kepejalan tergantung kepada skala bangunan diseki tarnya, dan didalam batas konfigurasi bagian lebih atas menara.
lanjutan
Arsitektur modern kini menyempurnakan secara luas
paduan bentuknya. Ujung runcing dapat membantu membedah kepejalan porsi bagian bawah bangunan dengan memberikan satu kesan ringan dan anggun pada keseluruhan bangunan. Perlengkapan yang efektif membantu mengurangi kesan berat meliputi yang lebih kecil dan berubah bagian luarnya kearah yang lebih sempit.
lanjutan
Kontrol
kepejalan bermaksud untuk menyelesaikan masalah yang terarah pada rancangan yang tepat. Bangunan pejal menjadi masalah perancangan kota yang serius dalam cityspace, seperti bangunan tipis pada satu sisi, dan tebal pada sisi lain, menara irisan adalah sebuah bentuk bangunan yang ganjil didalam kota.
lanjutan
Beberapa
masa bangunan mungkin harus dieliminasi atau didistribusikan untuk membawa kepejalan kedalam jajaran peralatan rancangan yang beralasan. Tempat yang paling penting untuk mengurangi ukuran bangunan adalah bagian ujungnya, suatu perubahan kecil dari atas kebawah tidak seefektif mengutamakan pengurangan pada bagian ujung bangunan. Batas-batas kepejalan tidak harus kaku, khusus nya bila FAR tinggi mudah didapat.
lanjutan
Kontrol kepejalan juga memberikan peningkatan
kondisi angin pada jalan-jalan dan ruang-ruang terbuka dibawahnya. Bangunan tinggi menangkap angin lebih langsung pada bagian atas, sedangkan bagian bawah menuju jalan-jalan dan ruang terbuka kurang. Hasil kontrol kepejalan berupa bentuk artikulasi dan bertingkat permukaan dan bentuk bangunan, dapat menurunkan masalah angin.
lanjutan
a.4. Cahaya matahari dan angin (lingkungan alam)
Apapun pola cuacanya, setiap kota mengalami hari-
hari yang menarik ketika matahari bercahaya dan angin bertiup melintas ruang-ruang terbuka kota. Taman-taman umum kota, plaza-plaza dan playground dihari-hari tertentu dipenuhi masyarakat kota untuk berjalan-jalan menghabiskan waktu diluar bangunan. Potensi itu seharusnya dijaga dari bayangan bangunan dan rintangan angin selama ruang-ruang terbuka ini dipergunakan.
lanjutan
Cahaya matahari dan tiupan angin merupakan
amenities kota yang mempunyai nilai positif, mekipun perlindungan mungkin dibutuhkan lebih penting dan beragam dalam antisipasinya. Tindakan dan kebutuhan kontrol cahaya mata hari dan angin keruang-ruang kota akan meman tulkan kondisi cuaca lokal, ukuran kota, penggu naan ruang-ruang terbuka.
lanjutan
Kontrol
langsung yang menjamin masuknya cahaya matahari dan angin kejalan-jalan dan plaza-plaza adalah sebuah kontrol ketinggian dan kepejalan bangunan yang dapat mempengaruhi bentuk kota.
lanjutan
KONTROL CAHAYA MATAHARI DAN ANGIN
Setiap metoda perlindungan cahaya matahari dan angin
masuk keruang-ruang terbuka dan jalan-jalan membuat bentuk dan ciri-ciri yang unik pada cityspace. Pendekatan individual secara radikal mempunyai pengaruh yang berbeda dalam pengembangan kota. Beberapa pengendalian cahara matahari dan angin dapat dikombinasikan dan dimodifikasi secara kreatif untuk mencapai, tidak hanya sesuai persyaratan tujuan, tetapi juga untuk memberikan surprise pada bentuk kota, diantaranya :
lanjutan
1. Batas Ketinggian Bangunan Batas ketinggian bangunan adalah mekanisme yang paling dasar bagi jaminan masuknya cahaya matahari dan angin ke ruang-ruang terbuka dan jalan-jalan. Ketinggian tidak saja dapat diambil sudut matahari yang diinginkan, tetapi sudut matahari dapat menghasilkan ketinggian dinding jalan yang diinginkan. Metoda ini kurang cocok untuk perbedaan-perbedaan lintang utara-selatan dan timur barat jalan.
lanjutan
2. Setback bangunan Melengkapi setback dari ketinggian bangunan, bila terdapat sepasang ketinggian bangunan yang mendekati batas ketinggian yang ditentukan. Menetapkan sudut matahari sama dengan batas ketinggian. Pengaturan ini memberikan dua jalan : (1) pengembangan potensial dapat ditingkatkan sementara ketinggian bangunan tetap terpelihara dan (2) setback memberikan pengaruh ke visual streetscape.
lanjutan
3. Ketinggian Bangunan yang Kondisional Atas dasar pertimbangan kondisional, ketinggian bangunan dapat ditambah, dengan catatan bahwa tambahan ketinggian tersebut tidak menambah bayangan pada sisi jalan. Penambahan ketinggian bangunan untuk mem pertemukan kriteria khusus bagi pencapaian ke ragaman, perlengkapan parkir, citra khusus pe nampilan bangunan.
lanjutan
4. Sudut Matahari Sudut matahari dirancang untuk menjamin cahaya matahari masuk kearea jalan-jalan dan ruang-ruang terbuka pada jam-jam tertentu. Sudut matahari dimulai dari garis potong berlawanan dan menentukan ketinggian dinding jalan dan setback keatas ketinggian maksimum. Perolehan ke ekses tanpa memikirkan konsekuensi bentuk, kebutuhan sudut matahari dapat menghasilkan sebuah permukaan kota yang ganjil.
lanjutan
5. Sudut Pandang Sudut pandang adalah perhatian yang utama untuk memelihara skala visual yang diharapkan. Dari intensitas pembangunan dibelakang fasade dan ketinggian yang melampaui ketinggian fasade dihindari dari pedestrian. Sudut pandang bekerja sama seperti sudut matahari, tetapi biasanya lebih terbatas menurut ketinggian fasade yang dipilih. Keduanya sangat penting bagi pembangunan bangunan baru, karena keduanya membentuk rasa dan skala lingkungan yang ada.
lanjutan
6. Ruang Antar Menara Dimana bangunan-bangunan tinggi diinginkan, ruang antar menara menentukan seberapa besar cahaya matahari dapat mencapai jalan. Pembayangan substansial berasal dari menaramenara itu sendiri, tetapi kontrol menjamin bahwa pada akhirnya berkas sementara cahaya matahari mencapai area-area umum. Pemilik mempunyai daya tarik dalam memelihara bangunan tinggi, terutama pada keuntungan finansial yang diperoleh, namun dapat merugikan pandangan kota, sehingga kontrol memberikan perlindungan terhadap reputasi pembangun dan pemilik bangunan.
B. Penampilan
Konteks dan Kontras
Perancangan dalam konteks adalah perancangan visual yang cukup
mengikat antara bangunan eksisting dan bangunan usulan sebagai kreasi yang mempunyai pengaruh yang tetap utuh dalam lingkungannya. Bangunan-bangunan baru diupayakan menguatkan atau meningkatkan ciri-ciri settingnya, dan memelihara paling sedikit kunci pola-pola keutuhannya. Ikatan visual tersebut bukanlah sesuatu yang sulit dipahami, akan tetapi sesuatu yang dapat dilaksanakan secara sederhana. Dengan memperhatikan ciri-ciri dasar proporsi, perletakan elemen dan struktur bangunan yang ada, dapat dipersatukan dengan bangunan baru yang merupakan usulan.