Dekonstruksi adalah istilah yang digunakan pertama kalinya pada tahun 1967, oleh
Jacques Derrida, seorang ahli bahasa yang juga filsuf dan budayawan Perancis kelahiran
Algeria, tahun 1930. Pakar ini menelaah secara radikal teori ilmu bahasa yang pada waktu itu
menganut Strukturalisme yang pernah dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure antara tahun
1906-1911. Dekonstruksi juga merupakan reaksi terhadap modernisme dalam perkembangan
ilmu pengetahuan, seni dan filsafat. Modernisme dalam perkembangan filsafat ilmu berdasar
pada ratio, logos dalam intelektual manusia. Sebagaimana peranan logos, yaitu menciptakan,
mengorganisasi, menyusun suatu jalan pikiran dengan sistem yang jelas, maka hal-hal yang
kecil, hal-hal yang dasar menjadi hilang. Pengalaman individual, pengalaman pribadi yang
begitu kaya biasanya dihilangkan demi mencapai suatu konstruksi yang jelas, tegas dan tepat.
Kata dekonstruksi dipergunakan Derrida dalam buku De la Grammatologie, di mana kata
tersebut merupakan terjemahan dari istilah Heidegger, yaitu: destruktion dan abbau. Dalam
konteks ini, keduanya mempunyai kesamaan pengertian sebagai: operasi yang dilakukan atas
struktur atau arsitektur tradisional dari konsep dasar ontology atau metafisik barat (occidental).
Tetapi dalam bahasa Perancis, istilah destruction mengimplikasikan suatu pengancuran total,
tetapi Derrida tidak menginginkan adanya penghancuran yang total itu. Untuk itulah Derrida
memakai kata deconstruction yang diketemukannya dalam Littre untuk menandai maksudnya
dalam bahasa Perancis. Rumusan Derrida mengenai dekonstruksi (deconstruction) tidak
pernah secara definitif diperoleh. Kesulitan terletak pada Phenomenon deconstruction sebagai
gejala mengada yang tidak pernah menuju ke arah kebakuan. Derrida mengatakan bahwa
dekonstruksi bukan semata-mata metoda kritis. Metoda kritis perlu diartikan sebagai memiliki
sifat kritis terhadap dirinya sendiri. Dengan hakekat kritis ini maka wilayah jelajah dekonstruksi
tidak dibatasi pada konteks filosofi saja. Selain itu, oleh Derrida dekonstruksi juga dianggap
bukanlah merupakan metoda berpikir yang destruktif, karena senantiasa membongkar habis
struktur-struktur makna dan bangun suatu konsep. Menurut Derrida sikap dekonstruksi
senantiasa afirmatif dan tidak negatif, sebab sesuatu yang negatif tidaklah membuka diri pada
pencarian pemahaman lebih utuh. Kita harus belajar menganggap Arsitektur sebagai kegiatan
berfikir, bukan sebagai pernyataan ide-ide. Membangun dan berfikir perbandingannya tidak
sama dengan praktek dan teori. Derrida menginginkan transformasi sehingga membangun
adalah sebanding dengan menulis. Seperti arsitek memberi bentuk pada tempat dan dengan
demikian menciptakan ruang dalam kota, penulis memberi bentuk pada bahasa untuk membuat
ruang bagi diskusi. Demikianlah bagi Derrida menulis adalah suatu bentuk tunggal. Peter
membuka,
menghambur,
membagi
dan
dengan
demikian
mendekati
situasi
ketidakpastian mendasar manusia. Ia menolak kepastian dan nilai lama dan ingin memperbaiki
Arsitektur menjadi kekuatan positip dalam dunia, yang mampu memdidik dan berkomunikasi. Ia
selalu mencari pembenaran linguistik dan filsafat bagi Arsitektur. Demikianlah Dekonstruksi
telah berperan besar dalam menggerogoti teori-teori fungsionalis lama arsitektur. Bilamana kita
ingin belajar mengerti Dekonstruksi lebih baik, perlu kita menempatkannya diantara aliran-aliran
aktual baru yaitu Regionalisme Kritikal dan Pasca Modernisme. Regionalisme kritikan antara
lain diwakili oleh Kenneth Frampton, ditandai oleh pencarian keunikan kawasan, memperbaiki
tempat semula, melindunginya terhadap kesesatan madernitas. Arsitektur sebagai penolakan
budaya tunggal dan kapitalisme. Bahasa Arsitektur setempat harus direkfleksikan secara kritikal
dalam rancangan- rancangan baru. Filsafat dekonstruksi Derrida sangat relevan karena
menawarakan pemahaman dan perspektif baru tentang arsitektur, sehingga proses pemikiran
kembali (rethinking) premis dan kaidah tradisional arsitektur dapat dilakukan. Dekonstruksi telah
menggariskan prinsip-prinsip penting sebagai berikut : (Iwan Sudrajat, Sketsa, edisi 11, 1995,
hal-24).
1. Tidak ada yang absolut dalam arsitektur. Tidak ada satu cara atau gaya yang terbaik,
atau landasan hakiki di mana seluruh arsitektur harus berkembang. Gaya klasik
tradisional, modern dan lainnya mempunyai posisi dan kesempatan yang sama untuk
berkembang.
2. Tidak ada ontologi dan teologi dalam arsitektur. Tidak ada tokoh atau sosok yang perlu
didewakan atau disanjung.
3. Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus segera diakhiri.
Perkembangan arsitektur selanjutnya harus mengarah pada keragaman pandangan dan
tata nilai.
4. Visiocentrism atau pengutamaan indera penglihatan dalam arsitektur harus diakhiri.
Potensi indera lain harus dimanfaatkan pula secara seimbang.
5. Arsitektur tidak lagi identik dengan produk bangunan. Arsitektur terkandung dalam ide,
gambar, model dan fisik bangunan dengan jangkauan dan aksentuasi yang berbeda.
Prinsipal Dekonstruksi Menurut Michael Benedikt
Dalam upayanya untuk mengupas lebih dalam mengenai dekonstruksi, Michael
Benendikt dalam bukunya Deconstructing The Kimbell mencoba menunjukkan bahwa :
Hal ini sering terjadi dan sebatas penamaan kembali atas prosedur dan sikap-sikap yang umum
dipakai dalam disain arsitektur modern dan perbelajaran dalam disain.
Banyak tafsiran tentang dekonstruksi dengan sudut pandang berlawanan yang dihadirkan
melalui cara pembacaan sebuah karya secara berbeda.
Dengan berdasarkan pada pengertian dekonstruksi diatas, Michael Benedikt akhirnya memilih
empat cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh dekonstruksi berlaku
pada sebuah karya arsitektur, seperti yang dilakukannya pada karya Louis Kahn, yaitu Museum
Kimbell (Benendikt, 1991). Keempat prinsipal dekonstruksi yang dapat ditransformasikan dan
diaplikasikan melalui arsitektur tersebut adalah:
Difference
Difference menurut Derrida bukanlah suatu konsep atau kata, meminjamkan dari pengertian
Culler tentang definisi difference secara harfiah, Benedikt mendefinisikannya ke dalam tiga hal :
Difference
Sistem perbedaan-perbedaan universal yaitu, pengaturan ruang/jarak/spasi (spacing), dan
perbedaan-perbedaan antara sesuatu/dua hal (distinctions between things); perhatiannya
bukan terhadap kosakata tersebut, melainkan lebih kepada dimensi di sepanjang pokok soal
dalam pembedaan koskata tersebut untuk saling memisahkan diri dan saling memunculkan.
Deferral
Proses dari meneruskan (passing along); menyerahkan (giving over); menunda atau
menangguhkan (postponing); pen-skors-an (suspension); mengulur (protaction) dan sebuah
jarak dalam waktu (a spacing in time).
Differing
Pengertian berbeda yang ditunjukkan dengan tidak sependapat (disagreeing); tidak sepakat
(dissenting) atau bahkan penyembunyian (dissembling).
Selain memiliki pengertian diatas, difference juga sangat dekat artinya dengan kata Jepang ma
yang artinya interval in space, interval in time dan moment/place/occasion. Pengertian dari ma
ini lebih dekat pada hubungannya dengan penundaan waktu atau jarak waktu antara dua hal.
Mendefinisikan seluruh pengertian tentang difference tersebut ke dalam satu pengertian tidak
mudah. Untuk memahami harus memiliki setidak-tidaknya dua hal, dua unsur atau dua anggota
dari suatu sistem tanda. Keberadaan (presence) sesuatu tidak dapat dibedakan tanpa adanya
yang lain, yaitu ketiadaan (absence). Ketiadaan terletak di balik dan selalu mencerminkan
keberadaan. Keberadaan dan ketiadaan adalah suatu oposisi
yang bersifat paling mendasar. Dua hal lain juga dimunculkan dalam between, binary
opposition, traces, being and nothing, inside and outside dan masih banyak lagi.
Dengan demikian, Benedikt memusatkan perhatiannya pada kata difference ini dalam tiga hal
pokok yaitu, sistem universal kata difference dengan penekanan tidak pada arti katanya, proses
pembedaannya dan pengertian yang ditimbukan akibat pembedaan tersebut.
baik
untuk
mengeksplorasi
cara
mengkilap.
lembaga
penelitian
seringkali cukup membosankan, menekan segala sesuatu yang khusus tentang fungsi mereka
dalam rencana ortogonal, standar, grid seperti di dalam sebuah kotak. ruang yang mudah
diingat, menyampaikan kegembiraan trailblazing karya inovatif yang terjadi di dalam.
perluasan
(Behnisch
gedung,
Architekten)
sementara
ditugaskan
Stefan
dengan
kontribusi
untuk
perkembangan
arsitektur
cukup
tertentu
termasuk
tidak
dapat
lainnya. Dalam masa ini terjadi pula pengulangan atau penerapan dan penggabungan konsepkonsep modernism sebelumnya. Bagsverd Chruch di dekat Kopenhagen, Denmark (1967-1976(
rancangan John Utzon (1918) termasuk unik, tidak dapat dimasukkan dalam kategori dari salah
satu dari berbagai konsep modernism sebelumnya. Bentuknya sederhana, denah segi empat
panajng, ciri bangunan-bangunan di kawasannya yang agricultural. Meskioundemikain
arsitektur gereja ini kurang tepat bila disebut sebagai aliran arsitektur neo-Vernacular. Dindingdinging gereja menggunakan beton dicampur dengan bubuk dari pecahan marmer, sehingga
warnnya putih. Plafond berpenampang lengkung-lengkung, putih refleksi dari awan.
Penampang plafond semacam itu, sangan baik dari segi akustik karena tidak terjadi gema dan
bunyi yang diapntulkan ke segala arah, seperti pada Sydney Opera House di Australia.
Keunikan laiinya adalah gereja ini tidak mempunyai jendela, bahkan juga pada ruang-ruang
yang menghadap halaman dalam.
http://arkitekturforskning.net/na/article/download/190/153
http://materiarsitektur.blogspot.co.id/2015/02/arsitektur-dekonstruksi.html
http://behnisch.com/projects/459