Kubah bukan merupakan simbol keagaman (agama Islam), namun karena telah
membudaya sejak lama dalam penggunaannya sebagai atap pada masjid sehingga
menjadikan kubah identik dengan bangunan masjid. Seperti bangunan Gereja Blenduk
karena desainnya (kubah) berbeda dengan gereja lainnya dan mirip dengan masjid
sehingga bangunan gereja tersebut dikatan unik dan istimewa.
Bentuk Kubah sekarang ini dijadikan identitas masjid, apabila masjid tanpa kubah
menjadikan bangunan tersebut terlihat janggal. Kini tidak hanya dalam penggunaan
atap namun kubah juga digunakan sebagai ornament-ornamen (bentuk jendela, pintu,
pagar, dll.) pada masjid.
Metoda Sistemik (suatu norma penyusunan elemen elemen yang saling berkaitan
untuk satu tujuan)
Menurut (Huxtable, 1976, Kicked a Building Lately, Quadrangle, New York) kritik
arsitektur sedang dihadapkan hanya dengan sekadar produksi bangunan yang indah.
Bahwa kini kita kewalahan menghitung beragam cara memenuhi kondisi kebutuhan
lingkungan yang kompleks dan sophisticated (canggih).
Kritik sistematik dikembangkan dari satu analisis, yaitu:
a. Bahwa Problem arsitek adalah membangun sistem dalam kategori-kategori formal
yang tidak memungkinkan kita untuk melukiskannya dan membandingkannya
dalam struktur yang formal. Ketika kita mengatakan bahwa analisis formal
mengandung indikasi elements and relations.
b. Elements (bagian bentuk arsitektur), bermakna bahwa kita harus memperlakukan
objek sebagai dimensi kesebandingan.
Melahirkan konsep:
- Mass (massa), Bentuk wujud tiga dimensi yang terpisah dari lingkungan
- Space (ruang), Volume batas-batas permukaan di sekeliling massa
- Surface (permukaan), batas massa dan ruang
- Relations, bahwa kita menterjemahkan saling keterhubungan ini diantara
dimensi-dimensi
- Capacity of the structure, kelayakan untuk mendukung tugas bangunan
- Valuable, nilai yang dikandung yang mengantarkan kepada rasa manusia untuk
mengalami ruang.
Metoda Tipikal (suatu norma yang didasarkan pada model yang digenralisasi untuk
satu kategori bangunan spesifik)
Kritik Tipikal yaitu metode kritik dengan membandingkan obyek yang dianalisis
dengan bangunan sejenis lainnya, dalam hal ini bangunan publik.
Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan
arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah dengan
mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative originals
(keaslian inovasi).
Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam
lingkungan yang telah terstandarisasi dan kesemuanya dapat terangkum dalam
satu typology
Metode Tipikal, yaitu suatu pendekatan yang mempunyai uraian urutan secara
tersusun. Contoh. Bangunan sekolah, tipe yang ada ialah seperti ruang kelas, ruang
guru, ruang kepala sekolah, ruang kesenian, lab, perpustakaan, kantin, gudang,
toilet.
b. Evocative
Hakikat Kritik Evocative
Evoke : menimbulkan, membangkitkan
Ungkapan sebagai pengganti cara kita mencintai bangunan
Menggugah pemahaman intelektual kita atas makna yang dikandung bangunan
Membangkitkan emosi rasa kita dalam memperlakukan bangunan
Kritik evokatif tidak perlu menyajikan argumentasi rasional dalam menilai
bangunan
Kritik evokatif tidak dilihat dalam konteks benar atau salah tetapi makna yang
terungkap dan penglaman ruang yang dirasakan.
Mendorong orang lain untuk turut membangkitkan emosi yang serupa
sebagaimana dirasakan kritikus.
c. Impressionistic
Kritik Impresionistik dapat berbentuk:
Verbal Discourse: Narasi verbal puisi atau prosa
Caligramme: Paduan kata yang membentuk silhouette
Painting: Lukisan
Photo image: Imagi foto
Modification of Building: Modifikasi bangunan
Cartoon: Focus pada bagian bangunan sebagai lelucon
Imagi
Cartoon
Modifikasi
C. Kritik Deskriptif
Tiga metode kritik deskriptif
a. Kritik Depiktif (Gambaran bangunan):
Static (Secara Grafis):
- Kritik Depictive tidak butuh satu pernyataan betul atau salah karena penilaian
dapat menjadi bias akibat pengalaman seseorang di masa lalunya.
- Sebagaimana tradisi dalam kritik kesenian yang lain, metode ini menyatakan apa
yang sesungguhnya ada dan terjadi disana
- Depictive cenderung tidak dipandang sebagai sebuah bentuk kritik karena ia tidak
didasarkan pada pernyataan baik atau buruk sebuah bangunan
Dynamic (Secara Verbal): Tidak seperti aspek static, aspek dinamis depictive
mencoba melihat bagaimana bangunan digunakan bukan dari apa bangunan di
buat.
Process (Secara Prosedural): Merupakan satu bentuk depictive criticism yang
menginformasikan kepada kita tentang proses bagaimana sebab-sebab
lingkungan fisik terjadi seperti itu.