Anda di halaman 1dari 21

BENTUK DAN MASSA BANGUNAN

ARSITEKTUR KOTA

Dosen Pengampu :

Prof. Ir. Nurlisa Ginting M.Sc., Ph.D

Dikerjakan Oleh :

Paul Aldo Purba - 200406091


Rotua Rajagukguk - 200406096
Rut Dumina Tanta Br Tarigan - 200406098
Syahrima - 200406103
Garry Jusra Ketaren - 200406108

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
2022
A. LANDASAN TEORI
Bentuk dan massa bangunan adalah salah satu aspek dari perancangan kota yang
membahasa tentang bagaimana bentuk dan massa-massa bangunan yang ada dapat
membentuk suatu kota serta hubungan antar massa yang ada. Pada penataan suatu kota, bentuk
dan massa bangunan harus diperhatikan. Hal tersebut berkaitan erat dengan ketinggian
bangunan, kepejalan bangunan, langgam, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar
Bangunan (KDB), Garis Sempadan Bangunan (GSB), skala, bahan bangunan atau material,
tekstur, dan warna bangunan. Penataan kota yang sesuai akan menciptakan ruang yang teratur,
mempunyai garis langit yang dinamis serta menghindari adanya lost space (ruang tidak
terpakai).
1. Ketinggian Bangunan
Ketinggian bangunan berhubungan erat dengan jarak pandang pemerhati, baik yang ada
didalam bangunan maupun yang ada diluar bangunan. Ketinggian bangunan pada suatu kota
membentuk garis langit (skyline). Ketinggian bangunan di tiap fungsi ruang perkotaan akan
berbeda, tergantung dari tata guna atau fungsi lahan.
Skyline dalam skala kota memiliki makna sebagai :

• Simbol kota
Ketinggian suatu bangunan dapat menjadi simbol suatu kota. Contohnya bangunan Burj
Khalifa yang menjadi simbol kota Dubai dan juga Eiffel Tower yang menjadi simbol kota
Paris.

sumber: google
• Indeks Sosial
Ketinggian suatu bangunan menunjukkan indeks sosial suatu kota. Contohnya adalah
dalam suatu kota terdapat bangunan kumuh dan bangunan pencakar langit yang menunjukkan
kesenjangan sosial dalam suatu kota.

sumber: google

• Perangkat Estetis

Keberagaman ketinggian bangunan di suatu kota akan membentuk keindahan. Contohnya


kota Singapura jika dilihat dari Batam.

sumber: google

• Perangkat Ritual

Terdapat suatu kota yang mengatur ketinggian bangunan di suatu Kawasan karena adanya
keyakinan atau kepercayaan yang ada dikawasan tersebut. Contohnya kota-kota yang ada di
Provinsi Bali. Bangunan yang ada di Provinsi Bali diatur ketinggiannya yaitu 15 meter dengan
patokan kepada ketinggian pohon kelapa. Hal tersebut sejalan dengan filosofi warga Hindu
Bali, Tri Hita Karana, yaitu selaras dengan alam dan juga untuk menjaga kesakralan tempat
suci dan menjaga kenyamanan masyarakat.

sumber: google

2. Kepejalan Bangunan

Kepejalan bangunan atau kepadatan bangunan berkaitan erat dengan penampilan gedung dalam
konteks kota. Kepejalan suatu gedung ditentukan oleh tinggi, luas-lebar-panjang, serta olahan
massanya. Kontrol kepejalan memberikan peningkatan kondisi angin dan pengontrolan
terhadap cahaya matahari pada jalan-jalan dan ruang-ruang terbuka di bawahnya. Contohnya
adalah kepejalan bangunan atau kepadatan bangunan dikota Jakarta berpengaruh terhadap
sirkulasi udara dan cahaya matahari. Bangunan yang terlalu padat membuat sirkulasi udara
menjadi buruk, begitu pun perbedaan ketinggian bangunan yang sangat jauh antara pemukiman
dan bangunan pencakar langit membuat cahaya matahari menjadi terhalang.
sumber: google

3. Langgam

Langgam atau gaya dapat diartikan sebagai suatu kumpulan karakteristik bangunan
dimana struktur, kesatuan dan ekspresi digabungkan di dalam satu periode atau wilayah
tertentu. Peran dari langgam ini dalam skala urban jika direncanakan dengan baik dapat
menjadi guideline yang mempunyai kekuatan untuk menyatukan fragmen-fragmen dan bentuk
bangunan di kota. Contoh: arsitektur modern, arsitektur klasik, arsitektur post modern, dll.

Arsitektur vernakuler Arsitektur Modern Arsitektur Klasik

Dibeberapa kota kita bisa menemukan beberapa langgam yang ada, seperti misalnya
di daerah Kesawan, Kota Medan. Masih ada bangunan bekas peninggalan zaman
penjajahan belanda, yaitu bangunan kolonialisme yang sekarang digunakan sebagai tempat
perdagangan. Pada koridor didaerah kesawan, kita bisa melihat bangunan bangunan
tersebut. Karena bentuk bangunan tersebut, membuat banyak para wisatawan berdatangan
ke area tersebut karena memiliki daya tarik yang unik.
sumber: google

Painted Ladies, Bangunan bersejarah di


San Francisco, California. Menggunakan
gaya arsitektur Victoria

Museum Guggenheimn, Museum di


Bilbao, Spanyol. Gaya arsitektur pada
bangunan ini sudah mengikuti Gaya
arsitektur modern kontemporer
4. Material
Material merupakan aspek yang memegang peranan penting dalam terwujudnya
arsitektur. Perancangan material berkenaan dengan visual komposisi. Arsitektur tidak akan
mungkin terjadi tanpa penggunaan material. Namun, penggunaan bahan juga harus didukung
dengan pengetahuan yang baik tentang sifat-sifat bahan yang digunakan.

Marterial Kaca Material Kayu Material Beton ekspos

Diperkotaan, terkhususnya pada


bangunan tinggi, banyak bangunan yang
menggunakan konstruksi baja, dan juga
material kaca, karena kesan yang
dikeluarkan terkesan lebih modern.

Biasanya bangunan dengan ketinggian


yang cukup rendah seperti bangunan 1-2
lantai, masih menggunakan materialbeton.
bangunan-bangunan seperti permukiman
rumah warga, ruko-ruko, toko
perdagangan.

sumber: google

5. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

KLB merupakan faktor penentu berapa meter persegi total bangunan diijinkan untuk
dibangun, juga menentukan berapa tingkat bangunan bisa dibuat. KLB ini akan menjadi hal
yang sangat penting ketika membangun gedung tinggi (highrise). Dari KLB ini kita bisa
memperkirakan seberapa tinggi sebuah gedung bisa dibangun dalam sebuah lahan. Aturan
KLB ini dibuat oleh pemerintah untuk dijadikan pedoman bagi masyarakat dan pelaku
konstruksi untuk membangun gedung dengan tujuan untuk menghindari kekacauan tata
kawasan.

Dari mana kita bisa mengetahui seberapa besar


KLB ? Jawabannya adalah dari peraturan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang
berlaku di daerah masing-masing. Berikut adalah
contoh detail KLB dari RDTR yang dihimpun
dari situs bappedajakarta.go.id

Sumber: bappedajakarta.go.id

Contoh Hitungan KLB

Jika Anda memiliki lahan seluas 200 m2 dan lahan Anda tersebut berada di daerah dengan
zona yang memiliki nilai KLB 1,2, maka artinya luas seluruh lantai yang diperbolehkan untuk
dibangun dihitung sebagai berikut : Total Luas Lantai = Luas Lahan x KLB Total Luas Lantai
= 200 m2 x 1,2 = 240 m2 Jadi Luas lantai seluruhnya adalah 240 m2 Anda Bisa Membanginya
menjadi 2 lantai yang masing-masing luas maksimalnya 120 m2 Sementara itu, jika suatu
kawasan memiliki nilai KLB nol (0) artinya lahan yang berada di zona tersebut termasuk zona
hijau yang dikhususkan untuk taman atau area yang diperuntukkan untuk ruang terbuka hijau.
Jadi, lahan tersebut tidak untuk bangunan alias tidak boleh dibangun.
6. Garis Sempadan Bangunan ( GSB )

GSB adalah garis yang membatasi antara sebuah bangunan dan batas lahan yang dimiliki
dengan lahan lainnya seperti tepi jalan, tepi pantai, tepi sungai, dan juga bangunan tetangga.
GSB membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan, dihitung dari batas terluar ruang
milik jalan ( rumija) sampai batas terluar muka bangunan.

Tujuan diterapkannya system GSB ini ialah untuk meningkatkan kualitas visual perkotaan
yang direncanakan, menciptakan kesan lega dalam mengimbangi antara ketinggian bangunan
dengan kepadatan dan intensitas kegiatannya di suatu wilayah kota, serta mendukung
kenyamanan pengguna jalan yang ada.

Sumber : Pinterest

Fungsi GSB ini ialah untuk menjamin kenyamanan dan keamanan wilayah kota dan
meminimalisir sebuah resiko yang akan terjadi. Misalnya, ada bangunan roboh, kecelakaan
lalu lintas karena tergangguna visual pengendara oleh bangunan, maupun kebakaran yang
akan menyulitkan pemadam kebakaran menjangkau bangunan. Untuk itu GSB dibuat agar
pembangunan tidak sembarangan.
sumber: google

7. Skala

Kepekaan akan skala dan variasi dalam ketinggian ruang atau bangunan menjadi peran
dalam menciptakan kontras visual yang dapat menghidupkan daya hidup dan kedinamisan.
Meenurut White, terdapat 4 jenis skala dalam arsitektur yang dibagi berdasarkan tinggi ruang,
yaitu sebagai berikut :

• Skala Manusia / Normal

Skala normal atau skala manusia merupakan jenis skala yang relatif sedang, sesuai
ketentuan ukuran manusia. Skala ini cocok untuk dalam merancang ruang-ruang dimana
mewadahi aktivitas dengan ukuran ruang yang efisien. Skala manusia dipakai untuk
menerapkan ruang-ruang dengan ukuran yang wajar dan fungsional sesuai proporsi dan ukuran
standar aktivitas manusia. Contoh penerapan skala manusia.

Sumber : Pinterest
• Skala Intim

Skala Intim adalah skala ruang dengan ukuran relatif kecil membuat perasaan terlindungi
ketika berada berada di dalamnya. Contoh penerapannya seperti pada sebuah taman kecil.
Dengan ukuran ruangan kecil dapat terlihat setiap detail elemen-elemen yang diterapkan di
dalamnya. Contoh penerapan skala intim pada taman kecil.

Sumber : https://highfieldhallandgardens.org

• Skala Monumental

Skala monumental adalah skala ruang lebih luas dan besar dibandingkan ukuran manusia.
Umumnya skala monumental diterapkan pada ruangan dengan nuansa keagungan misalnya
tempat peribadatan. Skala monumental dalam kota dapat dirasakan pada pilar-pilar bangunan
berukuran besar yang dipakai sebagai pedestrian seperti st.Peter's square di Vatikan.

Sumber : https://www.flickr.com/photos/mambo1935/214857742 dan https://www.piqsels.com/en/public-


domain-photo-odimx
• Skala Menakutkan / Mengejutkan

Skala mengejutkan atau skala menakutkan merupakan ukuran dengan tinggi yang jauh
lebih besar dari ukuran manusia. Skala ini dapat dirasakan pada saat berada di antara bangunan
– bangunan tinggi yang jaraknya saling berdekatan. Contohnya adalah Pedestrian di antara
bangunan tinggi di Hong Kong

sumber : https://www.wallpaperflare.com/a-small-alley-downtown-hong-kong-grey-and-brown-concrete-high-
rise-building-during-night-time-wallpaper-ztgia

Sketsa skala manakutkan. Sumber : https://123dok.com/document/y9roe4vy-metode-perancangan-


arsitektur.html
8. Warna
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, warna adalah kesan yang diperoleh mata dari
cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya. Salah satu contoh penggunaan
warna dalam arsitektur kota.

• Kota Biru – Jodhpur, India


Para penduduk yang tinggal dikota ini mengecat rumah mereka dengan warna biru
sehingga hampir seluruh bangunan yang ada berwarna biru, maka tak heran jika Jodhpur
dijuluki sebagai kota biru. Jika kita lihat dari atas maka akan terlihat berbagai macam warna
biru, dari biru terang hingga biru yang agak gelap. Jodhpur merupakan kota terbesar kedua di
negara bagian Rajasthan, India. Warna biru di Jodhpur tak hanya sebatas estetika bangunan
namun menjadi sebuah tradisi sejak dulu yang menjadi salah satu cara yang dilakukan
manusia atau penduduk setempat untuk dapat memiliki hidup yang lebih baik. Para penduduk
setempat beralasan mereka mengecat biru rumahnya adalah untuk mendinginkan suasana
rumah dan mengusir nyamuk. Rupanya asosiasi warna biru dengan air dan kesejukan memang
secara universal diketahui oleh semua orang di dunia ini, setidaknya inilah yang terjadi di
Jodhpur. Warna biru digunakan sebagai representasi air yang berada ditengah gurun.

Sumber : https://media.tacdn.com/media/attractions-splice-spp-674x446/06/74/b3/b4.jpg

9. Tekstur
Menurut Wucius Wong dalam buku Beberapa Asas Merancang Trimatra (1989, hal.11),
Tekstur adalah permukaan bahan yang digunakan untuk membuat sebuah rancangan. Tekstur
dapat dibiarkan sebagaimana adanya atau diolah secara khusus. Tekstur paling sering
digunakan untuk menjelaskan tingkat kehalusan atau kekerasan relatif suatu permukaan.
Tekstur juga dapat digunakan untuk menjelaskan karakteristik kualitas permukaan pada
material-material yang mirip satu sama lain, seperti kekasaran batu, garisgaris urat kayu, dan
tenunan kain. Tekstur merupakan derajat keteraturan dan kepadatan massa dan ruang. Menurut
variasi massa dan ruangnya, secara teoritik ada tiga tipologi tekstur perkotaan yaitu
a) Homogen, adalah susunan kawasan yang bersifat sejenis dimana hanya ada satu
pola penataan. Sebagai contoh adalah Kota Algier, Maroko dan Amsterdam,
Belanda. Kedua kota ini memiliki pola kawasan yang bersifat homogen.

b) Heterogen, susunan kawasan yang bersifat beberapa jenis dimana ada dua atau
lebih pola berbenturan, sebagai contoh adalah dua buah kawasan di Kota Aachen,
Jerman. Kedua kawasan tersebut memiliki pola yang bersifat heterogen.

c) Menyebar, susunan kawasan yang bersifat menyebar dan kecenderungan kacau.


Sebagai contoh adalah Kota Bonn dan Hamburg, Jerman. Kedua kawasan ini
memiliki pola yang bersifat agak kacau.
Elemen-eleman dalam tekstur perkotaan jarang berdiri sendiri melainkan dikumpulkan
dalam satu kelompok. oleh karena itu sering dipakai istilah unit perkotaan. Di dalam Kota
keberadaan unit adalah penting, karena unit-unit berfungsi sebagai kelompok bangunan
bersama ruang terbuka yang mengesankan kesatuan masa di Kota secara tekstural.
Contohnya ketinggian bangunan yang membentuk tekstur.

Sumber: google

B. ANALISIS BENTUK DAN MASSA BANGUNAN

Kawasan yang akan dianalisis berlokasi di Jl. Mahkamah yaitu dimulai dari simpang Jl.
Pandu Baru hingga simpang Jl. Mesjid Raya dengan Panjang jalan kurang lebih 680 meter.
1. Ketinggian Bangunan

Bangunan yang terdapat dikawasan Jl. Mahkamah umumnya adalah Ruko dengan
ketinggian 1-4 Lantai. Dengan kecenderungan bagian barat rata-rata bangunan 1 lantai dan
bagian timur lebih dari 1 lantai.

2. Kepejalan/Kepadatan Bangunan

Bangunan yang ada dikawasan jalan mahkamah cenderung padat. Bangunan yang ada juga
saling menempel sehingga tidak ada ruang dibagian kanan dan kiri bangunan, hal itu
menyebabkan sumber angin hanya dari depan dan belakang bangunan. Sama halnya dengan
cahaya matahari yang hanya diperoleh dari bagian depan dan belakang bangunan.
3. Langgam

sebagian besar bangunan di jl.mahkamah ini menggunakan langgam arsitektur modern.


terlihat dari bentuk bangunannya Form Follows Function (bentuk mengikuti fungsi). bentuk
bangunan pada kawasan ini juga terlihat memiliki kesamaan, dan tidak memiliki perbedaan yg
signifikan. Di sepanjang jalan mahkamah, banyak bangunan ruko yang terlihat dan
berdempetan.

4. Material

material yang digunakan pada bangunan dikawasan ini sebagian besar adalah material
beton. ada juga beberapa bangunan yang menggunakan material metal pada gerbang
depan/pintu depan bangunan.

5. Garis Sempadan Bangunan

Dari survey yang telah dilakukan di lokasi, lebar jalan pada jalan mahkamah yaitu 5-7
meter. Dari lampiran Peraturan Menteri No. 17 Tahun 2017_Audit Tata Ruang, batasan untuk
cara mengukur luas GSB ialah as atau garis tengah jalan. Maka dari itu dilakukan perhitungan
sebagai berikut :

GSB pada jalan mahkamah ini sudah ada yang memenuhi minimal perhitungan
seperti diatas.Namun pada beberapa bangunan juga ada yang melanggar batas gsb.

Pada gambar diatas ini pula dapat dilihat gsb pada jalan tidak memenuhi standart. ada
beberapa bangunan yang membangun bangunan menggunakan sebagian gsb.Dapat terlihat
pada gambar tindakan ini merugikan baik itu untuk menyulitkan pengguna jalan dan membuat
visual kota menjadi kurang menarik.

Selanjutnya pada gambar diatas ini bangunan yang ada sudah memenuhi standart gsb
yang ada yaitu setengah dari lebar jalan. namun pemilik bangunan menggunakan gsb nya untuk
berjualan dan dan meletakkan barang dagangan. Ini jelas dapat menggangu aktivitas pengguna
jalan yang ada dikawasan tersebut.
Tidak seditkit pula dari bangunan disana membangun bangunan nya di belakang garis
sempadan jalan. Ini sangat baik untuk penatatan kota dan juga baik untuk aktivitas jalan pada
kawasan itu. Beberapa diantaranya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

6. Skala

Jarak antar bangunan pada jalan Mahkamah adalah 7,5-10,5 meter dengan ketinggian rata
rata bangunan 7.7 centimeter. Dengan rasio perbandingan jarak dan tinggi (D/H) menurut
Yoshinobu Ashihara, dapat dihitung perbandingan jarak bangunan dan ketinggian bangunan
jika D/H < 1 ,Ruang terlalu sempit, tertekan; jika D/H = 1, Ruang terasa seimbang; jika D/H
> 1, Ruang terasa agak besar; jika D/H ≥ 4, Ruang sudah tidak terasa. Jalan Mahkamah
memiliki rasio 1,1 sampai 1,3 maka dapat dikategorikan ruang pada jalan Mahkamah terasa
agak besar.
7. Warna

Pada Jalan Mahkamah, kita banyak menemukan ruko-ruko. Dimana ruko serta bangunan yang
ada di Jalan Mahkamah ini tidak menggunakan warna yang sama dan teratur. Dapat kami
simpulkan, bahwa warna yang ada pada bangunan merupakan keinginan oleh pemilik
sendiri/mengikuti selera.
8. TEKSTUR

Jalan Mahkamah

Tekstur Perkotaan yang terlihat di Kawasan Jl. Mahkamah ini berupa satu pola penataan. Pada
gambar dapat dilihat bangunan-bangunan yang bersusun mengikuti jalan Mahkamah, dan area-
area yang berwarna kekuningan menunjukkan jalanan setapak, dan juga ruang terbuka.
Sehingga, dapat disimpulkan, Jalan Mahkamah merupakan jalan dengan tekstur perkotaan
yang bersifat homogen.

Anda mungkin juga menyukai