ARSITEKTUR KOTA
Dosen Pengampu :
Dikerjakan Oleh :
• Simbol kota
Ketinggian suatu bangunan dapat menjadi simbol suatu kota. Contohnya bangunan Burj
Khalifa yang menjadi simbol kota Dubai dan juga Eiffel Tower yang menjadi simbol kota
Paris.
sumber: google
• Indeks Sosial
Ketinggian suatu bangunan menunjukkan indeks sosial suatu kota. Contohnya adalah
dalam suatu kota terdapat bangunan kumuh dan bangunan pencakar langit yang menunjukkan
kesenjangan sosial dalam suatu kota.
sumber: google
• Perangkat Estetis
sumber: google
• Perangkat Ritual
Terdapat suatu kota yang mengatur ketinggian bangunan di suatu Kawasan karena adanya
keyakinan atau kepercayaan yang ada dikawasan tersebut. Contohnya kota-kota yang ada di
Provinsi Bali. Bangunan yang ada di Provinsi Bali diatur ketinggiannya yaitu 15 meter dengan
patokan kepada ketinggian pohon kelapa. Hal tersebut sejalan dengan filosofi warga Hindu
Bali, Tri Hita Karana, yaitu selaras dengan alam dan juga untuk menjaga kesakralan tempat
suci dan menjaga kenyamanan masyarakat.
sumber: google
2. Kepejalan Bangunan
Kepejalan bangunan atau kepadatan bangunan berkaitan erat dengan penampilan gedung dalam
konteks kota. Kepejalan suatu gedung ditentukan oleh tinggi, luas-lebar-panjang, serta olahan
massanya. Kontrol kepejalan memberikan peningkatan kondisi angin dan pengontrolan
terhadap cahaya matahari pada jalan-jalan dan ruang-ruang terbuka di bawahnya. Contohnya
adalah kepejalan bangunan atau kepadatan bangunan dikota Jakarta berpengaruh terhadap
sirkulasi udara dan cahaya matahari. Bangunan yang terlalu padat membuat sirkulasi udara
menjadi buruk, begitu pun perbedaan ketinggian bangunan yang sangat jauh antara pemukiman
dan bangunan pencakar langit membuat cahaya matahari menjadi terhalang.
sumber: google
3. Langgam
Langgam atau gaya dapat diartikan sebagai suatu kumpulan karakteristik bangunan
dimana struktur, kesatuan dan ekspresi digabungkan di dalam satu periode atau wilayah
tertentu. Peran dari langgam ini dalam skala urban jika direncanakan dengan baik dapat
menjadi guideline yang mempunyai kekuatan untuk menyatukan fragmen-fragmen dan bentuk
bangunan di kota. Contoh: arsitektur modern, arsitektur klasik, arsitektur post modern, dll.
Dibeberapa kota kita bisa menemukan beberapa langgam yang ada, seperti misalnya
di daerah Kesawan, Kota Medan. Masih ada bangunan bekas peninggalan zaman
penjajahan belanda, yaitu bangunan kolonialisme yang sekarang digunakan sebagai tempat
perdagangan. Pada koridor didaerah kesawan, kita bisa melihat bangunan bangunan
tersebut. Karena bentuk bangunan tersebut, membuat banyak para wisatawan berdatangan
ke area tersebut karena memiliki daya tarik yang unik.
sumber: google
sumber: google
KLB merupakan faktor penentu berapa meter persegi total bangunan diijinkan untuk
dibangun, juga menentukan berapa tingkat bangunan bisa dibuat. KLB ini akan menjadi hal
yang sangat penting ketika membangun gedung tinggi (highrise). Dari KLB ini kita bisa
memperkirakan seberapa tinggi sebuah gedung bisa dibangun dalam sebuah lahan. Aturan
KLB ini dibuat oleh pemerintah untuk dijadikan pedoman bagi masyarakat dan pelaku
konstruksi untuk membangun gedung dengan tujuan untuk menghindari kekacauan tata
kawasan.
Sumber: bappedajakarta.go.id
Jika Anda memiliki lahan seluas 200 m2 dan lahan Anda tersebut berada di daerah dengan
zona yang memiliki nilai KLB 1,2, maka artinya luas seluruh lantai yang diperbolehkan untuk
dibangun dihitung sebagai berikut : Total Luas Lantai = Luas Lahan x KLB Total Luas Lantai
= 200 m2 x 1,2 = 240 m2 Jadi Luas lantai seluruhnya adalah 240 m2 Anda Bisa Membanginya
menjadi 2 lantai yang masing-masing luas maksimalnya 120 m2 Sementara itu, jika suatu
kawasan memiliki nilai KLB nol (0) artinya lahan yang berada di zona tersebut termasuk zona
hijau yang dikhususkan untuk taman atau area yang diperuntukkan untuk ruang terbuka hijau.
Jadi, lahan tersebut tidak untuk bangunan alias tidak boleh dibangun.
6. Garis Sempadan Bangunan ( GSB )
GSB adalah garis yang membatasi antara sebuah bangunan dan batas lahan yang dimiliki
dengan lahan lainnya seperti tepi jalan, tepi pantai, tepi sungai, dan juga bangunan tetangga.
GSB membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan, dihitung dari batas terluar ruang
milik jalan ( rumija) sampai batas terluar muka bangunan.
Tujuan diterapkannya system GSB ini ialah untuk meningkatkan kualitas visual perkotaan
yang direncanakan, menciptakan kesan lega dalam mengimbangi antara ketinggian bangunan
dengan kepadatan dan intensitas kegiatannya di suatu wilayah kota, serta mendukung
kenyamanan pengguna jalan yang ada.
Sumber : Pinterest
Fungsi GSB ini ialah untuk menjamin kenyamanan dan keamanan wilayah kota dan
meminimalisir sebuah resiko yang akan terjadi. Misalnya, ada bangunan roboh, kecelakaan
lalu lintas karena tergangguna visual pengendara oleh bangunan, maupun kebakaran yang
akan menyulitkan pemadam kebakaran menjangkau bangunan. Untuk itu GSB dibuat agar
pembangunan tidak sembarangan.
sumber: google
7. Skala
Kepekaan akan skala dan variasi dalam ketinggian ruang atau bangunan menjadi peran
dalam menciptakan kontras visual yang dapat menghidupkan daya hidup dan kedinamisan.
Meenurut White, terdapat 4 jenis skala dalam arsitektur yang dibagi berdasarkan tinggi ruang,
yaitu sebagai berikut :
Skala normal atau skala manusia merupakan jenis skala yang relatif sedang, sesuai
ketentuan ukuran manusia. Skala ini cocok untuk dalam merancang ruang-ruang dimana
mewadahi aktivitas dengan ukuran ruang yang efisien. Skala manusia dipakai untuk
menerapkan ruang-ruang dengan ukuran yang wajar dan fungsional sesuai proporsi dan ukuran
standar aktivitas manusia. Contoh penerapan skala manusia.
Sumber : Pinterest
• Skala Intim
Skala Intim adalah skala ruang dengan ukuran relatif kecil membuat perasaan terlindungi
ketika berada berada di dalamnya. Contoh penerapannya seperti pada sebuah taman kecil.
Dengan ukuran ruangan kecil dapat terlihat setiap detail elemen-elemen yang diterapkan di
dalamnya. Contoh penerapan skala intim pada taman kecil.
Sumber : https://highfieldhallandgardens.org
• Skala Monumental
Skala monumental adalah skala ruang lebih luas dan besar dibandingkan ukuran manusia.
Umumnya skala monumental diterapkan pada ruangan dengan nuansa keagungan misalnya
tempat peribadatan. Skala monumental dalam kota dapat dirasakan pada pilar-pilar bangunan
berukuran besar yang dipakai sebagai pedestrian seperti st.Peter's square di Vatikan.
Skala mengejutkan atau skala menakutkan merupakan ukuran dengan tinggi yang jauh
lebih besar dari ukuran manusia. Skala ini dapat dirasakan pada saat berada di antara bangunan
– bangunan tinggi yang jaraknya saling berdekatan. Contohnya adalah Pedestrian di antara
bangunan tinggi di Hong Kong
sumber : https://www.wallpaperflare.com/a-small-alley-downtown-hong-kong-grey-and-brown-concrete-high-
rise-building-during-night-time-wallpaper-ztgia
Sumber : https://media.tacdn.com/media/attractions-splice-spp-674x446/06/74/b3/b4.jpg
9. Tekstur
Menurut Wucius Wong dalam buku Beberapa Asas Merancang Trimatra (1989, hal.11),
Tekstur adalah permukaan bahan yang digunakan untuk membuat sebuah rancangan. Tekstur
dapat dibiarkan sebagaimana adanya atau diolah secara khusus. Tekstur paling sering
digunakan untuk menjelaskan tingkat kehalusan atau kekerasan relatif suatu permukaan.
Tekstur juga dapat digunakan untuk menjelaskan karakteristik kualitas permukaan pada
material-material yang mirip satu sama lain, seperti kekasaran batu, garisgaris urat kayu, dan
tenunan kain. Tekstur merupakan derajat keteraturan dan kepadatan massa dan ruang. Menurut
variasi massa dan ruangnya, secara teoritik ada tiga tipologi tekstur perkotaan yaitu
a) Homogen, adalah susunan kawasan yang bersifat sejenis dimana hanya ada satu
pola penataan. Sebagai contoh adalah Kota Algier, Maroko dan Amsterdam,
Belanda. Kedua kota ini memiliki pola kawasan yang bersifat homogen.
b) Heterogen, susunan kawasan yang bersifat beberapa jenis dimana ada dua atau
lebih pola berbenturan, sebagai contoh adalah dua buah kawasan di Kota Aachen,
Jerman. Kedua kawasan tersebut memiliki pola yang bersifat heterogen.
Sumber: google
Kawasan yang akan dianalisis berlokasi di Jl. Mahkamah yaitu dimulai dari simpang Jl.
Pandu Baru hingga simpang Jl. Mesjid Raya dengan Panjang jalan kurang lebih 680 meter.
1. Ketinggian Bangunan
Bangunan yang terdapat dikawasan Jl. Mahkamah umumnya adalah Ruko dengan
ketinggian 1-4 Lantai. Dengan kecenderungan bagian barat rata-rata bangunan 1 lantai dan
bagian timur lebih dari 1 lantai.
2. Kepejalan/Kepadatan Bangunan
Bangunan yang ada dikawasan jalan mahkamah cenderung padat. Bangunan yang ada juga
saling menempel sehingga tidak ada ruang dibagian kanan dan kiri bangunan, hal itu
menyebabkan sumber angin hanya dari depan dan belakang bangunan. Sama halnya dengan
cahaya matahari yang hanya diperoleh dari bagian depan dan belakang bangunan.
3. Langgam
4. Material
material yang digunakan pada bangunan dikawasan ini sebagian besar adalah material
beton. ada juga beberapa bangunan yang menggunakan material metal pada gerbang
depan/pintu depan bangunan.
Dari survey yang telah dilakukan di lokasi, lebar jalan pada jalan mahkamah yaitu 5-7
meter. Dari lampiran Peraturan Menteri No. 17 Tahun 2017_Audit Tata Ruang, batasan untuk
cara mengukur luas GSB ialah as atau garis tengah jalan. Maka dari itu dilakukan perhitungan
sebagai berikut :
GSB pada jalan mahkamah ini sudah ada yang memenuhi minimal perhitungan
seperti diatas.Namun pada beberapa bangunan juga ada yang melanggar batas gsb.
Pada gambar diatas ini pula dapat dilihat gsb pada jalan tidak memenuhi standart. ada
beberapa bangunan yang membangun bangunan menggunakan sebagian gsb.Dapat terlihat
pada gambar tindakan ini merugikan baik itu untuk menyulitkan pengguna jalan dan membuat
visual kota menjadi kurang menarik.
Selanjutnya pada gambar diatas ini bangunan yang ada sudah memenuhi standart gsb
yang ada yaitu setengah dari lebar jalan. namun pemilik bangunan menggunakan gsb nya untuk
berjualan dan dan meletakkan barang dagangan. Ini jelas dapat menggangu aktivitas pengguna
jalan yang ada dikawasan tersebut.
Tidak seditkit pula dari bangunan disana membangun bangunan nya di belakang garis
sempadan jalan. Ini sangat baik untuk penatatan kota dan juga baik untuk aktivitas jalan pada
kawasan itu. Beberapa diantaranya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
6. Skala
Jarak antar bangunan pada jalan Mahkamah adalah 7,5-10,5 meter dengan ketinggian rata
rata bangunan 7.7 centimeter. Dengan rasio perbandingan jarak dan tinggi (D/H) menurut
Yoshinobu Ashihara, dapat dihitung perbandingan jarak bangunan dan ketinggian bangunan
jika D/H < 1 ,Ruang terlalu sempit, tertekan; jika D/H = 1, Ruang terasa seimbang; jika D/H
> 1, Ruang terasa agak besar; jika D/H ≥ 4, Ruang sudah tidak terasa. Jalan Mahkamah
memiliki rasio 1,1 sampai 1,3 maka dapat dikategorikan ruang pada jalan Mahkamah terasa
agak besar.
7. Warna
Pada Jalan Mahkamah, kita banyak menemukan ruko-ruko. Dimana ruko serta bangunan yang
ada di Jalan Mahkamah ini tidak menggunakan warna yang sama dan teratur. Dapat kami
simpulkan, bahwa warna yang ada pada bangunan merupakan keinginan oleh pemilik
sendiri/mengikuti selera.
8. TEKSTUR
Jalan Mahkamah
Tekstur Perkotaan yang terlihat di Kawasan Jl. Mahkamah ini berupa satu pola penataan. Pada
gambar dapat dilihat bangunan-bangunan yang bersusun mengikuti jalan Mahkamah, dan area-
area yang berwarna kekuningan menunjukkan jalanan setapak, dan juga ruang terbuka.
Sehingga, dapat disimpulkan, Jalan Mahkamah merupakan jalan dengan tekstur perkotaan
yang bersifat homogen.