Anda di halaman 1dari 12

Elemen Pembentuk Ruang

Kesan nyaman dan santai pada suatu ruang dapat dirasakan lewat elemenelemen pembentuk suasana ruang seperti bukaan dan pencahayaan, vegetasi,
sirkulasi, skala, peninggian bidang dasar dan pintu masuk. Selain elemen-elemen
pembentuk suasana nyaman dan damai di lingkup UKDW, dalam arsitektur adapula
unsur-unsur yang membentuk suasana lainnya , yaitu penerobosan terhadap
pengalaman estetika, pemanfaatan cahaya yang menembus ruang serta
penggunaan skala. Misalnya tempat ibadah (Kapel) sengaja diletakkan di bagian
bawah agar proses ibadah dapat berlangsung dengan damai sehingga tidak
terganggung oleh kegiatan mahasiswa .

Ruang yang ada diantara gedung logos dan gedung eudia yang di batasi oleh dinding yang
berbentuk persegi dan juga ruang ruang lain.

Gb 1 pembatas ruang yan ada di antara logos dan gedung eudia

Gb 2 ruang lain yang membatasi ruang tersebut.

PENDAHULUAN
Pengetahuan arsitektur muncul karena adanya kebutuhan akan RUANG untuk
menampung aktivitas manusia. Kemudian wadah yang tercipta kemudian disebut produk
arsitektur dan selalu mengandung nilai di dalamnya {Salura, 2001}
Bangunan merupakan suatu kebutuhan dasar setiap manusia. Tetapi selain itu suatu karya
arsitektur akan sustain jika bangunan memperhatikan partisipasi masyarakat dalam
perencanaannya. Dan kalau bangunanya itu sudah ada maka untuk menentukan sustain atau tidak
maka orang juga harus menilai tentang persepsi masyarakat di sekitarnya, apakah bangunan
tersebut akan sustain atau tidak. Dan hal ini akan memberikan keuntungan bagi karya dan orang
yang memakai karena dengan melibatkan masyarakat dalam menilai, maka akan memperkaya
wacana pihak-pihak yang terlibat sehingga timbul keinginan untuk memahami masalah pihak lain.
Karena melibatkan masyarakat dengan persepsi tentang bangunan itu, maka mereka akan juga
terlibat dalam perawatan dan sebagainya. Ruang merupakan unsur pokok dalam teori arsitektur.
Memahami ruang, mengetahui bagaimana melihatnya, merupakan kunci untuk mengerti
bangunan. Pandangan yang luas tentang arsitektur adalah penafsiran tentang ruang dan mereka
akan mengukur setiap unsur yang masuk ke dalam bangunan menurut ruang yang diliputinya.

Skala
Skala diukur dengan menggunakan standar tubuh manusia. Hingga menghasilkan skala
minimal, optimal atau maksimal. Skala minimal menciptakan ruang yang intim, dekat dan akrab.
Skala optimal adalah skala manusiawi yang paling cocok bagi kebutuhan ruang bagi manusia.
Dan skala maksimal menciptakan ruangan yang megah.
Skala terdapat di gedung logos dan gedung koinonia yaitu perbandingan tinggi
dan luas gedung. Gedung logos lebih tinggi dari gedung koinonia dan juuga gedung
logos juga lebih luas di banding gedung koinonia.

Gb 3 skala yang terjadi antara gedung Biblos dan gedung agape


Skala juga terdapat diantara gedung agape dan gedung Biblos. Yaitu gedung agape
lebih tinngi dari gedung didaktos dan juga lebih luas dari geding didaktos.

Punggung Dan Muka Bangunan

Gb 3 gedung Didaktos
-Gedung Didaktos
Gedung didaktos memiliki bentuk O yang mana mukanya berada di bagian dalam gedung
dan punggung berada di bagian belakang. Di mana interaksi lebih sering terjadi di bagian dalam
bangunan.

Gb 4 Gedung agape
-Gedung Agape
Gedung agape juga memiliki muka punggung yang sama dengan sama degan gedung
Didaktos yaitu brbentuk O. Interaksi juga lebih sering terjadi di bagian dalam bangunan.

Komunikasi Non-Verbal

Gb 5 jalan didepan gedung Biblos sampai Didaktos


Jalan di depan gedung agape sampai gedung didaktos merupakan suatu sequence ruang karja
jalan tersebut tersusun dari rangkaian conblok yang seakan-akan menuntun kita menuja jalan yang
lebih besar yang ada di depann

Gb 6 jalan menuju kafet dan gedung Agape


Juga jalan yang ada di belakang gedung didaktos yang berada di antara gedung yang seakan-akan
menuntun kita untuk berjalan menuju suatu duang yaitu ruang kafetaria.

Gb 7 tangga di gedung Didaktos


Tangga yang ada di gedung didaktos juga merupakan komunikasi non-verbal karna
walaupun bentuknya brkelok-kelok tapi kita tau bahwa kalau kita mau ke lantai dua kita harus
naik tangga tersebut. Yang seakan akan memanggil kita untuk naik keatas.

Sequence

Gb 8 jalan di belakang gedung Didaktos


Dari Gedung logos sampai gedung fillia membentuk suatu sequence ruang. Yang dimana
jika kita ingin menuju kafetaria jika kita berjalan dari gedung logos kita akan melewati beberapa
ruang sebelum sampai di ruang kafetraria.

Gb 9 Jalan didepan gedung Biblos sampai gedung Didaktos

Dari gedung agape sampai gedung didaktos kita akan menjumpai sequence ruang. Yang
mana jika kita ingin keluar kita akan menemui beberapa urutan ruang sebelim kita sampai di
pintu gerbang.
Daftar Pustaka

https://hamdiel.files.wordpress.com/2010/03/deskripsiarsitektur.pdf
Sunarto Tjahjadi, ERNST NEUFERT. DATA ARSITEK.
Ciracas, Jakarta. Penerbit Erlangga.
http://sam-stac.blogspot.co.id/2013/04/elemenpembentuk-ruang.html
http://materiarsitektur.blogspot.co.id/2014/05/skaladalam-arsitektur.html
https://gogorbangsa.wordpress.com/2014/02/20/komu
nikasi-visual-2/

Tinjauan Pustaka
Dalam kajian ini ruang/gedung yang di pakai adalah Agape,Didaktos, Fillia, Logos,
Ruang antara Logos dan Eudia. Mengapa UKDW memilih arsitektur hijau? Hal ini dikarenakan
arsitektur hijau berperan dalam membangun dan menjawan issue yang terjadi akibat pemanasan
global mengakibatkan suhu udara naik di lingkungan sekitar UKDW. Untuk itu agar ekosistem
tetap terjaga keseimbangannya tanpa merusak keseimbangan tersebut. Elemen elemen yang ada
pada arsitektur hijau dapat meliputi bahan material material alami dan pencahayaan alami.

Diskusi / Analsis
Elemen Pembentuk Ruang
Elemen pembentuk ruang terdiri dari elemen horizontal dan elemen vertikal. Elemen
horizontal bawah merupakan elemen yang mutlak harus ada, sementara elemen lain tidak
harus ada. Ketiga elemen ini secara bersama membentuk suatu ruang, dengan kualitas
ruang tertentu. Setiap pilihan mempunyai konsekuensi tersendiri terhadap kualitas ruang
yang terbentuk. Sebagai contoh, jika kita memilih membentuk ruang dengan hanya
menggunakan elemen horizontal yang divariasikan dengan warna tetapi ketinggiannya
sama dengan sekitarnya, maka akan terbentuk rasa ruang yang terbuka, karena kita masih
bisa melakukan kontak secara fisik dan visual dengan segala yang ada di luar ruang
tersebut. Hal ini berbeda sekali jika kita membentuk ruang dengan menggunakan elemen
horizontal atas dan bawah serta elemen vertikal berupa dinding-dinding yang masif. rasa
ruang yang didapatkan adalah rasa tertutup.
Kita sebagai mahasiswa arsitektur sebaiknya dapat bermain-main dengan elemen-elemen
ini untuk mendapatkan kualitas ruang yang kita harapkan.
Skala
Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang
dengan suatu elemen tertentu yang ukurannya sesuai dengan manusia. Ada tiga macam
skala, yaitu sebagai berikut.
1. Skala Manusia
Pada skala ini penekanan diarahkan pada penggunaan ukuran dimensi manusia atau
gerak ruang manusia terhadap objek atau bendy yang dirancang.
2. Skala dalam arsitektur adalah suatu kemampuan manusia secara kualitas untuk
membandingkan bangunan atau ruang.
Pada ruang-ruang yang masih terjangkau oleh manusia skala ini dapat langsung
dikaitkan dengan ukuran manusia. Pada ruang yang melebihi jangkauan manusia
penentuan skala harus didasarkan pada pengamatan visual dengan membandingkannya
dengan ketinggian manusia sebagai tolok ukurnya.
3. Skala Ruang dalam Lingkungan Kota

Dalam skala ini lebih banyak digunakan skala manusia dan skala generik. Ada beberapa
macam skala ruang dalam suatu lingkungan perkotaan, yakni sebagai berikut.
1)
Skala ruang intim
2)
Skala ruang monumental
3)
Skala ruang kota
4)
Skala ruang menakutkan
Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi nonverbal secara umum dipahami sebagai proses komunikasi dengan
cara mengirim dan menerima pesan di luar kata-kata dan tulisan (yang disebut pesan
verbal). Beberapa pesan dapat disampaikan melalui gesture (gerak tubuh), bahasa tubuh
atau postur, ekspresi wajah dan kontak mata. Obyek atau benda-benda juga bisa dipakai
sebagai sarana komunikasi nonverbal seperti pakaian, gaya rambut dan hingga arsitektur,
simbol dan infografis.
Punggung Dan Muka Bangunan
Sequence

Simpulan
Jadi dapat di simpulkan bahwa ruang itu ada di mana saja dan selalu ada didekat kita. Maka
dari itu sebagai seorang mahasiswa arsitek kita harus lebuh pandai lagi dalam hal manghayati
Ruang, Skala , Komunikasi Non-Verbal dll. Karna dengan ini kita dapat menjadi seorang Arsitek
yang mampu bersaing di era modern seperti sekarang ini.

TAS TEORI ARSITEKTUR 01

NAMA : YOGI YOSUA


NIM : 61150054

Anda mungkin juga menyukai