Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ANALISIS PRINSIP PRINSIP ARSITEJTUR DALAM BANGUNAN


“CEDAR HALL” DI UNIVERSITY OF UTAH

NAMA : IRVAN KURNIAWAN

NPM : 19051010049

JURUSAN : ARSITEKTUR

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR
ANALISIS PRINSIP PRINSIP ARSITEJTUR DALAM BANGUNAN “CEDAR
HALL” DI UNIVERSITY OF UTAH

Berbicara tentang prinsip prinsip dasar arsitektur, sulit kiranya


meninggalkan nama besar yang legendaris Marcus Pollio Vitruvius. Dia adalah
arsitek dan insinyur Romawi yang hidup pada abad I dan berperan besar karena
menulis buku arsitektur tertua yang sempat ditemukan oleh pakar Barat

Menurut Vitruvius di dalam bukunya “De Architectura” (yang merupakan


sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik
haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan
Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan
dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang
melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup
pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula
bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika
maupun psikologis.

Di dalam bangunan “CEDAR HALL” ini juga berlaku prinsip prinsip


arsitektur yang diterapkan pada bangunan tersebut. Yaitu prinsip firmitas,
utilitas, serta venusitas.

1. Firmitas
Firmitas yang dimaksud Vitruvius mencakup penyaluran beban
yang baik dari bangunan ke tanah dan juga pemilihan material yang tepat.
Vitruvius menjelaskan setiap material yang ia pakai dalam bangunannya,
seperti batu bata, pasir, kapur, pozzolana, batu dan kayu. Setiap material
dijelaskan mulai dari karakteristik dari tiap jenis-jenisnya hingga cara
mendapatkanya atau membuatnya.

Bangunan tersebut dibangun dengan bahan material kayu,


bangunan ini menggunakan material kayu karena melihat sifat sifat kayu
yang memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
 Mempunyai kekuatan yang tinggi dan bobotnya ringan.
 Pada pembebanan tekan biasanya bersifat elastis
 Bila dirawat dengan baik kayu tahan lama (awet)

Penggunaan kayu dalam bangunan ini lebuh menguntungkan


karena Juga didukung kondisi lingkungan yang tidak begitu lembab
sehingga konsep firmitas atau kekuatan dalam bangunan dengan material
kayu ini benar benar terpenenuhi.

2. Utilitas
Sedangkan, pada utilitas yang ditekankan adalah pengaturan ruang
yang baik, didasarkan pada fungsi, hubungan antar ruang, dan teknologi
bangunan (pencahayaan, penghawaan, dan lain sebagainya).

Utilitas meliputi kebutuhan, fungsi dan denah. Arsitektur


mewadahi kegiatan, oleh karena itu fungsi merupakan salah satuhal utama
yang diperhatikan. hal yang ditekankan pada utilitas adalah mengatur
ruang yang baik didasarkan pada fungsi hubungan antar ruang dan
teknologi.
Prinsip utilitas pada bangunan ini ditunjukkan pada pengelolaan
ruang. Bangunan ini memiliki penataan ruang sederhana sesuai dengan
kegunaannya yaitu sebagai aula. Aula sebagai ruang serbaguna selayaknya
memiliki ukuran ruang yang memadai untuk menunjang kegiatan
didalamnya.

Prinsip utilitas yang diterapkan pada bangunan ini juga ditunjukkan


pada pengelolaan cahaya alami berupa pemberian konsep penutup ruang
dari kaca sehingga pemanfaatan cahaya alami dapat dimaksimalkan.
3. Venustas
Venustas adalah salah satu prinsip dalam arsitektur yang
mendukung keindahan dalam bangunan. Prinsip venuitas yang terdapat
pada bangunan ini yaitu

1) Proporsi
Proporsi merupakan kesesuaian dimensi dari elemen
arsitektur dengan lingkungan sekitar dan juga fungsi serta aspek
arsitektural lainnya seperti lokasi, posisi, dan juga dimensi obyek
lainnya.

Jika dilihat dari kesesuaian dimensi dari elemen arsitektur


dengan lingkungan sekitar, bangunan ini dapat dinilai proportif
karena mempunyai kesesuaian dimensi bangunan dengan
sekitarnya yang memperlihatkan konsep bangunan yang menyatu
dengan alam.

2) Irama
Dalam desain arsitektur, yang dimaksud irama adalah
penataan dari sebuah elemen yang harmonis. Elemen inipun bisa
berupa bentuk atau warna.
Dilihat dari irama bentuk, dapat dilihat dari jendela
bangunan yang disusun berjajar dengan irama statis, atau
pengulangan bentuk yang sama. Jika dilihat tampak bangunan
tersebut secara utuh, dapat dilihat bangunan tersebut semakin
kekanan maka ketinggian bangunan tersebut semakin mengecil
seingga menciptakan prinsip irama dalam bangunan tersebut.

3) Komposisi
Komposisi dalam desain arsitektur adalah penataan elemen
secara keseluruhan agar alur menjadi lebih nyaman. Contoh
penerapan komposisi pada desain arsitektur yang paling mudah
dipahami adalah penataan denah komposisi ruang

Komposisi dalam bangunan ini cukup memnuhi kebutuhan


yng fungai utamanya adalah sebagai aula minimalis, dengan satu
ruang utamanya dan penatan ruang lainnya yang sederhana dapat
menunjang pemanfaatan area yang cukup kecil sehingga
pemanfaatan ruang utama menjadi lebih optimal.
4) Keseimbangan

Pada bangunan ini tampak terlihat keseimbangan


didalamnya, jika diimajinasikan terdapat garis yang memotong
bangunan tersebut, memang akan tampak tidak seimbang, namun
yang membuat bangunan tersebut memenuhi kriteria keseimbangan
adalah tampak bangunan di sisi kanan garis kuning memiliki
ketinggian yang lebih landai daripada sisi kanan yang lebih tinggi,
walaupun lebih landai tetapi sisi kanan bangunan memiliki ukuran
yang lebih lebar daripada sisi kiri yang lebih sempit. Sehingga
dilihat dari perspektif tersebut sisi kanan maupun kiri bangunan
tetap memiliki keseimbangan walaupun dengan ukuran beberapa
sisi yang berbeda.

5) Point of interest
prinsip desain arsitektur ini adalah membuat sebuah elemen
kontras yang menjadi perhatian utama dari sebuah desain. Baik itu
dalam interior maupun secara arsitektural.Ada banyak cara
mengimplementasikan prinsip ini pada desain arsitektur rumah
ataupun interiormu. Berbagai elemen mulai dari bentuk, warna,
ukuran, posisi, hingga tekstur ataupun visual.
Point of interest pada bangunan ini dietakkan pada pintu
depan bangunan, diletakkan pada sisi tengah dan menggunakan
warna putih diantara warna lain yang cenderung gelap, sehingga
pusat perhatian pengamat bisa langsung tertuju pada objek pintu
tersebut.

6) Skala
Skala adalah perbandingan dari ruang atau bangunan dengan
lingkungan atau elemen arsitektural lainnya. Pada dasarnya, skala
pada desain arsitektur tak ada aturan khusus karena skala bisa
disesuaikan dengan nuansa atau kesan yang diinginkan. Misalkan
untuk mendapatkan kesan megah, dapat dibuat ruangan dengan
tinggi yang lebih tinggi daripada ruang lainnya atau standar pada
umumnya.

Skala pada bangunan ini menyesuaikan dengan konsep yang


dibawanya, yaitu minimalis, sehingga pemberian skala pada
bangunan cenderung relatif kecil, tetapi ditata sedemikian rupa
sehingga tidak memunculkan kesan sempit.

7) Kesatuan desain
Desain arsitektur bisa saja bermacam-macam, kesatuan
desain mengatur bagaimana berbagai elemen arsitektural tersebut
bisa terlihat harmonis saat disatukan menjadi sebuah produk desain
arsitektur. Memberikan keserasian pada setiap unsur dalam desain
arsitektur bisa dilakukan dengan berbagai hal seperti dengan
penggunaan warna, bentuk, pola, material hingga gaya spesifik
desain.

Kesatuan desain dalam bangunan ini dapat dilihat pada


kesatuan warna yang diterapkan pada bangunan tersebut. Bangunan
ini menggunakan beberapa warna coklat yang serasi, bangunan ini
menggunakan satu warna tetapi memainkan kontras sehingga tidak
tampak monoton namun harmonis dan dapat mendukung
terciptanya kesatuan desain.

Anda mungkin juga menyukai