Anda di halaman 1dari 15

MASJID RAYA SUMATRA BARAT

1 IRVAN KURNIAWAN

ASPEK KONTEKSTUAL

Masjid Raya Sumatra Barat adalah masjid


terbesar di Sumatra Barat yang terletak di Jalan Chatib
Sulaiman, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang.
Desain masjid ini didapatkan oleh hasil sayembara yang
dimenangkan oleh tim yang diketuai oleh arsitek Rizal
Muslimin. Masjid Raya Sumatra Barat menampilkan
arsitektur modern yang tak identik dengan kubah. Atap
bangunan menggambarkan bentuk bentangan kain
yang digunakan untuk mengusung batu Hajar Aswad.
Ketika empat kabilah suku Quraisy di Mekkah berselisih
pendapat mengenai siapa yang berhak memindahkan
batu Hajar Aswad ke tempat semula setelah
renovasi Ka'bah, Bentuk sudut lancip sekaligus mewakili
atap bergonjong pada rumah adat Minangkabau rumah
gadang. Bangunan utama Masjid Raya Sumatra Barat
memiliki denah dasar seluas 4.430 meter persegi.
Konstruksi bangunan dirancang menyikapi kondisi
geografis Sumatra Barat yang beberapa kali diguncang
gempa berkekuatan besar.

ASPEK FORMAL

A. KONSEP BENTUK
arsitektur masjid ini mengikuti tipologi
arsitektur Minangkabau dengan ciri bangunan
2 IRVAN KURNIAWAN
berbentuk gonjong, hingga penggunaan ukiran
Minang sekaligus kaligrafi pada dinding bagian
luar.

(gambar : Bentuk sudut lancip mewakili atap


bergonjong pada rumah adat gadang)

Selain itu, arsitektur masjid ini juga
menggambarkan kejadian peletakan batu Hajar
Aswad dengan menggunakan kain yang dibawa
oleh empat orang perwakilan suku di Kota
Mekkahpada setiap sudutnya.

3 IRVAN KURNIAWAN

(gambar : Atap bangunan mewakili bentuk


bentangan kain yang digunakan untuk
mengusung batu Hajar Aswad)

B. PRINSIP DESAIN
1. irama
pada eksterior maupun interior masjid ini
dapat dilihat irama yang terbentuk dari pola
pengulangan suatu bentuk dasar. Pada
eksterior, terdapat irama berupa bentuk
segitiga berjajar yang mengelilingi sisi luar
masjid. Segitiga ini memiliki ukuran berbeda
sesuai loengkungan atap sehingga
memberikan kesan dinamis.

(gambar : irama dari bentuk dasar segitiga


pada eksterior)

Dan pada interior, terdapat tiang yang


disusun berjajar melingkari area dalam
masjid sehingga menciptakan irama yang
terbentuk dari jajaran tiang tersebut.

4 IRVAN KURNIAWAN

(gambar : irama terbentuk dari jajaran tiang)


2. komposisi
dalam segi arsitektur, setiap ruang masjid
ini dibagi menjadi tiga fungsi zona, yaitu
privat, pubik dan service. Oleh karena masjid
ini merupakan bangunan publik, maka
pembagian ruang difokuskan pada area
publik dan semi publik dengan pemberian
ukuran ruangan paling luas. Pembagian
ruang dalam masjid ini sangat mendukung
dalam penggunaan alur fungsi bangunan.

5 IRVAN KURNIAWAN

(gambar : zona publik masjid)

3. keseimbangan
Bangunan masjid ini mempunyai
keempat sisi bangunan yang semuanya
memiliki keseimbangan simetris.

4. Point of interest

6 IRVAN KURNIAWAN

Point of interest pada masjid ini terletak


pada sudut lancip yang sangat menonjol
sehingga dapat menarik lebih banyak
perhatian.

5. Skala
Skala bangunan ini termasuk memiliki
skala monumental, yang dimana bangunan
ini sangat besar dan menjadi lernmark di
daerah tesebut.
7 IRVAN KURNIAWAN

ASPEK PROGRAMATIK

1. Konstruksi
Konstruksi bangunan dirancang
menyikapi kondisi geografis Sumatera Barat
yang beberapa kali diguncang gempa
berkekuatan besar. Sehingga dibangun dengan
struktur dan desain konstruksi yang kuat, anti
193 guncangan sehingga diharapkan aman dari
guncangan gempa hingga 10 skala richter.

2. Light plan
3. Facade

8 IRVAN KURNIAWAN

4. Interior
CHURCH OF THE LIGHT TADAO ANDO, JAPAN

ASPEK KONTEKSTUAL
9 IRVAN KURNIAWAN
Church of the light yang berarti Gereja cahaya
adalah bangunan gereja yang berada di kota Ibaraki,
Osaka. Bangunan ini adalah salah satu desain paling
terkenal dari arsitek Jepang Tadao Ando. Arsitek Tadao
Ando mendesain gereja ini dengan menggabungkan
antara ruang yang penuh makna dalam keindahan
arsitektur modern. kerangka filosofis Arsitek Ando
dalam mendesain memikirkan antara alam dan
arsitektur melalui cara di mana cahaya dapat
mendefinisikan dan menciptakan persepsi spasial baru
secara setara.
ASPEK FORMAL

A. KONSEP BENTUK

Keunikan bentuk filosofis yang dimiliki gereja ini


terfokus pada celah kecil berbentuk salib sebagai
lubang cahaya masuk, celah ini menciptakan nilai
filosofis yang dibawa oleh arsitek Ando dalam
mewujudkan bangunan gereja ini.

10 IRVAN KURNIAWAN

Dalam celah ini, Arsitek ando menyampaikan


nilai filosofis yaitu Gereja Cahaya adalah arsitektur
dualitas - sifat ganda dari keberadaan - solid / batal,
terang / gelap, telanjang / tenang. Perbedaan yang
hidup berdampingan membuat gereja tidak memiliki
ornamen apa pun, dan semuanya, menciptakan
ruang yang murni dan tanpa hiasan. Perpotongan
cahaya dan solid meningkatkan kesadaran
penghuni spiritual dan sekuler dalam diri mereka.

B. PRINSI[P DESAIN

1. Irama

11 IRVAN KURNIAWAN

Irama tidak begitu ditonjolkan pada


bangunan gereja ini. Bangunan dibiarkan
polos untuk menujukkan kesan material yang
menonjol.
2. Komposisi

12 IRVAN KURNIAWAN

Pada gerja cahaya ini, pembagian ruang


hanya memberikan ruang publik dan semi
publik. Karena bangunan terfokus pada
fungsi sebagai tempat peribadatan.

3. Keseimbangan

Dari sisi samping gereja, bangunan memiliki


keseimbangan simetris, sedangkan dari
depan gereja, bangunan memilliki
keseimbangan asimetris.

4. Point of interest

13 IRVAN KURNIAWAN
Point of interest pada gereja ini terletak
pada simbol salib yang berupa celah cahaya
masuk dari luar kedalam bangunan.

5. Skala

Skala bangunan gereja ini merupakan skala


ruang intim. Meskipun cukup besar untuk
menampung puluhan orang, tetapi bangunan
ini memberikan kesan melindungi.

ASPEK PROGRAMATIK

1. DENAH

14 IRVAN KURNIAWAN

2. Arah cahaya
3. Fasad

4. Interior
15 IRVAN KURNIAWAN

Anda mungkin juga menyukai