2. Apa yang membuat bangunan tersebut tampak berbeda dengan bangunan lainnya?
Bangunan Wedding Chapel ini tampak berbeda dengan bangunan lainnya yang serupa
karena bangunan ini memiliki penampilan luar
yang sangat unik. Bangunan dengan kayu
berwarna putih ini tampak seperti dua buah pita
yang saling melingkar bertautan menjadi satu.
Selain tampak indah, bangunan ini juga hemat
energy karena Hiroshi Nakamura merancang
bangunan tersebut dengan material maupun
desain yang memungkinkan cahaya matahari
dapat maksimal masuk ke dalam bangunan sehingga konsep yang ditawarkan pun begitu
alami. Kebutuhkan listrik untuk penerangan juga menjadi begitu minimal.
Menurut saya, desain bangunan ini sangat bagus dan menginspirasi saya. Dengan
sengaja Hiroshi Nakamura, seorang arsitek dari Jepang mendesain bangunan ini lebih tinggi
dari pohon-pohon yang ada di sekelilingnya untuk mendapatkan pemandangan laut dari atas
kapel sekaligus sebuah bangunan kapel dengan langit-langit yang tinggi. Selain itu,
bangunanini memiliki konsep yang unik yaitu Ketika dua menjadi satu. Mengambil
konsep atau tema dari bagaimana sebuah pernikahan merupakan perpaduan dari 2 orang
menjadi 1, bangunan kapel ini juga dibuat serupa. Dengan adanya 2 garis
lengkung freestanding yang melingkar dengan alur semakin mengecil ke atas yang kemudian
saling menopang di puncaknya. Tangga terjalinnya, yang jalur lintas di beberapa titik untuk
memberikan dukungan satu sama lain, dirancang untuk menjadi simbolis dari kesatuan yang
perkawinan membawa. Lengkungan pita di bagian luar bangunan ini tak hanya sebagai
hiasan, tapi juga berupa tangga dari 2 sisi yang kemudian bertemu di puncaknya.
Melambangkan persatuan 2 insan yang disatukan oleh Tuhan dan mendeklarasi pernikahan
mereka. Sebuah bangunan indah dengan makna yang mendalam pula sangat cocok untuk
dijadikan tempat persatuan dalam ikatan suci pernikahan. Tangga yang dibalut papan vertikal
kayu bercat putih, dan memiliki melengkung handrests paduan titanium seng untuk menahan
erosi dari angin laut. Di sanalah kedua mempelai akan bertemu untuk kemudian berjalan
bersama menuju ke dalam kapel. Ada pun panjang tangga mencapai 135 meter. Keluarga dan
semua undangan akan dapat menyaksikannya dari taman yang ada di sekitar kapel.
Selain itu, bangunan ini terkesan dinamis karena banyak bentuk lingkaran yang jika
tidak diperhatikan terkesan tidak saling berhubungan. Kaca jendela semua berbeda dalam
tinggi, ketebalan dan bentuk. Untuk mengaktifkan panel kaca untuk bergerak bebas di bawah
torsi tiga dimensi dari bangunan selama gempa bumi atau angin kencang, panel diadakan
dengan titik kaca dot (DPG) lengan yang menempel pada bagian dalam kebangkitan titanium
paduan seng koping.
Secara keseluruhan, bangunan ini tampak menarik dan mengispirasi bagi saya
pribadi. Baik konsep hemat energy,
warna dan bentuk bangunan serta
adanya konsep Ketika dua menjadi
satu sangat menarik perhatian saya
dan membuat bangunan ini tampak
unik sekaligus indah.
DAFTAR PUSTAKA
http://blj.co.id/2015/06/20/the-ribbon-chapel-ketika-dua-menjadi-satu/ diakses 22 April 2017
http://www.dezeen.com/2015/02/05/intertwining-staircases-spiral-wedding-chapel-hiroshi-
nakamura-japan/ diakses 22 April 2017
http://www.archilovers.com/hiroshi-nakamura/ diakses 22 April 2017
http://www.archdaily.com/594947/ribbon-chapel-nap-architects diakses 22 April 2017
Image by : Hiroshi Nakamura & Nap Co
Photo by Koji Fujii. Courtesy of Nacasa and Partners Inc.