Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Preseden dalam Arsitektur

Berikut merupakan beberapa pengertian preseden dalam arsitektur, dari beberapa sumber
media:

1. Preseden arsitektur adalah sebuah penilaian atau alat analisis untuk melatih
kecakapan desain arsitektur dan memberikan karakter tertentu pada desain
arsitektural seorang arsitek.
2. Preseden arsitektur memberikan tinjauan terhadap design masa lalu guna
memberikan solusi sebagai dasar penalaran dalam situasi desain saat ini, sehingga
memunculkan suatu prinsip design yang baru atau inovasi.
3. Preseden arsitektur mengidentifikasi pola dan tema yang sebelumnya sudah ada, dan
kini berpeluang untuk membantu mewujudkan bentuk atau design arsitektur baru
pada generasi selanjutnya.
4. Preseden bukan untuk membangkitkan gaya lama baik sebagian atau keseluruhan
dari suatu desain bangunan yang sudah ada.
5. Preseden arsitektur fokus pada cara berfikir yang menekankan mengenai apa yang
pada dasarnya sama, bukan yang berbeda.
6. Preseden adalah teknik transformasi, yaitu aktivitas mengkodefikasi unsur-unsur
yang digunakan oleh suatu bangunan yang sudah ada sebagai refrensi, namun
kemudian mengubah kodefikasi tersebut sedemikian rupa dengan masih tetap
mempertahankan refrensi aslinya untuk menghasilkan makna baru.

Dalam usaha mempelajari preseden arsitektur yang telah ada, seorang arsitek harus
berhati-hati agar tidak terjebak dalam usaha peniruan suatu bentuk semata. Untuk
menghasilkan preseden yang baik maka seorang arsitek harus mempelajari preseden
secara menyeluruh, Guna mengetahui akan anatomi bangunan, struktur dan kontruksi, tata
ruang, nilai-nilai yang dikandung, kondisi social budaya masyarakat, hingga sejarah yang
melatarbelakangi keberadaan sebuah preseden. Ini dikarenakan dalam sebuah preseden
terkandung makna-makna tertentu. Dimana makna-makna ini tidak dapat diterapkan
begitu saja pada karya arsitektur baru, hanya dengan melakukan peniruan bentuk fisik
semata dari presedennya. Preseden pada dasarnya bukan berfungsi sebagai ‘’Pemberi
contoh semata”, melainkan dalam preseden dapat dikembangkan oleh arsiteknya sendiri.
Sehingga dengan hal tersebut dapat memperoleh suatu karya arsitektur atau rancangan
yang baru, sesuai dengan waktu dan tempatnya masing-masing.

Penggunaan Preseden arsitektur dalam arsitektur dapat dilakukan dengan dua alternatife
yaitu :

1. Penggunaan preseden yang didasarkan atas prinsip-prinsip desain. Seorang arsitek


dalam merancang sebuah karya-karnya mengolah fungsi, ruang dan karakter
berdasarkan atas prinsip desain yang sudah ada.
2. Penggunaan preseden yang didasarkan atas prinsip-prinsip dalam arsitektur tradisional
yang ada dalam suatu setting masyarakat tertentu. Penerapan prinsip-prinsip desain
tersebut di dalam mengolah fungsi, ruang dan karakter misalnya : rumah Bali, Jawa,
Minangkabau, dll.

Metode Preseden penting digunakan untuk menemukan dan memecahkan masalah dari
design terdahulu yang kurang dapat menerima perkembangan jaman . Dengan memahami
pengertian dan fungsi dari preseden, pembuatan design baru dapat memiliki inovasi dan
kreativitas tinggi serta tidak hanya sekadar meniru karya saja.

Penerapan preseden pada proses mendesign suatu bangunan terdiri dari tiga aspek yaitu;
Aspek konseptual, Aspek Programatik dan Aspek Formal, dimana ketiga aspek ini dapat
menjadikan ciri khas dari bangunan tersebut. Aspek konseptual yaitu menjadikan konsep yang
terdapat pada bangunan terdahulu sebagai contoh untuk konsep bangunan yang akan di design.
Aspek progmatig yaitu menjadikan program ruang yang terdapat pada bangunan terdahulu
sebagai contoh untuk memprogram ruang pada bangunan yang akan di design. Aspek formal
yaitu menjadikan langgam yang terdapat pada bangunan terdahulu sebagai contoh untuk
memberi ciri khas / langgam pada bangunan yang baru.

Metodologi penilaian karya arsitektural yang mempunyai karakteristik tertentu, yang


secara mendalam meliputi 3 aspek yaitu :

1. Aspek Konseptual

Dalam aspek konseptual, preseden arsitektur lebih terfokus kepada teori-teori


bentuk, proses transformasi dan philosophy. Dalam analisisnya sebagai berikut:
pertama, bagaimana implikasi konsep filosofis yang dimiliki. Kedua, bagaimana
merumuskan suatu konsep, yaitu gagasan yang dapat menyatukan beberapa elemen
dalam satu kesatuan. Ketiga, bagaimana menanggapi tuntutan programatis, konteks
dan berbagai gagasan yang muncul.

2. Aspek Programatik dalam aspek progmatik, preseden arsitektur terfokus kepada


tata ruang, konfigurasi, morfologi, geometri dan lay out denah atau bangunannya
sendiri. Dalam analisisnya sebagai berikut: pertama, bagaimana membuat
penzoningan, pengelompokan fungsional. Kedua, bagaimana menata dan
mengkaitkan ruang pakai dengan sirkulasi. Ketiga bagaimana membentuk ruang
dan massa dalam kaitannya dengan program dan fungsinya.
3. Aspek Formal preseden arsitektur terfokus kepada hal formal seperti tapak,
lingkungan, peraturan, ragam hias dan sustainability. Dalam analisisnya sebagai
berikut: pertama, menganalisis kontrusi geometris.
Kedua, menganalisis konfigurasi keruangan.
Alasan menggunakan metode preseden

Alasan menggunakan metode preseden karena metode ini dapat menjawab permasalahan
permasalahan design terutama terkait perubahan jaman, dimana metode ini menawarkan solusi

dari design lama yang lambat laun luntur dapat eksis kembali di jaman sekarang ataupun di
jaman jaman berikutnya hal ini karena metode preseden meniru design lama yang sudah ada
tanpa menghilangkan nilai dari design tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut merupakan contoh
contoh penerapan preseden dalam arsitektur.

Aspek Kontekstual

Gedung Pusat Pelayanan Akademik (GPPA) didesain sebagai ikon baru bagi
UNM, kota Makassar dan sekaligus Sulawesi Selatan (Sulsel). Eksplorasi desain gedung
ini mengutamakan pada pendalaman kearifan lokal sebagai sumber inspirasi, yaitu makna
Logo UNM, Rumah Tradisional Makassar, falsafah hidup masyarakat Sulawesi Selatan
(Sulapa Eppa/empat persegi), dan maha karya perahu pinisi sebagai simbol kejayaan,
kebanggaan, dan keagungan. Serangkaian eksekusi bentuk dan detail-detail solusi desain
yang bersumber pada kearifan lokal, dipercaya mampu membentuk lingkungan kampus
masa kini yang berkelas internasional.
GPPA UNM menjadi gedung tinggi pertama di Indonesia dengan sistem fasade
Hiperbolic Paraboloid, yang merupakan ekspresi futuristik dari aplikasi kecanggihan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bangunan ini sebagai perwujudan dari serangkaian makna,

fungsi, dan aplikasi teknologi yang ditransformasikan ke dalam sosok arsitektur.


Kekayaan makna tersebut akan meningkatkan nilai arsitektur GPPA UNM menjadi lebih
dari sekedar sosok estetis, tetapi juga memiliki keagungan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya.

2.3.2. Aspek Progmatik

Hunian pada masyarakat Bali, ditata menurut konsep Tri Hita Karana yakni
pembagian areal sebuah hunian dalam tiga bagian. Bagian Prahyangan untuk peruntukan
tempat suci dalam sebuah hunian biasanya menggunakan sudut kaja kangin (timur-arah
gunung), digunakan sebagai tempat pemujaan, Pamerajan (sebagai pura keluarga).
Pawongan merupakan areal untuk tidur, jika didalam hunian adalah kamar atau areal
didalam rumah, dan palemahan merupakan areal lingkunan diluar bangunan dalam
sebuah hunian contohnya seperti halaman rumah dan parkiran. Dalam arsitektur modern
yang berkembang pada era sekarang ini gaya dalam arsitektur tradisional bali tidak
sepenuhnya diabil, melainkan diambil sebagin. Sehingga walaupun bangunan dibuat
lebih modern dengan fungsi yang lebih kompleks bangunan tersebut bisa mencirikan
arsitektur bali, bila dilihat dari tampilan, dan konsep tata ruangnya.
2.3.3. Aspek Formal

Bangunan Gereja Ambon jika dilihat dari penggunaan ornament dari luar
bangunan dapat dilihat banyak menggunakan ornament bergaya eropa seperti :

A. Kubah
Penggunaan kubah tercatat mulai berkembang pesat di periode awal masa
Kristen. Struktrur dan bentang kubah pada waktu itu tak terlalu besar, seperti
terdapat pada bangunan Santa Costanza di Roma. Pada era kekuasaan Bizantium,
kaisar Justinian mulai membangun kubah kuno yang megah. Dia menggunakan
kubah pada bangunan Hagia Sophia di Konstantinopel. Gereja yang kemudian
beralih fungsi menjadi masjid dan kini menjadi museum ini adalah salahsatu bukti
bahwa kubah bukanlah dari peradaban Islam murni. Bahkan di Moskow Rusia,
ada juga bangunan katedral yang menjadi ikon kota Moskow dengan kubah pada
bagian atasnya, sehingga dalam pandangan sekilas akan terlihat sangat mirip
bangunan masjid.

B. Pilar pilar bergaya yunani


pemakaian pilar-pilar, ornamen, dan profil-profil yang muncul
pada saat kerajaan Romawi atau Yunani kuno. Bangunan gaya klasik
memiliki ukuran yang melebihi kebutuhan fungsinya dan memiliki
komposisi bangunan yang simetris dengan tata letak jendela yang teratur.

C. Menara dan jam raksasa pada dinding

Jam pada menara di London Inggris merupakan salah satu gaya khas
eropa yang menggunakan dekorasi jam raksasa pada bangunan mereka.
Tujuan penggunaan metode preseden

Metode preseden digunakan dengan tujuan agar sebuah karya arsitektural dapat berfungsi dengan
lebih baik sesuai dengan fungsi bangunan terkait. Hal ini dikarenakan banyaknya ide baru yang
muncul seiring berkembangnya jaman dan kebutuhan manusia terhadap ruang semakin
berkembang, sedangkan merancang dengan metode preseden merupakan tidak hanya sekadar
meniru sebuah karya saja namun mencontoh disertai dengan mengkaji apakah aspek aspek dalam
sebuah karya dapat dijadikan contoh atau ada yang perlu dibenahi sesuai dengan kebutuhan
dalam mendesain sebuah karya yang baru.

Anda mungkin juga menyukai