Anda di halaman 1dari 33

MORFOLOGI ARSITEKTUR

TRADISIONAL DI NUSANTARA
• Aulia Afif Santoso 201745500208
• Safitri Ika Putri 201745500247
MORFOLOGI
ARSITEKTU 01
Morfologi
Morfologi adalah studi tentang bentuk. Dalam bidang arsitektur, konsep
morfologi merupakan studi mendasar dalam melihat dan
memilah komponen dan mengklasifikasikannya ke dalam tipe-tipe.

R Arsitektur

TRADISION 02 Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan.


Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang
dan membangun keseluruhan lingkungan binaan

AL Arsitektur Tradisional
03 arsitektur yang hidup dan didukung oleh beberapa generasi secara
berurutan. Karena adanya perbedaan waktu dan tingkat kemajuan
jaman, maka tak terelakkan arsitektur juga mengalami perubahan.

Arsitektur Nusantara
04 sebuah ilmu seni arsitektural yang berfokus pada potensi-potensi
dari kebudayaan , tradisi , serta kondisi iklim di daerah negara
kepulauan Indonesia.
Letak Geografis

Nusantara  beriklim  tropis  sesuai  dengan  letaknya yang melintang di


sepanjang garis khatulistiwa. Dataran Indonesia memiliki luasan sekitar
1.902.000 km². Indonesia termasuk dalam Negara beriklim tropis lembab
dengan ciri- ciri sebagai berikut:
1 2 3 4 5

Variasi
Suhu
iklim
udara rata- Radiasi Kelembaban Kecepatan
kecil,
rata cukup matahari Tinggi (di angin relatif
curah
tinggi (18- cukup tinggi atas 60%) rendah
hujan
35oC)
tinggi
Masalah pada Bangunan di Daerah Iklim Tropis

Panas yang tidak menyenangkan dan hujan yang cukup Problem 1


lebat.

Penguapan sedikit karena gerakan udara Problem 2


lambat.

Disekitar lautan perlu perlindungan terhadap angin keras. Problem 3

Perlu   perlindungan   terhadap   radiasi   matahari,   hujan,   Problem 4


serangga.
Solusi

Ruang sekitar bangunan Orientasi utara-selatan, Bangunan  sebaiknya  terbuka, 


diberi peneduh, tanpa untuk mencegah dengan  jarak  yang  cukup 
antara  masing- masing
mengganggu sirkulasi pemanasan fasad yang bangunan untuk menjamin
udara. lebih lebar. sirkulasi udara yang  baik

Teritisan yang lebar pada


Persiapan penyaluran Bangunan ringan bangunan guna melindungi
air hujan dari atap dan dengan daya serap penghuni bangunan dari hujan
panas yang rendah. yang berlangsung sepanjang
halaman. tahun dan juga dari terik
matahari yang menyengat.
Morfologi Arsitektur Tradisional Minangkabau di Sumatra

Budaya Minangkabau

Budaya ada hubungannya dengan tradisi dan adat yaitu perilaku


yang dilakukan secara berulang karena paksaan aturan tidak
tertulis. Karena aturan tidak tertulis (adat) itu juga dibagi
berdasarkan adat yang tidak boleh dirubah (adat yang sebenar adat)
dan yang boleh dirubah (adat istiadat. Budaya visual masuk
kategori yang terakhir ini sebagai “adat salingka nagari” . Konsep
tradisi bangunan tradisional menjadi lemah kedudukannya, jika
terdapat perbedaan yang mencolok di lokasi yang berbeda.
Hubungannya ?

Hal ini mendasari pemikiran untuk menganalisis bentuk


asal ruang hunian atau bangunan tradisi Minangkabau,
yaitu untuk mencari morfologi bentuk bangunan,
termasuk bentuk denah bangunan.
Bentuk Asal Ruang Pada Rumah Tradisional Minangkabau

05
04
03
Dinding depan kayu, dinding belakang
Your Text Here
02 dengan jalinan bamboo
Lantai memiliki 4 ruang lantai yaitu blik, bandua,
Deskripsi bentuk bangunan
01 labuah, balai)

rumah Minangkabau Kolom atau tiang susunannya berjejer, dimana 1 jejer memiliki
5 kolom untuk satu bangunan dengan 5 ruang diperlukan 30
kolom
Atapnya berbentuk runcing dan bentuk atap segi tiga dari
samping
Rumah adat
. bentuknya persegi panjang
Perkembangan bentuk denah dan
ruang Sejalan dengan waktu maka terjadi modifikasi dan
perubahan bentuk asli ini ke bentuk yang lebih
bervariasi antara lain sebagai berikut :

Pengembangan denah bangunan dari 5 ruang


menjadi 7-9 ruang

Pengembangan dari rumah tinggal


menjadi bangunan raja
Bangunan khusus
raja Minangkabau
Perkembangan bentuk denah dan
ruang

Model bangunan khusus beranjung


Dalam perkembangannya, bangunan beranjung tidak hanya
jadi model untuk bangunan raja. Tetapi juga model bagi
bangunan  Balai Adat, Museum, dan kantor–kantor
pemerintahan. Contoh di atas adalah balai adat di nagari
Saning Bakar Solok.

Perubahan jumlah bilik menajadi 3 ruang


Pernah terjadi kebakaran hebat disebuah kampung atau
akibat resesi ekonomi, maka sulit untuk mencari kayu
untuk membangun rumah gadang. Jalan keluarnya adalah
dengan mengurangi, jumlah ruang.
Perkembangan bentuk denah dan
ruang

Perubahan dari tangga yang tidak beratap


menjadi beratap

Tambahan bangunan dengan ruang tamu


Perkembangan bentuk denah dan
ruang

Perubahan pintu masuk dari belakang

Gaya campuran daerah


Perkembangan bentuk denah dan
ruang

Pengembangan Ruang  pada bagian depan


dan belakang bangunan

Campuran bangunan darek dengan Melayu-


DiAceh-Nias
daerah Pauh Padang ada Rumah tradisional Kajang Padati. Atapnya tidak
berbentuk gonjong, tata ruangnya  sudah diperuntukkan untuk anak laki-laki tinggal
di rumah hunian. Hal ini berbeda dengan bangunan darek yang tidak membolehkan
anak laki-laki desa tinggal di rumah gadang. Unsur-unsur luar yang masuk dapat di
lihat dari bentuk tangga yang mirip dengan bentuk tangga Gayo Aceh, dan juga
ukirannnya. Denah rumah Padang  umumnya mirip dengan rumah Aceh Selatan
(gambar denah kiri). Denah Rumah yang mirip dengan bangunan rumah adat darek
(kanan).
ARSITEKTUR SUKU BANJAR - BANJARMASIN KALIMANTAN
SELATAN
 Suku Banjar memiliki 11 tipe
arsitektur tradisional rumah tinggal.
Kesepuluh tipe tersebut adalah:
1. Bubungan Tinggi
2. Gajah Baliku
3. Gajah Manyusu
4. Balai Laki
5. Balai Bini
6. Palimasan
7. Palimbangan
8. Cacak Burung
9. Tadah Alas
 Banyaknya jenis rumah Banjar terkait erat dengan beragam status
10. Joglo
11. Lanting masyarakat (golongan sosial) pada masa kerajaan Banjar
 Lantai dari permukaan tanah sekitar 2 meter yaitu kolong di bawah
anjung dan palidangan; sedangkan jarak lantai terendah rata-rata 1
meter, yaitu kolong lantai ruang palatar.
RUMAH BUBUNGAN TINGGI
 Rumah Bubungan Tinggi sebagai
rumah yang dihuni oleh status sosial
tertinggi dalam masyarakat Banjar
(golongan raja dan pangeran)

Ciri
nya :
1. Atap Sindang Langit tanpa plafon
2. Tangga Naik selalu ganjil
3. Pamedangan diberi Lapangan
kelilingnya dengan Kandang Rasi
berukir
 Palataran/Surambi, yaitu ruangan terbuka pada bagian depan
rumah. Mulanya berfungsi sebagai tempat menyimpan padi
sementara, kemudian berubah fungsi menjadi ruang tamu (antar
tetangga dekat) bagi kaum pria.
 Panampik Kacil/Panurunan yaitu ruang di belakang dinding depan
(tawing hadapan) dan pintu depan (lawang hadapan) yang
berfungsi sebagai lumbung padi (kindai) atau tempat menyimpan
bahan makanan.
 Panampik Panangah/Paledangan (letaknya bersambung dengan
panampik basar dan fungsinya hampir sama).
 Panampik Basar/Ambin Sayup/Paluaran ruang yang berfungsi
untuk menerima tamu terutama tamu yang datang dari jauh.
Saat kenduri (walimah) datang, ruang panampik besar sebagai
ruang yang tertinggi tingkatannya adalah tempat duduk para
alim ulama, para tetuha kampung, dan orang-orang tua.
 Paledangan atau Ambin Dalam, letaknya di tengah-tengah. Pada
ruang ini terdapat delapan tihang pitagor (empat buah di
belakang tawing halat dan empat lainnya antara anjung disebut
tihang pahalatan padu) yang berfungsi menyangga atap
bubungan tinggi.
 Panampik Dalam merupakan ruang khusus untuk makan. Fungsi
lainnya untuk menyimpan barang pecah belah dan tempat
menerima tamu bagi para wanita di rumah tersebut.
 Anjung kiri (kiwa) ruang yang terletak di sisi kiri
palidangan/ambin dalam. Ruang ini terbagi dua yaitu bagian
muka (anjung kiwa) dan bagian belakang (anjung jurai kiwa).
 Anjung kanan, adalah ruangan yang terletak di sisi kanan
palidangan/ambin dalam. Ruang ini terbagi dua bagian yaitu
bagian muka (anjung kanan) dan bagian belakang (anjung jurai
kanan). Ruang ini berfungsi sebagai tempat tidur, ibadah, berhias
dan menyimpan pakaian.
 Padapuran atau Panampik padu, adalah ruangan yang paling
belakang dan terbuka. Fungsinya sebagai tempat memasak,
menyimpan makanan, bekerja, ruang makan, mengasuh anak,
tempat tidur, mencuci, dll.
Konstruksi pokok rumah Banjar dapat
dibagi atas beberapa bagian, yaitu:
• Tubuh bangunan yang memanjang
lurus ke depan, merupakan bangunan
induk.
• Bangunan yang menempel di kiri dan
kanan disebut Anjung
• Bubungan atap yang tinggi melancip
disebut Bubungan Tinggi
• Bubungan atap sengkuap yang
memanjang ke depan disebut atap
Sindang Langit
• Bubungan atap yang memanjang ke
belakang disebut atap Hambin Awan.
• Tubuh bangunan induk yang
memanjang terus ke depan dibagi atas
ruangan-ruangan yang berjenjang
lantainya.
RUMAH ADAT JEPARA - JAWA TENGAH

 Rumah adat Jepara atau Joglo Jepara


adalah Rumah tradisional asal Jepara
salah satu rumah tradisional yang
mencerminkan perpaduan akulturasi
kebudayaan masyarakat Jepara.
 Joglo Jepara mirip dengan Joglo Kudus
tetapi perbedaan yang paling kelihatan
adalah bagian pintunya, Joglo Jepara
memiliki 3 pintu utama sedangkan Joglo
Kudus hanya memiliki 1 pintu utama.
Memiliki 4 buah tiang di tengah bangunan. menurut pembagian
ruangnya adalah sebagai berikut:
 Ruang Peringgitan
Ruang ini dulu untuk menerima/ menjamu tamu terbatas,
sampai saat inipun tempat ini masih dipergunakan untuk
dhahar prasmanan dan menerima tamu. Namanya rono
kaputren (yang ukirannya tembus) atau berlubang dan yang
blok ukir namanya rono kaputran.
 Ruang keluarga
Tempat/ruangan ini dulu dipergunakan untuk berkumpulnya
keluarga.
 Ruang pingitan
Pengertian dipingit tidak di ruangan ini terus, boleh keluar
tetapi dengan batasan depan ada rono (ukiran yang
tembus/berlubang) dan belakang ada tembok yang tinggi,
dan pengertian dipingit adalah menunggu lamaran dari pria
yang tidak dikenalnya.
 Pawon
Biasa digunakan untuk masak, belajar dan melihat televisi.
 Pakiwan
Untuk halaman depan rumah, terdapat sumur pada sebelah
kiri yang dinamakan Pakiwan, yang juga berfungsi untuk
kamar mandi.

Konsep falsafah dari bangunan joglo :


 Menghadap ke laut dengan maksud agar berpikiran luas
 Membelakangi gunung dengan maksud agar tidak congkak
dan tinggi hati
 Atap berujud pegunungan dengan maksud religius yaitu
Tuhan di atas dan berkuasa atas segalanya
 Tiga wuwungan atap tidak patah tetapi melengkung yang
mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang
luwes.
 Tiga buah pintu di depan merupakan perwujudan hubungan
antara : Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan manusia,
Manusia dengan alam.
RUMAH ADAT BALI

• Rumah adat Bali memiliki desain


yang unik karena mengedepankan
unsur-unsur tradisional di
dalamnya.
• Umumnya, rumah adat Bali yang
kita tahu memiliki Gapura Candi
Bentar pada bagian depan.
• Pembangunan rumah adat
tradisional Bali juga mengikuti
aturan khusus seperti letak
bangunan, dimensi pekarangan,
arah, desain, struktur bangunan
dan konstruksi.
 Angkul-angkul adalah bagian rumah adat
Bali paling depan yang pada umumnya
memiliki gapura dengan atap model
tradisional dan bagunan seperti candi di
bagian kiri dan kanannya.
 Atap angkul-angkul yang penuh dengan
ukiran artistik menghubungkan kedua sisi
gapura sehingga terlihat unik.

 Aling-aling merupakan bagian dari halaman


rumah adat Bali yang menjadi pembatas
antara angkul-angkul dengan tempat
suci.Bangunan kecil ini merupakan tempat
melakukan aktivitas persiapan alat upacara
adat/tradisional atau juga sekadar
beristirahat.
 Umumnya, aling-aling memiliki dinding
pembatas yang juga disebut penyengker
menggunakan patung di areal depan.
 Pura keluarga atau Pamerajaan adalah
pura untuk beribadah di rumah keluarga
yang biasanya dibangun di pojok rumah
adat di sebelah timur laut. Hampir semua
rumah di Bali memiliki Pura kecil ini agar
semua penghuni rumah bisa beribadah
dan berdoa di Pura tersebut.

 Bale dauh merupakan tempat masyarakat


Bali biasanya menerima tamu. Ruangan ini
terletak di sisi barat dengan banyak tiang
penyangga, namun jumlah tiangnya
berbeda antara satu rumah dengan rumah
lainnya. Berbentuk persegi panjang dan
memiliki bale di dalam ruangan, Bale Dauh
ini juga bisa digunakan sebagai kamar tidur
remaja.
 Bale Manten atau Bale Daja sebenarnya adalah
ruangan yang berfungsi sebagai tempat tidur
 Bale gede adalah ruangan yang kepala keluarga atau anak gadis yang belum
berukuran paling besar di rumah adat bersuami. Namun saat ini, desainnya sudah
Bali. Bangunan ini memiliki desain yang dimodifikasi menjadi rumah adat Bali modern.
mewah sehingga berfungsi untuk Bangunannya diwajibkan untuk menghadap ke
perayaan upacara adat tidak hanya sebelah utara, berbentuk persegi panjang dan
bersama keluarga tapi juga masyarakat terdapat bale-bale di sebelah kanan dan
sekitar. kirinya.
PENGATURAN TATA LETAK RUMAH ADAT BALI

 Berdasarkan mata angin dan berdasarkan hierarki.


 Mengikuti aturan pada rumah adat Bali, ruangan yang
dimuliakan akan diletakkan pada sudut utara dan timur.
 Aturan hubungan manusia dengan alam membuat rumah
adat Bali mengadopsi konsep yang akrab dengan nuansa
alam.
 memiliki halaman yang luas karena individunya didorong
untuk selalu berkomunikasi dengan alam.
Morfologi Arsitektur Tradisional di
Sulawesi

Arsitektur Bangunan Rumah Tradisional


Minahasa memiliki 2 (dua) bentuk yaitu : Rumah tradisional era 1800-
1900
• Rumah Panjang yang disebut Wale
Wangko yang tidak memiliki dinding
kamar dan loteng. Rumah minahasa di era 1900-1950
• Rumah Tinggal yang memiliki kamar
simetris dengan sebuah ruang publik
terbuka di bagian depan.
Rumah tradisional minahasa era 1950-
sekarang
Rumah ini eksis sebelum antara Tahun 1800 – 1900 dan dengan ciri khas rumah ini
Rumah tradisional era 1800-1900 memanjang dan sejajar jalan. Menurut masyakat Kampung Jawa, bahwa ada rumah
seperti ini di Kampung Jawa tapi tidak diketahui posisinya. Belum ditemukan di
kampung jawa tetapi dari bukti-bukti foto lama dapat dilihat bahwa rumah tradisional ini
betul-betul ada.

01 03 05

Rumah tradisional minahasa tahun 1890 di Rumah kontroler belanda tahun 1852 di
Tomohon yang merupakan tempat tinggi Rumah Renesse van Duivenbode
Tondano
seorang guru belanda tahun 1880 di kema minahasa

02 04

Your
Contents Here

Rumah Woning van het districtshoofd Rumah residen manado pada tahun
tahun 1880 di Sonder Minahasa 1880 di manado
Bentuk rumah memanjang kebelakang dan tegak
Rumah minahasa di era 1900-1950lurus jalan. Rumah-rumah pada era ini umumnya
besar-besar dengan ukuran badan bangunan 16m x
22 m.

01 03

Rumah Keluarga Baderan tahun 1930 di Rumah Resident Tondano (Masih


kampung jawa Beratap Rumbia tahun 1929 di Tondano

02

Rumah Major Gerungan (Sekarang Lokasi Gereja


GPDI) didepan Kantor Bupati Tondano tahun
1910 di Tondano
Rumah tradisional minahasa era 1950-sekarang
Rumah Tradisional bentuknya mengecil dan meninggi. Dengan dimensi 8 m x 16m dan tinggi lantai diatas 2 meter. Memasuki
Abad 20, Rumah panggung ini berubah bentuk dimana kolong rumah di kembangkan menjadi berfungsi sebagai interior
rumah.Sebagian menghilangkan pang-gungnya sehingga rumah tidak lagi rumah panggung.

02
01
MORFOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL DI PAPUA
Bentuk bangunan dalam arsitektur tradisional papua berorientasi pada bentuk –
bentuk yang dinamis, selain itu konsep animisme dan dinamisme masih merupakan
referensi/aturan yang kuat dalam masyarakat, sehingga melahirkan lagam arsitektur
yang beraneka ragam bentuk Arsitektur.

Tradisional lebih
berorientasi
kepada.
1. bentuk kotak
2. segi enam
bertingkat 3
(kariwari)
3. Lingkaran (Pada
Honai Suku Dani)
Dari segi struktur maka bangunan, arsitektur tradisional papua
masih menggunakan bahan yang di sediakan oleh alam seperti
dinding dari kulit kayu, tiang rumah dari kayu, atap dari daun
kelapa/alang-alang. Lantai dari kulit sagu/bambu. Ataupun
menyentuh langsung ke tanah ( Umumnya dipegunungan/dipantai ).
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai