DOSEN :
Dr. Ir. AGUS SALADIN, MA
DISUSUN OLEH :
ARINI TRIMANTI RAGANANTA
( 052.14.020 )
Dahulu pembangunan dikatakan ideal jika dapat melindungi manusia dari ancaman lingkungan alam,
sebagai contoh naungan yang dapat berfungsi sebagai pelindung dari keadaan cuaca atau semacam
ancaman binatang buas. Namun sekarang justru alam yang harus di lindungi. Faktanya sangat mustahil
menghilangkan dampak negative pembangunan dengan mencegah pembangunan, karena pembangunan
merupakan kebutuhan dasar manusia yang akan terus berlanjut untuk itulah konsep keberlanjutan harus
di terapkan.
Dengan demikian konsep pembangunan ideal secara global mulai bergeser kearah pembangunan yang
responsive terhadap isu lingkungan, pembangunan yang dapat melindungi alam dari ancaman polusi dan
penurunan kualitas yang diakibatkan oleh ulah manusia agar dapat diwariskan ke generasi berikutnya.
Green building atau bangunan dengan atribut berkelanjutan diperlukan untuk mencapai kondisi
lingkungan dan sumber daya alam yang terus berkelanjutan daya tamping dan kualitas pendukung untuk
memenuhi kebutuhan dalam proses pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa
mendatang.
Sustainable architecture adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk mendukung
konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang
dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia. Karya ilmiah ini
bertujuan ingin membahas konsep dan pengaplikasian konsep yang ada dalam arsitektur berkelanjutan.
Pembangunan yang berkelanjutan sangat penting untuk diaplikasikan di era modernini. Maksud dari
pembangunan yang berkelanjutan adalah:
1. Environmental Sustainability:
Ecosystem integrity
Carrying capacity
Biodiversity
Yaitu pembangunan yang mempertahankan sumber daya alam agar bertahanlebih lama karena
memungkinkan terjadinya keterpaduan antarekosistem,yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber
daya alam dan lingkunganekologis manusia, seperti iklim planet, keberagaman hayati, danperindustrian.
Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya alam telahmencapai taraf pengrusakan secara global,
sehingga lambat tetapi pasti,bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung
kehidupanmanusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.
2. Social Sustainability:
Cultural identity
Empowerment
Accessibility
Stabilitye. Equity
Yaitu pembangunan yang minimal mampu mempertahankan karakter darikeadaan sosial setempat. Namun,
akan lebih baik lagi apabila pembangunantersebut justru meningkatkan kualitas sosial yang telah ada.
Setiap orangyang terlibat dalam pembangunan tersebut, baik sebagai subjek maupunobjek, haruslah
mendapatkan perlakuan yang adil. Hal ini diperlukan agartercipta suatu stabilitas sosial sehingga terbentuk
budaya yang kondusif.
3. Economical Sustainability:
Growth
Development
Productivityd. Trickle-down
Yaitu pembangunan yang relative rendah biaya inisiasi dan operasinya.Selain itu, dari segi ekonmomi bisa
mendatangkan profit juga, selainmenghadirkan benefit seperti yang telah disebutkan pada aspek-aspek
yangtelah disebutkan sebelumnya. Pembangunan ini memiliki ciri produktif secarakuantitas dan kualitasnya,
serta memberikan peluang kerja dan keuntunganlainnya untuk individu kelas menengah dan bawah.
Arsitektur berkelanjutan merupakan alat pencatat gas karbon yang dikembangkan ilmuan MIT
memperlihatkan data terbaru kandungan CO atmosphere bumi pada Juni 2009 mencapai 3,64 triliun ton. Ini
angka tertinggi dalam 800 ribu tahun terakhir kandungan CO terus meningkat hingga 800 ton setiap
detiknya. Meningkatnya jumlah kandungan CO di atmosphere sangat mencemaskan semua kalangan.
Arsitek pun perlu ikut bertanggung jawab karena lebih dari 30% emisi CO dihasilkan oleh bangunan.
(Karyono, 2010,par.3)
Sektor bangunan juga turut mengkonsumsi 17% air bersih, 25% produk kayu, 30-40% penggunaan energy
dan 40-50% penggunaan barang mentah untuk pembangunan dan pengoprasiannya. Sementara itu
bangunan baru maupun hasil renovasi memiliki masa kerja yang cukup lama, dapat dibayangkan berapa
besar energy yang terbuang dan air yang terpakai dalam jangka waktu 50-80 tahun mendatang.
(Bauwer,2007)
Sebagai wujud komitmen internasional untuk merefisi konsep arsitektural sebelumnya, yang kurang atau
tidak responsive terhadap permasalahan lingkungan, maka lahirlah konsep keberlanjutan dalam ranah
arsitektural atau biasa disebut sebagai Sustainable Architecture. (Williamson, 2007)
Mengutip dari buku James Steele, suistanable architecture, arsitektur berkelanjutan dapat dipahami sebagai
arsitektur untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang
dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Sassi (2006), secara jelas dan rinci memaparkan strategi komperhensif dan terstruktur mencakup 6 aspek
utama berkelanjutan. Strategi tersebut merupakan hasil observasi Sassi terhadap beragam studi kasus
arsitektur yang menerapkan konsep berkelanjutan. Berikut 6 aspek utama arsitektur berkelanjutan
Sustanable Land-use
Lahan (land) merupakan sumber daya alam yang paling berharga, karena lahan tidak hanya meninggalkan
tempat untuk manusia bertempat tinggal lebih dari itu, pada lahan terkandung SDA yang sangat dibutuhkan
untuk kehidupan manusia.
Perkembangan populasi dan pola aktifitas manusia, seperti membuka lahan untuk pertanian, tambang,
perkebunan dan urbanisasi, memberikan pengaruh cukup besar terhadap perubahan kualitas daya dukung
lahan. Oleh sebab itu mempertimbangkan dampak bangunan terhadap lahan sekitar merupakan strategi
paling utama dalam mewujudkan arsitektur berkelanjutan.
Sustanable Energy
Pemanasan global merupakan isu lingkungan yang memicu berbagai gerakan peduli lingkungan termasuk
lahirnya konsep Green Building. Pemanasan global merupakan kondisi peningkatan suhu ekstrem yang
melanda dunia diakibatkan oleh peningkatan polusi emisi gas karbon yang menyebabkan tingginya kadar
gas rumah kaca secara tidak wajar pada atmosphere bumi. Gas ini menyerap dan memantulkan kembali
radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akhirnya panas tersebut akan tersimpan dipermukaan bumi.
Keadaan ini terjadi terus menerut sehingga mengakubatkan suhu rata-rata tahunan meningkat.
Hampir 30% dari total emisi karbon yang terkandung di atmosphere berasal dari sector industry dan
konstruksi, tidak hanya itu, emisi gas CFC penyebab utama bocornya lapisan ozon, juga sebagian besar
berasal dari bangunan, oleh sebab itu efisiensi penggunaan energy dan penggunaan sumber daya energy
terbarukan yang minim emisi karbon, CFC dan emisi gas lainnya yang berbahaya bagi lingkungan menjadi
salah satu strategi utama Green Building. Solusi paling tepat adalah dengan mengganti sumber energy fosil
dengan sumber energy terbarukan yang minim emisi karbon.
Sustanable Water
Air merupakan kebutuhan viral makhluk hidup namun seiring bertambahnya jumlah populasi manusia
kualitas daya dukung alam sebagai sumber pemasok air mengalamin penurunan. Keadaan semakin di
perparah dengan adanya isu peningkatan suhu bumi dan perubahan iklim. Sebagai saat musim hujan,
intensitas hujan semakin besar sedangkan area resapan air semakin berkurang, akibatnya air yang turun
tidak diserap dengan baik, sehingga selain bencana banjir pasokan air tanah akan berkurang secara drastic
karena tidak ada air hujan yang diserap dan pada saat musim panas dapat dipastikan semakin memburuk.
Ancaman terhdapat ketersediaan sumber air bersih juga turut disebabkan oleh fungsi air akibat pengolahan
dan pembuangan limbah yang tidak tepat, baik cair maupun padat ke sumber air bersih. Fungsi air
merupakan dampak langsung aktifitas pemenuhan kebutuhan dan peningkatan populasi manusia;
urbanisasi, lahan yang terkontaminasi, pembuangan kotoran, proses industry, penggunaan pestisida dan
pupuk buatan, pertambangan, pembakaran lahan dan penggunaan bahan kimia dalam kegiatan sehari
hari.
Sustanable Material
SDA terbagi menjadi dua; dapat diperbaharui ( membutuhkan puluhan tahun atau kurang untuk pemulihan)
dan tidak dapat diperbaharui (membutuhkan ratusan, ribuaan bahkan jutaan tahun untuk pemulihan). Tidak
hanya terancam habis eksploitasi SDA terbaharui, contohnya hutan, secara terus menerus melebihi masa
pulih dan juga turut mengancam keanekaragaman flora & fauna, hilangnya habitat alami dan meningkatkan
keadaan plusi udara.
Pengolahan fabrikasi SDA menjadi komiditi siap jual juga turut menyumbang emisi karbon dalam jumlah
besar karena diperlukan energy yang cukup besar yang berdasar dari sumber daya fosil. Distribusi bahan
bangunan dengan kendaraan bermotor juga turut menyumbangkan emisi karbon dalam jumlah besar, hal ini
yang menyebabkan hamper 30% total emisi karbon berasal dari sector bangunan.
Perawatan bangunan juga membutuhkan energy dan material walau dalam jumlah tidak sebanyak proses
konstruksi. Industri konstruksi di Inggris bertanggung jawab atas 70% limbah bahan bangunan bekas
renovasi, penggusuran atau penghancuran yang dibuang begitu saja tanpa pengolahan lebih lanjut padahal
limbah bangunan mengandung banyak racun yang dapat meressap kedalam kandungan air tanah dan
udara.
Air Conditioning merupakan salah satu penyebab Sick Building Syndrome, adapun penyebab lainnya seperti
radiasi cahaya fluorescent dan minimnya pencahayaan alami; polusi yang berasal dari mesin perlengkapan
kantor, cat atau finishing dinding, peralatan dan perabot yang mengandung bahan kimia berbahaya, udara
kotor akibat minimnya pertukaran udara; minimna pemandangan luar dan ketidakmampuan penghuni untuk
mengontrol temperature, kelembapan dan pencahayaan yang baik. Merancangan bangunan Healthy
Building adalah solusinya.
Namun penting untuk disadari penting untuk digarisbawahi bahwa keberlanjutan tidak hanya seputar
strategis arsitektural atau solusi dalam bentuk pembangunan, juga tidak hanya terkait proses dan system
manajemen lingkungan. Keberlanjutan berhubungan erat dengan cara kita hidup, bertempat tinggal dan
beraktivitas. Apapun yang kita lakukan; makan, tidur, menghibur diri, dsb secara kita sendiri atau tidak akan
berdampak terhadap lingkungan.
Salah satu upaya membentuk kesadaran tersebut melalui promosi konsep keberlanjutan (Promoting
Sustainability) terhadap masyarakat luas dengan memanfaatkan potensi lingkungan alami dan buatan (built
environment) sebagai media efektif promosi, karena umumnya ketidak pedulian muncul akibat ketidak
pahaman atau ketidak tahuan.
Perlu diingat bahwa praktek berkelanjutan tidak dapat dipukul rata karena erat kaitannya dengan perbedaan
kondisi ekonomi, social dan lingkungan setiap wilayah, oleh karena itu sangat penting untuk menganalisis
kondisi serta kebutuhan local suatu wilayah agar praktek keberlanjutan tepat sasaran.
Green Building
(W.M.Adams,2009) Sustanable development is a way of talking about the future shape of the World and
Green development is about he power to decide how it is manage. (GBI,2010)
Green Building adalah bangunan yang menerapkan strategi (atribut) berkelanjutan (Bauer,2007). Diperlukan
penerapan strategi keberlanjuan secara holistic dalam pembangunan green building agar terwujud dua
sasaran utama green building(Sassi,2006);
Green building sudah seharusnya dapat meminimalisir dampak negative siklus bangunan
( pembangunan, penggunaan hingga proses merobohkannya) terhadap lingkungan secara
menyeluruh
Green building sudah seharusnya memberikan kontribusi positif terhadap kondisi social, fisil &
psikis penghuni dan msyarakat pada lokasi bangunan tersebut berada.
Pembangunan dengan standar green building diperlukan untuk mencapai kondisi lingkungan dan sumber
daya alam yang terus berkelanjutan daya tampung.
BAB III
Edith Green-Wendell Wyatt (EGWW) Federal Building adalah 18-story, 512,474 sf office tower di pusat
kota Portland, Oregon. Awalnya dibangun pada
tahun 1974, bangunan menerima dana dari the
American Recovery and Reinvestment Act untuk
menjalani renovasi besar untuk mengganti
peralatan dan system sebelumnya. Dana ini
ditetapkan proyek harus memenuhi energi dan
konservasi air yang ditetapkan dari the Energy
Independence and Security Act (EISA) sebagai
persyaratan.
Metrics
Daylighting at levels that allow lights to be off during daylight hours: 65%
Meskipun bangunan tidak secara terpisah mengukur air minum untuk lansekap, staf pemeliharaan tidak
melaporkan pembacaan air setiap hari. Di musim dingin, EGWW menggunakan sekitar 10.000 galon air
per hari. Selama musim panas, irigasi dan pendinginan menara mengkonsumsi antara 12.000 sampai
17.000 galon per hari. Itu, antara 800 sampai 1.000 galon air minum yang digunakan setiap hari sampai
tangki kering, biasanya pada bulan Juli. Selama setahun, mengesankan 626.544 galon air hujan telah
dikumpulkan dan digunakan kembali, setara dengan tujuh kompetisi-ukuran sekolah tinggi kolam
renang. Selama musim dingin, penyimpanan air hujan hingga 85% dari total penggunaan air bangunan.
Salah satu fokus program ini adalah tenant yang dipimpin pengalihan limbah. Untuk tahun fiskal 2015,
EGWW memiliki 51,33% tingkat pengalihan limbah mengesankan, yang melebihi tujuan GSA dari 50%
pengalihan. Selain daur ulang kertas standar, plastik, kaca, dll, bangunan juga berpartisipasi dalam
pengomposan offsite organik landscape.
Salah satu perubahan yang signifikan terhadap proyek yang terjadi setelah desain adalah
penggabungan server peternakan di ruang bawah tanah gedung, yang memungkinkan untuk
pengumpulan limbah panas untuk pemanasan daerah lain gedung. Strategi ini menghasilkan
penghematan energi tambahan dibandingkan dengan taburan server di beberapa lantai.
3.2. Collaborative Life Sciences Building for OHSU, PSU & OSU
Oregon Health & Science University,
Portland State University, dan Oregon
State University bermitra untuk
menciptakan Collaborative Biologi
Bangunan (CLSB), kesehatan sekutu baru,
akademik dan penelitian bangunan. CLSB
menyediakan ruang kelas akademik, ruang
kuliah, laboratorium mengajar,
keterampilan klinis dan laboratorium
simulasi, laboratorium penelitian medis,
ruang ritel, dan dua tingkat parkir bawah
tanah. Juga merupakan bagian dari proyek
ini adalah OHSU Skourtes Tower, yang
merupakan tempat School of Dentistry.
Bersama-sama, mereka terdiri 650.000 sf sqm, konstruksi baru di dua sayap - satu 5-lantai dan satu 12-
lantai - bergabung dengan atrium tengah.
CLSB adalah bangunan pertama di Schnitzer merupakan Kampus baru OHSU di Portland Selatan
Waterfront. Terletak di situs brownfield dibatasi oleh jalan yang berdekatan dan konstruksi jembatan,
gedung dipahami sebagai model inovatif pendidikan interdisipliner ilmu kesehatan, penelitian, dan
pendidikan. Interior dinding mengkilap sebagai "penelitian dan pengajaran di layar," yang
memungkinkan penghuni dan pejalan kaki untuk melihat aktivitas di laboratorium dan ruang kelas.
atrium menawarkan koneksi dinamis antara unsur-unsur program melalui menghubungkan jembatan
dan bidang studi informal bagi siswa. proyek yang kompleks ini disampaikan melalui Construction
Manager di metode pengiriman Risiko hanya dalam 37 bulan melalui penggunaan dari upaya tim IPD-
seperti.
Pada awal proses desain keputusan dibuat untuk bergabung dengan sumber dari tiga universitas besar
untuk membuat bangunan tunggal. Sejak ruang diusulkan secara individual masing-masing lembaga
bersifat sementara dan tidak tetap, keputusan untuk berbagi fasilitas tunggal - vs masing-masing
universitas menciptakan sendiri - bisa dibilang keputusan hijau proyek dibuat. Saat ini, ruang kuliah
besar 200 dan 400 kursi secara rutin dijadwalkan untuk digunakan dari 07:00 hingga malam dan siswa
memiliki akses ke pusat sumber belajar tunggal bersama.
Sebagai salah satu dari hanya dua proyek di AS lebih dari setengah juta kaki persegi yang telah
disertifikasi Platinum di bawah LEED NC sistem rating v2009, CLSB menggabungkan sejumlah inovasi
desain yang berkelanjutan. Mereka termasuk: transformasi dari brownfield ada, pengurangan cahaya
polusi, manajemen stormwater, eco-atap untuk mengurangi limpasan Darurat, air non-minum untuk
toilet pembilasan, atrium pemulihan panas, dan kerudung ventilasi asap rendah. Inovatif bahan
digunakan kembali termasuk menyelamatkan pipa pengeboran minyak untuk digunakan sebagai tiang
pondasi, dan repurposing situs pagar yang ada. Dan dengan memasukkan langkah-langkah efisiensi
energi di seluruh, CLSB diperkirakan untuk menyimpan 45% lebih banyak energi dari sebuah bangunan
kode khas akan.
The Massing Tower CLSB ini dipelajari dalam hubungan dengan kekuatan alam dari matahari, angin
dan cahaya. Menciptakan massa tipis dan mengimbangi mereka memungkinkan kita untuk
memaksimalkan siang hari menembus ke dalam laboratorium, operatories gigi, kantor dan ruang kelas,
sementara masih memungkinkan atrium pusat untuk memiliki pandangan terhalang dari langit selatan
dan akses langsung ke cahaya yang dipantulkan. Langit-langit di laboratorium penelitian yang miring
dalam konfigurasi kupu-kupu untuk lebih memudahkan penetrasi siang hari dan refleksi.
Selain menyediakan siang hari dan menghubungkan luar ke ruang kuliah besar, atrium juga berfungsi
sebagai kolektor udara panas seperti naik di ruang. Dengan menempatkan tingkat lantai mekanik ke
atas atrium, pemulihan panas mudah dan efisien. atrium juga rumah bagi karya seni yang
menakjubkan, terbuat dari rangkaian LED dari berbagai suhu warna diatur dalam pola sunburst. Sejak
siang hari sangat penting untuk kesehatan sirkadian, sangat tepat bahwa bagian ini dipilih untuk ruang
atrium utama.
Perhatian terhadap kualitas udara dalam ruangan ditunjukkan melalui peningkatan ventilasi, kontrol
sumber polutan, dan penggunaan bahan memancarkan rendah
lanskap juga dirancang dengan konservasi air dalam pikiran. 16.500 kaki persegi area lanskap 27.000
kaki persegi ditanami dengan spesies asli dan adaptif non-irigasi, yang menghemat air dan
menyediakan habitat bagi spesies lokal. Lanskap yang tersisa menggabungkan minimal irigasi gaya
tetes.
Pada akhirnya, bangunan ini diharapkan dapat menghemat lebih dari 1,5 juta galon air per tahun -
cukup air untuk mengisi 17 kolam renang ukuran Olimpiade.
Membantu mengurangi dampak lingkungan, penggunaan CLSB untuk bahan bangunan daur ulang
atasnya mengesankan 30%, berdasarkan biaya. Selain itu, bahan bangunan bersumber regional -
dalam 500 mil dari situs - menyumbang 22% dari semua produk di Divisi 3 ke 12. Pilihan ini
meminimalkan dampak dari penggalian dan pengolahan bahan perawan, dan membantu mengurangi
emisi yang terkait dengan transportasi yang panjang.
Selama konstruksi, proyek ini dialihkan 85% dari limbah konstruksi yang jauh dari tempat pembuangan
sampah. Itu lebih dari 1.000 ton bahan daur ulang atau digunakan kembali bukannya dikubur. Tidak
termasuk dalam persentase pengalihan limbah adalah penggunaan kembali rig pengeboran lama
digunakan sebagai tumpukan pipa di dasar, yang menyelamatkan $ 3.300.000 dolar dalam biaya
konstruksi dan dicegah tambahan 1.470 ton dari yang pernah memasuki tempat pembuangan sampah.
BAB III
KESIMPULAN
Pembangunan berkelanjutan merupakan solusi kondisi demikian karena pada prinsipnya pembangunan
berkelanjutan memerlukan tiga sector yang kuat dan saling menunjang yaitu: pertumbuhan ekonomi,
perlindungan lingkungan dari akibat buruk bangunan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Konsep berkelanjutan menitik beratkan pada pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat saat ini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Adapun pada prakteknya tersebutlah istilah green building atau bangunan yang menerapkan
strategi berkelanjutan. Strategi berkelanjutan itu sendiri terdiri dari enam aspek utama yang ke-
enamnya membunyai integritas satu sama lain.
Saran
Mempertimbangkan strategi berkelanjutan Regional Priority sebagai poin penilaian mencontoh
sisem rating LEED milik US Green Building Council melihat keanekaragaman kondisi baik
geografis, social-budaya dan ekonomi di Nusantara
Mempertimbangkan strategi berkelanjutan Design for Reuse and Recycle sebagai langkah
melestarikan nilai-nilai kearifan local Indonesia dalam pembangunan modern
DAFTAR PUSTAKA
Literatur
Beauer, Michael, Peter Mosle dan Michael Schwarz. Guide Book For Sustainable Architecture.
Munich:Calewey Verlag,2007.
Steele, James. Sustainable Architecture. USA,1997
Internet
http://www.aiatopten.org/taxonomy/term/10
http://n.jurnal-sustanable-architecture
https://www.scribd.com/doc/94759679/ARSITEKTUR-BERKELANJUTAN