Anda di halaman 1dari 28

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

STUDI SEJARAH DAN SISTEM STRUKTUR PADA


MASJID AL-HILAL KATANGKA, GOWA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah


Perkembangan Islam di Indonesia memang tidak lepas dari adanya
beberapa bangunan masjid. Masjid dapat diartikan sebagai tempat
sembahyang (ibadah) bagi umat muslim. Seperti Sabda Rasulullah
Muhammad Saw : dimanapun engkau bersembahyang, tempat itulah
masjid. Kata Masjid disebut sebanyak dua puluh delapan kali didalam Alquran, berasal dari kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat, serta
tunduk penuh hormat dan Taksim. Sujud dalam syariat yaitu berlutut,
meletakkan dahi, kedua tangan ke tanah adalah bentuk nyata dari arti kata
tersebut di atas. Oleh karena itu bangunan yang di buat khusus untuk
shalat disebut Masjid yang artinya: tempat untuk bersujud.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Masjid (mesjid)
berarti rumah atau bangunan tempat bersembahyang orang islam.
Berdasarkan akar katanya, Masjid mengandung arti tunduk dan patuh,
maka hakikat dari masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas
berkaitan dengan keputusan Allah semata. Masjid yang di bahas adalah
Masjid Al-Hilal katangka, Gowa.
Salah satu masjid tertua di Sulawesi selatan yaitu Masjid Al-hilal
Katangka. Masjid Al-hilal atau Masjid Tua Katangka terletak di Desa
Ketangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi
Selatan. Masjid berbatasan dengan kompleks makam Katangka dan
perkampungan di sebelah selatan dan barat, Jalan Raya Syeh Yusuf di
sebelah utara, dan perkampungan dari sebelah barat. Mesjid Tua Katangka

RUSMAN (60100113025)

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

disebut juga Masjid Agung Syeh Yusuf merupakan mesjid pertama dan
tertua di Pulau Sulawesi dan di wilayah waktu Indonesia bagian tengah,
sekaligus masjid tertua ke sembilan di Indonesia.
Masjid Katangka dibangun di atas areal seluas 610 m, luas
bangunannya 212,7 m. Masjid menghadap timur dan memiliki halaman
depan. Bangunan masjid mempunyai serambi dan ruang utama. Serambi
masjid terdapat di depan. Dinding serambi luar berkerawang dari tembok.
Pintu masuk ke serambi ada dua buah masing-masing berdaun pintu dua.
Di serambi utara (di luar) terdapat tempat wudhu. Dinding pembatas
antara serambi dan ruang utama terbuat dari tembok tertutup. Pintunya tiga
buah untuk menuju ke ruang utama. Dinding di sebelah utara, selatan, dan
barat berjendela masing-masing dua buah terdapat tulisan Arab berbahasa
Makassar. Ruangan utama masjid terdapat tiang dan mihrab serta mimbar.
Mihrab terdapat di dinding sebelah barat, berbentuk ceruk sehingga
dinding mihrab menjorok keluar terbuat dari tembok. Mimbar dalam
masjid ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian muka, tengah, dan
bawah. Atap masjid bertingkat 2 dari bahan genteng. Antara atap masjid
tingkat satu dan dua (teratas) terdapat pemisah berupa ruangan berdinding
tembok. Di puncak masjid terdapat mustaka.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang akan dirumuskan
dan dipecahkan dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana Sejarah Masjid Al-hilal katangka, Gowa ?
2. Bagaimana sistem Struktur pada Masjid Al-hilal katangka, Gowa?

RUSMAN (60100113025)

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

1.3.

Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian terhadap Masjid Tradisional
Al-Hilal katangka, Gowa, antara lain untuk:
1. Mengetahui sejarah terbentuknya Masjid Al-hilal Katangka, Gowa.
2. Mengetahui sistem struktur pada Masjid Al-hilal Katangka, Gowa.

1.4.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini bagi kepentingan
pendidikan antara lain:
1. Memperkaya pustaka akan studi masjid tradisional di nusantara,
khususnya dalam hal sejarah dan sistem struktur.
2. Memperkaya studi tentang tektonika arsitektur masjid tradisional
sehingga dapat dieksplorasi lebih lanjut.
3. Memberikan hasil studi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan
perancangan dalam pendidikan melalui studio atau perkuliahan yang
berdasarkan pada arsitektur tradisional.
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini bagi masyarakat umum
antara lain:
1. Memberikan hasil studi yang merupakan rekaman tentang sejarah dan
sistem struktur dari masjid tradisional Al-hilal katangka , Gowa,
sebagai dokumentasi bagi generasi selanjutnya.

RUSMAN (60100113025)

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

2. Bagi perencana di bidang arsitektur, penelitian ini dapat memberikan


masukan prinsip desain masjid tradisional sehingga memungkinkan
untuk dikembangkan menjadi bentuk desain masa kini dengan nilai
lokal Indonesia.

RUSMAN (60100113025)

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian Masjid dan Sejarah Masjid


Masjid merupakan suatu institusi utama dan paling besar dalam Islam,
serta merupakan salah satu institusi yang pertama kali berdiri. Masjid adalah
rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya tempat sujud, tempat
beribadah kepada Allah SWT. Akar kata dari Masjid adalah sajadah dimana
berarti sujud atau tunduk.
Selain tempat ibadah Masjid juga merupakan pusat kehidupan
komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian
agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan
dalam sejarah Islam, Masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial
kemasyarakatan.
Ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, beliau memutuskan
untuk membangun sebuah Masjid, yang sekarang dikenal dengan nama Masjid
Nabawi, yang berarti Masjid Nabi (Supardi dkk: 2001:2). Masjid Nabawi
terletak di pusat Madinah. Masjid Nabawi dibangun di sebuah lapangan yang
luas. Di Masjid Nabawi, juga terdapat mimbar yang sering dipakai oleh Nabi
Muhammad SAW. Masjid Nabawi menjadi jantung kota Madinah saat itu.
Masjid ini digunakan untuk kegiatan politik, perencanaan kota, menentukan
strategi militer, dan untuk mengadakan perjanjian. (Hasan Ibrohim :2009)

2.2.

Fungsi Masjid
Masjid di zaman Rasulullah SAW mempunyai banyak fungsi. Itulah
sebabnya Rasulullah SAW membangun Masjid terlebih dahulu. Masjid
menjadi simbol persatuan umat Islam. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi
mendirikan Masjid pertama, fungsi Masjid masih kokoh dan original sebagai
pusat peribadatan dan peradaban yang mencerdaskan dan mensejahterakan
umat manusia. (Supardi dkk: 2001:1)
RUSMAN (60100113025)

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

Lewat Masjid Rasulullah SAW membangun kultur masyarakat baru


yang lebih dinamis dan progressif. Masjid adalah rumah Allah yang dibangun
atas dasar ketaqwaan kepadaNya. Oleh karena itu, membangun Masjid harus
diawali dengan niat yang tulus, ikhlas, mengharap ridha Allah semata,
sehingga Masjid yang dibangun mampu memberikan ketenangan,
ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan, rasa aman kepada para jamaah dan
lingkungannya.
2.2.1 Fungsi Masjid di zaman Rasul dan dimasa Khalifah
Di zaman Rasul fungsi Masjid sangat banyak dibanding zaman sekarang
ini. Hal ini karena Rasul dan para sahabat mampu memberdayakan Masjid
dengan optimal. Beberapa fungsi Masjid di zaman Rasul (Supardi dkk:
2001:6)
a) Tempat shalat (ibadah), baik shalat, zikir, iktikap, dsb, maka karna itulah
Masjid jadi tempat paling mulia dalam Islam.
b) Sebagai sarana melakukan pemberdayaan umat, seperti tempat
pembinaan dan penyebaran dakwah Islam.
c) Sebagai tempat untuk mengobati orang sakit.
d) Sebagai tempat untuk mendamaikan orang yang sedang bertikai.
e) Sebagai tempat untuk konsultasi dan komunikasi masalah ekonomi, sosial
dan budaya, tapi tidak diperkenankan berdagang didalam Masjid.
f) Sebagai tempat menerima duta-duta asing.
g) Sebagai tempat pertemuan pemimpin-pemimpin Islam.
h) Sebagai tempat bersidang.
i) Sebagai tempat mengurus Baitul Maal.
j) Sebagai tempat menyusun taktik dan strategi perang.
k) Sebagai tempat mengurus prajurit yang terluka.
l) Sebagai sarana tempat pendidikan.
m) Sebagai tempat singgah orang-orang yang belum memiliki tempat tinggal
untuk sementara.

RUSMAN (60100113025)

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

2.2.2 Fungsi Masjid di Zaman Sekarang


Dilihat dari sisi pertumbuhan Masjid di Indonesia, cukup
menggembirakan, dari tahun ke tahun jumlah Masjid makin bertambah, tetapi
dapat diakui bahwa fungsinya berkurang dan belum maksimal. Banyak fungsi
Masjid yang telah hilang dibandingkan pada zaman Rasul dan para Khalifah.
Saat ini jumlah Masjid dan Mushallah di Kota Medan sangat banyak sekitar
1040 unit (pemkomedan.go.id). Jika dilihat pemberdayaan Masjid di Kota
Medan selama ini kurang begitu diperhatikan. Hal ini dapat dilihat setiap hari
sebagian besar Masjid di Kota Medan hanya dibuka pada saat waktu shalat 5
waktu dan hanya sebagian kecil yang memanfaatkan Masjid untuk kegiatan
umat lainnya seperti pengajian, pendidikan agama Islam, ceramah, klinik,
akad nikah dan lainnya. Padahal Masjid mempunyai peran strategis dalam
membangun kesejahteraan umat. Masjid selama ini hanya berperan sebatas
tempat ibadah shalat ritual semata, seharusnya jika masyarakat bisa
memberdayakan harta Masjid sesuai syariat Islam dengan jumlah Masjid yang
cukup banyak maka akan cukup membantu untuk masyarakat sekitar.
Karena itu, harus dilakukan rekonstruksi paradigma pemahaman
manajemen Masjid sesuai dengan fitrahnya. Seperti yang diketahui misi
Masjid yaitu:
Hayya alash shalaah (mari kita melaksanakan shalat), dan
Hayya alal falaah (mari meraih kemenangan).
Artinya, mengajak melalui Masjid untuk meningkatkan kualitas ibadah ritual
dan melalui Masjid pula diraih kemenangan. Meraih kemengan memiliki
makna yang sangat luas, untuk itu manusia harus berusaha menjadikan hukum
Islam sebagai landasan dalam menjalani kehidupan agar kelak selamat dunia
dan akhirat.
Masjid menjadi simbol kebesaran Islam, namun jauh dari kegiatan
memakmurkannya. Masjid sejak zaman Rasulullah SAW telah dijadikan pusat
kegiatan Islam. Dari Masjid Rasulullah SAW membangun umat Islam, dan

RUSMAN (60100113025)

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

mengendalikan pemerintahannya, namun saat ini, Masjid masih belum


diberdayakan secara proposional bagi pembangunan umat Islam. Memang
tidak mudah untuk mengajak umat kembali ke Masjid seperti pada zaman
Rasulullah SAW, tetapi semua umat Islam berkewajiban untuk menerapkannya
kembali sesuai dengan syariat Islam. Memakmurkan Masjid memiliki arti
yang sangat luas, yakni menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bernilai
ibadah.
Di antara kegiatan yang tergolong memakmurkan Masjid saat ini
adalah (Supardi dkk: 2001:26)
1. Pengelolaan Masjid yang professional
2. Menyemarakkan Majelis taklim
3. Taman pendidikan Al-Quran
4. Memberdayakan remaja Masjid
5. Mengelola perpustakaan
6. Mengelola keuangan Masjid sesuai prinsip-prinsip Islam
7. Unit pelayanan zakat
8. Baitul Maal
9. Bimbingan penyelenggaraan haji dan umrah, dll.
Selain kegiatan-kegiatan di atas, pengurus Masjid harus tanggap
terhadap kondisi sosial yang terjadi di masyarakat. Kendala-kendala maupaun
masalah-masalah sosial yang dialami warga sekitarnya, misalnya kelaparan,
musibah, kesusahan, kefakiran, deviasi sosial, kenakalan remaja, musafir
(pendatang yang kesusahan), ketiadaan air, dan lain sebagainya. Masjid
melalui pengurusnya harus bertindak sebagai, pengayom, pencegah, pengobat
dan konseling. Dalam hal peristiwa-peristiwa besar, pengurus Masjid perlu

RUSMAN (60100113025)

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

bekerja sama dengan lembaga-lembaga di atasnya, dengan organisasi terkait


lain, ataupun dengan Pemerintah.
Oleh karena Masjid merupakan instrumen pemberdayaan umat, yang
memiliki peranan sangat strategis dalam upaya peningkatan kualitas
masyrakat dan kesejahteraan umat, maka pengelolaan manajemen Masjid
harus professional.
Seorang pengelola Masjid yang mendapat amanah Allah SWT untuk
mengurus Masjid, haruslah seorang yang ikhlas, jujur, amanah, adil, disiplin,
bertanggung jawab, peduli, bisa bekerja sama, bahkan dia seharusnya seorang
visioner, berfikir maju bagaimana Masjid bisa memberi manfaat yang banyak
kepada umat. Allah berfirman dalam QS. At Taubah : 18 yang artinya :
Hanya yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orangorang yang mendapat petunjuk.
2.3.
Masjid Tradisional Al-hilal katangka, Gowa
2.3.1. Latar Belakang sejarah
Masjid Al Hilal Juga disebut Masjid Katangka, yang pada
awalnya dibangun untuk menyebarkan agama Islam di Kerajaan Gowa,
yang pada saat itu 41 orang yang berasal dari Yaman masuk ke Gowa
untuk mengajak Raja Gowa untuk masuk ke agama Islam. Pada saat itu,
ke-41 orang tersebut mengajak berdiskusi kepada Raja Gowa di bawah
pohon katangka, ini merupakan dasar mengapa mesjid ini dinamakan
Mesjid Katangka, yang mana Katangka adalah nama sejenis pohon yang
menaungi para mubaligh dari Yaman, Timur Tengah saat memimpin
sholat jumat di lokasi itu. Mereka lah yang membawa siar Islam dan
memperkenalkannya kepada Raja Gowa. Dan kayu dari Pohon Katangka
inilah yang dijadikan kuda-kuda Masjid tua Al Hilal Katangka. , kayu
katangka yang pertama kali ditebang saat itu, masih diyakini bertahan

RUSMAN (60100113025)

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

sebagai kuda-kuda di bagian atap masjid hingga saat ini, yang lainnya
sudah ada yang mengalami perubahan saat renovasi masjid dilakukan.
Masjid Al-Hilal Katangka disebut juga Masjid Agung Syekh
Yusuf merupakan masjid tertua di Gowa dan dibangun pada masa
pemerintahan raja Gowa XIV ( Sultan Alaudin I) tahun 1603. Penamaan
masjid ini diambil dari nama seorang syufi yang kharismatik yang dipuja
masyarakat Sulawesi Selatan. Syufi tersebut adalah Syekh Yusuf alMakassari yang merupakan kerabat raja Gowa.
Pemerintah Indonesia menetapkan Syekh Jusuf sebagai pahlawan
nasional dan di Afrika Selatan, ia mendapat tempat yang sangat istimewa
di hati rakyat sebagai pahlawan pembebasan kaum tertindas dan juga
dianugerahi gelar pahlawan nasional di negara itu.
2.3.2. Lokasi, Topografi, iklim Wilayah Masjid Al-hilal katangka, Gowa
Masjid Al-Hilal Katangka berlokasi di jalan Syekh Yusuf,
Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa,

Provinsi Sulawesi Selatan. Masjid Katangka dibangun di atas areal


seluas 610 m, luas bangunannya 212,7 m. Masjid menghadap timur dan
memiliki halaman depan. Bangunan masjid mempunyai serambi dan
ruang utama. Serambi masjid terdapat di depan. Dinding serambi luar

RUSMAN (60100113025)

10

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

berkerawang dari tembok. Pintu masuk ke serambi ada dua buah masingmasing berdaun pintu dua. Di serambi utara (di luar) terdapat tempat
wudhu. Dinding pembatas antara serambi dan ruang utama terbuat dari
tembok tertutup. Pintunya tiga buah untuk menuju ke ruang utama.
Dinding di sebelah utara, selatan, dan barat berjendela masing-masing
dua buah terdapat tulisan Arab berbahasa Makassar. Ruangan utama
masjid terdapat tiang dan mihrab serta mimbar.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian

RUSMAN (60100113025)

11

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

Untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka


penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian kualitatif.
Metode pencarian data dilakukan melalui studi literature tentang
sejarah Masjid tua Al- Hilal Katangka, Gowa ataupun hal-hal yang
berhubungan dengar Arsitektur Masjid Al-Hilal Katangka, Gowa.
Pengambilan data melalui studi lapangan atau survey di lokasi masjid AlHilal katangka, Gowa, Dan wawancara kepada juru kunci dan Imam
masjid Masjid Al-Hilal (katangka). Serta, Diskusi Umum oleh Juru Kunci
dan Imam Masjid Al- Hilal (Katangka).
3.2. Tahapan Penelitian
3.2.1. Studi literature tentang Sejarah dan Sistem Struktur Masjid Al-Hilal
Katangka, Gowa.
3.2.2. Studi lapangan, yakni survey langsung ke Masjid Al-Hilal Katangka,
3.2.3.

Gowa
Diskusi Umum dengan Juru kunci dan Imam Masjid Al-Hilal Katangka,
Gowa tentang Sejarah dan Sistem Struktur Masjid Al-Hilal Katangka,

Gowa.
3.2.4. Wawancara dengan Juru kunci dan Imam Masjid Al-Hilal Katangka,
Gowa tentang Sejarah dan Sistem Struktur Masjid Al-Hilal Katangka,
Gowa.
3.3. Objek Penelitian
Arsitektur Masjid Al-Hilal Katangka, Gowa, Sulawesi Selatan
3.4. Alat Pengumpulan Data
3.4.1. Komputer (laptop)
3.4.2. Kamera
3.4.3. Buku tulis
3.4.4. Pulpen
3.4.5. Literature

RUSMAN (60100113025)

12

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. SEJARAH MASJID AL-HILAL KATANGKA, GOWA
Masjid Al-Hilal Katangka disebut juga Masjid Agung Syekh Yusuf
merupakan masjid tertua di Gowa dan dibangun pada masa pemerintahan raja
Gowa XIV ( Sultan Alaudin I) tahun 1603. Penamaan masjid ini diambil dari
nama seorang syufi yang kharismatik yang dipuja masyarakat Sulawesi

RUSMAN (60100113025)

13

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

Selatan. Syufi tersebut adalah Syekh Yusuf al-Makassari yang merupakan


kerabat raja Gowa.
Pemerintah Indonesia menetapkan Syekh Jusuf sebagai pahlawan
nasional dan di Afrika Selatan, ia mendapat tempat yang sangat istimewa di
hati rakyat sebagai pahlawan pembebasan kaum tertindas dan juga
dianugerahi gelar pahlawan nasional di negara itu.
Pembangunan Masjid Katangka dilakukan saat Sultan Alauddin
berkuasa, sekitar awal abad 17. Sultan Alauddin adalah raja Gowa yang ke
14, Kakek dari Sultan Hasanuddin yang terkenal dengan sebutan Ayam Jago
dari Timur.
Masjid Al Hilal Juga disebut Masjid Katangka, yang pada awalnya
dibangun untuk menyebarkan agama Islam di Kerajaan Gowa, yang pada saat
itu 41 orang yang berasal dari Yaman masuk ke Gowa untuk mengajak Raja
Gowa untuk masuk ke agama Islam. Pada saat itu, ke-41 orang tersebut
mengajak berdiskusi kepada Raja Gowa di bawah pohon katangka, ini
merupakan dasar mengapa mesjid ini dinamakan Mesjid Katangka, yang
mana Katangka adalah nama sejenis pohon yang menaungi para mubaligh
dari Yaman, Timur Tengah saat memimpin sholat jumat di lokasi itu. Mereka
lah yang membawa siar Islam dan memperkenalkannya kepada Raja Gowa.
Dan kayu dari Pohon Katangka inilah yang dijadikan kuda-kuda Masjid tua
Al Hilal Katangka. , kayu katangka yang pertama kali ditebang saat itu,
masih diyakini bertahan sebagai kuda-kuda di bagian atap masjid hingga saat
ini, yang lainnya sudah ada yang mengalami perubahan saat renovasi masjid
dilakukan.
Masjid ini dahulu berada didalam komplek benteng Kerajaan Gowa
sebagai tempat raja dan pengawalnya untuk melaksanakan sholat dan
pertemuan lainnya. Menurut cerita turun temurun, para khatib saat akan
membawakan khotbah Jumat dikawal oleh 2 pengawal yang membawa
pedang dan tombak bermata tiga, guna

menghormati dan melindungi

keberadaan khotib dalam menyebarkan Islam. Serta untuk menghalau jemaah


sholat jumat yang biasanya berlomba-lomba untuk menggigit ujung naskah
khotbah yang tengah di bacakan sang khotib. Saat itu orang-orang percaya

RUSMAN (60100113025)

14

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

bahwa barang siapa yang mampu menggigit ujung naskah khotbah yang
terbuat dari gulungan daun lontara, maka orang itu akan menjadi sakti dan
kebal terhadap ujung senjata tajam jenis apapun
Meski kebiasaan ini kini telah ditinggalkan, namun dikedua sisi
mimbar masih dipancang tombak bermata tiga. Dua tombak besi yang
dipancang dikedua sisi mimbar tersebut bermakna 2 kalimat syahadat. Dan
masing-masing pada tombak tersebut tergantung bendera, yakni di samping
kanan bendera Putih yang bertuliskan 2 kalimat syahadat, yang mana warna
putih melambangkan Kesucian. Sedang disamping kiri mimbar, tergantung
bendera warna Hijau yang bertuliskan 2 kalimat Syahadat, yang mana warna
hijau merupakan warna kesukaan Rasulullah SAW.
Dua tahun setelah didirikan, yakni tahun 1605, Sultan Alauddin
menetapkannya sebagai pusat kegiatan dakwah Kesultanan Gowa dan
menjadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan karena Gowa telah
menjadikan Islam sebagai dasar pemerintahan. Dengan langkah pasti,
Kesultanan Gowa menyebarkan Islam ke seluruh daerah di Sulawesi Selatan
dan menempatkan Masjid Katangka sebagai pusat dakwah dan penyebaran
Islam. Dengan demikian fungsi masjid bukan hanya sekadar tempat
beribadah, tetapi juga menjadi tempat pertemuan pembesar Kesultanan dan
menyampaikan berbagai pengumuman kepada rakyat. Masjid Katangka
sebagai pusat Kesultanan Gowa. Sultan (Raja) shalat berjamah di masjid
karena dekat dengan Ballalompoa (istana) yang waktu itu Istana berada di
Katangka. Sultan (Raja) memerintahkan anak kandungnya (Sultan Idris)
menjadi pengurus masjid, Bendahara Kerajaan dan Bate Salapang (Dewan
Kerajaan) memakmurkan Masjid. Dari Masjid dipahami ilmu keislaman,
Kesultanan Gowa mengajak raja-raja di Soppeng, Bone dan Wajo
Dulunya, Masjid tua Al Hilal Katangka ini merupakan Masjid dari
Kerajaan Gowa. Khusus diperuntukkan bagi raja dan keluarga beserta
kerabatnya. Berada pada sebelah utara dari kompleks makam Sultan
Hasanuddin, yang mana lokasi makam juga diyakini sebagai tempat
berdirinya Istana Tamalate, Istana Raja Gowa.Masjid ini telah mengalami
enam kali renovasi tanpa mengubah pondasi awal serta arsitektur yang ada;
RUSMAN (60100113025)

15

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

1. tahun 1816 pada masa Raja Gowa XXX Sultan Abdul Rauf,
Renovasi ini meliputi penguatan dinding.
2. tahun 1884 yang dilakukan oleh Raja Gowa XXXII Sultan Abdul
Kadir, Renovasi meliputi pengubahan posisi pintu dari arah
selatan ke timur. Jendela juga di ubah modelnya dari bentuk kubah
memanjang ke bentuk segi empat sepeti sekarang ini. Genteng
yang didatangkan dari Belanda juga di pasang. Prasasti yang
menceritakan mengenai renovasi yang kedua ini terdapat pada
utara, prasasti itu berisi tentang tanggal renovasi pada hari senin 8
Rajab tahun Dal, bertepatan dengan tanggal 12 April 1884.
3. tahun 1963 oleh Gubernur Sulawesi Selatan, Renovasi ini berupa
Pemugaran oleh Pemerintah.
4. tahun 1971 oleh Kantor Wilayah Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Sulawesi Selatan,
5. tahun 1980 oleh Swaka Sejarah dan Purbakala Sulawesi Selatan
serta pada
6. tahun 2007 yang merupakan renovasi terakhir dan dilakukan atas
swadaya pengurus masjid serta bantuan dari masyarakat hingga
mendapati bangunan yang sekarang ini
Sejak berdiri, Masjid Katangka menjadi pintu utama penyebaran Islam
di seluruh pelosok Sulawesi Selatan. Sederet ulama besar pernah punya andil
menghidupkan syiar Islam di Masjid Katangka. Satu di antaranya ialah Syekh
Yusuf Taj al-Khalawati, ulama sekaligus pejuang, yang lebih dikenal dengan
nama Tuanta Salamaka.
Ketika Kesultanan Gowa Tallo secara resmi menjadikan Islam sebagai
sistem pemerintahan maka penyebaran Islam melalui futuhat (pembebasan)
di wilayah Sulawesi dilakukan melalui kekuatan militer yang pada saat itu
sangat terkenal kebesarannya. Menurut H. Abd. Qahar, jumlah pasukan yang
dikirim ke Bone saja mencapai 20.000 personil sehingga tidak membutuhkan
waktu yang lama untuk melakukan proses islamisasi. Kerajaan Sidenreng
Rappang dan Soppeng tunduk pada tahun 1609, menyusul Kerajaan Wajo

RUSMAN (60100113025)

16

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

tahun 1610, dan terakhir adalah Kerajaan Bone pada tahun 1611
M. Kerajaan-kerajaan tersebut merupakan kerajaan utama yang memiliki
kekuatan besar. Adapun kerajaan kecil maka masuknya Islam lebih mudah.
Islamisasi secara struktural adalah menjadikan syariah sebagai dasar
negara.

Sebelumnya

telah

ada

ADE

(Undang-undang),

RAPANG

(Yuriprudensi), WARI (aturan-aturan / keprotokoleran), BICARA (kesepakatan


kerajaan). Pemerimaan Islam sebagai agama resmi Kerajaan menjadikan
syariah sebagai landasan dan yang kelima yaitu SARA (syariah). Akibatnya
adalah dibuatkan jabatan struktural yang baru yaitu QADHI (Hakim), IMAM,
BILAL, KATTE (khatib), DOJA sebagai perangkat syiar Islam ke rakyat.
Kadi (Qadhi) ditunjuk untuk hadat dan penguasa, tempat mereka
bertindak sebagai hakim pengadilan agama (syariah). Imam (pengurus
masjid) ditunjuk untuk wanua (masyarakat adat). Adapun guru (Anrong-Guru
atau Anre-Guru) merupakan guru yang menyiarkan agama baru itu ke desadesa maupun pejabat terendah dalam hierarki administrasi Islam. Guru
menjadi anggota cabang pengadilan agama yang dikepalai Imam.
Keberhasilan proses islamisasi di Sulawesi Selatan yang telah dilakukan
oleh Kesultanan Gowa Tallo dengan menjadikan Masjid Katangka sebagai
basis (titik sentral) pembinaan untuk melahirkan para dai dan ulama serta
pusat pemerintahan. Ini mengingatkan kita pada tahapan dakwah Rasulullah
saw. di Madinah, yakni tahapan istilamul hukmi (penerapan hukum) dengan
menjadikan masjid sebagai pusat pemerintahan daulah Islam di Madinah.
Dari sinilah perluasan dakwah dilakukan dengan melakukan futuhat terhadap
pemerintahan di sekitar Jazirah Arab.
Saat ini, Masjid tua Al Hilal Katangka sudah digunakan sebagai
sarana ibadah umat Islam pada umumnya, serambinya digunakan untuk
mengaji para santri dan untuk mengadakan kajian-kajian. Tidak lagi terbatas
hanya untuk raja, keluarga beserta kerabatnya saja. Walaupun halaman

RUSMAN (60100113025)

17

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

samping dan belakang Masjid masjid ini dijadikan areal perkuburan hanya
bagi kalangan keluarga Raja Gowa saja.
Mesjid Katangka berbentuk denah bujur sangkar dengan dinding yang
terbuat dari batu bata dengan ketebalan 120 cm. Dengan ruang utama tempat
shalat berukuran 12 m x 12 m. Mesjid memiliki ruang peralihan sebelum
masuk ke dalam ruang utama mesjid yang menyatu dengan atap mesjid,
ruangan ini digunakan masyarakat sebagai tempat untuk meminta sedekah
kepada bangsawan pada masa kerajaan, sedangkan sekarang ruangan ini
digunakan ulama untuk beristirahat setelah melaksanakan ibadah.
4.2. SISTEM STRUKTUR MASJID AL-HILAL KATANGKA, GOWA
4.2.1. SUB STRUKTUR
1. Pondasi
Pondasi yang di gunakan pada Masjid Al-Hilal Katangka, Gowa
yaitu Pondasi Rollag Bata dengan penyusunan bata yang semakin
kebawah semakin lebar. Material bata merah yang digunakan tidak sama
dengan batu bata yang sekarang, yakni ukurannya lebih besar dan
panjang. Pondasi tidak menggunakan Beton (baja ataupun besi) yakni
hanya Batu Bata.
2. Lantai
Pada lantai Masjid Al-Hilal Katangka, Gowa, tidak menggunakan beton,
yakni hanya bata merah yang ukurannya lebih lebar dari sekarang,
dengan dimensi 30 cm X 30 cm X 3 cm.Pada lantai masjid ini juga
sudah menggunakan tegel keramik yang berasal dari China dengan
ukuran sekitar 60 cm X 60 cm, yang kabarnya di bawa langsung oleh
salah satu Arsiteknya yang berasal dari Tiongkok, China.

RUSMAN (60100113025)

18

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

4.2.2. SUPER STRUKTUR


Kolom (Tiang)
Kolom utama pada Masjid Al-Hilal Katangka, Gowa ada 4 buah,
yang sejarah dan filosofinya bermakna dari 4 khulafahul Rosidin (kalifah
dan sahabat nabi SAW) yakni Abu bakar As-siddiq, Umar bin Khattab,
Usman Bin Affan, dan Ali bin Abi Tholib.
Kolom pada Masjid Al-Hilal Katangka, Gowa mengadopsi kolom
bangunan Eropa yakni dari kolom/pilar Portugis yang mirip dengan pilar
yunani (dorik), yakni diameter kolom pada bagian tengah membesar
(pilar gendut).
Struktur kolom pada masjid ini tidak menggunakan beton, yakni
hanya menggunakan material Batu bata. Namun sekarang Kolomnya
sudah di renovasi dan diganti dengan bentuk dan ukuran yang sama
persis dengan aslinya, dan sudah menggunakan beton.

RUSMAN (60100113025)

19

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

4.2.3. UPPER STRUKTUR


Atap
Atap pada masjid Al-Hilal Katangka, Gowa mengadopsi Atap Jawa
(atap joglo), yakni bentuk atap pyramid. Atap pada masjid ini terdiri
atas 2 lapisan atap, yakni atap paling atas biasanya digunakan sebagi
tempat pengintaian dan tempat penyimpanan mustaka.
Struktur dan konstruksi kuda-kuda pada atap masjid ini sampai
sekarang belum pernah mengalami perubahan yakni kuda-kuda dari
kayu katangka. Pada ringbalk juga menggunakan material kayu. Pada
lapisan atap kedua menggunakan balok kayu dan bambu besar.
Material penutup atap yang digunakan masjid ini yaitu Genteng
yang terbuat dari keramik berwarna merah, itu dipastikan berasal dari
Belanda, sebab di genteng itu sendiri tertulis Stoom Pannen fabriek

RUSMAN (60100113025)

20

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

Van Echt, dengan tahun pembuatan 1884. Genteng yang secara khusus
didatangkan dari Belanda itu merupakan pesanan Raja Gowa I Kumala
Daeng Parani Karaeng Lembang Parang, Sultan Abdul Kadir
Muhammad Aididdin Tumenanga ri Kakuasanna.

4.2.4. ELEMEN MASJID AL-HILAL KATANGKA, GOWA


1. PINTU

Pintu pada masjid ini terdiri atas 5 buah, yang berarti 5 rukun
islam, yakni ;
a.
b.
c.
d.
e.

Mengucap dua kalimah syahadat.


Mendirikan solat
Menunaikan zakat
Berpuasa di bulan Ramadhan
Menunaikan haji di Mekah bagi yang mampu.

Pintu Masjid ini terbuat dari kayu. Pintu masuk keruang


sholat sholat utama ada 3, yang berarti pintu masuk Raja dan
kelurga raja, pintu masuk bangsawan dan pintu masuk rakyat
biasa.
Adapun pintu masuk terluar ada 2. Pada 2 pintu utama
terluar memiliki ventilasi diatas pintu yang mirip dengan bulu
ayam. Filosofi ornamen bulu ayam tersebut memang diambil

RUSMAN (60100113025)

21

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

dari filosofi ayam, yang bermakna bahwa, ayam bagi orang


Makassar dianggap sebagai Jannah yang berarti Surga. Adapula
yang menganggap bahwa Makna Ayam bermakna Raja Gowa
yaitu Sultan Hasanuddin dengan sebutan Ayam Jantan dari
Timur.

2. JENDELA
Masjid ini juga sekarang sudah dipasangkan kipas Angin,
bahkan terdapat enam buah mesin pendingin udara (Air
Conditioner/ AC) yang menggantikan fungsi jendela sebagai
sirkulasi udara.

RUSMAN (60100113025)

22

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

3. DINDING
Masjid Tua Katangka didirikan di dalam Benteng
Kalegowa yang berarti masih dalam kawasan Istana Tamalatea.
Benteng Kalegowa merupakan benteng terkuat yang dimiliki
kerajaan Gowa pada masa itu. Rumah-rumah raja dan
bangsawan di bangun dalam benteng ini. Dinding Masjid Tua
Katangka dibangun dengan bahan yang sama dengan dinding
Benteng Kalegowa.
Dinding Pada Masjid Al-Hilal Katangka, Gowa sangat
kokoh dan tebal, yakni dengan ketebalan 120cm, dengan
material penyusun yaitu batu bata yang ukurannya lebih besar
daripada sekarang. Menurut catatan sejarah, dinding Benteng
kalegowa dibuat dari susunan bata dengan posisi miring, tidak
direbahkan sebagaimana posisi pemasangan batu bata di zaman
sekarang. Konon, untuk merekatkan bata tersebut hanya
menggunakan telur dan kapur.
Dinding pada masjid ini di buat tebal dengan pertimbangan
bahwa masjid ini dahulu tidak hanya sebagai tempat beribadah,
tetapi juga sebagai benteng pertahanan kerajaan Gowa, yakni
Istana

Tamalate.

dan

juga

masjid

ini

sebagai

RUSMAN (60100113025)

tempat

23

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

perlindungan utama pada saat perang, serta penyimpanan alatalat perang. Dinding masjid memang sangat kokoh, dan telah
dibuktikan sejak peluncuran meriam oleh Belanda di sekitar
Istana Tamalate, hanya masjid ini yang tidak mengalami
kerusakan oleh meriam.
Fungsi Masjid sebagai Benteng pertahanan juga di perkuat
dengan ditemukannya meriam dan pelurunya saat dilakukan
penggalian di bagian halaman masjid. Meriam tersebut
kemudian dipindahkan ke komplek makam Sultan Hasanuddin
di Pallantikang.

4. PLAFON
Plafon Masjid Al-hilal Katangka terbuat dari seng plat
bergelombang yang juga berasal dari Belanda. Pada plafon itu
terdapat lampu lampion yang digantung dengan gantungan besi.
Tetapi sekarang lampu lampion itu tidak pernah lagi di
nyalakan. Masjid ini juga merespon masa, yang mana pada
lampu lampion sekarang digantikan oleh lampu listrik akan
tetapi lampu lampion tetap masih digantung.

RUSMAN (60100113025)

24

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

5. MIHRAB DAN MIMBAR


Mihrab terdapat di dinding sebelah barat, berbentuk ceruk
sehingga dinding mihrab menjorok keluar terbuat dari tembok.
Mimbar dalam masjid ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu
bagian muka, tengah, dan bawah.
6. BEDUG
Bedug merupakan salah satu media yang digunakan pada masjid

sebelum digantikan oleh pengeras suara. Bedug pada Masjid AlHilal Katangka sekarang tidak terlalu di gunakan karena adanya
pengeras suara yang menggantikan fungsinya. Bedug ini dibuat

RUSMAN (60100113025)

25

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

oleh Kerajaan Bone, pada saat itu Kerajaan Bone membuat 3


bedug yakni di berikan kepada Kerjaan Luwu, Kerajaan Gowa,
Dan kerajaan Bone sendiri. Proses pengiriman bedug dari Bone
ke Gowa tidak menggunakan kendaraan, tapi hanya dari tangan
ke tangan hingga ke kerajaan Bone. Bedug ini pula, kabarnya
memiliki suara yang begitu keras, yakni sekitar 3 km dari
sumber suara masih bisa terdengar suara bedug tersebut.

7. SUMUR
Sebelum sampai di Masjid, akan di jumpai dengan Sumur yang
begitu besar yang usianya jauh lebih tua daripada Masjid AlHilal. Sumur tersebut bernama Bungung Lompo, Sebuah sumur
yang tak pernah kering meskipun musim kemarau melanda.
Sumur Bungung ini dipakai oleh para prajurit Kerajaan Gowa
mensucikan diri sebelum berangkat ke medan perang. Dan
setelah Masjid ini berdiri, Sumur ini kemudian menjadi tempat
berwudhu para jamaah sebelum menunaikan sholat.
Selain Bungung Lompo, di dinding utara masjid juga
terdapat satu sumur lagi, yang umurnya sama tuanya dengan

RUSMAN (60100113025)

26

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

Masjid Al- Hilal katangka ini. Air dari sumur ini diyakini
bertuah, bisa membuat awet muda bagi yang orang-orang yang
berwudhu atau hanya sekedar membasuh muka.
8. MAKAM
Di areal masjid, terdapat pemakaman. Makam yang ada di
areal masjid terdiri atas Makam Keluarga Keturunan Raja

Gowa, serta makam pemuka agama dan kerabat pendiri masjid.


Khusus makam para pendiri masjid memiliki atap di atasnya

berbentuk kubah, sedangkan makam keluarga keturunan Raja


Gowa ditandai dengan pemasangan papan bicara.

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan

RUSMAN (60100113025)

27

METODOLOGI PENELITIAN SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
http://www.makassarguide.com/2014/08/masjid-katangka.html
http://hellomakassar.com/masjid-tua-al-hilal-katangka/
http://www.hizbut-tahrir.or.id/2012/12/06/masjid-tua-al-hilal-katangka-bentengislam-di-sulawesi-selatan/
http://melayuonline.com/ind/history/dig/299/masjid-al-hilal-makasar
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1393/masjid-tua-katangka-gowa
http://www.gurupendidikan.com/20-definisi-sejarah-menurut-para-ahli/
http://www.asmaul-husna.com/2015/06/rukun-islam-dan-penjelasannya.html
http://www.tabloidlintas.com/2014/11/masjid-tua-katangka-dan-makam-rajagowa.html
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0ahUKEwiPwcez_bTJAhXK
C44KHaWfClwQFggnMAI&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id
%2Fbitstream%2F123456789%2F41585%2F4%2FChapter
%2520II.pdf&usg=AFQjCNFVaYYyPM5qn5nQ4Qh8Pl3SK1twRw&sig2=uneHWL29ea6Hm7WMtx1ww

LAMPIRAN

RUSMAN (60100113025)

28

Anda mungkin juga menyukai