Arsitektur berasal dari bahasa latin architectus, dan dari bahasa Yunani architecton
(Master pembangun), Arkhi (ketua) dan tecton (pembangun). Arsitektur adalah seni dan ilmu
dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas arsitektur mencakup merancang
dan membangun keseluruhan lingkungan binaan mulai dari level makro yaitu perencanaan
kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain
bangunan, desain perabot, dan desain produk. Arsitektur dapat dianggap sebagai suatu
konstruksi yang dengan sengaja merubah lingkungan fisik menurut suatu bagan pengaturan.
Arsitektur juga bukan hanya sekedar bangunan atau kontruksi yang hanya
mengutamakan aspek-aspek keindahan atau seni lainnya, namun arsitektur juga mempelajari
bagaimana letak geografis yang strategis untuk sebuah bangunan yang memberikan rasa
nyaman pada penghuninya. Untuk mewujudkan karya arsitektur setiap arsitek harus mampu
menyalurkan semua aspek perasaan yang ada pada dirinya baik itu aspek seni, kejiwaan,
emosi, maupun keindahan.
Setiap orang mampu mewujudkan atau membuat sebuah bangunan namun tidak
mampu membuat karya arsitektur, karena untuk mewujudkan sebuah karya arsitektur setiap
orang tidak boleh hanya mengandalkan ke kokohan saja namun harus memiliki tiga fungsi
utama yaitu keindahan, kekuatan, dan fungsional.
Arsitektur membentuk suatu tautan yang mempersatukan ruang, bentuk, teknik dan
fungsi.
Dalam hal fungsi bangunan dan arsitektur memiliki persamaan, yakni untuk
mewadahi manusia dengan segala aktifitas serta peralatannya. Dalam segi bentuk dan ukuran
sama-sama memiliki dimensi yang besar yang cukup untuk melingkupi kegiatan manusia
dalam tiga dimensi sehingga manusia dan peralatannya dapat diwadahi oleh bangunan atau
juga arsitektur. Pada bentukan dan sistem struktur yang digunakan juga merupakan hal yang
sama, dan arsitektur memang bangunan yang diberi nilai dan estetika.
Perbedaan antara bangunan dan arsitektur terletak pada estetikanya, karena perbedaan
estetika itu berbeda pula nilai dan tampilannya. Bila bangunan hanya dinilai dari segi fisik
yaitu bahan yang digunakan (kekuatan, keawetan, ketahanan) dan fungsinya, pada arsitektur
tidak hanya itu, arsitektur juga dinilai seni dan keindahannya. Jadi bila pada bangunan, dalam
posisi dan fungsi yang sama, semakin besar dan semakin kokoh bangunan itu maka harganya
akan semakin mahal. Namun pada arsitektur, dapat juga yang lebih kecil walau fungsinya
sama mempunyai harga yang lebih mahal karena nilai seni dan keindahannya tinggi.
“Semua figur yang ada dimulai dari titik yang bergerak sendiri … Titik tersebut
bergerak … dan terwujudlah garis … dimensi pertama.Jika garis tersebut bergeser untuk
mewujudkan bidang, kita peroleh elemen dua dimensional.Dalam pergerakannya, dari bidang
ke ruang, perpotongan dari sisi-sisi bidang tersebut menumbuhkan figur (tiga-dimensional)
… Sebagaihasil dari energi kinetik yang menggerakkan titik menuju garis, garis menuju
bidang, dan bidang yang membentuk dimensi spasial”
“Paul Klee”
Dari pendapat paul klee tersebut dapat kita ketahui hal dasar pendukung karya arsitektur
diantaranya Titik,Garis,Bidang,Ruang,Tekstur,dan Warna.
Titik
Sebuah titik biasanya menandakan letak posisi dalam suatu ruang.Titik bersifat
terpusat karena tidak memiliki panjang,lebar,ataupun kedalaman.Titik dapat
digunakan untuk:
1. Ujung-ujung sebuah garis
Bidang
Bidang adalah garis yang diperpanjang ke arah selain dari arahnya sendiri menjadi
sebuah bidang.Bidang memiliki panjang dan lebar namun tidak memiliki
kedalaman.Jenis bidang yang sering digunakan dalam perancangan arsitektur yaitu:
1. Bidang atas:Bidang ini digunakan untuk melindungi dari perubahan iklim, atau
bidang langit-langit yang menjadi unsur pelindung ruang di dalam arsitektur.
2. Bidang dinding:Bidang dinding vertikal secara visual paling aktif dalam
menentukan dan membatasi ruang.
3. Bidang dasar:Bidang tanah memberikan pendukung secara fisik dan menjadi dasar
bentuk-bentuk bangunan secara visual.Bidang lantai mendukung kita untuk
melakukan kegiatan yang dilakukan dalam bangunan
Volume/Ruang
Sebuah bidang yang dikembangkan (ke arah selain dari arahnya sendiri) berubah
menjadi ruang. Pada dasarnya, sebuah ruang memiliki tiga dimensi, yakni: panjang,
lebar dan tinggi. Semua ruang dapat dianalisa dan diketahui dari:
1. Titik (ujung, puncak) dimana beberapa bidang bertemu.
2. Garis (sisi-sisi) dimana dua buah bidang berpotongan.
3. Bidang (permukaan) batas-batas ruang sebagai tiga dimensi di dalam
perbendaharaan arsitektur, ruang dapat berbentuk :
- Ruang padat
- Ruang dari pergeseran antar massa
- Ruang kosong
- Ruang yang berada atau di batasi oleh bidang-bidang.
Dalam arsitektur, volume dapat dilihat sebagai bagian dari ruang yang ada
dan dibatasi oleh dinding, lantai dan langit-langit dari bidang atap, atau jumlah
ruang yang digeser oleh adanya massa bangunan.
Warna
Warna merupakan presepsi cahaya dan visual yang bisa digambarkan dalam hal
presepsi individu terhadap nilai rona, saturasi, dan nuansa.
Warna dapat berperan untuk memperkuat bentuk dan mampu memberikan kepada
pikiran dan jiwa manusia yang melihatnya. Warna menentukan karakter, juga dapat
menciptakan suasana yang kita harapkan. Karakter dari warna antara lain:
a) Kuning : bebas, ceria
b) Hijau : tenang, ramah cendekia
c) Biru : keras, dingin
d) Merah : panas, melelahkan urat syaraf
e) Hitam : elegan, independen, berwibawa, dan eksklusif
f) Putih : netral, bersih
g) dll
Tekstur
Tekstur merupakan nilai raba pada permukaan suatu benda. Tekstur dalam
konteks desain kebanyakan hanya bersifat semu, dalam artinya hanya memberikan
kesan pada suatu permukaan.
Tekstur bersama warna juga bersama-sama menentukan tingkat dimana
permukaan sebuah bentuk merefleksikan atau menyerap cahaya langsung serta
mempengaruhi beban visual dan skala sebuah bidang.
Contoh tekstur:
Bentuk
Dalam arsitektur, bentuk selalu dihubungkan dengan wujud yaitu sisi luar
karakteristik atau konfigurasi permukaan suatu bentuk tertentu. Wujud juga
merupakan aspek utama dimana bentuk-bentuk dapat diidentifikasikan dan
dikategorikan karena adanya batasan ruang tersebut.
Bahasa arsitektur berupa bentuk yang tertangkap langsung pada mata yang
dianalisa sehingga bisa dimengerti oleh penikmatnya, dan menghasilkan suatu
kesan.
Prinsip estetika adalah hukum atau kaidah yang berfungsi sebagai sumber acuan
dalam berkarya yaitu keindahan bentuk (bentuk estetika) dan keindahan ekspresi
(ekspresi ekstetika). Keduanya merupakan kesatuan.
1. Bentuk Estetika
Pencapaian keindahan bentuk didukung oleh pemenuhan aspek-aspek fisik atau
teknis fungsi dan struktur. Keindahan bentuk didasari oleh prinsip-prinsip estetika
tertentu dalam desain seperti:
A. Kesatuan (unity)
Prinsip utama dalam berkarya yang harus dipenuhi yaitu prinsip kesatuan
yang bertujuan untuk membentuk sebuah keselarasan yang harmoni untuk
mencapai sebuah keindahan. Hal ini tercermin apabila ada kesatuan antara
bagian-bagian bentuk dari struktur bangunan, ada kesatuan antara ruang-ruang
dan penggunaan warna, ada kesatuan antara bentuk bangunan dengan lingkungan,
dan ada kesatuan antara bentuk dan fungsi bangunan sesuai dengan ide dasar.
Untuk mencapai sebuan unity dapat dipersatukan dengan menggunakan
dominasi (emphasis). Dominasi atau aksentualisasi merupakan prinsip dalam
penciptaan karya yang mengikat unsur-unsur seni dalam kesatuan. Prinsip
aksentuasi menampilkan pusat perhatian dari seluruh kesatuan karya. Ada
beberapa cara dalam menempatkan aksentuasi, yaitu:
a) Pengelompokan
Yaitu dengan mengelompokkan unsur-unsur yang sejenis. Misalnya
mengelompokkan unsur yang sewarna, sebentuk dan sebagainya.
b) Pengecualian
Yaitu dengan cara menghadirkan suatu unsur yang berbeda dari
lainnya.
c) Arah
Yaitu dengan menempatkan aksentuasi sedemikian rupa sehingga unsur
yang lain mengarah kepadanya.
d) Kontras
Yaitu perbedaan yang mencolok dari suatu unsur di antara unsur yang lain.
Misalnya menempatkan warna kuning di antara warna-warna teduh.
B. Keseimbangan (Balance)
Keseimbanga merupakan prinsip dan penciptaan karya untuk menjamin
keselarasan dan keserasian yang mendukung prinsip kesatuan dengan
mengunakan unsur-unsur seni. Dalam hal ini, keseimbangan terdiri dari:
a) Keseimbangan Simetris
Keseimbangan simetris yaitu keseimbangan yang berkesan formal.
Dapat ditemukannya daya tarik yang sama pada separuh bagian kiri dan
separuh bagian kanan.
b) Keseimbangan Asimetris
Keseimbangan asimetris yaitu keseimbangan yang terkesan informal.
Keseimbangan ini tidak menitik beratkan pada garis potong tengah tetapi
lebih bebas, tidak banyak aturan tetapi tetap nampak sama berat.
C. Proporsi
Proporsi adalah hubungan antar bagian dari suatu design dan antara
bagian dengan keseluruhan. Menurut Vitruvius ada hubungan tertentu antara
bagian terkecil dengan keseluruhan. Proporsi merupakan hasil perhitungan
bersifat rasional dan terjadi bila kedua buah perbandingan adalah sama a:b=c:d
(a,b,c,d = ukuran tinggi, lebar, dan kedalaman dari suatu unsur-unsur atau
massa keseluruhan bangunan). Seringkali golden section dipergunakan untuk
menentukan proporsi yang tepat antara panjang dan lebar pada empat persegi
panjang pada jendela dan pintu-pintu, pigura-pigura serta buku atau majalah.
Di Bali kita kenal Hasta Kosala-Kosali yang berasal dari unit tubuh manusia
untuk mengukur proporsi bangunan.
D. Skala
Dalam arsitektur yang dimaksud skala adalah hubungan yang harmonis
antara bangunan beserta komponen-komponennya, dengan manusia. Segala
sesuatu yang kita lihat selalu dibandingkan dengan ukuran manusia. Elemen-
elemen dan prinsip skala dapat menghasilkan skala-skala yang baik yaitu:
a) Skala Akrab
Skala dengan menggunakan prinsip yang dapat menimbulkan kesan
lebih kecil dari besaran sesungguhnya. Skala akrab dapat dicapai melalui
pemakaian ornamen yang lebih kecil dari ukuran standart/biasanya,
penerapan skema bahan dan warna yang sederahana, bentuk datar/rata.
b) Skala Normal
Skala normal atau manusiawi dapat diperoleh dengan pemecahan
masalah fungsional secara wajar. Besarnya ukuran dimana manusia bekerja
adalah menurut fungsinya dan standar-standar yang ada.
c) Skala Megah
Skala ini bersifat berlebihan dan dapat diperoleh dengan penerapan
satuan yang lebih besar dari biasanya, perletakan elemen yang berukuran
kecil berdekatan dengan elemen yang besar sehingga tampak perbedaan
ukuran besarnya, penerapan langit-langit tinggi.
d) Skala Mencekam
Pada skala mencekam manusia sulit merasakan pertalian dirinya dengan
ruang. Umumnya, skala ini terdapat di alam bukan buatan manusia.
E. Irama
Irama dalam arsitektur merupakan elemen yang menggugah emosi/
perasaan yang dalam. Dalam rancangan, irama merupakan perekat yang
menyatukan unsur-unsur masing-masing menjadi satu kesatuan. Hakekat
Irama adalah menelusuri sifat perseptual manusia dalam memandang
bangunan, dimulai dari mata yang meluncur ke bagian bangunan, dari unit satu
ke unit lainnya dengan teratur. Irama dapat diperoleh dengan cara pengulangan
(repetisi), perubahan (perubahan), oposisi, transisi, radial, dan progresif.
Jenis-jenis irama yaitu:
a) Irama Statis
Irama statis didapat dengan cara pengulangan bentuk, garis, dan
dimensi.
b) Irama Dinamis
Irama dinamis didapat dengan cara pengulangan bentuk atau garis
dengan perletakan yang berbeda, dan pengulangan bentuk/garis dengan
dimensi yang berbeda.
c) Irama Terbuka dan Tidak Menentu
Irama ini didapat dengan cara pengulangan bentuk/garis dengan jarak
yang sama tanpa permulaan dan akhiran.
d) Irama Tertutup dan Tertentu
Irama ini didapat dengan cara merubah bentuk unit paling akhir,
merubah ukuran/dimensi unit paling akhir, kombinasi kedua-duanya, dan
menambahkandengan mencolok suatu elemen di akhir irama.
2. Ekspresi Estetika
Keindahan ekspresi timbul dari pengalaman. Dalam arsitektur pengalaman yang
dimaksud adalah pengalaman melihat atau mengamati. Oleh karena itu yang dapat
dilihat adalah bentuk, maka dalam arsitektur media untuk mendapatkan keindahan
arsitektur adalah bentuk bangunan. Dengan pengalaman mengamati, memasuki, dan
menempati kita dapat merasakan sikap batin arsitek. Keindahan ekspresi dapat
ditangkap tergantung pada presepsi masing-masing pengamat. Adapun elemen-
elemen dalam ekspresi estetika yaitu
A. Karakter
Karakter merupakan perwujudan antara ekspresi dan fungsi. Tema berkaitan
erat dengan karakter. Aspek teknis menyangkut pemenuhan syaraf, fungsi dan
struktur juga merupakan karakter, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Karakter arsitektur yang khas akan menentukan eksistensi arsitektur sebagai
lingkungan buatan diantara lingkungan fisik dan budaya.
B. Warna (colour)
Sudah dijelaskan sebelumnya
C. Gaya (style)
Gaya sebagai salah satu penentu keindahan ekspresi cara membangun atau
merancang secara berbeda dengan yang lain. Gaya dapat ditentukan menurut
sejarah, misalnya: gaya romanik byzantum, barok, renaisme, gotik, internasional,
post modern, dll.
D. Bahan dan Material
Bahan yang kita pakai dalam desain dapat menimbulkan kesan tertentu misal:
a) Bahan logam : menimbulkan kesan dingin, padat, keras.
b) Kayu berpori : menimbulkan kesan hangat.
c) Bahan kaca : bersifat tembus pandang dan memantulkan cahaya
dapat memberi kesan hidup dan ringan.
Pemakaian bahan atau material akan menimbulkan suatu motif dan tekstur.
V. Contoh karya arsitektur
Metropol Parasol di Spanyol karya Jurgen Mayer H. Archiects ini mendapat predikat
sebagai struktur kayu terbesar di dunia sejak dibuka tahun lalu.
Informasi data
Letak : Kota padang, Sumatera barat, Indonesia
Kepemimpinan : Pemerintah provinsi Sumatera barat
Arsitek : Rizal muslimin
Kapasitas : 5000 – 6000 Orang
Panjang : 65 m
Lebar : 65 m
Tinggi : 47 m
Awal pembangunan : 21 Desember 2007
Tipe : Tempat beribadah
Masjid Raya ini fungsinya tidak sebatas rumah ibadah. Bangunan yang berada tak
jauh dari Pantai Padang itu, dirancang mampu menahan guncangan gempa mencapai 10 SR
dan dapat dijadikan sebagai shelter lokasi evakuasi tsunami, memanfaatkan lantai II dan
lantai III masjid.
Masjid tersebut mampu menampung sekitar 20.000 jamaah. Dengan rincian, lantai dasar
masjid menampung 15.000 jemaah serta lantai II dan III sekitar 5.000 jamaah.
VENUSTAS BANGUNAN / ASPEK KEINDAHAN
Titik
Unsur titik
pada
Bangunan dismping
Menunjukkan
Posisi tertinggi
bangunan
Garis dibuat
melengkung untuk
Menunjukkan bidang
Yang lebih tinggi atau
rendah
Disamping,garis menunjukkan
Sama tingginya.
Bidang
Bidang ini digunakan untuk melindungi dari perubahan iklim, atau bidang langit-
langit yang menjadi unsur pelindung ruang di dalam arsitektur.Bidang ini disebut
bidang atas,bidang atas dibuat sesuai dengan keindahan,fungsional,dan
kethanan.bidang atp dibangunan ini menerapkan konsep budaya minang kabau
yang pada sisi atpnya dibuat tinggi.
Bidang ini disebut bidang dinding yang berguna untuk membatasi ruang yang
digunakan. Bidang dinding juga digunakan untuk membentuk sebuah bangunan,seperti pada
contoh bangunan diatas,bidang dinding digunakan sebagai batasan untuk mendapatkan ruang
didalamnya.Bidang dibuat seindah mungkin menciri khas kan kota padang.
Bidang dasar atau bidang tanah memberikan pendukung secara fisik dan
menjadi dasar bentuk-bentuk bangunan secara visual.Bidang lantai mendukung
kita untuk melakukan kegiatan yang dilakukan dalam bangunan.
Volume / Ruang
Ruang utama yang dipergunakan sebagai tempat salat di lantai dua adalah ruang
lepas. Lantai dua dengan elevasi tujuh meter dapat diakses langsung melalui ramp,
teras terbuka yang melandai ke jalan. Dengan luas 4.430 meter persegi, lantai dua
diperkirakan dapat menampung 5.000-6.000 jemaah Adapun lantai tiga berupa berupa
mezanin berbentuk leter U memiliki luas 1.832 meter persegi.
Warna
Warna memiliki makna dan mencermikan arti dari sebuah bangunan,di masjid raya sumatera
barat menggunakan beberapa warna seperti coklat yang bermakna keakraban dan berasa
aman.selain itu masjid juga mencirikan kebersihan dan kesucian yang disymbolkan dengan
warna putih. Warna abu-abu menjelaskan rasa tanggung jawab sehingga atap masjid dibuat
awarna abu-abu yang mengartikan atap bertanggung jawab untuk melindungi orang-orang
yang berasda dibawahnya dari berbagai hal.
Tekstur
Bentuk
Pada dinding masji terdapat ornamen segi tiga yang di dalamnya, terdapat enam
sudut. ornamen segi tiga yang di dalamnya, terdapat enam sudut. ornamen tersebut
mempunyai makna, tiga tungku sajarangan tiga tali sapilin. Yang berarti, harus memegang
teguh rukun iman. pada bagian dinding, tempat meletakkan Alquran, terdapat bentuk ukiran
dengan empat sudut. Ornamen tersebut, diartikan, dalam budaya Minangkabau sebagai tau di
nan ampek, yaitu Alquran, Injil, Taurad dan Zabur. Selain itu, tersirat pula makna adat nan
ampek, yaitu adat nan subana adat, adat nan diadatkan, adat nan taradat, dan adat istiadat.
pada bagian atap masjid, menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan untuk
mengusung batu Hajar Aswad. Yaitu, kisah ketika empat kabilah suku Quraisy di Makkah
berselisih pendapat mengenai siapa yang berhak memindahkan batu Hajar Aswad ke tempat
semula setelah renovasi Kabah.
Saat itu, Nabi Muhammad SAW memutuskan meletakkan batu Hajar Aswad di atas selembar
kain. Sehingga dapat diusung bersama oleh perwakilan dari setiap kabilah dengan memegang
masing-masing sudut kain. bentuk sudut lancip sekaligus mewakili atap bergonjong yang
biasa ditemukan pada rumah adat Minangkabau, yaitu Rumah Gadang.
Ruang utama yang dipergunakan sebagai tempat salat di lantai dua adalah ruang lepas. Lantai
dua dengan elevasi tujuh meter dapat diakses langsung melalui ramp, teras terbuka yang
melandai ke jalan. Dengan luas 4.430 meter persegi, lantai dua diperkirakan dapat
menampung 5.000-6.000 jemaah. Lantai dua ditopang oleh 631 tiang pancang dengan
pondasi poer berdiameter 1,7 meter pada kedalaman 7,7 meter. Dengan kondisi topografi
yang masih dalam keadaan rawa, kedalaman setiap pondasi tidak dipatok karena
menyesuaikan titik jenuh tanah tanah. Adapun lantai tiga berupa berupa mezanin berbentuk
leter U memiliki luas 1.832 meter persegi.
Konstruksi rangka atap menggunakan pipa baja. Gaya vertikal beban atap didistribusikan
oleh empat kolom beton miring setinggi 47 meter dan dua balok beton lengkung yang
mempertemukan kolom beton miring secara diagonal. Setiap kolom miring ditancapkan ke
dalam tanah dengan kedalaman 21 meter, memiliki pondasi tiang bor sebanyak 24 titik
dengan diameter 80 centimeter. Pekerjaan kolom miring melewati 13 tahap pengecoran
selama 108 hari dengan memperhatikan titik koordinat yang tepat.
Daftar Pustaka
http://arsitekdanstruktur.blogspot.co.id/2014/08/definisi-arsitektur.html
http://www.academia.edu/11385900/Portofolio_Arsitektur_dan_Bangunan
http://mengerjakantugas.blogspot.co.id/2009/01/perbedaan-bangunan-dan-arsitektur.html
http://www.academia.edu/1748377/2010_-
_Pengantar_Arsitektur_Arsitektur_Bentuk_Ruang_dan_Tatanan
https://www.scribd.com/document/323195099/tugas-portofolio-pengantar-arsitektur
https://economy.okezone.com/read/2017/07/01/470/1726525/4-karya-fredrich-silaban-arsitek-
indonesia-yang-diakui-dunia
https://www.google.com/search?q=museum+seni+milwauke&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b-
ab
https://www.google.com/search?q=museum+seni+milwauke&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b-
ab
https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Raya_Sumatera_Barat
https://duyaminang.wordpress.com/category/arsitektur/
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/05/31/np7ivx-simbol-zionis-di-masjid-
raya-sumbar-ini-penjelasan-lembaga-adat-minangkabau