Anda di halaman 1dari 28

I.

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR SECARA UMUM

Banyak orang mengatakan bahwa arsitektur bermula sebagai tempat bernaung. Memang,
bangunan-bangunan yang pertama adalah tempat tinggal dan orang memerlukan tempat
bernaung agar dapat bertahan hidup. Namun tempat bernaung bukanlah merupakan satu-
satunya fungsi atau bahkan bukan fungsi pokok dari perumahan.

Lingkungan buatan (built environment) mempunyai bermacam-macam kegunaan


melindungi manusia dari kegiatan-kegiatannya serta harta miliknya dari elemen-elemen,
dari musuh-musuh berupa manusia dan hewan serta dari kekuatan-kekuatan alam lainnya;
membuat tempat; menciptakan suatu kawasan aman yang berpenduduk dalam suatu dunia
fana yang cukup berbahaya; menekankan identitas sosial dan menunjukkan status dan
sebagainya.1

Menurut Bouwkundige Encyclopedi: arsitektur adalah mendirikan bangunan dilihat dari


segi keindahan. Mendirikan bangunan dari segi konstruksi disebut ilmu bangunan. Suatu
bangunan biasanya akan mencakup unsur konstruksi maupun keindahan. Dalam
prakteknya, kedua unsur ini sukar dipisahkan dengan tegas karena pada umumnya
konstruksi akan mempengaruhi keindahan suatu bangunan secara keseluruhan.

Menurut Banhart C. L. dan Jess Stein, arsitektur adalah:


1. Seni dalam mendirikan bangunan termasuk di dalamnya segi perencanaan, konstruksi
dan penyelesaian dekorasinya.
2. Sifat atau bentuk bangunan.
3. Proses membangun bangunan.
4. Bangunan.
5. Kumpulan bangunan.

Menurut Van Romondt, arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia dengan bahagia
(definisi konsepsional). Kata ruang meliputi semua ruang yang terjadi karena dibuat oleh
manusia atau juga ruang yang terjadi karena suatu proses alam seperti misalnya gua,
naungan pohon dan lain-lain. Tetapi pada prinsipnya jelas bahwa arsitektur terdiri dari
unsur-unsur ruang, keindahan dan kebahagiaan. Ruang adalah sebagai tempat manusia
bernaung terhadap panas matahari, angin dan hujan, tempat berlindung dari gangguan-
gangguan dan sebagai tempat melakukan segala bentuk kegiatan. Keindahan dan
kebahagiaan adalah sebagai unsur kenyamanan bagi yang melihat ruang tersebut atau yang
berada di dalamnya. Keindahan dirasakan oleh panca indera sedangkan kebahagiaan
dirasakan oleh jiwa (perasaan).

Arsitektur adalah lingkungan binaan yang dihasilkan oleh dan menjadi tempat bagi
manusia yang berbudaya. Lingkungan binaan yang disebut arsitektur tidak lain adalah
satuan ruang yang diwujudkan, dibina dan ditata menurut norma, kaidah, dan aturan
tertentu yang berkembang dan berubah menurut waktu dan tempatnya. Pembinaan dan
penataan ruang tersebut dilakukan sedemikian rupa sehingga mempunyai pengaruh positif
terhadap: produktivitas kegiatan, kesadaran, tingkah laku, pengalaman batin dan kehalusan
rasa manusia pemakainya sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Dengan demikian

1
Snyder, James C; Catanese, Anthony J., Pengantar Arsitektur, Erlangga, Jakarta, 1991.

1
pengetahuan dan ilmu arsitektur adalah pengetahuan untuk menjawab semua persoalan
mengenai:
- Pengaruh dan hubungan antara ruang dengan manusia dan masyarakat.
- Norma, kaidah, hukum dan aturan yang harus atau perlu diikuti dalam perwujudan,
pembinaan dan penataan ruang.
- Proses dan cara perwujudan, pembinaan dan penataan ruang.

Pengertian lain dalam arsitektur: ‘Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia dengan
berbahagia.’ Sehingga dapat dikatakan inti dari arsitektur adalah ruang. Ruang tidak dapat
dinyatakan tanpa ‘agregate’-nya atau ‘indikator’-nya dan ‘bentuk’ adalah agregate ruang
yang paling kuat dan paling banyak berbicara meskipun ada agregate-agregate lain yang
dapat memperkuat kesan ruang. Dari uraian di atas jelaslah bahwa perwujudan arsitektur
adalah bentuk yang lahir dari kebutuhan manusia akan wadah ruang untuk melakukan
kegiatan.

1. Hubungan Manusia dan Arsitektur


Sejak manusia diciptakan di bumi ini, dia selalu berdampingan dengan alam yang disini
dijabarkan sebagai iklim dan lingkungan. Iklim dan lingkungan memegang peranan yang
amat besar dalam membentuk segala cara hidup manusia meliputi pola tingkah laku serta
hasil tingkah laku manusia sendiri. Dengan kata lain iklim dan lingkunganlah yang
menciptakan atau membentuk kebudayaan manusia. Keadaan alam yang berbeda tentunya
melahirkan jenis kebudayaan yang berbeda pula. Kebudayaan dengan warna tertentu akan
mempunyai corak arsitektur yang tertentu pula. Karena itu dapat dikatakan: ‘arsitektur
adalah cermin kebudayaan.’

Para antropoloog dan archeoloog dapat mengisahkan secara terperinci kebudayan yang
telah lama berlalu hanya dengan meneliti arsitektur yang masih tertinggal dengan alat-alat
yang ada di dalamnya. Dari reruntuhan bangunan dapat dijelaskan apa bentuk kepercayaan
yang dianut oleh masyarakatnya dulu, bagaimana sistem kekeluargaannya,
perekonomiannya dsb. Bangunan yang mencerminkan sifat kebudayaan, lebih jauh lagi
dapat mencirikan suatu negara tertentu beserta periodenya dalam sejarah. Bangunan serupa
itu disebut The Master Work.2

Arsitektur hadir pada mulanya sejak manusia menciptakan ruang tempat tinggal yang
semata-mata merupakan tempat perlindungannya terhadap alam dalam rangka
mempertahankan hidupnya, sehingga arsitektur hadir dari ‘kebutuhan’ semata-mata.
Setelah manusia dengan mantap berhasil mempertahankan hidupnya, dia mulai mencari
kesenangan atau kepuasan batin dari benda-benda yang membuatnya dapat tetap
mempertahankan hidupnya. Salah satu dari benda-benda itu adalah ‘tempat tinggalnya.’
Dengan keahliannya ia mulai bermain dengan bentuk, warna dan tekstur yang mampu
menyentuh perasaan senang, takjub, takut dsb. Bangunan-bangunan ini sangat dekat
dengan alam, memakai bahan alam dan dipecahkan secara alamiah. Bangunan ini disebut
archetype.3 Karena jarang merupakan hasil individu melainkan hasil pemecahan bersama.
Pada bangunan ini bentuk-bentuk, warna dan tekstur semakin diperhatikan. Permainan

2
Form, Function and Design, JP Grillo.
3
Form, Function and Design, JP Grillo.
Archetype: bangunan yang pada suatu daerah hampir sama bentuknya dan mempunyai suatu ciri, misalnya
iglo Bangsa Eskimo.

2
bentuk semakin menajam untuk ‘mendapatkan sesuatu yang indah.’ Keindahan berarti seni
visual dan tak dapat disangkal lagi bahwa arsitektur adalah bagian dari seni visual.4 Karena
itu tak dapat diragukan lagi bahwa tujuan arsitektur secara umum sama dengan tujuan seni
visual yaitu ‘keindahan.’

Makin lama pengolahan-pengolahan ini semakin berkembang. Dengan sedikit keahlian


pertukangan, pengetahuan membangun secara praktis dan secara spontan serta dengan akal
yang dipunyainya, dia memecahkan secara logis kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang
sangat dekat dengan alam. Kebudayaanpun menuntut suatu kebutuhan yang lebih rumit,
arsitektur 1 (satu) ruang menjadi arsitektur banyak ruang begitu pula jenis bangunan dari
rumah tinggal menjadi lebih bervariasi. Permainan bentuk semakin menajam untuk
mendapatkan sesuatu yang indah. Keindahan berarti seni visuil dan tak dapat disangkal
lagi bahwa arsitektur adalah bagian dari seni visuil. Bahkan orang-orang zaman dahulu
memberikan predikat ibu seni pada arsitektur. Pada masa sekarangpun kedudukan
arsitektur di dalam seni tidak goyah.

Suatu hasil karya arsitektur ada karena adanya kebutuhan untuk memenuhi hasrat manusia
sebagai makhluk sosial. Kebutuhan dasar manusia dimana saja di belahan dunia ini adalah
sama, tetapi kebudayaan mengakibatkan pencerminan kebutuhan tadi ke dalam suatu
bentuk arsitektur menjadi berbeda satu sama lain, misalnya :
- manusia memerlukan rumah sebagai tempat bernaung terhadap panas, hujan dan lain
lain tetapi bentuk rumah Toba berbeda dengan bentuk rumah Minang.
- Sebaliknya juga, kebudayaan mempengaruhi kebutuhan, contoh: di Bali banyak
terdapat pura tetapi di Jawa tidak. Hal ini disebabkan karena agama yang ada di Bali
mayoritas adalah Hindu Bali sedangkan di Jawa tidak.

Karena itu tidak dapat diragukan lagi bahwa tujuan arsitektur secara umum dapat dikatakan
sama dengan tujuan seni visuil yaitu keindahan. Kiranya hal ini tidak perlu diperdebatkan
lagi, arsitek memang mengabdikan dirinya pada keindahan ideal. Alat terpenting dalam
arsitektur untuk mencapai keindahan adalah bentuk yang peranannya kurang lebih sama
kuatnya dengan warna dalam seni lukis meskipun selain bentuk ada hal-hal lain yang juga
ikut berbicara.

2. Bentuk Dalam Arsitektur


Arti kata bentuk secara umum dalam Encyclopedia Americana disebut sebagai:
menunjukkan suatu kenyataan jumlah, tetapi tetap merupakan suatu konsep yang
berhubungan. Juga disebutkan sebagai dasar pengertian kita mengenai suatu realita dan
seni. Dalam arsitektur, arti kata bentuk mempunyai pengertian yang berbeda-beda, sesuai
dengan pandangan dan pemikiran pengamatnya.

Hugo Haring mengatakan: Bentuk adalah suatu perwujudan dari organisasi ruang yang
merupakan hasil dari suatu proses pemikiran. Proses ini didasarkan atas pertimbangan
fungsi dan usaha pernyataan diri (ekspresi).

Menurut Mies Van Der Rohe, bentuk adalah wujud dari penyelesaian akhir dari
konstruksi yang pengertiannya sama.

4
Towards Tomorrow’s Architecture, A Tristan Edwards.

3
Benjamin Handler: Bentuk adalah suatu keseluruhan dari fungsi-fungsi yang bekerja
secara bersamaan yang hasilnya merupakan susunan benda.

Pandangan-pandangan ini tentunya tidak terlepas dari keadaan lingkungan pengamat pada
waktu itu. Vitruvius (abad pertama), mengatakan bahwa bentuk adalah hasil dipenuhinya
syarat-syarat: kokoh (virmitas), guna (utilitas) dan indah (venusitas), sedangkan Walter
Gropius (1883-1969) menyatakan bahwa yang kokoh dan guna itulah yang indah.

Saleh Amirudin ME: Bentuk dalam arsitektur adalah suatu unsur yang tertuju langsung
pada mata dan bendanya merupakan suatu unsur yang tertuju pada jiwa dan akal budi
manusia. Di lain pihak bentuk merupakan ungkapan dari berbagai kekuatan yang mewakili
arsitek sebagai pewujud karya.

Secara singkat dapat dikatakan bentuk adalah suatu media atau alat komunikasi untuk
menyampaikan arti yang dikandung oleh bentuk itu sendiri atau untuk menyampaikan
pesan tertentu dari arsitek kepada masyarakat sebagai penerima. Bentuk dalam hal ini juga
mengandung arti antara lain yang berkaitan dengan fungsinya, dan juga harus tersusun
dalam suatu kerangka yang utuh dan jelas. Berarti bentuk mempunyai peran yang lahir dari
fungsi, selain itu bentuk sendiri juga diwujudkan oleh bahan, struktur dan simbol.

Istilah bentuk dalam arsitektur selalu kita rangkaikan dengan kata bangunan dan menjadi
istilah bentuk bangunan. Beberapa pengertian bentuk bangunan:

a. Bentuk bangunan merupakan ruang yang dibangun di dalam, pada atau di atas tanah
yang diberi penutup berupa atap dan lebih sempurna lagi bila ditutup oleh dinding-
dinding.
b. Bentuk bangunan ditinjau dari fungsi pemakaiannya dikelompokkan sebagai bentuk
tempat bekerja, bentuk tempat berkumpul, beramah-tamah, menempatkan barang-
barang, bersemedi, menghormat dan mengenang pahlawan dalam bentuk-bentuk
monumen dan sebagainya.
c. Bentuk bangunan secara erat berhubungan dengan skala manusia. Selanjutnya
diusahakan untuk mendapat kesenangan fisik dan non fisik dari bentuk itu sendiri. Hal
ini menjadi dasar perencanaan bentuk ruang-ruang dalam bangunan.

Bentuk bangunan yang berfungsi, secara lahiriah mengungkapkan maksud dan tujuan
bangunan disertai dengan pengertian ilusinya. Bentuk sendiri merupakan unit yang
mempunyai unsur garis, lapisan, volume, tekstur dan warna. Kombinasi atau perpaduan
dari keseluruhan unsur ini akan menghasilkan suatu ekspresi dari bangunan tersebut. Ini
menghasilkan suatu pengungkapan maksud dan tujuan bangunan secara menyeluruh. Jika
suatu bentuk arsitektur sudah sedemikian rumit perlu diadakan pengelompokkan sehingga
organisasi bentuk dapat dimengerti secara keseluruhan.

Untuk menganalisa bentuk sebaiknya diadakan penilaian hubungan timbal balik antara
bagian-bagian bentuk dan bentuk keseluruhan, karena sifat bagian bentuk ditentukan oleh:
 Tingkat pemusatannya.
 Kemampuan untuk bergabung dengan bagian bentuk lain.

Hal ini dapat dirasakan secara naluri tetapi perlu dikaitkan dengan berbagai unsur bentuk
lainnya seperti skala, proporsi, irama, tekstur dan warna.

4
Menurut Louis I. Kahn, bentuk mengikuti fungsinya. Pemikirannya didasari oleh kegiatan
manusia sebagai makhluk yang berakal di dunia melahirkan fungsi yang terwujud dalam
bentuk untuk menampung kegiatan manusia. Pemikiran ini diperkuat oleh pernyataan yang
berbunyi: ‘Bentuk lahir karena ada sesuatu kekuatan yaitu kegiatan.’ Jadi kegiatan
manusia merupakan kekuatan yang mewujudkan bentuk.

Faktor-faktor yang mewujudkan bentuk:


a. Fungsi
Batasan fungsi secara umum dalam arsitektur adalah pemenuhan terhadap aktivitas
manusia, tercakup di dalamnya kondisi alami. Sedangkan bangunan yang fungsional
adalah bangunan yang dalam pemakaiannya memenuhi kebutuhan secara tepat dan
tidak mempunyai unsur-unsur yang tidak berguna.

b. Simbol
Arsitek sebagai pewujud bentuk dapat menampilkan simbol sesuai dengan nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat sehingga mudah dikenal oleh masyarakat. Simbol dapat
pula timbul dari gagasan murni arsitek, tergantung pada kemampuan dan citra arsitek
untuk mengeluarkan hal-hal baru. Simbol tersebut mungkin dapat diterima dan diakui
oleh masyarakat setelah melalui proses adaptasi yang membutuhkan waktu yang relatif
lama.

c. Teknologi Struktur dan Bahan


Teknologi struktur dan bahan merupakan faktor yang penting dalam arsitektur karena
juga mengandung keindahan. Dengan majunya pengetahuan manusia, struktur
mengalami perkembangan baik sistem konstruksi, bahan bangunannya maupun metode
membangunnya. Sebab itu kemungkinan untuk menciptakan struktur yang kuat dan
indahpun makin bertambah besar.

5
II. KOMUNIKASI

1. Pengertian Komunikasi Secara Umum (Dinamika Komunikasi oleh


Onong U. Effendy, 1992)
Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekwensi hubungan sosial. Komunikasi dalam
pengertian umum dapat dilihat dari 2 (dua) segi, yaitu:

a. Pengertian komunikasi secara etimologis


Berasal dari bahasa latin ‘communicatio’ dan perkataan ini bersumber dari kata
communis. Arti ‘communis’ disini adalah ‘sama’ dalam arti kata ‘sama makna’, yaitu
sama makna mengenai satu hal.

b. Pengertian komunikasi secara terminologis


Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain dengan melibatkan sejumlah orang.

2. Pengertian Komunikasi Secara Paradigmatis (Dinamika Komunikasi


oleh Onong U. Effendy, 1992)
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung
secara lisan maupun tak langsung melalui media.

Dalam defenisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberitahu atau mengubah sikap
(attitude), pendapat (opinion) atau perilaku (behavior). Jadi ditinjau dari segi si penyampai
pernyataan, komunikasi yang ‘bertujuan’ bersifat informatif dan persuasif.

Beberapa cara lain untuk mendefenisikan komunikasi antara lain seperti berikut
(Wiryaman dan Noorhadi, 1990):

a. Komunikasi dapat dipandang sebagai proses penyampaian informasi. Dalam


pengertian ini, keberhasilan komunikasi sangat tergantung dari penguasaan materi dan
pengaturan cara-cara penyampaiannya sedangkan pengirim dan penerima pesan bukan
merupakan komponen yang menentukan.

b. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang


lain. Pengertian ini secara implisit menempatkan pengirim pesan sebagai penentu
utama keberhasilan sedangkan penerima pesan dianggap sebagai obyek yang pasif.

c. Komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide
yang disampaikan. Pengertian ini memberikan pesan yang seimbang antara pengirim
pesan, pesan yang disampaikan dan penerima pesan, yang merupakan 3 (tiga)
komponen utama dalam proses komunikasi. Pesan dapat disimpulkan dengan berbagai
media namun pesan itu hanya mempunyai arti jika pengirim dan penerima pesan
berusaha menciptakan arti tersebut.

6
3. Proses Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses bukan hal yang statis. Implikasi dari hal ini adalah bahwa
komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai
hasil, melibatkan interaksi bersama serta melibatkan suatu kelompok. Proses komunikasi
dapat digambarkan sebagai berikut:

encoding
(memformulasikan)

Komunikator Pesan Komunikan


Pengirim pesan decoding penerima pesan
(menafsirkan)

Sedangkan proses komunikasi di dalam arsitektur yang terjadi adalah sebagai berikut:

encoding

- Ahli Bangunan
Arsitek Gambar Arsitektur - Pemberi Tugas
- Masyarakat Umum

decoding

Dilihat dari prosesnya, komunikasi dapat dibedakan atas komunikasi verbal dan
komunikasi non verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi menggunakan bahasa, baik
bahasa tulis maupun bahasa lisan. Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi
yang menggunakan isyarat, gerak-gerik, gambar, lambang, mimik muka dan lain-lain.

4. Syarat-Syarat Keberhasilan Komunikasi


Ketercapaian tujuan komunikasi merupakan keberhasilan komunikasi. Keberhasilan ini
tergantung dari berbagai faktor sebagai berikut:

a. Komunikator (pengirim pesan)


Kepercayaan penerima pesan pada komunikator serta keterampilan komunikator dalam
melakukan komunikasi menentukan keberhasilan komunikasi.

b. Pesan yang disampaikan, keberhasilan komunikasi tergantung dari:


- Daya tarik pesan itu sendiri.
- Kesesuaian pesan dengan kebutuhan penerima pesan.
- Lingkup pengalaman yang sama (area of shared experience) antara pengirim dan
penerima pesan tentang pesan tersebut.
- Pesan-pesan dalam memenuhi kebutuhan penerima pesan.

c. Komunikan (penerima pesan), keberhasilan komunikasi tergantung dari:


- Kemampuan komunikan menafsirkan pesan.
- Komunikan sadar bahwa pesan yang diterima memenuhi kebutuhannya.
- Perhatian komunikan terhadap pesan yang diterima.

7
d. Konteks
Komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang
kondusif (nyaman, menyenangkan, aman dan menantang) sangat menunjang
keberhasilan komunikasi.

e. Sistem penyampaian
Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media
yang sesuai dengan berbagai jenis indera penerima pesan yang kondisinya berbeda-
beda akan sangat menunjang keberhasilan komunikasi.

5. Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi (Dinamika Komunikasi oleh


Onong U. Effendy, 1992)
a. Hambatan Sosio-Antro-Psikologis
- Hambatan sosiologis. Hambatan ini terjadi dalam masyarakat yang terdiri berbagai
golongan dan lapisan yang menimbulkan perbedaan dalam status sosial, agama,
ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan dan sebagainya yang dapat menjadi
hambatan bagi kelancaran komunikasi.

- Hambatan antropologi. Dalam melancarkan komunikasinya, seorang komunikator


tidak akan berhasil apabila ia tidak mengenal siapa komunikan yang dijadikan
sasarannya. Yang dimaksud dengan ‘siapa’ disini bukan nama yang disandang,
melainkan ras apa, bangsa apa atau suku apa.

- Hambatan psikologis, umumnya disebabkan oleh si komunikator sebelum


melancarkan komunikasinya tidak mengkaji diri komunikan. Komunikasi sulit
untuk berhasil apabila komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa,
merasa iri hati dan kondisi psikologis lainnya.

b. Hambatan semantis, disebabkan oleh karena bahasa yang dipergunakan komunikator


sebagai ‘alat’ untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya pada komunikan tidak
sempurna (terkena gangguan semantis seperti salah ucap atau salah tulis).

c. Hambatan mekanis, dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan


komunikasi tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

d. Hambatan ekologis, terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses


berlangsungnya komunikasi sebagai contoh, yaitu suara-suara bising.

6. Komunikasi Dalam Arsitektur


Berkomunikasi merupakan suatu kebutuhan dan salah satu tujuan hidup manusia. Oleh
Louis I. Kahn disebut berekspresi.5 Pada abad sebelum masehi bangunan-bangunan telah
diakui mempunyai kemampuan untuk menyatakan sesuatu yang mengandung arti-arti
tertentu untuk menyampaikan pesan-pesan.

5
Louis I. Kahn: “Keinginan untuk berekspresi adalah motivasi yang sesungguhnya untuk hidup.”

8
Bahasa terdiri atas simbol-simbol yang merupakan kata-kata, kalimat-kalimat, gerakan-
gerakan yang mengandung arti, mimik dan apa saja yang dapat digunakan untuk
berkomunikasi. Dalam bahasa arsitektur yang digunakan untuk berkomunikasi ialah
bentuk, bentuk keseluruhan, dalam hal ini adalah bangunan-bangunan.

Komunikasi dalam arsitektur bukan merupakan barang baru sesudah tahun 1960, masalah
ini menjadi hangat kembali. Pada abad sebelum Masehi bangunan-bangunan telah diakui
mempunyai kemampuan untuk menyatakan sesuatu, mengandung arti-arti tertentu untuk
menyampaikan pesan-pesan.6 Bentuk bangunan terwujud dari gabungan bagian-bagian
bentuk (seperti: pintu, jendela, tiang, tangga, cantilever, atap dan sebagainya) dan
mengandung unsur-unsur lainnya (seperti: skala, proporsi, irama, warna dan arsitektur)
yang memang terdapat pada bentuk-bentuk itu sendiri, baik pada bagian bentuk atau pada
bentuk secara keseluruhan. Bentuk menjadi media komunikasi karena bentuk terlebih
dahulu dan langsung terlihat oleh mata yang kemudian dianalisa di dalam otak kita untuk
dapat dimengerti.7

Pada saat mata menatap suatu bangunan, beberapa pertanyaan yang muncul adalah:
- “Bangunan apakah itu?” merupakan cetusan pertanyaan pertama.

- Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan “Bangunan ini seperti apa rupanya?” Ini
merupakan pertanyaan yang membutuhkan simbol-simbol dan hubungan yang terdapat
dalam rekaman pengalaman untuk dibandingkan atau disamakan dan lebih lanjut lagi
dimengerti.

- Pertanyaan ketiga, “Sebesar apa?” Menyangkut skala dan proporsi yang terdapat
dalam bentuk bangunan yang sedang dinikmati oleh mata pengamat.

- Pertanyaan keempat, “Dari apa dan bagaimana berdirinya?” Menginginkan


jawaban-jawaban yang dapat langsung dibaca dari bentuk mengenai bahan-bahan apa
yang mewujudkan bentuk-bentuk tersebut dan sistem struktur apa yang memungkinkan
bentuk itu hadir dan kalau mungkin metode apa yang dipakai ketika membangun.

Orang mengharapkan jawaban dari penampilan gedung, yang disampaikan berupa pesan-
pesan melalui bentuk (keseluruhan, bagian dan unsur-unsurnya). Bila jawabannya tepat
dan baik dalam arti menimbulkan perasaan yang tepat, yang sesuai dan semestinya, berarti
telah terjadi komunikasi 2 (dua) arah yang baik dan berhasil. Komunikasi serupa itu tidak
saja terjadi ketika orang melihat gedung dari luar, tetapi juga ketika orang masuk ke dalam
gedung dan mengalami serta merasakan ruang-ruang yang terwujud oleh dan dalam
bentuk. Karena ruang-ruang itu diwujudkan oleh bagian-bagian bentuk beserta unsurnya,
diharapkan ruang-ruang itupun berbicara seperti bentuk.

Bagi perancang, penguasaan bahasa bentuk amatlah penting. Tetapi yang lebih penting lagi
adalah perancang haruslah dapat menuangkan pesan-pesannya dalam bahasa bentuk yang

6
Kutipan percakapan antara Socrates dengan Phaidros: “Pasar-pasar, gedung-gedung pengadilan, gedung
penjara ini, akan berbicara dengan tegas pada kita apabila yang menciptakannya mengetahui dengan
sungguh-sungguh apa sebetulnya gedung itu.” “Tidakkah kamu amati dalam perjalanan keliling kota ini,
bahwa beberapa bangunan yang membentuk kota ini diam membisu? Sedangkan yang lain berbicara? Dan
yang paling ajaib yang lainnya lagi bahkan bernyanyi?” (Hans Poelzig: The Architect, 1931).
7
Henry Russel Hitchcock: “Bentuk-bentuk arsitekturlah yang pertama-tama dimengerti oleh orang-orang
dan mempunyai nilai untuk bertahan.”

9
dapat dimengerti oleh masyarakat pengamat dan pemakai gedung. Dalam pengertian yang
lain, gambar arsitektur adalah merupakan media pengungkapan hal-hal yang dibayangkan
oleh arsitek yang merupakan gambaran ide, gagasan atau imajinasi tentang bangunan yang
direncanakan.

Dalam merealisasikan suatu bangunan diperlukan gambar-gambar rencana, yaitu:


1. Gambar-gambar arsitektur
2. Gambar-gambar kerja

Gambar-gambar arsitektur menyajikan rencana secara 3 (tiga) dimensional, secara


konsepsional ruang walau tersaji prinsip-prinsip konstruksi. Bahasa arsitektur (menurut
Prof. Ir. Herman D.Soedjono M. Arch.) adalah bahasa ruang, ruang dan manusia
merupakan aspek utama dalam dunia arsitektur. Dalam proses disain, gambar-gambar
arsitektur memerlukan ide dan pemikiran yang menyeluruh terhadap semua aspek yang
mempengaruhinya, kaitan antara satu dan lainnya dan sebagainya yang termasuk di
dalamnya prinsip-prinsip konstruksi dan cara membangunnya.

Lima jenis gambar-gambar arsitektur yang utama, yaitu:


1. Rencana Tapak (Site Plan)
2. Denah
3. Tampak
4. Potongan
5. Persfektif

Untuk gambar-gambar rencana tapak, denah, tampak dan potongan disajikan secara dua
dimensional dengan cara proyeksi orthogonal yang bertujuan memperlihatkan konsepsi
ruang.

Gambar-gambar kerja adalah gambar rencana bangunan yang diperuntukkan bagi para
pelaksana pembangunan. Menyajikan tentang bagaimana bangunan harus dilaksanakan
sehingga diperlukan ukuran-ukuran konstruksi. Gambar kerja dikembangkan berdasarkan
gambar-gambar arsitektural.

10
III. DASAR–DASAR PERANCANGAN

“…memahami suatu masalah berarti memahami kesulitan-kesulitannya dan memahami


kesulitannya berarti memahami mengapa hal itu tidak mudah untuk dapat dipecahkan.”
(sebuah pemikiran yang melandasi pentingnya merancang)

1. Pengertian Dasar
Merancang adalah suatu proses pemecahan masalah yang berawal dari suatu pernyataan
masalah yang tidak pasti (abstrak) menjadi informasi yang pasti dan memenuhi tujuan
yang diharapkan. Dengan kata lain, merancang adalah mencari pemecahan terhadap
ide/gagasan yang ada menjadi sebuah realita atau tujuan yang diharapkan.

Sebelum merancang, tahap awal yang harus diperhatikan adalah menetapkan


permasalahan, tujuan dan prioritas yang akan dilaksanakan dalam merancang serta
menentukan metode-metode pelaksanaan yang tepat.

2. Tujuan Merancang
Dalam dunia arsitektur, tujuan merancang adalah menerjemahkan program yang diberikan
oleh pemberi tugas menjadi sebuah bangunan atau tanggapan lain terhadap kebutuhannya.
Dalam pekerjaan arsitektur, merancang menyangkut langkah sebagai berikut:
 Program bangunan
 Rancangan terbagan
 Rancangan awal
 Pengembangan rancangan
 Dokumen kontrak
 Gambar kerja
 Pembangunan

Merancang dilakukan dengan proses merancang. Proses merancang dimulai dengan cara
berpikir gambar, dari sketsa abstrak pada langkah awal hingga sampai pada gambar kerja.

Merancang

Sketsa Abstrak Berpikir Gambar Proses Merancang

Gambar Kerja

11
Proses pemecahan persoalan dalam proses merancang dilakukan dengan cara:

 Merumuskan Persoalan
Menentukan batas persoalan yang harus dipecahkan. Kemudian berbagai bagian
persoalan dikupas untuk menentukan kebutuhan, kendala dan sumbernya.

 Mengembangkan Pilihan
Perancang memeriksa penyelesaian yang sudah ada dan yang baru serta
mengembangkan beberapa pilihan yang dapat dilaksanakan.

 Menilai
Patokan/acuan untuk menilai diambil berdasarkan tujuan merancang. Pilihan
penyelesaian lalu disusun peningkatannya berdasarkan acuan merancang.

 Memilih
Berdasarkan hasil penilaian, diambillah satu pilihan. Kalau tidak ada pilihan yang
menonjol, 2 (dua) atau 3 (tiga) pemecahan dapat digabung. Cara manapun yang dipakai
biasanya pilihan yang terbaik yang diambil lalu disempurnakan lagi dengan
memanfaatkan beberapa bagian yang baik pada penyelesaian lain.

 Komunikasi
Penyelesaian akhir harus dikonkritkan, sehingga dapat dipakai untuk langkah
perancangan berikutnya.

3. Proses Merancang
Dalam merancang terdapat tahap-tahap yang harus dilalui, yaitu:
1. Penetapan apa yang kita anggap menjadi masalah. Pemecahan yang akan dihasilkan
pada akhirnya akan tergantung kepada apa yang kita yakini untuk coba dipecahkan.dan
harus dipahami betul permasalahannya agar mendapatkan pemecahan yang baik.
Dalam menetapkan masalah harus dipertimbangkan aspek-aspek yang melatar
belakanginya.

2. Pemecahan sementara terhadap masalah yang ada. Untuk memecahkan masalah-


masalah yang muncul harus dikumpulkan data-data yang dapat membantu
memecahkan masalah yang ada. Pemecahan sementara ini tidak dapat sempurna.

3. Kemudian mengupas pemecahan sementara tersebut pada saat akan muncul tujuan
yang berbeda dari tujuan yang ditetapkan diawal, hal ini sering disebut analisa.

4. Setelah itu muncullah konsep awal hasil dari kupasan masalah yang sudah mengarah
kepada tujuan yang diharapkan. Konsep awal ini biasanya berbentuk sketsa rancangan
atau disebut juga rancangan konseptual.

5. Tahap akhir adalah keluaran rancangan operasional sebagai pengejawantahan dari


semua permasalahan yang ada sampai tercapainya tujuan yang diharapkan yang
biasanya dituangkan dalam gambar kerja.

12
Tahapan proses yang berurutan tersebut biasanya dicatat dalam bentuk model gambar.
Sedangkan gambar rancangan tersebut merupakan perwujudan keseimbangan antara
masalah, kebutuhan, konteks dan bentuk. Setelah semua tahapan tersebut terlaksana, maka
penilaian kembali yang tetap (feed back) adalah suatu bagian yang perlu dalam proses
perancangan.

Bagi seorang arsitek/perancang, proses menemukan pemecahan permasalahan terdiri atas 2


(dua) bagian, yaitu: mendapatkan dan membentuk konsep. Dalam proses mendapatkan,
orang mencari temuan dasar, gagasan asli sebuah proyek. Pembentukan konsep mengubah
temuan menjadi pernyataan dalam gambar dan bahasa yang dapat memberi pengarahan
dasar bagi pengembangan sebuah proyek secara penuh. Tiap perancang mengembangkan
cara bekerjanya sendiri. Dan untuk sementara tidak ada suatu metode perancangan standar
meskipun demikian terbukti ada sejumlah tahap penting perancangan untuk
mengembangkan pendekatannya sendiri.

4. Bagan Tahap-Tahap Proses Perancangan

Schematic Preliminary Design Contract Shop


Program Design Design Development Documents Drawings

Construction

Problem Developing Evaluating


Definition Alternatives Alternatives Selection Communication

Design Criteria

13
IV. ELEMEN DASAR DALAM PERANCANGAN

Semua bentuk dimulai dengan sebuah Titik…titik tersebut bergerak dan terbentuk sebuah
Garis…garis bergeser membentuk Bidang…pertemuan antar sesama bidang
menghasilkan Ruang
Paul Klee

Wujud/bentuk, mempunyai unsur- unsur pokok, yaitu: titik, garis, bidang dan ruang.
Wujud dimulai dengan titik sebagai asal mula dari bentuk-bentuk lainnya, tiap unsur
ditunjukkan urutan pertumbuhannya yang berasal dari sebuah titik, mula-mula sebagai
unsur konseptual kemudian sebagai unsur-unsur visual di dalam perbendaharaan
perancangan arsitektur.

“Semua bentuk gambar dimulai dengan gerakan sebuah titik…titik tersebut bergerak…dan
terbentuklah garis dimensi pertama. Jika garis bergeser terbentuklah bidang, kita
menemukan unsur 2 (dua) dimensi. Selama terjadi perubahan dari bidang menjadi ruang,
pertemuan bidang-bidang melahirkan ketinggian (tiga dimensi)…Sebuah ringkasan
tentang energi kinetik yang menggerakkan titik menjadi garis-garis menjadi bidang dan
bidang menjadi ruang.”

1. Titik
Elemen bentuk yang terkecil adalah titik. Titik terletak pada semua bidang yang
bergambar. Dari titik-titik inilah terbentuk garis dan bermacam-macam penampilan
struktur. Hal ini sesuai benar dengan realita kehidupan yang selalu dimulai dari sebuah
titik. Dalam penampilan gambar, titik sangat memegang peranan terutama untuk
penampilan tekstur bahan. Titik sebagai dasar terjadinya bentuk menunjukan suatu letak di
dalam ruang.

Titik

Secara konsepsual titik tidak mempunyai dimensi dan bersifat statis karena titik tidak
mempunyai arah gerak dan terpusat. Sebagai unsur dasar dalam pembuatan bentuk, sebuah
titik digunakan untuk menunjukkan:
 Ujung-ujung sebuah garis.
 Persilangan antara 2 (dua) buah garis.
 Pertemuan ujung-ujung garis pada sudut sebuah bidang atau ruang.
 Titik pusat sebuah medan atau lapangan.

Sebuah titik dapat dirasakan jika diletakkan dalam bidang visual walaupun secara
konsepsual tidak memiliki rupa atau bentuk. Di tengah-tengah suatu lingkungan sebuah
titik tampak stabil dan diam. Titik itu sendiri tampak mendominasi bidangnya. Jika titik
tersebut dipindahkan maka bidang tersebut menjadi lebih agresif dan menunjukkan
kekuatan visualnya.

14
Karena titik tidak memiliki dimensi maka untuk menyatakan keberadaan letak sebuah titik
di dalam ruang atau di permukaan tanah, sebuah titik harus diproyeksikan menjadi sebuah
unsur linier seperti sebuah tiang, obelisk atau menara. Bentuk-bentuk yang berasal dari titik
secara visual, yaitu: lingkaran, silinder dan bola.

2. Garis
Perpanjangan sebuah titik membentuk sebuah garis dari berjuta-juta titik yang bersambung
yang memiliki:
- Panjang
- Arah
- Posisi

Secara konsepsual, sebuah garis mempunyai panjang tetapi tidak mempunyai lebar dan
tinggi. Secara visual sebuah garis dalam menunjukkan jalannya sebuah titik waktu
bergerak mampu menunjukkan:
- Arah
- Gerak
- Pertumbuhannya

Sebuah garis adalah unsur penting dalam pembentukan setiap kontruksi visual yang
berfungsi untuk:
 Mempertemukan, menggabungkan, mendukung, mengelilingi atau membagi unsur-
unsur visual lainnya.
 Menjelaskan adanya sisi-sisi bidang dan membentuk rupa bidang-bidang.
 Menyatakan sifat-sifat permukaan bidang.

Garis digunakan untuk menghasilkan arah gerak suatu objek dan kesan lebih panjang
maupun tinggi objek tersebut. Garis ada yang lurus, lengkung, patah dan putus-putus.
Garis-garis tersebut bisa digabungkan, dipisahkan, dibagi-bagi dan dibatasi. Garis lurus
bisa ditempatkan vertikal, horisontal ataupun diagonal.

Dalam arsitektur garis bisa berbentuk:


 Panjang
 Pendek
 Tipis
 Tebal
 Lebar
 Tumbuh (tipis, tebal)

Disesuaikan dengan gerak keaktifan hidup manusia, garis lurus vertikal memberi kesan
sederhana, kuat dan siap siaga. Garis lurus horizontal menciptakan kesan santai, tenang
dan beristirahat. Garis lengkung memberi rasa lunak, hidup dan gerak mengalir.

15
Penafsiran atau keindahan dari garis8

Garis mendatar  Rasional

Garis tegak  Sejajar dengan permukaaan bumi


tempat manusia bergerak
 Tidak terbatas
 Mulia, luhur

Garis lurus  Teguh


 Kaku
 Kuat
Garis lengkung  Ragu-ragu
 Luwes
 Dekoratif

Spiral  Peningkatan
 Melepaskan diri dari duniawi

Lingkaran  Seimbang

Bulat telur  Tidak tenang

3. Bidang
Bidang adalah sebuah garis yang diperluas menjadi sebuah bidang yang memiliki :
 Panjang dan lebar
 Rupa bentuk
 Permukaan
 Orientasi
 Posisi

Secara konsepsual, bidang memiliki panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai tinggi.

8
Pencerminan Nilai Budaya Dalam Arsitektur Di Indonesia, 1982.

16
Bidang mempunyai bentuk dasar sebagai berikut:
- persegi panjang
- bujursangkar
- segitiga
- lingkaran
- elips
- amorf (tak berbentuk)

Di samping titik dan garis, bidang juga merupakan elemen penting. Dalam bidang, teknik
warna dan tata ruang elemen bidang mendapat perhatian utama. Benda apapun akan
menjadi baik secara optis kalau bidang-bidangnya pun baik. Penampilan bidang dijumpai
pada plakat-plakat, gambar, plafon dinding, permadani, lantai, permukaan daun meja dan
lain sebagainya. Bidang harus bagus proporsinya, baik secara ilmu warna maupun
strukturnya, sehingga keseluruhan gambar dan dekor menjadi indah. Fungsi bidang-bidang
di dalam arsitektur adalah:
- Menunjukkan batas-batas ruang.
- Menentukan bentuk dan ruang 3 (tiga) dimensi.

Ciri-ciri visual dari bentuk yang dihasilkan dan mutu ruang yang ada di dalamnya sangat
ditentukan oleh ciri-ciri setiap bidang meliputi: ukuran, rupa bentuk, warna dan tekstur
serta hubungan antar ruang yang ada. Pembagian bidang dalam arsitektur adalah:
1. Bidang atas, merupakan bidang atap sebagai unsur utama suatu bangunan yang
melindungi dari iklim atau bidang langit-langit yang menjadi unsur pelindung ruang di
dalam arsitektur.
2. Bidang dinding, merupakan bidang-bidang dinding vertikal secara visual sebagai
penentu dan pembatas ruang.
3. Bidang dasar, merupakan bidang tanah yang memberikan pendukung secara fisik dan
menjadi dasar bentuk-bentuk bangunan secara visual. Bidang lantai merupakan
pendukung kegiatan di dalam bangunan.

4. Ruang
Sebuah bidang diperluas menjadi sebuah ruang yang memiliki:
- Panjang, lebar dan tinggi
- Bentuk/ruang
- Permukaan
- Orientasi
- Posisi
Batas-batas ruang
Pertemuan beberapa bidang

Dua bidang berpotongan

Secara konsepsual, sebuah ruang mempunyai 3 (tiga) dimensi, yaitu panjang, lebar dan
tinggi, yang terdiri dari:
- Titik (ujung, puncak), dimana beberapa bidang bertemu.
- Garis (sisi-sisi), dimana 2 (dua) bidang berpotongan.
- Bidang (permukaan), batas-batas ruang.

17
Manusia hidup dalam ruang: ruang angkasa, ruang tinggal, ruang makan dan sebagainya.
Ruang membuat manusia hidup, kuat dan berkembang. Dalam bidang arsitektur, ruang
dibentuk oleh semua elemen dasar yang disesuaikan dengan fungsinya, konstruksi dan
bentuknya. Manusia adalah unsur pendamping utama bagi suatu ruang. Ruang dikatakan
tinggi, lebar, panjang, rendah, sempit, menekan, mengangkat, menarik dan menyenangkan
kalau manusia dipakai sebagai pendampingnya. Manusia mengenal:
- Ruang tanpa batas, seperti keseluruhan alam semesta
- Ruang dengan batas yang lebar/luas, contohnya: kota, desa, jalan raya
- Ruang dengan batas yang sempit, umpamanya rumah, kamar
- Ruang yang sangat sempit, misalnya: almari, laci, peti, jambangan bunga dll

Hubungan manusia dalam hal ini adalah:


- Besarnya ruang
- Bentuk
- Proporsi
- Arah
- Batas
- Penerangan
- Perlengkapan dan perabotan
- Fungsi
- Hubungan dengan ruang lain
- Akustik
- Ventilasi
- Penutup jalan masuk ruang

5. Bentuk
Beberapa garis bersama-sama membentuk bidang dan bidang digabungkan menjadi satu
menghasilkan bentuk tertentu sebuah benda. Definisi bentuk ditentukan oleh 3 (tiga)
dimensinya, yaitu: panjang, lebar dan tinggi. Bentuk pada sebuah obyek dapat berupa
bentuk yang:
- Tertutup dan penuh
- Tertutup dan berisi
- Terbuka

Bentuk dikenal dari:


 Pelebaran dan proporsinya
 Batas-batasnya
 Bahan, warna dan permukaan
 Kesatuannya dengan bentuk-bentuk lain
 Arahnya

Dasar bentuk ada 2 (dua), yaitu: statis dan dinamis.

6. Bahan
Bahan mempunyai:
- Warna

18
- Bentuk
- Dimensi
- Tingkat kekerasan
- Tekstur

Kekerasan bahan tidak dapat diubah tetapi warna bentuk dan dimensinya dapat diubah.
Tekstur bahan adalah sesuatu yang unik dan merupakan ciri khas dalam setiap pemilihan
dekor. Tekstur menunjukkan bagaimana keadaan permukaan suatu obyek, seperti:
- Kekasarannya
- Kehalusannya
- Kekakuannya
- Kelembutannya

Permukaan suatu bahan dapat menimbulkan kesan-kesan tertentu, yaitu:


- Kesan kuat dan informal dijumpai pada bahan, seperti: batu, beton dan batu kasar.
- Kesan kemewahan dan formal terdapat pada permukaan yang lebih lunak, seperti:
kaca, aluminium dan plastik.

Perencana harus hati-hati memilih berbagai jenis tekstur dalam suatu perencanaan ruang.
Untuk itu penampilan bahan pada setiap gambar pun harus diperhatikan. Permukaan-
permukaan yang kasar mengurangi kesan jauh suatu dinding dan memberi kesan lebih
rendah pada plafon. Hal itu disebabkan oleh timbulnya kesan warna yang lebih gelap.
Permukaan yang kasar akan secara otomatis mengurangi pantulan cahaya sehingga warna
tampak lebih gelap. Permukaan-permukaan yang lunak menambah kesan jauh sebuah
dinding dan tingginya plafon, sinar lebih banyak terpantul sehingga warna kelihatan lebih
cerah.

Pengenalan Sifat Bahan9

Material Sifat Kesan Penampilan Contoh Pemakaian


Kayu - Mudah dibentuk. - Hangat - Untuk bangunan rumah
- Untuk konstruksi-konstruksi - Lunak tinggal dan tempat masyarakat
yang kecil. - Alamiah membutuhkan kontak
- Bentuk-bentuk lengkung. - Menyegarkan langsung dengan bangunan.
Batu - Fleksibel terutama pada - Praktis - Banyak digunakan untuk
Bata detail dapat untuk macam- bangunan perumahan,
macam struktur bahkan untuk monumental, komersial.
struktur-struktur besar.
Semen - Dapat untuk eksterior dan - Dekoratif - Bangunan-bangunan di daerah
interior. Mediterania.
- Cocok untuk diberikan segala - Untuk elemen-elemen
macam warna. dekorasi.
- Mudah rata (homogen).
- Mudah dibentuk.
Batu - Tak membutuhkan proses. - Berat - Untuk Pondasi.
Alam - Dapat dibentuk/diolah. - Kasar - Dinding Dekoratif.
- Alamiah - Banyak digunakan untuk
- Sederhana bangunan-bangunan kecil
- Informil terutama rumah tinggal.
Batu - Mudah bergabung dengan - Sederhana - Bangunan rumah tinggal.
Kapur bahan lain. - Kuat (jika digabung - Bangunan ibadah (katedral-
- Mudah rata. dengan bahan lain) katedral di Perancis).

9
Peran, Kesan dan Pesan Bentuk-Bentuk Arsitektur, hlm.19-20.

19
Marmer - Mewah, kuat - Bangunan-bangunan untuk
- Formil menunjukkan kekuasaan,
- Agung kemewahan dan kekuatan.
Beton - Hanya menekan gaya tekan. - Formil - Bangunan-bangunan
- Keras monumental.
- Kaku - Bangunan pemerintahan.
- Kokoh
Baja - Hanya menahan gaya tarik. - Keras - Bangunan-bangunan
- Kokoh pemerintahan.
- Kasar - Bangunan-bangunan utilitas.

Metal - Efisen - Ringan - Bangunan-bangunan


- Dingin komersial
- Dinamis
Kaca - Tembus pandang - Ringkih - Hanya sebagai pengisi
- Biasanya digabung dengan - Dingin
bahan lain - Dinamis
Plastik - Mudah dibentuk sesuai - Ringan - Bangunan-bangunan yang
dengan kebutuhan (karena - Dinamis sifatnya santai
merupakan bahan pabrik) - Informil
- Dapat diberi bermacam-
macam warna

Sifat bahan secara umum:


- Kayu mempunyai sifat ornamented-complicated–feminin, yang artinya:
Ornamented: mudah dibentuk bahkan untuk membuat ornamen-ornamen sekalipun.
Complicated: sifatnya cukup sulit karena sekalipun mudah dibentuk, pada waktu
mengolahnya harus diperhatikan juga sifat utama yang ada pada kayu misalnya arah
serat-serat dan sebagainya.
Feminin: mempunyai kesan yang feminin, lembut dan hangat.
- Baja mempunyai sifat masculine–ornamented–complicated.
Masculine: mempunyai kesan yang keras, kokoh dan kasar.
- Beton mempunyai sifat masculine–simple–straightforward.
Masculine: tingkatannya lebih ‘tinggi’ daripada baja.
Simple: sederhana.
Straightforward: dapat disajikan langsung, begitu saja.
- Pneumatic mempunyai sifat feminin–straightforward–simple.

Sifat bahan-bahan tersebut di atas kadang tidak berdiri sendiri dimana selalu digabungkan
dengan bahan yang lain. Sebagai contoh, kaca merupakan pengisi dari suatu struktur kayu,
beton atau baja. Paduan ini didasarkan atas hubungan proporsional. Hubungan-
hubungannya memerlukan penyelesaian detail yang halus dan cermat sehingga
menimbulkan nilai keindahan dengan menciptakan suatu irama dan kesan-kesan tersendiri.
Hal ini tercermin pada muka bangunan. Kesan yang didapat oleh masyarakat bukanlah per
bahan melainkan kesan keseluruhan yang merupakan perpaduan bahan-bahan yang ada
atau kesan yang didapat dari bahan/material yang paling menonjol.

7. Warna
Warna adalah bagian integral dari semua bahan arsitektural untuk menciptakan pengaruh
khusus. Fungsi warna adalah:
- Memperjelas bentuk.

20
- Mengoreksi kesalahan.
- Memperindah obyek.
- Memberi pengaruh pada manusia yang tinggal di dalamnya.
- Menghubungkan pandangan manusia.

Harmoni warna adalah kelompok warna yang digunakan untuk mendapatkan gambaran
visual lainnya. Corak warna ialah nama dari warna itu sendiri seperti merah, biru, kuning,
hijau, putih dan hitam. Warna-warna primer adalah: merah, biru, kuning. Warna-warna
sekunder adalah percampuran warna-warna primer seperti warna: hijau, oranye, lila.
Warna-warna alam adalah warna: putih dan hitam.

Nilai warna adalah tingkat kegelapan dan kecerahan corak suatu warna sehingga
didapatkan bagian yang terang dan bagian yang gelap oleh bayangan. Intensitas atau
kejenuhan suatu warna menunjukkan kecerahan atau kemurnian suatu warna. Oleh sebab
itu warna dapat ditentukan persentase kecerahannya. Tingkat kecerahan warna putih ialah
100% dan tingkat kecerahan warna hitam 0% sedangkan warna-warna lain menyesuaikan.

Analisa Warna10

No. Warna Sifat Efek


1. Merah - Menggairahkan - Agresif
- Hangat - Menggelisahkan
- Kuat - Kasar, menantang
- Manusiawi - Menonjol
2. Kuning - Riang/gembira - Sombong/keakuan
- Bercahaya - Silau
- Mengandung harapan - Sukar dikombinasikan
- Kuat
- Kesan luas
3. Hijau - Tenang - Umum
- Menghibur/gembira - Membosankan
- Nyaman
- Alami
4. Biru - Nyaman - Dingin
- Tenteram
5. Putih - Suci - Silau
- Agung - Tidak beremosi
- Bersih
6. Ungu - Agung - Angkuh
- Wibawa
7. Abu-abu - Tertib - Redup
- Santai - Seram
- Aman/terlindungi - Membosankan
- Romantis/sendu - Tidak menarik
8. Jingga - Gembira - Keras
- Akrab - Menyolok
- Ramah - Mendekat
- Kuat - Mengacaukan
9. Coklat - Kokoh - Janggal
- Mantap - Kaku
- Pasti - Membosankan
- Dapat dipercaya - Kotor

10
Pengantar Fisika Bangunan, Mangunwijaya, Y.B., Jakarta, 1980.

21
V. SIMBOLIK UMUM GAMBAR ARSITEKTUR

Simbolik umum gambar arsitektur disini maksudnya adalah simbol-simbol umum yang
terdapat dalam suatu gambar arsitektur untuk menjelaskan kepada orang awam mengenai
suatu gambar arsitektur. Gambar arsitektur terdiri atas titik, garis, bidang dan ruang yang
terdapat dalam gambar-gambar utama, yaitu:
- Denah
- Tampak
- Potongan
- Rencana Tapak (Site Plan)
- Ground Plan
- Perspektif

Gambar-gambar utama tersebut bersifat ortografis kecuali gambar perspektif. Kesemua


gambar-gambar utama tersebut harus dilihat sebagai suatu rangkaian beberapa arah
pandangan, yang mempunyai kaitan yang erat satu sama lain untuk menjelaskan apa yang
kita gambar. Simbol-simbol gambar arsitektur lainnya yang diguakan untuk mendukung
gambar-gambar utama di atas seperti tekstur pohon, tekstur tanah, taman, refleksi air
terhadap bangunan, orang, mobil, huruf dan angka Romawi.

1. Tata Cara Menggambar


Dalam Arsitektur terdapat 3 (tiga) jenis penggambaran, yaitu:
a. Gambar-gambar ortografis, maksudnya adalah arah penglihatan orang yang
menggambar, tegak lurus terhadap bidang gambar maupun permukaan bangunan yang
dilihatnya. Atau dengan kata lain, permukaan bidang gambar selalu sejajar dengan
permukaan utama bangunannya. Gambar-gambar ini akan menunjukkan ukuran yang
sebenarnya (menurut skala), potongan dan proporsinya. Ciri-ciri umum gambar-gambar
ortografis, yaitu:
1) Semua gambar selalu sejajar dengan permukaan bidang.
2) Tidak ada kesan distorsi.
3) Menunjukkan ukuran yang sebenarnya (terskala).

Gambar-gambar ortografis adalah gambar-gambar utama dalam arsitektur yang terdiri


dari:
- Denah, berasal dari kata plan (bahasa Inggris) yang juga berasal dari kata planum
(bahasa Latin) yang berarti dasar. Gambar denah adalah pandangan dari atas
potongan horizontal suatu bangunan dengan ketinggian  80-100 cm di atas
permukaan lantai dimana bagian atas dari bangunan yang terpotong tadi
dihilangkan. Bagian yang dipotong melewati semua unsur-unsur vertikal, pintu,
jendela dan lain-lainnya yang berada pada ketinggian  80-100 cm di atas lantai.
Adapun skala yang biasanya digunakan adalah skala 1:200, 1:100, 1:50. Semakin
besar skala yang digunakan semakin detail gambar yang dihasilkan.

Tujuan gambar denah adalah menjelaskan ruang-ruang 3 (tiga) dimensional yang


direncanakan meliputi hubungan ruangnya, dimensinya, fungsi, hubungan ruang
dalam (interior) dan ruang luar (eksterior), misalnya: Denah Lantai 1/Lantai Dasar,
gambar denah berupa:

22
 Batas-batas ruang, berupa potongan dinding/ partisi dan bukaan-bukaan jendela,
pintu dsb.
 Susunan perabotan (furniture).
 Gerak aktifitas manusia
 Notasi-notasi ketinggian lantai dll.

- Tampak, merupakan tampilan bangunan dari hasil proyeksi gambar denah.


Gambar tampak berupa gambar 2 (dua) dimensi yang memperlihatkan:
 Bentuk dari massa strukturnya, pintu dan jendela (jenis, ukuran dan lokasinya),
bahan, tekstur dan lingkupnya.
 Proporsi dan skala pemakai/manusia.
 Hal-hal yang menyangkut perihal ekspresi keindahan serta hubungannya
dengan gambar denah dan gambar potongan.

Untuk memberikan kejelasan bidang-bidang, bentuk dan jarak bangunan yang


digambar, dapat digunakan teknik bayangan ataupun penggunaan ketebalan garis
yang berbeda-beda. Garis yang tebal dan tegas yang mengikuti bentuk profil massa
bangunan tersebut dapat memberi kejelasan bentuk keseluruhannya. Gambar
tampak akan terlihat 3 (tiga) dimensi, jika:
 Adanya efek cahaya (gelap terang).
 Penampilan materi/bahan bangunan.
 Penampilan imajinasi.

- Potongan, merupakan gambar tampak horizontal suatu bangunan setelah dipotong


oleh sebuah bidang vertikal dimana posisinya diambil pada tempat-tempat tertentu
pada gambar denah dan potongan bagian depan dari bangunan tersebut dihilangkan.
Tujuan gambar potongan adalah:
 menunjukkan semua bahan-bahan baik eksterior maupun interior.
 menunjukkan proporsi ruang interior.
 menunjukkan penyelesaian interiornya.
 menunjukkan konstruksinya.
 menunjukkan kaitan dan hubungan yang sebanyak-banyaknya antara ruang-
ruang dalam yang utama. Pada umumnya ruang yang utama akan mendapat
perhatian yang paling banyak. Seperti halnya dengan gambar denah, apapun
yang terpotong pada saat membuat gambar potongan (lantai, dinding, struktur
atap dan sebagainya) digambarkan dengan garis tebal. Apapun yang terlihat di
belakan bidang potongan merupakan gambar tampak.

- Site Plan, merupakan gambar yang menunjukkan pandangan dari atas ke suatu
bangunan tanpa ada potongan, yang juga memperlihatkan tapak/lingkungan di
sekitar gambar bangunannya. Hal ini dengan maksud untuk menunjukkan lokasi
dan orientasi dari bangunan itu sendiri maupun lingkungan yang ada di
sekelilingnya. Skala yang biasanya digunakan yaitu: 1:1000, 1:500, 1:200.

- Ground Plan, merupakan gambar denah lantai dasar suatu bangunan beserta
lingkungan sekitarnya dengan skala tertentu yang juga memperlihatkan garis
atapnya.

23
b. Gambar Paralelogram, merupakan gambar proyeksi dimana garis-garis yang sejajar
di dalam gambar akan tetap sejajar, terdiri dari gambar:
- Isometri
- Aksonometri

c. Gambar Perspektif, merupakan gambar proyeksi dimana garis-garis yang sejajar akan
bertemu pada suatu titik lenyap, terdiri dari gambar perspektif:
- 1 Titik Lenyap (TL)
- 2 TL
- 3 TL

2. Standar Ukuran Gambar Arsitektur


Standard ukuran gambar arsitektur adalah ukuran-ukuran standar yang digunakan dalam
gambar-gambar arsitektur, seperti:
- Ukuran kertas yang digunakan: A0 (84,1 x 118,9)cm, A1 (59,5 x 84,1)cm, A2 (42,0 x
59,5)cm, A3 (29,7 x 42,0)cm, A4 (21,0 x 29,7)cm.
- Ukuran Gambar Arsitektur (Site Plan, Ground Plan, Denah, Tampak, Potongan dan
Detail) digunakan skala: 1:100, 1:200, 1:500, 1:50, 1:20, 1:10 dan 1:5. Skala 1:100,
maksudnya adalah 1 (satu) cm dalam gambar mewakili 100 cm pada kondisi yang
sebenarnya.
- Ukuran ruang gerak manusia dan kebutuhannya (Anthropometri), dibuat berdasarkan
ukuran yang dibutuhkan manusia dalam melakukan kegiatannya ataupun ruang yang
dibutuhkan manusia untuk bergerak beserta kebutuhannya, misalnya: Berapakah Ruang
yang dibutuhkan seseorang untuk duduk?

3. Teknik Menggambar Arsitektur


Seperti kita ketahui bersama, gambar arsitektur adalah bahasa dalam arsitektur untuk
berkomunikasi. Gambar adalah bahasa yang menerjemahkan apa yang kita lihat. Layaknya
seperti sebuah bahasa yang terlebih dahulu kita susun adalah kata-kata yang hendak
diucapkan. Maka dalam gambar pun demikian, kita perlu mempelajari bagaimana caranya
mempresentasikan suatu objek yang kita lihat/rancang untuk digambar. Cara
mempresentasikan gambar arsitektur tersebutlah yang disebut dengan teknik menggambar
arsitektur.

Berbagai media dalam menyelesaikan gambar-gambar arsitektur dapat digolongkan


menjadi 2 (dua) golongan, yaitu:

a. Teknik Presentasi Dengan Media Manual


Teknik presentasi dengan menggunakan media manual sudah digunakan orang sejak
pertama sekali manusia mulai berfikir untuk mendirikan bangunan hunian. Media ini
dapat dibagi 2 (dua) bagian, yaitu:
1) Media Eksplorasi Bentuk
Media ini dapat diartikan sebagai sebuah sculpture atau maket-maket miniatur
(prototype). Dengan membuat suatu bentuk seperti bentuk aslinya, hanya saja
dengan skala yang diperkecil, maket bentuk/maket studi merupakan salah satu

24
teknik presentasi yang paling representative bagi suatu kajian. Dalam kasus lain,
arsitek sudah mulai menyertakan contoh material/bahan dalam maket studinya.

2) Media Eksplorasi Gambar 2 (dua) Dimensi dan Gambar 3 (tiga) Dimensi


Teknik ini sangat umum digunakan oleh para arsitek dalam mengkomunikasikan
ide-idenya. Melalui teknik ini komunikan (penerima pesan) dapat mengetahui
informasi/pesan yang lengkap dengan berbagai gambar-gambar teknis yang
disajikan. Gambar-gambar teknik presentasi ini dapat diselesaikan dengan 2 (dua)
cara, yaitu:
a) Teknik Pensil, presentasi gambar arsitektur dengan teknik pensil tidak terlalu
sering dipergunakan. Namun demikian teknik pensil akan membantu seorang
arsitek untuk membuat sketsa secara cepat. Keuntungan lainnya adalah
kemungkinan yang besar untuk memberikan perbedaan nada (tone) sehingga
memperkuat kesan 3 (tiga) dimensinya. Jenis pinsil yang digunakan adalah
pinsil 9H s/d pinsil 9B, seperti:
i) Pinsil 3B digunakan untuk menciptakan figur pada suatu gambar (bentukan)
dan dapat digunakan untuk menciptakan tone.
ii) Pinsil 9B digunakan untuk menghasilkan jarak tone dari abu-abu keperakan
sampai dengan hitam pekat.

b) Teknik Tinta, teknik tinta paling banyak digunakan untuk presentasi arsitektur.
Arsitek bisa menggambar pada skala kecil, detailnya dan kemudian gambar
tersebut bisa diperbesar menurut dimensi yang diperlukan. Ketebalan garis
gambar yang dihasilkan bervariasi sesuai ukuran mata rapido yang digunakan,
seperti: rapido dengan ukuran-ukuran dari 0.1, 0.2, 0.3, 0.4 dst.

Pada proses akhir presentasi gambar 2 (dua) dimensi dan gambar 3 (tiga) dimensi ini
dapat diselesaikan pula dengan 2 (dua) cara, yaitu:
- Penyelesaian dengan teknik hitam putih, yaitu dengan pensil dan tinta.
- Penyelesaian dengan teknik pewarnaan, yaitu dapat dilakukan dengan cat kayu,
pastel, cat minyak, air brush dl
 Crayon, menghasilkan garis yang lebih jelas tapi sulit untuk dihapus. Sangat
efektif digunakan pada kertas bertekstur, atau kombinasi hitam dan putih.
 Pensil warna (kelir kayu), memiliki banyak warna dan dapat menghasilkan
warna campuran dengan kualitas tone yang tinggi. Pensil warna ada yang
berjenis aquarelle, yaitu dapat digunakan dengan teknik kuas dan air.
Menghasilkan gambar dengan efek gabungan pensil dan cat air.
 Pastel, memiliki banyak warna dan dapat digabung atau dicampur. Pastel dapat
menciptakan tampilan gambar yang berbeda yakni dapat digabungkan dengan
menggunakan tangan atau kapas. Tone dapat dimodifikasi dengan
menggunakan brus rambut/sikat gigi. Pemilihan kertas juga mempengaruhi
hasil penggambaran. Hasil gambar akan lebih bagus bila diberi sentuhan fiksatif
(pilox).
 Cat Air
 Charcoal (arang), memiliki jenis kurus, sedang dan gemuk. Charcoal adalah
media yang sudah ratusan tahun digunakan oleh para seniman/pelukis. Tapi
sayangnya karena terlalu lembut dan halus maka bekasnya/gambarnya tidak
bertahan lama. Jenis yang sedang/medium yang baik digunakan untuk
menghasilkan gambar yang baik. Dapat ditajamkan/diruncingkan dengan kertas
pasir.

25
b. Teknik Presentasi Dengan Media Komputer
Teknik presentasi dengan menggunakan media komputer saat ini sedang berkembang
dengan pesat dan sangat dibutuhkan. Keakuratan dan kesempurnaan merupakan
kwalitas jaminan dari media presentasi ini. Beberapa program dalam komputer yang
menjadi media presentasi arsitektur adalah:
a. Auto Cad: Auto Cad Release 12, Auto Cad Release 14 dan Auto Cad 2000.
Program Auto Cad banyak sekali dipakai dalam menggambar teknis dalam
arsitektur. Program ini merupakan dasar-dasar presentasi arsitektur dalam media
komputer.
b. Archi Cad
c. VRML, program ini lebih cenderung kepada bahasa program arsitektur.

4. Cara Menyusun Gambar


a. Penempatan/Perletakan
- Tapak dan pekerjaan luar: untuk identifikasi penempatan dan dimensi semua
pekerjaan tapak dan pekerjaan luar lainnya.
- Bangunan: untuk identifikasi penempatan dan dimensi bagian-bagian dan ruang di
dalam bangunan serta memperlihatkan bentuk rencana, tampak dan potongan.

b. Pemasangannya
- Untuk menunjukkan cara pemasangan bagian bagian dari suatu elemen termasuk
bentuk dan ukuran.
- Untuk menunjukkan cara pemasangan suatu elemen terhadap elemen yang lain.

c. Komponen
- Untuk menunjukkan bentuk, dimensi dan cara pemasangan (dan kalau
memungkinkan juga komposisinya). Dari sesuatu elemen/komponen yang harus
dibuat di luar bangunan.
- Untuk menunjukkan bentuk/dimensi bagian-bagian komponen yang dipasang di
tempat dimana tidak dapat ditunjukkan dengan jelas pada gambar dan cara
pemasangannya.

Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan oleh seorang arsitek perihal gambar
arsitektur:
1) Komposisi
- Kesatuan, yang dimaksud disini adalah satu kesatuan antar elemen-elemen
utama dengan elemen pendukungnya.
- Tekanan, ditujukan agar memperjelas maksud, seperti dengan pemberian unsur
gelap-terang, rendering, elemen-elemen pengarah dan lainnya.
- Keseimbangan, memberikan keselarasan dan keharmonisan dengan memadukan
unsur kesatuan dan tekanan yang menciptakan keseimbangan unsur-unsur
horizontal dan vertikal.

2) Proporsi, menjelaskan ukuran dengan membandingkan besar orang dengan besar


bangunan.

3) Sudut Pandang

26
Seorang arsitek harus pandai memilih sudut pandang yang paling menarik dari
obyek ciptaannya. Hal ini disebabkan karena kebanyakan orang dapat menikmati
keindahan karya arsitek hanya melalui presentasi gambar perspektif, gambar-
gambar teknis yang berupa denah, potongan, tampak dan lainnya.. Suatu objek
dapat dipandang dari:
- Depan/samping/belakang/menyudut.
- Memandang dari suatu arah dengan membedakan ketinggian horizontal
pengamat.
- Memandang dari suatu arah dengan membedakan pengamat lebih dekat/jauh
dari objek.

4) Kesan 3 (tiga) Dimensi, dibentuk oleh sudut pandang dengan membentuk sudut
tertentu terhadap suatu objek membentuk visual 3 (tiga) dimensi.Kesan ini dapat
juga dibentuk oleh permainan bayangan dan gelap-terang. Kesan yang terbentuk
dapat mempengaruhi dan membentuk imaji tertentu.

5) Elemen-Elemen Penunjang
Semua gambar arsitektur akan menjadi lengkap dan sempurna bila gambar tersebut
memuat elemen-elemen penunjang, seperti: manusia, pohon dan kendaraan.
Dengan adanya ketiga elemen ini, imajinasi suasana pada gambar akan terlihat.
Selain hal-hal diatas, elemen-elemen ini bermanfaat pula sebagai faktor
pembanding atau skala antara objek gambar bangunan itu dengan lingkungannya.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Ching, Francis D.K., Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Susunannya, Erlangga, Jakarta,
1985.
2. Ching, Francis D.K., Grafik Arsitektur, Erlangga, Jakarta, 1986.
3. Clark, Roger H. dan Pause, Michael, Preseden Dalam Arsitektur, Intermatra, Bandung,
1991.
4. F. Teknik UI, Laporan Seminar: Pencerminan Nilai Budaya dalam Arsitektur di
Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1982.
5. F. Teknik UI, Laporan Seminar: Peran, Kesan, dan Pesan Bentuk-Bentuk Arsitektur,
Djambatan, Jakarta, 1982.
6. F. Teknik UI, Laporan Seminar: Persepsi Bentuk dan Konsep Arsitektur, Djambatan,
Jakarta, 1986.
7. Han, J. Oei Tek, Teknik Menggambar: Dekor Dalam Gambar Interior, Kanisius,
Yogyakarta, 1987.
8. Krier, Architecture Composition, Rizolli, 1987.
9. Kennon, Architecture and You, Watson-Guptill Publication, 1978.
10. Laseau, Paul, Berpikir Gambar Bagi Arsitek dan Perancang, ITB, Bandung, 1986.
11. Lauer, David A., Designs Basic, Harcourt Brace Jovanovich College Publishers,
Florida, 1990.
12. Neufert, Ernst, Data Arsitek Jilid 1, Erlangga, 1992.
13. P.R., Mauro; Budi, F.X.; N., Yasin, Teknik Menggambar Arsitektur, Bandung, 1980.
14. P.R., Mauro; Budi, F.X.; N., Yasin, Teknik Presentasi Gambar Arsitektur, Bandung,
1983.
15. Prinsip-Prinsip Perancangan Dalam Arsitektur.
16. Rasmussen, Steen Eiler, Experiencing Architecture, The MIT Press, Cambridge, MA,
1959.
17. Snyder, James C.; Catanese, Anthony J., Pengantar Arsitektur, Erlangga, Jakarta,
1991.
18. Wang, Thomas C., Gambar Denah dan Potongan, Erlangga, Jakarta, 1986.
19. Wang, Thomas C., Sketsa Pinsil, Erlangga, Jakarta, 1985.
20. White, Edward T., Buku Sumber Konsep, Intermatra, Bandung, 1992.
21. White, Edward T., Water Color, Florida A&M University, Florida.

28

Anda mungkin juga menyukai