Anda di halaman 1dari 5

Aspek Sosial Budaya Dalam Arsitektur – Keterkaitan Antropolgi dan Arsitektur

___________________________________________________________________________________

KETERKAITAN ANTROPOLOGI DAN ARSITEKTUR


Lano Hapia Penta
Surel : lano_hapia@yahoo.com

ABSTRAK
Arsitektur adalah merupakan buah pemikiran manusia dalam bentuk fisik yang mencerminkan
kehidupan dan pola-pola kebudayaan yang terbentuk pada masa penciptaanya. Antropolgi sebagai ilmu
yang mempelajari manusia sebagai objeknya dapat menerangkan proses-proses penciptaan karya
arsitektur sebagai lambang kebudayaan tersebut. Proses diawali oleh gagasan melalui tindakan hingga
akhirnya terbentuk hasil karya fisik. Sehingga sedikit perubahan yang terjadi pada tahap gagasan
berarti akan terjadi perubahan pula pada karya akhirnya. Namun demikian, keberadaan konsep
estetika sebagai wujud gagasan yang abstrak selalu dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing
individunya maupun pengalaman kolektif yang dialami kelompok masyarakat tertentu. Melalui kajian
antropologi dapat dikupas makna dari hasil fisik kebudayaan arsitektur yang terkandung didalamnya.

PENDAHULUAN
Di dalam ilmu arsitektur, Antropologi Arsitektur dipergunakan sebagai salah satu cabang ilmu
pembelajaran yang mempelajari tentang segala aktivitas, kebudayaan dan tingkah laku atau perilaku
manusia. Arsitektur adalah ilmu merancang dan membangun yang berkaitan dengan bangunan dan
teknologi bahan, namun kita tidak boleh melupakan bahwa yang menghuni bangunan tersebut adalah
manusia. Jadi kita merancang suatu bangunan untuk ditinggali oleh manusia yang menghuni dan
manusia tersebut harus merasa nyaman dan aman untuk tinggal dalam bangunan tersebut agar desain
kita bisa dikatakan berhasil. Kita tidak bisa merancang suatu bangunan hanya berdasarkan pada
kemajuan teknologi bangunan saja, menggunakan bahan modern yang hebat dan mudah digunakan
tanpa pernah memperhatikan unsur vital dalam bangunan itu sediri, dalam hal ini manusia yang tinggal
didalamnya.

Mempelajari antropologi arsitektur akan sangat berguna dalam proses perancangan, hal ini
disebabkan kita dapat menggunakan antropologi arsitektur sebagai komponen dan bahan
pertimbangan tambahan dalam merancang suatu bangunan. Jadi kita mendapat tambahan elemen
untuk dipertimbangkan selain yang sudah biasa kita gunakan seperti, besaran ruang, studi bentuk,
kajian teori, dan hal – hal lainnya. Selain itu hasil rancangan kita juga akan lebih humanisme dan nyaman
untuk ditinggali. Dengan dipelajarinya antropologi arsitektur, maka kita dapat menciptakan suatu
desain yang berwawasan manusia dan mewujudkan bangunan yang ekologis seperti yang ditekankan
pada Pola Ilmiah Pokok Unika Soegijapranata. Diharapkan dengan semakin berkembangnya kemajuan
jaman, manusia tidak semakin maju dari segi teknologi saja, tapi juga maju dari segi kebudayaan.
Dengan makin banyaknya desain yang berwawasan kebudayaan dan humanisme, maka diharapkan
dapat tercipta pula lingkungan yang ekologis dan bangunan yang nyaman dan ramah lingkungan.

___________________________________________________________________________________
Lano Hapia Penta 1
Aspek Sosial Budaya Dalam Arsitektur – Keterkaitan Antropolgi dan Arsitektur
___________________________________________________________________________________

ANTROPOLOGI DAN ARSITEKTUR


Manusia sebagai kajian dari antropologi adalah sebagai objek yang dipelajari baik sebagai
individu ataupun kelompok. Dalam perkembangan manusia, naungan adalah hal pertama yang dibuat
oleh manusia jauh sebelum mereka mengenal api. Naungan atau tempat tinggal sementara pada jaman
pra sejaraha adalah hasil karya insting manusia yang butuh tempat terlindung dari segala ganguan dari
cuaca atau problem alam lainnya. Moore and Allen menjelaskan bahwa manusia hidup dalam ruang
yang tidak terbatas. Arsitektur memotong atau membatasi ke- tidak ter atas -an ini, sehingga
memberi makna bagi kegiatan manusia yang berlangsung di dalamnya.

Rapaport mengungkapkan bahwa arsitektur bermula sebagai tempat bernaung. Oleh karena
itu banyak anggapan di masyarakat bahwa arsitektur adalah sesuatu yang berhubungan dengan
bangunan sebagai tempat tinggal. Pada awalnya arsitektur lebih terkait kepada bangunan, terutama
bangunan untuk tempat tinggal yang masih banyak dipengaruhi oleh adat, sehingga pembuatannya
banyak memasukkan unsur adat. Kemudian dengan semakin majunya zaman, maka hasil karya
arsitektur semakin bermacam-macam bentuknya. Berdasarkan kamus, kata arsitektur (architecture),
berarti seni dan ilmu membangun bangunan. Menurut asal kata yang membentuknya, yaitu Archi =
kepala, dan techton = tukang, maka architecture adalah karya kepala tukang. Arsitektur dapat pula
diartikan sebagai suatu pengungkapan hasrat ke dalam suatu media yang mengandung keindahan

Antropologi selajutnya memberikan tafsiran yang dapat dipakai oleh para arsitek dalam
membaca perubahan tata ruang, nilai/symbol/makna estetika dari karya arsitektur (meening/deep
meening dari manusia yang akan menempati ruang). Antropologi Arsitektur berdasarkan pada
penilaian estetika dari sebuah ruang/bangunan. Analisisnya ditujukan ke masalah-masalah:

1. Konsep-konsep ruang dan kelanjutannya,


2. Perilaku membangun, hunian dan pemukiman, dalam memandang kondisi-kondisi keberadaan
manusia

Antropologi Arsitektur dalam hal ini berperan menganalisis aspek-aspek sosial-budaya dalam
pembangunan-penggunaan sebuah karya arsitektur. Selama ini Teknik Arsitektur (Arsitektur murni)
hanya melihat aspek fisiknya saja.

Apabila dilihat dari proses yang terjadi, maka tahap gagasan merupakan awal terjadinya proses
ber-arsitektur tersebut. Proses diawali oleh gagasan melalui tindakan hingga akhirnya terbentuk hasil
karya fisik. Sehingga sedikit perubahan yang terjadi pada tahap gagasan berarti akan terjadi perubahan
pula pada karya akhirnya. Namun demikian, keberadaan konsep estetika sebagai wujud gagasan yang
abstrak selalu dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing individunya maupun pengalaman kolektif
yang dialami kelompok masyarakat tertentu. Pengalaman ini meliputi: pengembangan kepercayaan
terhadap kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi; hubungan sosial dengan orang atau kelompok lain;
ekspresi kepribadian individual kepada lingkungan masyarakat di sekitarnya; mengupas makna-makna
yang dapat diterima oleh lingkungan (Mulder, 1975, dalam Koentjaraningrat, 2005).

Pengalaman yang berbeda-beda antar individu akan menghasilkan perbedaan dalam rumusan
bentuk estetika masing-masing. Dalam sebuah kelompok masyarakat, perbedaan rumusan bentuk
estetika tercermin dalam sistem nilai kebudayaannya. Hal ini yang akan menentukan munculnya
berbagai gaya dalam arsitektur. Perbedaan gaya dalam karya arsitektur yang terjadi antar daerah dan
waktu disebabkan karena adanya perbedaan rumusan bentuk estetika masingmasing. Perbedaan

___________________________________________________________________________________
Lano Hapia Penta 2
Aspek Sosial Budaya Dalam Arsitektur – Keterkaitan Antropolgi dan Arsitektur
___________________________________________________________________________________

dalam rumusan bentuk estetika, sekaligus akan menggambarkan kondisi pengalaman yang diterima
oleh masyarakat.

Oleh kare a itu, karya arsitektur dala se uah asyarakat dapat e jadi alat u tuk e a a
kondisi pengalaman dan sistem nilai kebudayaan dalam masyarakat tersebut. Sebaliknya, gagasan
mengenai setting perilaku dalam masyarakat merupakan hasil dialog dari perilaku sebagai tindakan dan
desain sebagai artifak kebudayaan. Sebagai contoh gambaran hubungan antara kebudayaan dengan
arsitektur adalah perkembangan gaya dalam dunia arsitektur itu sendiri.

Melihat kehidupan manusia keseluruhan, maka usaha manusia di dalam pemenuhan


kebutuhan hidupnya merupakan faktor utama dalam menjaga kelangsungan hidupnya. Kebutuhan
hidup manusia adalah sandang, pangan, ruang hidup atau pemukiman, pendidikan, dan kesehatan. Dari
unsur tersebut, ruang memegang peranan yang penting. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia baik secara psikologi emosiaonal (Persepsi), maupun dimensional. Manusia berada dalam
ruang, bergerak serta menghayati, berfikir dan juga menciptakan ruang untuk menyatakan bentuk
dunianya. Ciptaan yang artistic disebut Ruang Arsitektur. Ruang Arsitektur ini menyangkut interaksi
ruang dalam dan ruang luar, yang memerlukan penataan yang lebih lanjut.

ARSITEKTUR ADALAH WUJUD FISIK DARI KEBUDAYAAN


Kebudayaan fisik merupakan wujud hasil dalam sebuah kebudayaan. Sehingga pada wujud
terakhir ini kebudayaan memiliki bentuk paling nyata diantara bentuk yang lain. Pada wujud inilah
kebudayaan seringkali sudah memiliki bentuk benda, sehingga dapat dilihat, disentuh dan dirasakan.
Untuk membantu memahami Arsitektur sebagai sebuah wujud kebudayaan dapat dilakukan telaah
melalui kacamata di atas. Untuk itu kegiatan ber-arsitektur perlu dipahami sebagai sebuah proses, dari
ideologi yang melandasi, konsep, metode dan teknik yang digunakan, hingga hasil karya.

U sur ya g aka selalu ada dala proses pe iptaa karya arsitektur adalah kei daha .
Keindahan selalu menjadi latar belakang atau tuntutan dala se uah karya arsitektur . Kei daha
merupakan gagasan mengenai bentuk estetika yang pada akhirnya akan diwujudkan menjadi sebuah
karya fisik melalui teknik dan metode dalam arsitektur. Dalam hal ini bentuk estetika merupakan
sebuah gagasan yang muncul dalam sebuah kebudayaan. Estetika merupakan wujud kedua dari
kebudayaan atau merupakan wujud gagasan. Arsitektur merupakan wujud fisik yang secara nyata dapat
dilihat, disentuh dan dirasakan kehadirannya dalam masyarakat. Wujud fisik ini, baik dalam skala
bangunan tunggal maupun sebuah lingkungan buatan, dapat difahami sebagai sebuah artefak. Sebuah
karya arsitektur e gko u ikasika ko disi asyarakat di a a artefak terse ut erada. Artefak
merupakan wujud akhir yang timbul akibat adanya gagasan dan tindakan dalam suatu kebudayaan,
wujud fisik. Kebudayaan dalam wujud fisik merupakan bagian terluar dari lingkaran konsentris kerangka
kebudayaan (Koentjaraningrat, 2005).

Ruang dan hirarki yang tergantung didalamnya merupaka bagian dari arsitektur dimana
penyusunanya dipengaruhi oleh pola pikir manusia yang berupa cita rasa , budaya , dan penyelarasan
dengan alam sekitarnya. Antropologi merupakan kajian bagaimana tentang pola ruang itu terbangun
dan hirarki ruang terjadi, dimana arsitektur sebagai cerminan dari budaya masyarakatnya. Berikut
adalah beberapa contoh kajian antropologi arsitektur yang dilihat dari proses terbentuknya akibat dari
kebutuhan manusia akan penjelmaan dari kebudayaan lokal.

___________________________________________________________________________________
Lano Hapia Penta 3
Aspek Sosial Budaya Dalam Arsitektur – Keterkaitan Antropolgi dan Arsitektur
___________________________________________________________________________________

Arsitektur pra-Yunani kuno sangat terkait dengan kondisi bangsa Yunani yang kaya dengan
mitologi dan seni. Hal ini nampak dari fungsi dan bentuk bangunan utama sebagai bagian dari ritual
pemujaan. Ideologi kebudayaan masyarakat pra-Yunani kuno tersebut menjadi dasar terbentuknya
konsep nilai ke-estetika-an pada saat itu terfokus pada terciptanya bangunan-bangunan megah dan
besar sebagai upaya mendekatkan manusia terhadap mitos dewa-dewi alam semesta (Fletcher, 2004).

Gambar 1. Parthenon Yunani


Sumber : www.google.com

Secara umum zaman modern sendiri merupakan masa di mana seluruh cabang ilmu
berkembang dengan sangat pesat. Penemuan mesin, revolusi Industri dan penemuan material baru
menimbulkan berbagai perubahan dalam masyarakat secara cepat. Sehingga perkembangan ilmu-ilmu
tersebut juga memunculkan berbagai gaya dan aliran dalam dunia arsitektur sendiri. Minimalisme,
fungsionalisme, industrialisme, konstruktifisme dan rasionalisme merupakan gambaran adanya
berbagai gaya arsitektur yang muncul pada zaman modern ini. Meski terdapat berbagai macam gaya
arsitektur, kondisi kebudayaan masyarakatnya yang terbentuk tetap dalam koridor ideologi yang
cenderung humanis, monoton dan rasionalis akibat perkembangan ilmu itu sendiri. Zaman post-
modern secara garis besar berusaha lepas dari batasan-batasan ketat yang ada pada zaman modern.
Dekonstruksi, simbiosisme, eklektisisme, feminisme dan hibridisme memberi gagasan pada kebebasan
dan kemajemukan. Meski diwarnai oleh berbagai nama gaya atau aliran, ternyata semua tetap merujuk
pada pembebasan manusia yang pada era modern terbelenggu ketat oleh struktur-struktur konsensus
dan makna tunggal. Pada era post-modern ini filsafat strukturalisme hingga poststrukturalisme menjadi
landasan ideologis nilainilai budaya masyarakatnya (Ikhwanuddin, 2005).

Gambar 2. Arsitektur Post-Modern, cerminan budaya yang ingin kelaur dari aturan lama
Sumber : www.google.com

___________________________________________________________________________________
Lano Hapia Penta 4
Aspek Sosial Budaya Dalam Arsitektur – Keterkaitan Antropolgi dan Arsitektur
___________________________________________________________________________________

KESIMPULAN
Telaah Antropologi Arsitektur sebagai sebuah wujud kebudayaan dapat dilakukan melalui
keempat wujud kebudayaan, yakni: nilai nilai budaya, sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan
fisik. Karya arsitektur sebagai sebuah wujud kebudayaan yang secara nyata dapat dilihat, disentuh, dan
dirasakan dapat dipahami sebagai sebuah artefak. Artefak merupakan wujud akhir yang timbul akibat
adanya gagasan dan tindakan dalam suatu kebudayaan (wujud fisiknya). Perbedaan gaya dalam karya
arsitektur yang terjadi antar daerah dan waktu disebabkan karena adanya perbedaan rumusan bentuk
estetika masing-masing. Perbedaan dalam rumusan bentuk estetika, sekaligus akan menggambarkan
kondisi pengalaman yang diterima oleh masyarakat.

___________________________________________________________________________________
Lano Hapia Penta 5

Anda mungkin juga menyukai