Anda di halaman 1dari 1

Ini tentang dia,

seseorang yang selalu saya rangkul setelah pergi sesukanya, yang selalu saya maafkan setelah
terus terusan membuat luka tanpa sempat kering dan pulih. Pernah merasa dia juga ingin
namun dia ahlinya berpaling, mungkin beberapa waktu kemudian dia datang kembali, masih
dengan raga yang sama, hanya saja pikirannya terjebak pada perasaan lalu. Tetap juga
berusaha lalui “berdua” karena takut dia terjebak pada kata kesepian, nyatanya saya yang
kewalahan meramaikan suasana yang jelas sudah begitu padat. Semakin dipahami, pahatan
kisah yang terjadi tanpa saya lebih ceria, beberapa hal luar biasa tidak mampu saya ciptakan,
pandangan saya selalu diburamkan oleh senyum palsunya yang seolah bahagia namun sedang
meraba mencari sosok lain di diri saya, tapi tak pernah ditemukannya. Waktu ke waktu hanya
terbuang sia-sia, saya tidak akan bisa memenuhi kriteria yang pernah dia dapatkan disela
perpisahan kemarin.
Dari sini saya belajar bahwa perjalanan panjang tak akan pernah menjamin saya sampai pada
tujuan, terkadang putar balik mencari jalan lain keterpaksaan yang harus dilakukan,
barangkali walaupun saya tersesat saya menemukan sosok “dia” dengan perangai yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai