Anda di halaman 1dari 20

BAB I

HAKEKAT ESTETIKA, PRINSIP ESTETIKA, TEORI


LANGGAM DAN TAPAK

I.1. Hakekat Estetika


Arsitektur merupankan ilmu perpaduan dari ilmu pengetahuan dan seni. Seperti
yang telah dijelaskan oleh terori Vitruvius yang menepatkan arsitektur sebagai disiplin
ilmu yang memanfaatkan secara bersama rasio/logika dan emosi/perasaan. Dalam hal ini
membuat arsitektur menjadi bersifat multi-disiplin dan beragam, antara pendekatan seni
yang didasar nilai –nilai estetis . Atau dengan kata lain arsitektur adalah hasil karya seni
bangunan. Karya seni bangunan tersebut masuk dalam karya seni terapan .
Estetika berasal dari bahasa Yunani, αισθητική, dibaca aisthetike yang artinya hal-
hal yang dapat dilihat dengan jelas oleh indera dan kemungkinan bertentangan dengan
“noeta” (sesuatu yang logis). Aisthetiki juga dapat dihubungkan secara halus dengan
aisthanome yang berarti merasa.
Estetika sendiri memiliki beberapa pengertian seperti:
 Kamus oxford
Keindahan adalah nilai – niai yang menyenangkan pikiran, mata dan telinga
 Socrates
Sesuatu itu indah kalau sesuai dengan tujuan atau fungsi atau kegunaanya
 Plato
Bentuk menjadi indah dalam proporsi, dimana unsurnya disatukan harmonis,
ditujukan kepada bentuk yang ideal
 Schopenhauer
Keindahan adalah sesuatu yang struktural
 baugrten
Bentuk sempurna yang ada pada alam
Ditinjau dari sejarahnya, estetika merupakan salah satu cabang filsafat yang mulai
dikembangkan sejak jaman yunani kuno yang diawali oleh munculnya teori keindahan
menurut Socrates (keindahan bentuk berdasar pada fungsi ), Plato (keindahan bentuk
berdasar pada proporsi), Baum garten (bentuk sempurna yang ada pada alam) ada

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 1


perkembangan selanjutnya ruang lingkup estetika tidak hanya mencakkup teori
keindahan saja tetapi berkembang pula ke arah terapan.
Estetika dalam arsitekur menurut Ishar dalam bukunya Estetika dan Kedudukannya
Dalam Perancangan Arsitektur (1992:74-76) adalah nilai-nilai menyenangkan mata dan
pikiran yang berupa nilai bentuk dan ekspresi. Keindahan bentuk memiliki dasar tertentu
yang disebut prinsip estetika. Estetika adalah sebuah bahasa visual yang tidak sama
dengan beberapa bahasa estetika yang tidak visual, seperti bahasa itu sendiri. Estetika
meskipun berkaitan dengan ‘rasa’ saat melihat bangunan juga dapat dibangun melalui
aplikasi teori arsitektur. Inilah mengapa estetika patut dibahasakan dan dibahas dalam
alat yang bernama komunikasi. Estetika dapat dimengerti dan dikembangkan melalui
pemahaman berbagai hal menyangkut teori estetika, menjadi dasar bagi banyak cabang
seni. Estetika dalam arsitektur memiliki banyak sangkut paut dengan segala yang visual
seperti permukaan, volume, massa, elemen garis, dan sebagainya, termasuk berbagai
order harmoni, seperti komposisi, proporsi, keseimbangan, dan seterusnya.
Dalam De Architectura, Vitruvius menekankan tentang 3 poin yang harus dimiliki
bangunan untuk menciptakan bangunan yang baik. Salah satunya adalah Venustas atau
yang dikenal dengan Estetika. Estetika merupakan bagian penting yang membedakan
antara arsitektur dengan bangunan pada umumnya. Untuk mengukur keestetisannya
melibatkan rasa dan nalar dari yang mengamati sehingga terdapat berbagai macam
pendefinisian tentang keindahan sendiri. Vitruvius mengatakan dua hal yang menyangkut
estetika adalah :
 Pengaturan (Arrangement)
Yaitu menempatkan objek sesuai pada tempatnya dan menghasilkan
efek keindahan, dinyatakan dengan refleksi dan khayalan.
 Eurythmy
Yaitu kecantikan den kebugaran
Namun melihat berbagai dimensi yang mempengaruhi bagaimana seorang manusia
mengapresiasi keindahan, estetika hanyalah sebuah media untuk mencoba menjelaskan
apa yang disebut indah, namun tidak pernah bisa menjelaskan apa yang sebenarnya
terjadi dalam benak seseorang berkaitan dengan sensasi keindahan. Dalam teori tentang
estetika, dicoba dijelaskan berbagai sisi yang ‘tersentuh’ oleh keindahan sebuah obyek.
Determinasi estetika dalam pikiran tidak melulu ditumbuhkan melalui faktor-faktor
eksternal yang hadir dari luar seorang subyek, namun juga hadir dari perangkat

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 2


pengenalan dalam dirinya. Karenanya arsitektur tidak selalu cukup hanya dipelajari
melalui ilmu estetika yang dangkal dan obyektif semata, perlu pendekatan subyektif
untuk mengetahui sebuah preferensi.
Keindahan memang subyektif, dalam diri setiap orang, pendapat tentang nilai
estetika sebuah bangunan dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain; subyektifitas diri
sendiri. Sensasi hanya dimungkinkan bila fungsi biologis tubuh kita yang berkaitan
dengan fungsi sensasi dan persepsi dalam keadaan normal; misalnya mata bisa melihat,
hidung bisa mencium, pikiran dalam keadaan normal/perseptif. Mampukah suatu obyek
menggairahkan ‘limbic’ dalam otak kita sehingga merasa adanya kenikmatan saat
berkontak dengan sebuah obyek arsitektural. Kenikmatan yang didapatkan itu
menjadikan otak kita mengatakan sesuatu itu ‘indah’.
Pengaruh dari lingkungan atau masyarakat tentang apa yang disebut indah. Antara
lain: pendidikan, apa yang ditanamkan dunia edukasi tentang keindahan, mungkin
merupakan suatu pandangan yang ditekankan terus-menerus dan boleh jadi mengakar
pada diri kita, serta metode untuk mengapresiasi suatu obyek juga merupakan suatu
metode yang ditekankan secara terus-menerus. Opini yang berkembang di masyarakat.
Kebanyakan melalui media, estetika diperkenalkan sebagai konsensus dalam skala
tertentu, apakah regional, kolonial, dan disebarluaskan dengan berbagai cara. Terkadang
estetika yang diperkenalkan dimaksudkan untuk mendukung sebuah industri terkait tren
arsitektur, seperti industri perumahan. Estetika yang merupakan ideal suatu teritorial
berbasis tradisi juga dapat memberi pengaruh teramat besar. Pilihan yang diberikan oleh
situasi, hanya pilihan yang memungkinkan akan dipilih digunakan dalam rancangan
Paul Alan Johnson dalam the Theory of Architecture, Concepts, Themes, and
Practice (1994) menyatakan bahwa arsitektur merupakan penemuan dari ide-ide estetik.
Hal ini menunjukkan adanya kaitan yang sangat erat antara arsitektur dan estetika
a. Sosok Bangunan
Sosok dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti bentuk wujud atau rupa
rangka. Sosok bangunan berarti wujud atau rupa dari sebuah bangunan. Dalam
sosok bangunan akan hadir sebuah estetika. Sosok pada bangunan dapat
diperlihatkan dari permainan garis dan bidang, permainan seperti maju-mundur,
permainan kesan massiv dan lubang pada wajah bangunan permainan garis
vertical dan horizontal pada tampang bangunan. Sosok bangunan ialah suatu
bagian dari bangunan yang merukan pencerminan dari keseluruhan bangunan,
mulai dari fungsi hingga estetikanya. Apa yang diwalikan dalam sosok bangunan

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 3


merupakan refleksi cita – cita murni yang ditemukan dalam semua unsur yang
berada dalam bangunan tersebut. Atau dengan kata lain sosok bangunan adalah
wajah dari bangunan tersebut yang menjadi yang menggambarkan dari
keseluruhan bangunan.
b. Bahan, Tekstur, dan Warna
Bahan, tesktur, dan warna merupakan salah satu yang dapat memunculkan
nilai estetika dalam sebuah karya arsitektur seperti yang dikemukan oleh Ishar
estetika dalam arsitektur adalah nilai-nilai yang menengkan mata dan pikiran yang
berupa nilai– nilai bentuk dan ekspresi. Nilai yang menengkan mata dan pikiran
sebuah karya arsitektur dapat dilihat niilai estetikanya dari salah satunya.
(1) Bahan
Bahan atau materi banguanan adalah materi atau bahan yang digunakan
untuk mendirikan sebuah bangunanan. Bahan bagunan yang dipakai
merupakan salah satu unsur penentu dari kekuatan sebuah banguan tersebut.
Sebelum mewujud rancangan seorang arsitek harus tahu bahan apa yang akan
digunakan. Yang mana bahan tersebut akan menunjang dari stuktur yang
arsitek buat dalam sebuah bangunan. Tidak hanya sebagai penunjang sebuah
struktur bangunan bahan bangunan juga digunakan untuk memperkaya nilai
estetika dalam sebuah bangunan tesebut dan juga dalam bahan bangunan
menimbulkan kesan yang ekpresi bagi penikmatnya serta kesan material
yang hadir menambakan kualitas arsitekturnya.
Bahan bangunan satu dengan yang lain akan memimbulkan nilai estetis
yang berbeda pada bangunan misalnya bahan bangunan yang digunakan ialah
bata. Bata pada umunya digunkan untuk mengisi pengisi dinding yang nanti
tidak akan terlihat, karena tertutup finishing dinding seperti plester dan aci.
Tetapi boleh saja kita memilih untuk menampilkan bata tersebut tanpa
finishing, bata yang sengaja diekpose akan memberi nilai estetika yang lain
dari pada batang tertutup oleh finishing. Bata yang di ekpose memberi kesan
unik, etnik dan natural pada bangunan tersebut.
Bahan yang kita pakai dalam desain dapat menimbulkan kesan tertentu
misal;
- Bahan logam : menimbulkan kesan dingin, padat, keras.
- Kayu berpori : menimbulkan kesan hangat.

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 4


- Bahan kaca : bersifat tembus pandang dan memantulkan cahaya
dapat memberi kesan hidup dan ringan.
(2) Tekstur
Tekstur merupakan gambaran mengenai permukaan dari suatu benda
yang dapat menimbulkan kesan-kesan tertentu seperti mengkilap, buram,
halus, licin, dan kasar.
Tekstur adalah karaktek permukaan suatu bentuk, tekstur mempengaruhi
baik perasaaan kita pada waktu menyentuh maupun kualitas pemantulan
cahaya yang menimpa permukaan bentuk tersebut, Fungsi tekstur adalah
member persesi pada manusia , tekstur juga memikili kesan pada sebuah
bangunan, serta tekstur juga akan menambah kualiitas pada wajah bangunan.
Tekstur juga merupakan titik- titik halus atau kasar yang tidak teratur
sedangkan corak adalah titik – titik halus atau kasar pada permukaan tekstur.
Susunan dari tekstur lebih teratur kemudian dikenal sebagai pattern atau
corak.
Titik yang tersusun dalam tekstur bisa terdiri dari macam – macam :
- Warna
- Bentuk
- Sifat atau karakter
Tekstur terdiri atas 2 bentuk yaitu
- Tekstur halus
Yaitu tekstur yang memiliki permukaan halus bila dirasakan oleh
indera peraba. Atau dengan kata lain tekstur halus ini member
kesan halus. Kesan tersebut bias ditimbukan oleh pemakain warna-
warna yang member kesan lembut.
- Tekstur kasar
Yaitu tekstur yang memiliki karakter permukaan bidang bila
dirasakan menggunakan indera perabaakan terasa kasar atau tekstur
yang terbentuk dari elemen dan corak yang berbeda baik segi
bentuk maupun warna
Tekstur juga dapat dibedakan menjadi;
- Tekstur alam
Misalnya tekstur pada kayu , artificial dll

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 5


- Tekstur buatan
Tekstur yang sengaja dibuat oleh manusia, misalnya ukiran.

Gambar 1 Tekstur Dinding Semen Gambar 2 Tekstur


Kaca Gambar 3 Tekstur Alumunium

Gambar 4 Tekstur Kayu Gambar 5 Tekstur Dinding Bata Gambar 6


Tekstur Pasir

(3) Warna
Warna merupakan itensitas dan nilai dari suatu permukaan bentuk.
Dalam perancangan warna berfungsi sebagai:
o Menambah kualitas dan dapat memberikan nilai tambah pada sebuah
rancangan
o Sebagai media komunikasi yang memiliki arti untuk memberikan
kesan dan menyalurkan informasi kepada pengamat
o Untuk menutupi kelemahan atau kekurangan suatu permukaan bentuk
atau benda yang dianggap kurang menarik
Memberikan ekspesi pada pikiran jiwa \ manusia yang melihatnya.
Warna memberikan efek untuk menghidupkan suatu interior atau eksterior,
warna juga mensyaratkan karakter penghuni bangunan tersebut karakter, juga
dapat menciptakan suasana yang kita harapkan. Di bawah ini beberapa
karakter warna ditunjukkan dalam sifat;
- Kuning = bebas, ceria
- Kuning-hijau = tenang, menyenangkan
- Hijau = tenang, ramah cendekia

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 6


- Hijau-biru = angkuh, mantab
- Biru = keras, dingin
- Biru-ungu = sombong, suka menghayal tanpa kendali
- Ungu = tinggi, ekstrim
- Ungu-merah = tegang, peka
- Merah = panas, melelahkan urat syaraf
- Jingga = gembira, bergairah
- Jingga-kuning = lincah bergairah
- Abu-abu = menenangkan
- Biru telor asin = dapat dimakan, buah
- Biru-hitam = menekan
- Coklat hitam = menolak, menghindar, menjijikan
- Ros kulit telor ayam = ringan tangan, menyambut tamu, ramah

Gambar 7 Spektrum Warna

I.2. Prinsip/Asas Estetika


Asas atau prinsip estetik sering disebut pula prinsip desain dalam proses mencipta
karya. Karena selain unsur seni rupa juga ada unsur estetik, yaitu asas atau prinsip untuk
mengubah atau merencana dalam proses mencipta nilai-nilai estetik dengan penerapan
unsur-unsur seni rupa.
. Di dunia ini setiap orang punya prinsip estetik yang berbeda-beda. Yang
dipengaruhi oleh beberapa factor. Baik dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungan.
Dari lingkungan individu tersebut dapat terpengaruh dengan zaman dan bangsanya.
Seperti yang terdapat dalam seni tradisional dan kesenian modern.

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 7


a. Bentuk Estetika
Keindahan bentuk memiliki dasar tertentu, yang disebut prinsip estetika seperti
keterpaduan, keseimbangan, proporsi,skala, irama dan urutan.Pencapaian
keindahan bentuk ini didukung pula oleh pemenuhan aspek-aspek fisik atau teknis
fungsi dan struktur.
1. Kesatuan (Unity)
Dalam berkarya prinsip utama yang harus dipenuhi ialah prinsip
kesatuan, untuk itu dalam merancang secara sempurna perlu dipikirkan
keutuhan dan kesatuan antara semua unsur seni rupa disamping keutuhan
antara unsur seni dan gagasan (idea) sebagai landasan mencipta. Sebagai
contoh penampilan prinsip kesatuan dalam karya seni rupa; desain dalam
arsitektur mencerminkan prinsip kesatuan apabila ada kesatuan antara
bagian-bagian bentuk dari struktur bangunan, ada kesatuan antara ruang-
ruang dan penggunaan warna, ada kesatuan antara bentuk bangunan
dengan lingkungan, ada kesatuan antara bentuk dan fungsi bangunan
sesuai dengan ide dasar.
Cara membentuk kesatuan adalah dengan penerapan tema desain. Ide
yang dominan akan membantu kekuatan dalam desain tersebut. Unsur-
unsur rupa yang dipilih disusun dengan/untuk mendukung tema.
- Tersusunnya beberapa unsur menjadi satu kesatuan yang utuh dan
serasi.
- Keterpaduan dari yang paling sederhana sampai ke yang rumit.
- Keterpaduan bentuk-bentuk geometris.
2. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan adalah kualitas yang terdapat dalam setiap objek
dimana daya tarik visual dari kedua bagian masing-masing yang memiliki
pusat keseimbangan atau pusat perhatiannya adalah sama.
Keseimbangan merupakan prinsip dan penciptaan karya untuk
menjamin tampilnya nilai-nilai keselarasan dan keserasian yang
mendukung prinsip kesatuan dengan menggunakan unsur-unsur seni.
Karena fungsinya yang menampilkan nilai-nilai keserasian dan keselarasan
maka prinsip ini juga sering disebut prinsip harmoni.

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 8


Ada tiga prinsip keseimbangan:
- keseimbangan formal/simetris; pada karya menampilkan nilai
keindahan yang bersifat formal atau resmi. Prinsip ini sering
dipakai dalam karya seni yang berlandaskan agama atau
kepercayaan dan dalam lingkungan tertentu untuk mendukung
nilai-nilai kejiwaan seperti keagungan, kekhidmatan, kekhusukan
dan sebagainya. Contoh penampilan prinsip keseimbangan formal
dalam karya senirupa ialah dalam pembuatan desain yang simetris
dan statis. Desain grafis untuk piagam atau ijazah yang simetris
memberikan kesan resmi dan formal. Desain simetris ini juga
dapat dipakai untuk mendirikan bangunan gereja seperti bagian
atap, penempatan jendela dan tiang dan lain sebagainya. Demikian
pula dalam menyusun komposisi garis, bidang, bentuk dan warna
untuk karya-karya senirupa yang sifatnya resmi didasarkan pada
komposisi yang simetris dan statis.
- keseimbangan informal/asimetris; pada karya menampilkan nilai
kebalikan dari keseimbangan formal yaitu menghendaki sifat
lincah, hidup, penuh dengan dinamika dan pada prinsip
keseimbangan informal ini menghasilkan desain asimetris.
- keseimbangan radial; disamping prinsip keseimbangan formal dan
prinsip keseimbangan informal pada karya masih dapat ditemukan
ciptaan yang berdasarkan prinsip keseimbangan yang lain, seperti
keseimbangan radial yaitu keseimbangan yang memberikan kesan
memusat atau sentral. Dalam prinsip keseimbangan radial terdapat
unsur penting yang diletakkan di pusat pada rancangan desainnya.
Pada karya senirupa dapat dikemukakan contoh yang banyak
dijumpai pada arsitektur. Penempatan bagian-bagaian dari tiap
jenjang yang tampak pada denah Candi Borobudur terasa adanya
unsur utama dalam keseluruhan bangunan yang dipentingkan,
yaitu induk stupa di puncak candi. Secara keseimbangan radial
semua unsur dari candi itu secara fisik terpusatkan pada induk
stupa di puncak.

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 9


3. Irama (Rhythm)
Irama adalah pengulangan simetris antara elemen-elemen yang
mempunyai hubungan yang dapat dikenal. Dalam arsitektur, pengulangan
dalam visual bangunan seperti irama garis, volume interior, perbedaan
warna, perbedaan gelap, bukaan, tiang dan kolom.
Dalam penciptaan karya seni untuk menekankan keseimbangan yang
mendukung gerak (movement) atau arah (direction) dengan menggunakan
unsur-unsur seni. Irama dapat dihayati secara visual atau auditif jika ada
gerak seperti yang dapat kita hayati pula di alam, misalnya irama dari
gelombang laut, gerakkan gumpalan awan, gelombang suara dari angin dan
lain sebagainya. Gerak atau arah tersebut dapat menggugah perasaan
tertentu seperti keberaturan, berkelanjutan, dinamika dan sebagainya.
Sesuai dengan kehadiran gerak dan arah tersebut maka irama yang tampil
dalam karya meliputi: irama berulang (repetitif): dapat dijumpai pada
penempatan jendela atau pintu pada sebuah bangunan dengan jarak yang
sama serta ukuran yang sama pula. Hal serupa dapat kita jumpai pada
susunan bagian-bagian dari suatu taman yang serba berulang dan teratur
sehingga menimbulkan kesan irama yang berulang.
Hakekat Irama adalah menelusuri sifat perseptual manusia dalam
memandang bangunan, dimulai dari mata yang meluncur ke bagian
bangunan, dari unit satu ke unit lainnya dengan teratur. Irama dapat
diperoleh dengan cara :
i. Pengulangan (repetisi)
- Garis
- Bentuk misal; jendela, pintu, kolom, dsb.
- Tekstur ; kasar, halus, kayu, batu, dsb.
- Warna
ii. Gradasi (perubahan)
- Dimensi
- Warna : dari gelap ke terang atau sebaliknya
- Bentuk : perubahan bentuk secara bertahap
iii. Oposisi

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 10


Adalah pertemuan garis pada sudut siku-siku, misalnya dalam
daun pintu, lemari, dinding, dsb.
iv. Transisi
Adalah perubahan pada garis-garis lengkung.
v. Radial
Adalah irama yang beradiasi pada sentral axis (sumbu sentral).
vi. Progresif
Irama progresif dibentuk oleh perubahan yang teratur, sedemikian
rupa sehingga bentuk mirip dengan yang lain. Jarak yang satu
dengan yang lain hampir sama. Dengan demikian tumbuh irama
progresif karena menunjukkan gerak/ perubahan progresif. Irama
naik, turun, naik turun dan sebaliknya. Tidak ada bentuk dan jarak
yang sama yang diulang.
Sedangkan jenis-jenis irama, antara lain;
- irama silih berganti (alternatif): dipakai dalam penciptaan karya
senirupa untuk tidak sekedar mengulang-ulang unsur-unsur seni
dalam bentuk dan warna yang sama, tetapi mencari kemungkinan
lain dalam usaha untuk menimbulkan kesan irama.
- irama laju/membesar atau mengecil (progresif): lebih mudah
dapat dihayati dalam seni gerak. Dalam penempatan unsur-unsur
garis, bentuk dan warna pada komposisi prinsip irama laju
(progresif) dapat dicapai dengan jarak dan arah tertentu.
- irama lamban atau beralun/ mengalir atau bergelombang: prinsip
ini kebalikkan dari irama laju yang dapat dicapai dalam karya
seni.
- Irama statis didapat dengan cara pengulangan bentuk, garis, dan
dimensi.
- Irama dinamis didapat dengan cara; pengulangan bentuk atau
garis dengan perletakan yang berbeda, pengulangan bentuk/garis
dengan jarak yang berbeda, pengulangan bentuk/garis dengan
dimensi yang berbeda.
- Irama terbuka dan tidak menentu didapat dengan cara
pengulangan bentuk/garis dengan jarak yang sama tanpa
permulaan dan akhiran.

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 11


- Irama tertutup dan tertentu didapat dengan cara; merubah bentuk
unit paling akhir, merubah ukuran/dimensi unit paling akhir,
kombinasi kedua-duanya, menambahkan dengan mencolok suatu
elemen di akhir irama.
4. Proporsi
Proporsi adalah prinsip dalam penciptaan karya untuk menekankan
hubungan satu bagian dengan bagian lain dalam usaha memperoleh
kesatuan melalui penggunaan unsur-unsur seni.
Proporsi sebagai prinsip dalam penentuan nilai estetik, oleh seniman
dipakai untuk memberikan kesan kesatuan bentuk ekspresi. Hal ini dapat
dilaksanakan berdasarkan perhitungan matetamtis dan ilmiah seperti pada
seni patung Yunani dn arsitektur Mesir, tapi juga berdasarkan emosi dan
intusi sesuai dengan kebebasan seniman.
Hukum proporsi yang dikenal adalah golden section dari orang
Yunani yang juga dipakai kembali oleh pematung dan pelukis pada masa
Rennaissance. Sejak awal masa filsafat Yunani orang telah berusaha untuk
menemukan hukum-hukum geometris didalam seni, karena apabila seni
(yang menurut mereka identik dengan keindahan) adalah harmoni,
sedangkan harmoni adalah proporsi yang cocok dari hasil pengamatan,
tentulah masuk akal untuk menganggap bahwa proporsi-proporsi tersebut
sudah tertentu. Maka proporsi geometris yang terkenal dengan nama
golden section itu selama berabad-abad dipandang sebagai jawaban dari
misteri seni ini dan ternyata pemakaiannya amat universal, tidak sekedar
didalam seni tetapi juga di alam, yang pada suatu saat diperlakukan dengan
menggunakan pandangan keagamaan.
Seringkali golden section dipergunakan untuk menentukan proporsi
yang tepat antara panjang dan lebar pada empat persegi panjang pada
jendela dan pintu-pintu, pigura-pigura serta buku atau majalah. Di Bali kita
kenal Hasta Kosala-Kosali yang berasal dari unit tubuh manusia untuk
mengukur proporsi bangunan.
Hasta Kosala Kosali merupakan Fengshui Bali, sebuah tata cara, tata
letak, dan tata bangunan untuk bangunan tempat tinggal serta bangunan
tempat suci yang ada di Bali yang sesuai dengan landasan Filosofis, Etis,

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 12


dan Ritual dengan memperhatikan konsepsi perwujudan, pemilihan lahan,
hari baik (dewasa) membangun rumah, serta pelaksanaan yadnya.
Dalam Hindu mengenal konsep tata letak bangunan yang dipercaya
akan berpengaruh kepada keberuntungan, nasib, bahkan nilai aura spiritual
dan kualitas energi yang dihasilkan oleh bangunan tersebut. Masyarakat
Bali menyebutnya Asta kosala-kosali dan Asta Bhumi. Asta kosala-kosali
dan Asta Bhumi merupakan bentuk konsep tata bangunan yang terkemas
dalam konsep keagamaan. Dalam asta kosala-kosali dijelaskan secara
terperinci tentang bentuk konsep bangunan dan juga alat-alat yang
digunakan dalam kegiatan masyarakat Hindu utamanya yang berhubungan
dengan pendirian tempat suci. Tentang kata Asta kosala-kosali itu
memiliki arti : Asta kosala-kosali adalah nama lontar/buku tentang ukuran
membuat rumah, Asia kosala adalah nama lontar/buku tentang ukuran
membuat menara atau bangunan tinggi, wadah, bade, usungan mayat,
Kosala berarti balai atau balai kambang di tengah-tengah telaga, Asta dan
hasta merupakan ukuran panjang 1 (satu) hasta yakni dari pergelangan
tangan sampai siku.

Gambar 8 Golden Ratio sebagai proporsi

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 13


Gambar 9 Pengukuran dalam Hasta Kosala-Kosali

5. Skala
Skala adalah suatu sistem pengukuran yang menyenangkan, dapat
dalam satuan cm, inchi, atau apasaja dari unit-unit yang akan diukur.
Gambar skala adalah dimensi yang diapaki untuk gambar sebagai
perbandingan, misalnya 1m struktur digambar 1cm dalam gambar. Jadi
ukuran dalam gambar, menyatakan ukuran sebenarnya dari bangunan.
Skala adalah kualitas yang membuat sebuah bangunan terlihat benar, tepat
dan nyata.
Dalam arsitektur yang dimaksud skala adalah hubungan yang
harmonis antara bangunan beserta komponen-komponennya, dengan
manusia. Segala sesuatu yang kita lihat selalu dibandingkan dengan ukuran
manusia. Elemen-elemen dan prinsip skala dapat menghasilkan skala-skala
yang baik yaitu :
- Skala akrab/intim menggunakan prinsip yang dapat menimbulkan
kesan lebih kecil dari besaran sesungguhnya. Skala akrab dapat
dicapai melalui: Pemakaian ornamen yang lebih kecil dari ukuran
standart/biasanya, pembagian yang lebih besar (pembuatan garis
bidang), penerapan skema bahan dan warna yang sederhana,
bentuk datar/rata), pertimbangan pencahayaan yang redup.
- Skala normal/manusiawi/alamiah dapat diperoleh dengan
pemecahan masalah fungsional secara wajar. Besarnya ukuran
dimana manusia bekerja adalah menurut fungsinya dan standar-
standar yang ada.

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 14


- Skala megah/heroic bersifat berlebihan dan dapat diperoleh
dengan : penerapan satuan yang lebih besar dari biasanya,
perletakan elemen yang berukuran kecil berdekatan dengan
elemen yang besar sehingga tampak perbedaan ukuran besarnya,
penerapan langit-langit tinggi.
- Skala mencekam, manusia sulit merasakan pertalian dirinya
dengan ruang. Umumnya, skala ini terdapat di alam bukan buatan
manusia.

6. Sequence/Urut-urutan
Menurut Ishar, urut-urutan adalah suatu peralihan/perubahan
pengalaman dalam pengamatan terhadap komposisi. Urut-urutan atau
peralihan/perpindahan ini mengalir dengan baik, tanpa kejutan yang tak
diduga, tanpa perubahan yang mendadak. Tujuan penerapan prinsip urut-
urutan dalam arsitektur adalah untuk membimbing pengunjung ketempat
yang dituju dan sebagai persiapan menuju klimaks. Urut-urutan
pengalaman meliputi persiapan (approach), pengalaman utama
(progression) dan akhiran (ending). Dalam persiapan kita membuat
pembingkaian, pandangan sepintas, atau peralihan agar apa yang kita lihat
tidak mengejutkan atau peringatan. Dalam pengalaman utama pengunjung
merasakan apa yang dilihat/dialami setelah masuk. Pada pengakhiran
pengunjung berhenti dan istirahat maka diperlukan pedoman orientasi atau
klimaks.
Kekuatan klimaks dapat diperoleh dengan cara :
- Membuat bentuk yang sama mirip dengan pengarahan tetapi lebih
besar.
- Memberi cahaya yang kontras dengan pengarahanya misal dengan
memberi lampu-lampu yang menembus dinding/atap dengan
memberi tirai kaca berwarna dan sebagainya.
- Perubahan tinggi mendadak, tetapi tidak ada kesamaan bentuk.

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 15


- Membuat bentuk yang lain sama sekali tidak mengejutkan karena
ada cukup persiapan/pengarahan.
Dalam suatu karya arsitektur yang baik terdapat :
- Urut-urutan dalam segi keindahan bentuk (ada proses menuju
klimaks)
- Urut-urutan dalam fungsi.
- Urut-urutan dalam struktur.
7. Aksentuasi/Dominasi (Emphasis)
Merupakan prinsip dalam penciptaan karya yang mengikat unsur-
unsur seni dalam kesatuan. Prinsip aksentuasi menampilkan pusat
perhatian dari seluruh kesatuan karya. Ada beberapa cara dalam
menempatkan aksentuasi, yaitu:
- pengelompokan yaitu dengan mengelompokkan unsur-unsur yang
sejenis. Misalnya mengelompokkan unsur yang sewarna, sebentuk
dan sebagainya.
- Pengecualian yaitu dengan cara menghadirkan suatu unsur yang
berbeda dari lainnya.
- Arah yaitu dengan menempatkan aksentuasi sedemikian rupa
sehingga unsur yang lain mengarah kepadanya.
- Kontras yaitu perbedaan yang mencolok dari suatu unsur di antara
unsur yang lain. Misalnya menempatkan warna kuning di antara
warna-warna teduh.
b. Ekspresi Estetika
Keindahan ekspresi timbul dari pengalaman dan dalam arsitektur pengalaman
yang dimaksud adalah pengalaman melihat atau mengamati. Oleh karena itu yang
dapat dilihat adalah bentuk, maka dalam arsitektur media untuk mendapatkan
keindahan arsitektur adalah bentuk bangunan.
Dengan pengalaman mengamati, memasuki, menempati kita dapat merasakan
sikap batin arsitek. Adapun elemen-elemennya adalah :
1. Karakter
Merupakan perwujudan antara ekspresi dan fungsi. Louis Sulivan :
“tampak luar banguan adalah cermin dari fungsi di dalamnya”. Karakter
merupakan aspek utama merancang yang bersifat menyeluruh setiap
keputusan di desain. Tema berkaitan erat dengan karakter. Aspek teknis

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 16


menyangkut pemenuhan syarat, fungsi dan struktur adalah karakter, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Karakter arsitektur yang khas akan menentukan eksistensi arsitektur
sebagai lingkungan buatan diantara lingkungan fisik dan budaya.
2. Warna
Warna dapat berperan untuk memperkuat bentuk dan mampu
memberikan kepada pikiran dan jiwa manusia yang melihatnya. Warna
menentukan karakter, juga dapat menciptakan suasana yang kita harapkan.
Di bawah ini beberapa karakter warna ditunjukkan dalam sifat;
- Kuning = bebas, ceria
- Kuning-hijau = tenang, menyenangkan
- Hijau = tenang, ramah cendekia
- Hijau-biru = angkuh, mantab
- Biru = keras, dingin
- Biru-ungu = sombong, suka menghayal tanpa kendali
- Ungu = tinggi, ekstrim
- Ungu-merah = tegang, peka
- Merah = panas, melelahkan urat syaraf
- Jingga = gembira, bergairah
- Jingga-kuning = lincah bergairah
- Abu-abu = menenangkan
- Biru telor asin = dapat dimakan, buah
- Biru-hitam = menekan
- Coklat hitam = menolak, menghindar, menjijikan
- Ros kulit telor ayam = ringan tangan, menyambut tamu, ramah
3. Style/gaya
Gaya sebagai salah satu penentu keindahan ekpresi merupakan cara
membangun atau merancang secara berbeda dengan yang lain. Gaya antara
lain dapat ditentukan menurut sejarah misalnya : gaya romanik byzantum,
barok, renaisans, gotik, internasional, post modern, dan lain-lain.
Pemakaian bahan bangunan, perbedaan iklim, penerapan detail-detail
sesuai pribadi arsitek.
4. Bahan/material

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 17


Bahan yang kita pakai dalam desain dapat menimbulkan kesan
tertentu misal;
- Bahan logam : menimbulkan kesan dingin, padat, keras.
- Kayu berpori : menimbulkan kesan hangat.
- Bahan kaca : bersifat tembus pandang dan memantulkan cahaya
dapat memberi kesan hidup dan ringan.
Pemakaian bahan/material akan menimbulkan suatu motif dan tekstur.
- Motif adalah ornamen dua atau tiga dimensi yang disusun menjadi
pola atau ragam tertentu. Motif dapat dibentuk oleh tekstur dan
bentuk. Susunan benda dalam ruang juga disebut motif. Motif
mempunyai arah gerak maka penempatan motif harus sejalan
dengan irama ruang. Pemanfaatan berbagai macam motif akan
menimbulkan kesan kacau.
- Tekstur adalah halus kasar permukaan benda, baik yang dapat
dilihat atau yang dapat diraba. Tekstur kasar punya kesan
maskulin dan haus mencerminkan hal-hal resmi/formal dan
anggun. Tekstur kasar dan tebal cenderung membuat ruangan
lebih kecil dan sempit. Tekstur licin dan ringan punya kesan luas
dan terang. Tekstur kasar mempunyai intensitas lebih gelap begitu
sebaliknya dengan tekstur licin.

I.3. Teori dan Langgam dalam Arsitektur


a. Pengertian Teori dalam Arsitektur
Arsitektur pada dasarnya tersusun dari seperangkat teori dan pernyataan yang
membentuk cakupan tersendiri dan penalaran tersendiri. Dalam pemahaman ini
nilai kebenaran dari teori di arsitektur dapat dikatakan sangat tidak mutlak tidak
seperti halnya ilmu pengetahuan alam atau matematika. Meskipun demikian dalam
pandangan ilmu pengetahuan arsitektur dapat didekatkan pada paradigma. Dimana
teori arsitektur merupakan kumpulan yang kadang-kadang terkait atau didasarkan
pada bidang keilmuwan lain. Arsitektur sendiri tersusun dari kesepakatan-
kesepakatan bagi para ilmuwannya terhadap teori-teori dan pernyataan yang
membentuknya.
Jika arsitek lebih menaruh perhatian terhadap pemikiran-pemikiran yang
berbeda di luar jangkauan tradisionalnya (master builder) sebenarnya adalah

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 18


merupakan fenomena baru, arsitek mulai berteori. Diawali pada abad pencerahan
arsitek yang dahulunya bungkam (karena porsi teori dan ilmu pengetahuan
didominasi filsuf) mulai berubah menjadi sosok yang memperhatikan posisinya
dalam masyarakat sebagai arsitek yang terpelajar dan intelektual. Penjelasan dan
pemahaman-pemahaman baru ini berupa konsep-konsep yang pada dasarnya
sudah merupakan dasar bagi tradisi penyusunan teori yang makin mempengaruhi
perkembangan arsitek dan sebagai awal kesadaran dalam usaha meletakkan
landasan dunia arsitektur kedalam kelompok ilmu pengetahuan. Tradisi ini
ditandai oleh empat alasan penting (Ven, 1991: XV) :
(a) kemunduran peranan agama
(b) adanya pengakuan masyarakat terhadap kedudukan arsitek secara
independent
(c) adanya perubahan sikap antara klien dan arsitek, sehingga terciptanya
dialog kultural yang kuat (sikap klien tidak memaksakan kehendak) dan
(d) adanya revolusi industri.
Dalam pandangan umum, pada dasarnya tidak ada arsitek yang melontarkan
sebuah teori setelah menyelesaikan karyanya yang pertama. Bila kita perhatikan,
bahkan tidak setiap arsitek berani menyusun teori kecuali beberapa diantaranya,
teori arsitektur dikemukakan oleh para arsitek yang telah menghasilkan banyak
karya. Kebanyakan teori-teori tersebut baru diakui setelah para arsiteknya tiada,
yaitu ketika karya-karya mereka diakui keberhasilannya karena mampu bertahan
terhadap waktu. Pengakuan itupun tidak mutlak, juga tidak abadi. Dilain waktu,
pada lain kesempatan, karya-karya mereka dijadikan titik tolak untuk menolak
teori arsitektur yang mereka ajukan.
Teori secara umum memiliki banyak arti. Beberapa pengertian dan fungsi teori
antara teori antara lain adalah merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup
mengenai penjelasan suatu faktor. Teori Arsitektur, dalam hal ini dipahami
sebagai pengandaian teori-teori yang tersusun sebagai unsur-unsur yang
membentuk arsitektur sebagai ilmu pengetahuan. Teori dalam arsitektur adalah
hipotesa, harapan dan dugaan-dugaan tentang apa yang terjadi bila semua unsur
yang menjadikan bangunan dikumpulkan dalam satu cara, tempat dan waktu
tertentu. Dalam teori arsitektur tidak dapat dirumuskan atau cara untuk
meramalkan bagaimana nasib rancangannya. Misalnya: tidak terdapatnya cara

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 19


untuk meramalkan bahwa menara Eiffel mulanya dianggap sebagai suatu cela di
kaki langit Paris dan kemudian menjadi lambang kota yang langgeng dan asasi.
Desain arsitektur sebagian besar lebih merupakan kegiatan merumuskan dari
pada kegiatan menguraikan. Arsitektur tidak memilahkan bagian-bagian, ia
mencernakan dan memadukan bermacam ramuan unsur dalam cara-cara baru dan
keadaan baru, sehingga hasil seluruhnya tidak dapat diramalkan. Oleh karena itu,
teori dalam arsitektur cenderung tidak seteliti dan secermat dalam ilmu
pengetahuan yang lain (objektif), suatu ciri penting dari teori ilmiah yang tidak
terdapat dalam arsitektur ialah pembuktian yang terperinci.
Teori yang berkembang di dunia arsitektur berasal dari kritikan, penafsiran,
dandeskripsi dari hasil pekerjaan yang telah dihasilkan dan berhasil membangun
opini masyarakat sehingga timbul pemahaman baru. Sejak pertengahan tahun
1960–an, teori arsitektur benar-benar telah menjadi interdisipliner; bergantung
pada kritis. Proyek perbaikan modernisme inidisajikan sebagai pembuatan teori
agenda baru untuk arsitektur, dilihat dari sudut pandangpolitik, etika, ilmu bahasa,
estetika, dan fenomenologi.
Teori Arsitektur, dalam hal ini dipahami sebagai pengandaian teori-teori yang
tersusun sebagai unsur-unsur yang membentuk arsitektur sebagai ilmu
pengetahuan.
Teori tentang Arsitektur, teori ini berusaha menyusun definisi dan deskripsi
medan pengetahuan yang tercakup dalam sebutan „arsitektur‟. Sasarannya adalah
menjelaskan kedudukan arsitektur dalam taksonomi ilmu pengetahuan yang
berlaku pada periode yang bersangkutan. Contoh yang paling terkenal adalah teori
arsitektur yang dikemukakan oleh Vitruvius berikut semua modifikasi dan
tiruannya. Teori-teori yang berkaitan dengan arsitektur dikemukakan untuk
memperlihatkan kelemahan, ketergantungan atau kelebihan arsitektur dari bidang
ilmu pengetahuan lainnya. Teori-teori dari jenis inilah yang paling banyak
dijumpai sehingga memperumit pemahaman mengenai apa yang dimaksud dengan
teori arsitektur. Sebagai contoh, teori bahasa arsitektur, fenomenologi arsitektur,
pendekatan sistem, dan seterusnya. Tiap teori jenis ini dapat dilacak ke sumber
ilmu pengetahuan masing-masing yang berada diluar arsitektur itu sendiri.
Teori Perancanaan dan Perancangan Arsitektur, yaitu teori yang secara
aplikatif membantu didalam proses dan pelaksanaan perancangan. Misalnya
adalah: teori pengolahan bentuk dan ruang. Dalam pada ini perlu dibedakan antara

Portofolio II Pengantar Arsitektur | 20

Anda mungkin juga menyukai