Anda di halaman 1dari 12

PENGANTAR ARSITEKTUR

UNSUR DAN PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN


BESERTA CONTOHNYA

DISUSUN OLEH:
ANDI ADHITYA NUGRAHA RAMADHAN
034 2023 0006
KELAS A1

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2023
1. Unsur-unsur perancangan
Unsur-unsur arsitektur adalah berbagai elemen yang membentuk suatu kesatuan
arsitektur. Artinya, arsitektur terdiri dari beberapa unsur terkecil yang menyokongnya agar
dapat menjadi utuh. Unsur-unsur utama timbulnya suatu bentuk adalah adanya titik, garis,
bidang, ruang,textur,dan warna Masing-masing unsur tersebut memiliki sifat dan dimensinya
sendiri-sendiri dalam desain.

Garis

Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia , garis adalah coretan panjang lurus, lengkung
atau bengkok. Garis merupakan elemen penting dalam seluruh formasi konstruksi visual.
Sebuah garis memiliki panjang dan arah, amun tiak memiliki lebar dan kedalaman. Berbeda
dengan titik yang hanya bersifat statis, garis menggambarkan jalur pergerakan sebuah titik
dan mampu menunjukkan arah, pergerakan dan pertumbuhan secara visual.garis dapat
digunakan untuk menggabungkan,menghubungkan,menopang,mengelilingi ataupun
memotong dalam elemen visual lainnya.
Garis juga digunakan untuk menjelaskan batas-batas serta memberikan bentuk kepada
bidang dan menegaskan permukaan bidang. dari bentuknya,sebuah garis merupakan
perpanjangan dari titik. Untuk memperlihatkan sebuah titik dalam ruang, titik tersebut
harus diproyeksikan secara linier menggunakan garis. dua buah titik meIukiskan seuah garis
yang menghubungkannya. meskipun titik-titik tersebut memberikan panjang tertentu pada
garis, garis itu juga dapat dianggap sebagai segmen dan garis yang panjangnya tidak
terbatas.
Sebuah titik yang diperpanjang akan mejadi sebuah garis. Secara konseptual, garis
memiliki panjang, tapi tanpa lebar maupun kedalaman. Jika sebuah titik secara alamiah
adalah statis, maka sebuah garis, dalam menggambarkan jalur pergerakan sebuah titik,
mampu mengekspresikan arah, pergerakan dan pertumbuhan secara visual. . Dalam seni
rupa ada beberapa jenis garis yang kita kenal antara lain :
garis lurus, garis
lengkung,
garis gelombang ,
garis bergerigi
garis putus putus.

Bentuk dan arah garis mempunyai kesan tersendiri. Garis lurus memberikan kesan yang
pasti, garis terputus-putus mengesankan keraguan, garis lengkung mengundang gerakan
yang lambat. Beberapa bentuk garis dalam hubungannya dengan pergerakan antara lain:
bergelung-gelung (meandering), menyimpang (discursive), melingkar (circuitous), berliku-
liku (looping), zig-zag, berupa busur, hiperbolik, sentrifugal dan sentripental.
Bentuk

Bentuk adalah segala hal yang memiliki diameter tinggi dan lebar.Bentuk menurut kamus
adalah lengkung , keluk , lentur , wujud atau rupa. Bentuk adalah sebuah istilah yang bisa
mengandung beberapa makna, bentuk bisa menunjukkan sebuah kondisi khusus misalnya
bentuk benda padat/solid atau cair. Dalam seni design istilah bentuk digunakan untuk
melambangkan struktur teratur suatu karya. Bentuk menawarkan rujukan baik pada
struktur internal maupun eksternal serta prinsip yang memberikan suatu kesatuan pada
keseluruhan.Bentuk adalah sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa makna. Ia bisa
merujuk pada sebuah penampilan eksternal yang dapat dikenali, seperti kursi atau tubuh
manusia yang mendudukinya.
Bentuk itu sendiri memiliki suatu bentuk dasar yang merupakan aspek prinsip yang
membantu kita mengidentifikasi serta mengatagorikan bentuk. Bentuk dasar merujuk pada
garis batas khusus sebuah figur bidang atau konfigurasi bidang permukaan atau suatu
volume. Dari geometri kita mengenal bentuk-bentuk dasar yaitu :

Lingkaran
Lingkaran adalah sebuah bidang yang melengkung di setiap titik yang memiliki jarak yang
sama dari sebuah titik pusat kedalam kurva tersebut.
Segitiga
Segitiga adalah sebuah figure bidang yang ditutup 3 sisi dan memiliki 3 buah sudut . Jumlah
besar ketiga sudutnya adalah 180°.
Persegi
Bujursangakar adalah sebuah figure bidang yang memiliki 4 sisi yang sama panjangnya dan
4 buah sudut tegak lurus.

Bentuk merupakan unsur perancangan yang paling dikenal dan banyak ditekankan
penggunaannya. Secara umum bentuk-bentuk tersebut dapat dikelompokkan pada bentuk
lurus, bersudut dan lengkung:
Bentuk lurus seperti segi empat, kotak, kubus
Bentuk bersudut seperti segi tiga, segi lima, piramid
Bentuk lengkung seperti lingkaran, bola, silinder

Bentuk merupakan unsur perancangan yang paling dikenal dan banyak ditekankan
penggunaannya. Secara umum bentuk-bentuk tersebut dapat dikelompokkan pada bentuk
lurus, bersudut dan lengkung:
Bentuk lurus seperti segi empat, kotak, kubus
Bentuk bersudut seperti segi tiga, segi lima, piramid
Bentuk lengkung seperti lingkaran, bola, silinder
Sifat atau karakter dari tiap bentuk masing-masing memberikan kesan tersendiri seperti:

Bentuk kubus atau persegi baik dua dimensi atau tiga dimensi memberikan kesan: statis,
stabil, formal, mengarah ke arah monoton dan masif (solid)
Bentuk segitiga dan yang meruncing memberi kesan: aktif, energik tajam serta
mengarah.
Bentuk bulat atau bola memberikan kesan: tuntas, bulat, selalu bergerak dan tidak
stabil.

Beragam bentuk dalam suatu perencanaan dan perancangan lansekap mempunyai


makna, arti atau kesan tersendiri. Merencanakan dan merancanga unsur-unsur bentuk harus
dilakukan dengan hati-hati agar perancangan suatu obyek dapat sesuai dengan fungsinya,
efektif, serasi dan estetis.

Bidang
Sebuah garis jika diperpanjang ke arah selain arah hakikatnya, maka ia akan menjadi
sebuah bidang. Secara konseptual, sebuah bidang memiliki panjang dan lebar, tapi tidak
memiliki kedalaman. 5 Jadi, bidang adalah perpanjangan dari garis ke arah yang bukan
hakikinya sengingga menciptakan lebar. Secara konseptual sebuah bidang yang ditentukan
oleh kontur garis yang membentuk batas-batas sebuah bidang. Didalam komposisi sebuah
konstruksi visual, sebuah bidang berfungsi untuk mendefinisikan batas-batas sebuah ruang.
Jika arsitektur sebagai suatu seni visual berurusan secara spesifik dengan formasi volume
tiga dimensional massa dan ruang, maka bidang dapat dianggap sebagai sebuah elemen
kunci didalam perbendaharaan arsitektural.

Fungsi bidang dalam arsitektur adalah pelindung dan pembentuk ruang. Dalam
perencanaan dan perancangan lansekap dibedakan atas bidang dasar, bidang pembatas, dan
bidang atap. Didalam desain arsitektur , terdapat 3 jenis bidang:

Bidang atas kepala


Bidang yang membentang dan melindungi ruang- ruang interior sebuah bangunan dari
elemen- elemen iklim atau bidang yang membentuk permukaan pada ruangan diatasnya.
Bidang dinding
Merupakan orientasi yang vertikal, sifat aktif didalam lingkup pandang kita yang normal,
serta memegang peranan yang penting dalam pembentukan dan penutupan sebuah bidang
arsitektural
c. Bidang dasar
Sebuah bidang lantai dasar yang berfungsi sebagai pondasi fisik dan dasar visual bentuk
bangunan, ataupun bidang atap yang membentuk permukaan penutup sebuah ruangan
dibawah tempat kita berjalan.
Textur
Sebuah garis jika diperpanjang ke arah selain arah hakikatnya, maka ia akan menjadi
sebuah bidang. Secara konseptual, sebuah bidang memiliki panjang dan lebar, tapi tidak
memiliki kedalaman. 5 Jadi, bidang adalah perpanjangan dari garis ke arah yang bukan
hakikinya sengingga menciptakan lebar. Secara konseptual sebuah bidang yang ditentukan
oleh kontur garis yang membentuk batas-batas sebuah bidang. Didalam komposisi sebuah
konstruksi visual, sebuah bidang berfungsi untuk mendefinisikan batas-batas sebuah ruang.
Jika arsitektur sebagai suatu seni visual berurusan secara spesifik dengan formasi volume
tiga dimensional massa dan ruang, maka bidang dapat dianggap sebagai sebuah elemen
kunci didalam perbendaharaan arsitektural.

Kualitas visual dan terutama indera sentuhan yang diberikan pada suatu permukaan
melalui ukuran, bentuk dasar, tatanan dan proporsi bagian-bagiannya. Tekstur juga
menentukan tingkat di mana permukaan sebuah bentuk merefleksikan atau menyerap
cahaya langsung. Daerah-daerah kecil yang bertekstur kasar dapat menyeimbangkan
daerah-daerah besar yang bertekstur halus. Perbedaan tekstur pada lantai dapat digunakan
untuk menunjukkan arah sirkulasi selain dapat juga digunakan untuk membedakan antara
ruang gerak dan ruang statis, serta menghindari rasa monoton dari areal yang luas.
Fungsi tekstur adalah untuk memberikan kesan pada persepsi manusia melalui
penglihatan visual, misalnya pada suatu bidang rata yang mempunyai perbedaan warna,
maka warna gelap terlihat sebagai bayangan warna terang sehingga timbul kesan bidang
tersebut tidak rata (Rustan Hakim, 1993: 91)

Ruang
Yoshinobu Ashihara dalam buku Exterior Design in Architecture (1986) berpendapat
bahwa: “Ruang pada dasarnya terbentuk oleh hubungan antara suatu benda (obyek) dengan
seorang manusia yang merasakan benda tersebut. Hubungan ini terutama ditentukan oleh
penglihatan, meski dapat juga dipengaruhi oleh pendengaran dan perabaan”.
Ruang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, baik secara
psikologi emosional maupun secara dimensional. Pada dasarnya ruang terbagi menjadi
ruang dalam dan ruang luar. Ruang dalam adalah suatu tempat yang dibatasi oleh tiba buah
bidang yaitu bidang lantai (the base plane), dinding (the vertical space divider) dan atap (the
overhead plane). Sedangkan ruang luar dapat dikatakan sebagai ruang tanpa atap.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ruang arsitektur adalah suatu tempat yang
dibatasi oleh tiga buah bidang, yaitu bidang lantai, bidang dinding dan bidang atap (langit-
langit). Sedangkan ruang luar/ruang terbuka dapat dikatakan sebgai ruang arsitektur tanpa
atap. Lantai ruang luar dapat terdiri dari hamparan tanah, rumput, bebatuan, aspal dan lain
sebagainya, sedangkan bidang dinding dapat berupa deretan pepohonan, tebing-tebing
tinggi, dinding bangunan di sekitarnya, pagar kawat berduri, pagar tembok, pagar bambu
dan sebagainya.
Masih menurut Yoshinobu Ashihara (1986) ruang luar adalah suatu ruang yang
diciptakan dengan membatasi alam. Ruang luar dipisahkan dari alam dengan sebuah
bingkai, dan bukan alam itu sendiri yang meluas dengan tak terbatas.

Warna
Suatu fenomena persepsi cahaya dan visual yang bisa digambarkan dalam hal persepsi
individu terhadap nilai rona, saturasi dan nuansa. Warna merupakan atribut terjelas dalam
membedakan sebuah bentuk dari lingkungannya. Ia juga merupakan beban visual sebuah
bentuk.Menurut Wikipedia warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu
cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang
cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer.

Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar antara
380-780 nanometer.Dalam peralatan optis, warna bisa pula berarti interpretasi otak
terhadap campuran tiga warna primer cahaya: merah, hijau, biru yang digabungkan dalam
komposisi tertentu. Misalnya pencampuran 100% merah, 0% hijau, dan 100% biru akan
menghasilkan interpretasi warna magenta.Dalam seni rupa, warna bisa berarti pantulan
tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan
benda.Misalnya pencampuran pigmen magenta dan cyan dengan proporsi tepat dan disinari
cahaya putih sempurna akan menghasilkan sensasi mirip warna merah. Setiap warna mampu
memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai kondisi sosial pengamatnya. Misalnya warna
putih akan memberi kesan suci dan dingin di daerah Barat karena berasosiasi dengan salju.

Kelompok-kelompok Warna
Warna-warna Hangat,Warna-warna sejuk, Warna-warna Netral
Sifat-sifat Warna
Hue
Hue adalah kualitas warna atau karakteristik yang membedakan satu warna dengan
warna lainnya.
Value
Value adalah derajat kecerahan warna atau gelap terangnya warna. Sesama warna biru
mempunyai derajat kecerahan yang berbeda-beda.
Chroma
Chroma ialah intensitas warna atau derajat kemurnian warna. Warna-warna yang tidak
murni terjadi karena tercampur dengan warna-warna penetral, yaitu hitam, putih atau abu-
abu.
Tint, Tone dan Shade
Tint yaitu warna asli dicampur warna putih. Tone yaitu warna asli dicampur warna abu.
Shade yaitu warna asli dicampur warna hitam.
Cahaya
Cahaya tidak sekedar menerangi suatu benda agar dapat dilihat, lebih dari itu dia
memberi efek nilai estetis lebih terhadap suatu karya. Cahaya mengakibatkan terjadinya
terang gelap dan bayang-bayang sehingga memunculkan dinamika yang turut menentukan
mutu keindahan suatu karya seni. Kualitas maupun kuantitas cahaya yang menerpa sebuah
lansekap akan mempengaruhi keseimbangan yang terasa. Untuk daerah bayangan padat
akan terlihat sebagai massa besar dan tebal, sedangkan daerah yang penuh sinar matahari
terlihat sebagai benda dua dimensi yang datar. Dalam hubungannya dengan warna maka
daerah yang terkena cahaya matahari akan terlihat menonjol, sementara itu daerah yang
berada dalam bayangan terlihat menyurut.
Cahaya dan bayangan juga dapat digunakan dalam kombinasi untuk menciptakan suatu
ilusi akan kedalaman yang lebih besar pada tapak-tapak kecil atau untuk memusatkan pada
latar depan pada tapak-tapak yang lebih besar. Fungsi cahaya penerangan di malam hari
dalam Arsitektur Lansekap (Rustam Hakim, 2003) adalah sebagai berikut:
Penerangan cahaya untuk ruang tempat kegiatan (parkir, plaza dan pedestrian) F
Penernaran cahaya untuk sirkulasi
Penerangan cahaya untuk tanaman/pepohonan
Penerangan cahaya untuk perabot lansekap
Penerangan cahaya untuk kolam/air mancur
Penerangan cahaya bagi benda seni (patung, ornamen lansekap)
Untuk mendapatkan cahaya terang, peletakan sumber cahaya dapat dibagi menjadi tiga
bagian.
Sumber cahaya di atas manusia
Sumber cahaya setinggi manusia
Sumber cahaya di bawah mata manusia
Dilihat dari segi arah sumber cahaya, dibedakan atas:
Arah cahaya tegak lurus ke bawah
Arah cahaya tegak lurus ke atas
Arah caya membentuk sudut
2. Prinsip-Prinsip Perancangan
Di dalam ilmu arsitek, terdapat 7 (tujuh) prinsip dasar dalam mendesain arsitektur
bangunan yang wajib diketahui. Adapun ketujuh prinsip tersebut di antaranya adalah
sebagai berikut:

Keseimbangan (Balance)
Prinsip utama dalam segala macam komposisi adalah keseimbangan (balance). Dalam
ilmu arsitek, keseimbangan merupakan suatu kualitas nyata dari setiap objek di mana
perhatian visual dari dua bagian pada dua sisi dari pusat keseimbangan (pusat perhatian)
adalah sama/ seimbang. Saat mendesain sebuah bangunan, anda cukup mengimajinasikan
garis pada bagian tengah suatu objek bangunan arsitektur, sehingga kedua sisi memiliki
visual yang sama Demikian juga diterapkan juga saat anda menata mebel maupun dekorasi
dinding interior bangunan.

Desain arsitektur yang baik adalah desain yang seimbang. Untuk itulah prinsip dalam
desain arsitektur selanjutnya adalah balance. Keseimbangan dalam desain arsitektur sendiri
dibagi menjadi dua. Prinsip keseimbangan desain arsitektur adalah keseimbangan yang
simetris. Menentukan komposisi keseimbangan yang simetris terbilang cukup mudah. Cukup
imajinasikan terdapat garis pada bagian tengah-tengah objek arsitektur dan apakah kedua
sisi memilik visual yang serupa atau seperti reflektif.

Hal ini bisa berlaku dalam penataan perabot dan furnitur, dekorasi dinding, fasad, serta
penataan denah bangunan. Selain desain arsitektur yang simetris, keseimbangan juga bisa
dicapai dengan komposisi desain arsitektur asimetris, di mana penataan sengaja dibentuk tak
seimbang dengan menitikberatkan kontras pada salah satu titik atau sisi dalam ruang.
Prinsip desain arsitektur asimetris terbilang cukup beresiko karena diperlukan sense of art
yang tinggi untuk bisa membuat komposisi desain arsitektur asimetris yang terlihat estetis
dan baik.

Keseimbangan (Balance)
Prinsip utama dalam segala macam komposisi adalah keseimbangan (balance). Dalam
ilmu arsitek, keseimbangan merupakan suatu kualitas nyata dari setiap objek di mana
perhatian visual dari dua bagian pada dua sisi dari pusat keseimbangan (pusat perhatian)
adalah sama/ seimbang. Saat mendesain sebuah bangunan, anda cukup mengimajinasikan
garis pada bagian tengah suatu objek bangunan arsitektur, sehingga kedua sisi memiliki
visual yang sama Demikian juga diterapkan juga saat anda menata mebel maupun dekorasi
dinding interior bangunan.

Irama (Accentuation & Rhythm)


Adalah elemen desain yang dapat menggugah emosi terdalam. Visual irama ditandai
dengan sistem pengulangan unsur visual yang dapat dikenal dan diingat dengan mudah
secara teratur.
Prinsip irama dalam sebuah desain arsitektur sendiri terbagi menjadi dua jenis. - Irama
statis yang merupakan suatu metode pengulangan dengan pola yang sama dan selalu
konsisten. - Irama dinamis di mana metode pengulangannya dapat menggunakan pola yang
bervariasi. Penentuan irama juga dapat diperoleh melalui 5 (lima) cara, sebagai berikut:
Pengulangan, yang dapat berupa garis, tekstur (misal: kasar, halus, kayu, batu), bentuk
(misal: jendela, pintu, kolom), dan warna
Gradasi/perubahan bertahap, yang dapat berupa dimensi, warna, dan bentuk
Oposisi, yang dapat berupa pertemuan garis pada sudut siku-siku. Misalnya dalam daun
pintu, lemari, dan dinding
Transisi, yang dapat berupa perubahan pada garis-garis lengkung 5. Radial, yaitu irama
yang beradiasi pada sumbu sentral
Contoh penerapan irama dalam desain arsitektur ini adalah bangunan The Roman
Colosseum. Bangunan yang cukup terkenal dan bersejarah di Roma, Italia ini memiliki
irama yang cukup indah dan unik dalam arsitektur. Bangunan yang dirancang untuk
menampung 50.000 orang penonton pertunjukan gladiator ini berbentuk lengkungan
struktur arch berulang. Meskipun terbilang desain yang klasik, desain arsitek The Roman
Colosseum tak lekang oleh waktu.
Dalam desain arsitektur, yang dimaksud irama adalah penataan dari sebuah elemen yang
harmonis. Elemen inipun bisa bervariasi mulai dari bentuk, warna, hingga perabot dan
dekor ruangan. Prinsip irama dalam desain arsitektur sendiri dibagi menjadi dua jenis irama.
Pertama adalah irama statis. Dalam desain arsitektur, irama statis merupakan pengulangan
dengan pola yang sama dan konsisten. Contohnya bisa seperti peletakkan kolom dengan
jarak setiap 3 meter secara konsisten.
Pengaplikasian lainnya bisa dalam bentuk pengaplikasian dekorasi hiasan dinding seperti
bingkai foto dengan posisi dan jarak yang sama secara konsisten. Prinsip desain arsitektur
irama yang kedua adalah irama dinamis, di mana faktor penentu pengulangan irama bisa
lebih dari satu aspek dan bervariasi. Dalam desain arsitektur, contoh dari pengaplikasian
prinsip irama dinamis adalah pola warna pada fasad rumah atau fasad bangunan yang
diselang-seling secara teratur dan konsisten.
Contoh dalam warna misalnya coklat-putih-hijau. Penerapan lain dalam desain arsitektur
bisa seperti penataan perabot kursi – meja – kursi – kursi – meja – kursi dan seterusnya.

The Roman Colosseum. Bangunan yang cukup terkenal dan bersejarah di Roma, Italia
ini memiliki irama yang cukup indah dan unik dalam arsitektur. Gambar diunduh dari
Freepik Premium
Penekanan (Aksen)
Penekanan suatu hal yang penting atau menyolok dari suatu bnetuk atau ruang menurut
besarnya, potongan atau penempatan secara relatif terhadap bentuk-bentuk dan ruang-
ruang lain dari suatu organisasi (Ching, 1994). Desain yang baik mempunyai titik berat yang
menarik perhatian, bisa dicapai melalui perulangan ukuran, kontras, susunan dan hal yang
tak terduga.

Skala (Scale)
Skala dalam desain arsitektur merupakan perbandingan dari ruang atau bangunan
dengan lingkungan atau elemen arsitektur lainnya. Penentuan skala juga terkait dengan
ukuran bangunan yang ada di dekatnya. Di sini, peran arsitek/penyedia jasa arsitektur
sangat penting dalam proses desain.
Dalam ilmu arsitek, setidaknya terdapat 3 (tiga jenis) prinsip skala, di antaranya adalah
sebagai berikut:
Skala intim Menggunakan prinsip yang dapat menimbulkan kesan lebih kecil dari
besaran yang sesungguhnya. Skala intim dapat diperoleh melalui pemakaian ornamen
yang lebih besar dari ukuran standar. Skala intim juga dapat diperoleh melalui
pertimbangan cahaya. Misalnya pemberian cahaya redup pada ruang makan yang dapat
menimbulkan kesan intim.
Skala normal/manusiawi/natural Dapat diperoleh dengan pemecahan masalah
fungsional secara wajar. Misalnya penggunaan/pemasangan pintu, jendela, maupun
elemen lainnya dengan ukuran yang mengikuti standar.
Skala monumental/megah/heroik Bersifat berlebihan dan kelihatan megah. Cara ini
dapat diperoleh dengan penerapan ukuran yang lebih besar daripada ukuran biasa,
peletakan elemen yang berukuran kecil dan berdekatan dengan elemen yang berukuran
besar sehingga tampak perbedaan ukurannya, maupun penerapan langit-langit tinggi
layaknya di sebuah gereja, masjid, maupun mall.

Contoh penerapan skala monumental/ megah/ heroik dalam desain arsitektur. Terlihat
langit-langit tinggi pada sebuah masjid. Gambar diunduh melalui Freepik Premium
Proporsi (Proportion)
Dalam ilmu arsitek, proporsi merupakan hasil perhitungan yang bersifat rasional dan
terjadi bila dua buah perbandingan adalah sama. Artinya, proporsi harus memperhitungkan
kesesuian dimensi dari sebuah elemen arsitektur dengan lingkungan sekitarnya, seperti
lokasi, posisi, maupun objek lainnya. Jika prinsip proporsi ini diabaikan dalam mendesain,
dapat dikatakan sebuah bangunan memiliki kesan yang kurang nyaman saat dilihat.

roporsi merupakan kesesuaian dimensi dari elemen arsitektur dengan lingkungan sekitar
dan juga fungsi serta aspek arsitektural lainnya seperti lokasi, posisi, dan juga dimensi obyek
lainnya. Ini berlaku pada semua desain arsitektur bangunan.

Kesatuan (Unity)
Seperti kita ketahui bersama, bahwa setiap desain memiliki bentuk yang bermacam-
macam. Namun, bagaimana caranya agar dapat terlihat harmonis saat disatukan menjadi
sebuah produk desain arsitektur? Saat itulah dibutuhkan prinsip kesatuan.

Kesatuan dalam desain arsitektur merupakan keterpaduan dari beberapa unsur menjadi
satu kesatuan yang utuh dan serasi. Dalam hal ini, seluruh unsur saling menunjang dan
membentuk satu kesatuan yang lengkap, tidak berlebihan, dan juga tidak kurang.

Bagaimana caranya? Jawabannya adalah dengan penerapan tema desain. Misalnya,


memiliki berbagai jenis kursi yang berbeda di sebuah ruangan. Untuk menerapkan prinsip
kesatuan, maka dibutuhkan pemberian elemen khusus dengan tema seragam. Misalnya
dengan memberi bantal kursi yang warnanya sama. Dengan begitu, komposisi dari beberapa
kursi tadi dapat terlihat lebih harmoni
DAFTAR PUSTAKA

Ching, Francis D.K. 1994. Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Susunannya. Erlangga.
Jakarta.
Hendraningsih dkk. 1982. Peran, Kesan dan Pesan Bentuk-bentuk Arsitektur.
Djambatan, Jakarta.
Mangunwijaya, YB. (1995). Wastu Citra. Jakarta: Penerbit Gramedia.
(2010). Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku. Pengantar ke Teori, Metodologi dan
Aplikasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Laurens, Joyce Marcella. (2004). Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT
Grasindo.
IAI. Website resmi IAI Jakarta. https://iai-jakarta.org/informasi/lingkup-pekerjaan-
arsitek di akses tanggal 30 September 2019
https://www.arsitur.com/2017/11/unsur-unsur-desain-dalam-arsitektur.html
https://hallofflames.blogspot.com/2013/02/pengantar-arsitektur-unsur-unsur.html
https://media.neliti.com/media/publications/65791-ID-studi-penerapan-prinsip-prinsip-
desain-p.pdf
https://www.dekoruma.com/artikel/64511/prinsip-dasar-desain-arsitektur
https://eticon.co.id/prinsip-desain-arsitektur/

Anda mungkin juga menyukai