ARSITEKTUR
Nama Kelompok :
• QUALISIGN
• SINSIGN
• LEGISIGN
• Adalah tanda-tanda yang berdasarkan su
atu sifat.
• Merupakan tanda yang memiliki kualitas
atau sifat tertentu.
• Misalnya : Warna merah berarti panas,
hangat, larangan, bahaya, cinta, sosialis
me dsb
SINSIGN (SINGULAR SIGN) :
• IKON
• INDEKS
• LAMBANG/ SIMBOL
IKON
• adalah tanda yang mirip
dengan obyek yang
diwakilinya,tanda yang
memiliki ciri-ciri yang
sama dengan apa yang
dimaksudkan.
• Misalnya : Peta adalah
ikon dari wilayah yan
digambarkannya
• Cap Jempol dalah ikon
dari jempol seseorang
• Pas Foto adalah ikon
dari orang tersebut.
INDEKS:
• merupakan tanda yang
memilikihubungan sebab-
akibat dari apa yang
diwakilinya, atau disebut
juga tanda sebagai bukti.
• Contohnya: Asap dan
Api. Adanya Asap
menunjukkan adanya Api.
• Jejak telapak kaki ditanah
merupakan tanda indeks
adanya orang yang
melewatinya.
• Tanda tangan
menunjukkan keberadaan
orang tersebut.
SIMBOL
(Lambang) :
• Merupakan tanda
berdasarkan konvensi atau
peraturan atau perjanjian yang
disepakati secara bersama-
sama.
• Simbol tersebut baru dapat
dimengerti dan dipahami kalau
orang sudah mengerti arti yang
disepakat sebelumnya.
• Contoh simbol : Gambar gelas
berkaki adalah simbol barang
yang mudah pecah, pesan agar
hati-hati membawa dan
mengririmnya.
Semiotika arsitektur mengajak kita untuk merenungkan berbagai hal yang
terkait dalam bentuk arsitektur dan susunan tata ruang. Berdasarkan
semiotika, arsitektur dapat dianggap sebagai “teks”. Sebagai teks arsitektur
dapat disusun sebagai “tata bahasa (gramatika) sebagai berikut :
• Dari segi sintaksis dapat dilihat sebagai tanda-tanda tata ruang dan kerja
sama antara tanda-tanda tersebut
• Dari segi semantik dapat dilihat sebagai hubungan antara tanda dengan
denotatumnya atau yang menyangkut arti dari bentuk-bentuk arsitektur.
• Dari segi pragmatik dapat dilihat pengaruh (efek) teks arsitektur
terhadap pemakai bangunan.
Contoh:
Dalam kalimat berikut, B menjawab pertanyaan A dengan setidaknya tiga
kemungkinan arac untuk menyatakan ”belum” atau “tidak ingin makan”.
A : siang ini kamu sudah makan?
B(1) : saya belum makan. Tapi saya tidak ingin makan.
B (2) : saya sudah makan barusan. (berbohong)
B(3) : saya masih kenyang, kok.
Pemanfaatan semiotika dalam arsitektur merupakan upaya
arsitek untuk mengajak masyarakat awam memahami
karyanya dengan cara berkomunikasi. Selain memiliki
denotatum primer (denotasi) yaitu fungsi, karya-karya
arsitekturyang dianggap sebagai tanda juga memiliki
denotatum sekunder (konotasi) yaitu maknaatau pesan yang
terkandung.
Dalam semiotikaarsitektur pesan yang terkadung (signified)
dalam obyeknterbentuk dari hubungan antara pemberi tanda
(signifier) dan fungsi nyata atau sifat benda.
ANALISIS SECARA SEMIOTIKA
• Sebuah gambar dapat dianalisis secara Semiotika
dalam tiga tahap:
• DENOTATIP
• KONOTATIP
• IDIOLOGI
Pertama : TAHAP DENOTATIP
• Yaitu tahap mencatat semua tanda visual yang ada
m dalam gambar tersebut.
• Contoh :
• Ada gambar rumah, pohon, manusia, kursi, sendok
dsb
– Teksturenya kasar, lembut atau keras
– Warnanya merah, hijau, kuning
• Pada tahap ini hanya informasi data yang dapat
disampaikan.
Kedua : TAHAP KONOTATIP
• Apabila dalam tahap Denotatip kita memahami yang
TERSURAT maka dalam tahap Konotatip kita membaca yang
TERSIRAT.
• Contoh :
• Gambar yang tersenyum menunjukkan keramahan,
kegembiraan. Namun tersenyum dapat juga mengekspresikan
sesuatu yang lain misalnya senyum kecut menunjukkan
kekurang senangan.
• Teksur Kasar menyiratkan Emosi, Ekspresi, gerakan yang
kuat. Untuk memahami makna Denotatip ini unsur-unsur lain
gambar harus dipahami.
Ketiga : TAHAP IDIOLOGI
• Pada tahap ini kita memahami apa yang menjadi
pandangan hidup dan nilai –nilai yang berlaku dalam
masyarakat.
• Contoh:
• Wajah yang tersenyum secara umum berarti
keramahan, sambutan.
Church of the L
ight,
Japan
Karya Tadao Ando
Denah Sketsa Interior
Masjid Salman ITB
Karya Ahmad Noe'man
Atap
Kubah Masjid Salman ITB yang
berbentuk cekung seperti sebuah
cawan besar merupakan konsep
pemikiran dalam arsitektur
modern terlepas dari aturan-
aturan tradisional pada masjid-
mesjid sebelumnya yang identik
dengan penggunaan kubah.
Pola-pola vertikal-horizontal pada masjid Salman dapat dilihat dari deretan kolom-kolom
penyangga yang memikul atap, serta dinding kerawang sebagai elemen dekoratif berfungsi
sebagai peredam sinar matahari secara horisontal. Konsep ini menggambarkan perwujudan dari
fungsi masjid yang memiliki kegunaan untuk segala kegiatan dengan menerapkan prinsip-prinsip
arsitektur yang fungsional dan nyaman Penggunaan kolom penyangga yang berdiri tegak dan
kokoh secara semiotika dapat dikatakan sebagai hubungan antara manusia dengan Tuhan yang
ada di atas. Manusia yang kecil seakan tidak berdaya dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa,
sehingga manusia wajib mengagungkan Tuhan dalam segala tindakan dan perbuatannya.
Akses Masuk
Tangga atau undakan merupakan peralihan antara batas luar dengan batas suci
masjid, perbedaan ketinggian memberikan makna keagungan rumah Allah untuk
memilih kepadaNya .
Secara konotatif kehadiran masjid Salman ITB memiliki makna bahwa semua
Jamaah di lingkungan kampus ITB telah melangkah lebih dekat kepada Tuhan.
Dengan kata lain seluruh jamaah di lingkungan ini harus mampu menghayati,
mendasarkan dan memusatkan kehidupan mereka pada nilai-nilai yang islami
dalam seluruh aspek kehidupan mereka.
Eksterior dan interior
Bangunan luar berkesan berat dan dingin karena dari beton,
sedangkan suasana di dalam ruang shalat terasa sangat
hangat, akrab dan nyaman karena didominasi pemakaian
material kayu jati ekspos baik pada lantai, dinding, dan plafon
serta efek lampu temaram yang secara dramatis keluar dari
balik persembunyiannya.