Anda di halaman 1dari 21

Tugas AR 5213/Teori dan Kritik Arsitektur/Laporan

Pemikiran dan Karya Alejandro Aravena

25215005 25215007
Raden Muh. Amanda Catalonia , Padhang Harryndra , Tri Amartha
Wiranata 25215013

Abstrak

Alejandro Aravena adalah seorang arsitek asal Chili yang telah berhasil
menerapkan pola pikir sintesis dan desain partisipatoris melalui karya-karyanya.
Konsistensinya dalam menyelami dunia perumahan sosial telah banyak
membantu masyarakat dalam bidang-bidang kemanusiaan, terutama
perumahan. Makalah ini secara sistematis akan menguraikan biografi Alejandro
Aravena dan keseluruhan proses yang melatarbelakangi pemikirannya dalam
mengatasi permasalahan perumahan sosial. Selanjutnya akan dibahas juga
mengenai beberapa karya yang merepresentasikan pemikirannya, difokuskan
pada kasus perumahan sosial dan pengaruh relevansi serta implementasinya
pada masa kini, dan apabila diterapkan di Indonesia. Data-data terkait diperoleh
melalui beberapa sumber buku serta penelusuran internet. Saat ini, Alejandro
Aravena dengan jelas merespon tantangan kebutuhan sosial masyarakat yang
lebih besar.

Kata kunci : Alejandro Aravena, sintesis, partisipatoris, perumahan sosial

Pendahuluan

Desain Partisipatoris (Participatory Design) merupakan sebuah metode


yang menyertakan masyarakat ke dalam suatu proses perancangan hingga
proses implementasi. Metode desain partisipatoristelah lama dibahas dalam
dunia arsitektur, Salah satu tokoh Arsitek yang menerapkan prinsip ini adalah
Alejandro Aravena.
Alejandro Aravena (48) adalah seorang arsitek yang berbasis di Santiago,
Chili. Dia dinobatkan sebagai penerima Pritzker ke-41 pada tahun 2016. Dia
membangun generasi baru arsitek yang memiliki pemahaman holistik
lingkungan dan telah jelas menunjukkan kemampuan untuk menghubungkan
antara tanggung jawab sosial, desain, habitat-ruang hidup manusia, ruang kota,
serta penerapannya di masa kini dalam menghadapi tantangan sosial dan
tuntutan ekonomi. Setiap proyeknya menunjukkan perancangan yang bijak
dalam penggunaan material yang tepat guna, serta komitmen untuk
menciptakan ruang publik untuk manfaat komunitas yang lebih besar. Aravena
telah menciptakan lingkungan yang kaya akan aktivitas sosial, menarik, serta
kualitas ruang yang ramah lingkungan. Dia melakukan pendekatan pada
proyeknya dengan pendekatan desain, dimana tanpa mengikuti standar-standar
konvensional yang telah ditentukan sebelumnya. Selain memahami material dan
konstruksi, Aravena juga mengerti tentang pentingnya karya arsitektur sebagai
media untuk berkomunikasi yang dapat menjangkau berbagai kalangan dan
lapisan masyarakat.

1
Apa yang benar-benar membedakan Aravena dengan arsitek lainnya
adalah komitmennya pada isu-isu perumahan sosial. Sejak tahun 2000, ia dan
rekan-rekannya melalui Elemental telah secara konsisten menyadarkan
masyarakat melalui karya-karyanya dengan tujuan sosial yang jelas. Mereka
telah membangun lebih dari 2.500 unit hunian dengan menggunakan solusi
arsitektural yang imajinatif, fleksibel, dan secara langsung untuk rumah sosial
yang hemat biaya.

Pembahasan makalah ini akan difokuskan kepada metode desain partisipatoris


yang diterapkan Aravena untuk membangun tipologi perumahan sosial (landed
housing) pada masa kini.

Biografi Alejandro Aravena

Arsitek Alejandro Aravena lahir pada tanggal 22 Juni 1967 di Kota


Santiago, Chili. Dia merupakan alumni Universidad Catolica de Chile, lulus pada
tahun 1992 kemudian pada tahun 1994 membuka konsultan Alejandro Aravena
Architects. Dari tahun 2001 dia telah memimpin Elemental, yang berfokus
pada proyek-proyek publik dan terutama yang memberikan pengaruh sosial,
termasuk perumahan, ruang publik, infrastruktur, dan transportasi.
Elemental pernah terlibat pada proyek-proyek di Cili, Amerika serikat, Cina
dan Swiss. Setelah gempa bumi dan tsunami 2010 yang melanda chili, Elemental
diminta untuk merekonstruksi kota Constitucion, Cili. Mitra Aravena di Elemental
adalah Gonzalo Artaga, Juan Cerda, Victor Oddo, dan Dieo Torres.
Alejandro Aravena adalah Direktur Venice Architecture Biennale 2016,
pernah menjadi pembicara TED Global di Rio de Janeiro, Brasil, pada tahun 2014.
Dalam TED dia membahas tentang kekuatan dari sintesis, pentingnya melibatkan
komunitas serta masyarakat dalam melakukan suatu proses desain perumahan.
Dia adalah anggota dari salah satu dari tim Juri Pritzker Architecture dalam
periode 2009-2015.
Pada tahun 2010 ia diangkat sebagai Internasional Fellow dari Royal
Institute of British Architects dan diidentifikasi sebagai salah satu dari 20
pahlawan baru dunia oleh majalah Monocle. Dia adalah Anggota Dewan Program
Kota dari London School of Economics sejak 2011; Regional Advisory Anggota
Dewan David Rockefeller Pusat Studi Amerika Latin; Anggota Dewan dari Swiss
Holcim Foundation sejak 2013; Dasar Anggota dari Chili Masyarakat Kebijakan
Publik; dan Pemimpin Helsinki Design Lab untuk SITRA (Suomen itsenisyyden
juhlarahasto), yaitu Dana Inovasi dari Pemerintah Finlandia. Dia adalah salah
satu dari 100 tokoh yang berkontribusi terhadap Global Summit Rio +20 pada
tahun 2012.
Aravena adalah Profesor yang mengajar di Harvard Graduate School
Design pada tahun 2000 dan tahun 2005. Pada tahun 2005 mengajar juga di
Instituto Universitario di Architettura di Venezia. Pada tahun 1999 mengajar di
Architectural Association dan London School of Economics. Dia telah menjadi
Ketua ELEMENTAL Copec di Universidad Catlica de Chile sejak tahun 2006.
Beberapa karya literatur yang pernah ditulis:

2
Los Hechos de la Arquitectura (Architectural Facts, 1999)
El Lugar de la Arquitectura (The Place in/of Architecture, 2002)
Material de Arquitectura (Architecture Matters, 2003)

Karya tulisan tentang Aravena sudah dipublikasikan di lebih 50 negara.


Seperti:

Electa mempublikasikan monografi Alejandro Aravena; progettare e construire


(Milan 2007)
Toto mempublikasikan tentang Alejandro Aravena; The Forces in Architecture
(Tokto , 2011)
Hatje-Cantz mempublikasikan monografi yang khusus membahas proyek
perumahan sosial dari Elemental: Incremental Housing and Participatory Design
Manual (Berlin, 2012), yang diperkenalkan pada Eksibisi Internasional Arsitektur
ke-12 la Biennale di Venezia.

Gambar 1. Kronologi daftar proyek-proyek yang pernah dikerjakan oleh Alejandro Aravena,
sebagai Principal Alejando Aravena Architects, dan ELEMENTAL.

Sumber : Alejandro Aaravena. The forces in Architecture (2011)

Sudut Pandangnya dalam Arsitektur


Sebagai seorang arsitek yang telah lama bekerja dalam proyek
perumahan sosial, ia banyak melakukan pendekatan terkait dengan isu-isu
lingkungan, ekonomi dan sosial yang kemudian menjadi kekuatan dalam
desainnya dan juga ciri khas aravena sendiri, yakni the power of synthesis as a

3
problem solving architecture. Proses sintesis dalam problem solving architecture
ini mengadopsi pemikiran utama yang melibatkan sebuah komunitas ke dalam
konsepnya, dan lebih dikenal dengan salah satu prinsip participatory design :
bring the community into process.
The Power of Synthesis
Aravena berpendapat bahwa kekuatan sintesis (the power of synthesis)
merupakan kekuatan dalam penyelesaian desain. Semakin kompleks
problematika desain yang dihadapi, semakin dibutuhkan adanya sebuah
penyederhanaan (simplicity).
If there's any power in design, that's the power of synthesis. The more
complex the problem, the more the need for simplicity- Alejandro Aravena.
(http://www.ted.com/talks/alejandro_aravena/)

Dalam konteks perumahan sosial, kekuatan sintesis desain yang diterapkan


Aravena dapat membuat efisiensi pada penggunaan sumber daya yang paling
langka di kota bukanlah dalam wujud uang, melainkan adanya suatu koordinasi.
Kemampuan masyarakat untuk membangun sendiri, kemampuan masyarakat
untuk peka terhadap lingkungannya, dan kemampuan sumber daya alam, secara
menyeluruh perlu diterjemahkan ke dalam suatu bentuk. Bentuk yang dimaksud
bukanlah hanya dalam perwujudan material seperti semen, batu bata ataupun
kayu, melainkan kualitas kehidupan masyarakatnya itu sendiri.

Participatory Design : Bring the Community into Process


Desain partisipatoris lahir dari berbagai macam pengaruh sosial, politik,
dan hak asasi pada tahun 1960-70an, di mana banyak masyarakat di Barat
menginginkan peningkatan peran dalam kebijakan di setiap aspek kehidupan,
dan siap untuk berpartisipasi dalam aksi bersama berdasarkan kesamaan minat
dan nilai. Para Arsitek dan perancang kota mulai mencari cara untuk melibatkan
masyarakat dalam berbagai aspek desain dari lingkungan binaan (Sanoff 1978).
Kesadaran masyarakat akan keterlibatan langsung dalam mendefinisikan
lingkungan fisik dan menambah kesadaran sosial, terjadi pada tahun 1960-an,
sebagai bentuk pergerakan baru. Melalui pergerakan ini, pusat desain
masyarakat (Community Design Center) yang berada di Amerika serikat dan
Inggris, program ini menargetkan untuk menawarkan media dan sarana kepada
masyarakat berpenghasilan rendah agar memiliki kesempatan untuk
mengutarakan dan merealisasikan desain milik mereka sendiri. Rencana Program
bantuan pemerintah mendorong pergerakan ini, untuk meningkatkan
pengembangan kemasyarakatan.
Melalui program ini, orang-orang di luar tenaga profesional diperbolehkan
untuk membuat pilihan dalam segi desain, perencanaan serta pembiyaan.
Masyarakat diberikan hak untuk berpartisipasi dalam perencaan maupun
implementasi secara sukarela, tentunya dengan dukungan teknis dari profesional
(Sanoff, 2005).
Dalam buku International Handbook of Participatory Design (Toni
Robertson, 2012), desain partisipatoris didefinisikan sebagai proses dari
investigasi, memahami, menyadari, mendirikan, mengembangkan, serta

4
mendukung pembelajaran bersama secara multi-disiplin dalam tindakan kolektif.
Partisipan terdiri dari dua peran prinsip sebagai sang desainer dan sang
pengguna, di mana desainer berusaha untuk mempelajari realitas situasi dari
pengguna, sebaliknya sang pengguna berusaha untuk menafsirkan tujuan yang
diinginkan serta mempelajari sarana teknologi yang tepat untuk menyampaikan
hal tersebut. Dua peran prinsip utama mencerminkan dua aspek mendasar dari
Desain Partisipatoris.
Desain Partisipatoris menurut Sanoff (2011) merupaka suatu sikap tentang
suatu daya untuk mengubah dalam menciptakan dan mengolah lingkungan
binaan bagi manusia. Kekuatannya adalah sebuah pergerakan yang melintasi
batasan tradisional profesi dan kultur. Aktifitas dari partisipasi masyarakat
berprinsip bahwa lingkungan akan bekeja dengan baik apabila masyarakat-
penghuni aktif dan terlibat dalam menciptakan dan mengatur, dibanding hanya
diperlakukan sebagai konsumen yang pasif.

Gambar 2. llustrasi tentang kebutuhan, dan solusi tanpa adanya partsisipasi

Sumber : : Introducao ao Desenho Urbano; Rio de Janeiro: Pini, 1990

Partisipasi masyarakat pada proses perencanaan desain muncul sebagai


pergerakan akibat berkembangnya realitas, bahwa sesuatu yang tidak terurus
(mis-management) dari sebuah lingkungan fisik merupakan faktor penyumbang
terbesar terhadap memburuknya kualitas sosial dan ekonomi di dunia.
Bagaimana memungkinkannya agar orang-orang dapat terlibat?, studi-nya telah
dilakukan hingga puluhan tahun belakangan. Berangkat dari pengalaman proses
partisipasi, diketahui bahwa kunci kepuasan serta keberhasilan, tidak terletak
pada pemenuhan suatu kebutuhan tersbut, tetapi pada perasaan ikut
mempengaruhi hasil keputusan desain (Sanoff, 2011).

5
Desain partisipatoris dalam konteks pembangunan perumahan sosial yang
diterapkan Aravena menciptakan sebuah sistem terbuka (open system) yang
mampu melibatkan semua sumber daya yang ada untuk dimanfaatkan dan
berpartisipasi dalam sebuah pembangunan. Seperti yang dikatakan Aravena:
Given the magnitude of the housing shortage, we wont solve this problem
unless we add peoples own resources and building capacity to that of
governments and market. That is why we thought of putting in place an
OPEN SYSTEM able to channel all the available forces at play. In that way
people will be part of the solution and not part of the problem.
(http://www.elementalchile.cl/en/projects/abc-of-incremental-housing/)

Partisipasi pembangunan yang dimaksud termasuk partisipasi fisik maupun


non-fisik seperti halnya menampung aspirasi yang di inginkan, dan problematika
kontekstual yang menjadi keluhan masyarakat. Dengan cara itu, penghuni
perumahan sosial yang umumnya berkekurangan ini akan sekaligus menjadi
bagian dari solusi desain, bukan menjadi masalah dalam desain.
"Be able to start far away from Architecture as possible."
(Alejandro Aravena - ArchDaily Interviews, 2016)

Seringkali kesalahan seorang arsitek dalam memecahkan problematika


perumahan sosial, ialah bertanya pada dirinya sendiri, desain seperti apa yang
bagus diterapkan? tanpa menyelami, mempedulikan, dan bertanya lebih dalam
pada masyarakatnya itu sendiri, apa yang sebenarnya mereka butuhkan?.
Dalam memulai suatu pemecahan masalah, cobalah untuk tidak memikirkan
aspek yang berkaitan dengan bentuk-bentuk arsitektur. Aspek sosial merupakan
hal yang krusial di mana arsitek perlu terjun langsung berbicara dan memahami
masyarakat. Kemampuan dan pengetahuan dalam merancang baru akan
digunakan untuk merespon suara masyarakat penggunanya. Di situlah salah
satu letak partisipatorisnya.
The Force in Architecture :
Architecture should be an added value, rather than a cost."
(Alejandro Aravena - ArchDaily Interviews, 2016)

Arsitek tidak akan mungkin menyelesaikan secara utuh problematika


perumahan sosial tanpa adanya added value pada desain yang melibatkan
masyarakat penggunanya. Hal ini dianggap mutlak oleh Aravena, karena kita
berada dalam ranah arsitektur, bukan sebagai seorang pembuat kebijakan
maupun ahli ekonomi. Masalah yang ada memang sangat kompleks sehingga
tentunya akan melibatkan unsur ekonomi, politik, bahkan kondisi sosial. Di
sinilah kita membutuhkan the force atau kekuatan tambahan untuk
menyelesaikan problematika yang kompleks tersebut. Yang terkadang kita
lupakan the force yang dimaksud adalah sumber daya manusia dari
masyarakatnya itu sendiri. Aravena menganggap keterlibatan
masyarakat/penduduk setempat sebagai salah satu potensi sumber daya
pembangunan yang krusial. Mereka adalah orang-orang yang lebih memahami
kondisi mereka, apa yang mereka perlukan, dan kita sebagai arsiteklah yang
membantu mewujudkannya.

6
Aravena, dalam bukunya The force in architecture (2011) ingin mengubah
pendekatan dalam desain perumahan sosial (social housing), yang seringkali
dilihat sebagai sesuatu yang negatif, atau hal yang harus dilakukan karena
tidak ada jalan lain dan tidak adanya sumber daya. Pada dasarnya
pembangunan social housing merupakan suatu proyek yang memanfaatkan
sekecil apapun sumber daya yang tersedia dalam memulai, memfiltrasi sesuatu
yang tidak terlalu berguna, dengan sampai tepat pada inti permasalahannya.

Konsep Perumahan Sosial : Rumah Tumbuh (Incremental Housing)


Menurutnya, Alejandro Aravena (2011) isu perumahan bukan hanya
mengenai aspek kelayakan. Perumahan merupakan masalah yang jauh lebih
kompleks daripada itu, lebih membutuhkan kualitas proses pembangunan yang
profesional daripada sekedar sumbangan sosial. Kualitas yang professional
seringkali hilang dalam sebuah rantai pencapaian added value dalam desain.
Untuk itulah dibutuhkan prinsip partisipatoris yang mengandalkan masyarakat
setempat sebagai bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah.
Namun di sisi lain, kita akan menghadapi fakta bahwa sumber daya yang ada
tidaklah mencukupi. Dalam mengatasi hal ini, umumnya pasar akan melakukan
dua hal : Mengurangi dan memindahkan. Mengurangi ukuran rumah, cenderung
akan mengancam kualitas hidup penghuni di dalamnya, dan memindahkan atau
bahkan menggusur pada daerah yang tidak layak, akan memisahkan para
penduduk dari kesempatan dan peluang-peluang. Dalam konteks arsitektur,
kemampuan desain dilatih untuk menghadapi kompleksitas berbagai macam
aspek tanpa mengurangi hal-hal yang dibutuhkannya. Maka akan terjadi suatu
proses berulang yang saling membutuhkan hubungan timbal balik, yang dapat
menyeimbangkan antara laju pertambahan penduduk dan perbedaan level
ekonomi satu sama lain. Untuk itulah, Aravena dan timnya mengajukan prinsip
desain rumah tumbuh.
Dalam penjelasan Aravena pada suatu proyek Elemental mengenai
penerapan konsep rumah tumbuh (http://www.elementalchile.cl/en/projects/abc-
of-incremental-housing.pdf), ia menyatakan bahwa jika kondisi tidak
memungkinkan untuk melakukan apapun, maka fokuslah pada permasalahan
sebagai berikut:
a. Apa yang lebih sulit (untuk kemudian lebih dipermudah)
b. Apa yang tidak mampu dilakukan secara individual
c. Apa yang akan memastikan kepentingan umum di masa yang akan datang
Aravena dan timnya juga menjelaskan beberapa kondisi ideal dalam konsep
rumah tumbuh yang dimaksud, diantaranya :
1. Lokasi yang baik
2. Memungkinkan adanya pertumbuhan yang harmonis (dibangun dengan
strategi untuk kemungkinan ekspansi dan modifikasi pribadi)
3. Tata letak kota dan lingkungan yang memungkinkan interaksi sosial
berlangung
4. Struktur yang memungkinkan skenario akhir pertumbuhan rumah yang
telah diekspansi dan dimodifikasi.
5. Rumah dengan tipe kelas menengah.

7
Dengan kata lain, pastikan kita mampu menyeimbangkan ketiga aspek berikut :

Low-Rise high
density

Without Overcrowding With Possibility of expansion


(from social housing to middle class dwelling)

Gambar 3. Segitiga keseimbangan Konsep Rumah Tumbuh

Sumber : http://www.elementalchile.cl/en/projects/abc-of-incremental-housing.pdf

Pada bagian berikutnya akan dibahas beberapa contoh karya yang


merepresentasikan pemikiran-pemikiran Alejandro Aravena.

8
Quinta Monroy Housing (2004), Iquique, Chile

Gambar 4. Quinta Monroy Housing

Sumber : http://www.archdaily.com/10775/quinta-monroy-elemental

Data Bangunan :

Arsitek : Elemental - Alejandro Aravena, Alfonso


Montero, Toms Cortese, Emilio de la Cerda
Lokasi : Iquique, Tarapac, Chili
Luas Area : 5.000 m2
Proyek Tahun : 2003
Teknisi : Juan Carlos de la Llera & Jos Gajardo.
Waktu pengerjaan : 9 bulan
Klien : Gobierno daerah de Tarapac / Programa Chili-
Barrio del Gobierno de Chile.
Kontraktor Dan Pelayanan : Proingel, Abraham Guerra, Constructora
Loga SA
Anggaran Biaya : US $ 204 (2,5 Juta Rupiah) / meter
persegi
Material : Beton & Semen batu bata
Area terbangun : 3500 m2

9
Proyek ini mengakomodasi 100 keluarga yang tinggal di daerah kumuh yang
telah berusia 30 tahun, menggunakan subsidi sebanyak USD $ 7500 ( 100 Juta
Rupiah) dengan luas yang diperbolehkan untuk tiap unitnya ialah 36 m 2 dan
akan dibangun di lahan seluas 5.000 m 2. Biayanya akan berkisar tiga kali dari
kemampuan penghuni social housing. Tujuan mempertahankan perumahan
adalah untuk menjaga jaringan sosial dan ekonomi keluarga mereka yang telah
diciptakan dekat dengan pusat kota, bukannya mengusir keluarga ke pinggiran.
Alejandro menginginkan keluarga keluarga tersebut untuk tinggal di rumah
yang sesuai standar kelas menengah. Tak ada satupun arsitek yang dapat
memecahkan masalah tersebut. Jadi Alejandro memikirkan tipologi bangunan
yang dapat membuat penggunaan tanah sangat efisien dan sebagai rumah yang
memungkinkan untuk ekspansi. Alejandro menyediakan tiap keluarga dengan
setengah atau sebagian rumah yang merupakan bagian yang sulit untuk mereka
bangun sendiri dan mereka diberi ruang untuk ekspansi dan menyelesaikan
rumah dengan daya mereka sendiri.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diasumsikan 1 rumah = 1 keluarga =
1 lot, namun hanya mampu menampung 30 keluarga pada lahan. Untuk masalah
rumah-rumah yang terisolasi, mereka sangat tidak efisien dalam hal penggunaan
lahan. Itulah sebabnya perumahan sosial cenderung untuk mencari tanah yang
biaya sesedikit mungkin. Tanah yang jauh dari peluang kerja, pendidikan,
transportasi dan kesehatan yang biasanya kota tawarkan. Ini adalah cara untuk
mengatur dan lebih cenderung melokalisasi perumahan sosial di daerah kota
yang miskin, menciptakan kesenjangan, konflik sosial dan ketidakadilan.
Untuk membuat penggunaan tanah lebih efisien, Alejandro memulai
dengan sebaris rumah, jika dia banyak mengurangi lebar rumah, sehingga sama
dengan lebar rumah yang lain maka mereka hanya mampu mengakomodasi 66
keluarga. Masalah dengan tipologi seperti ini adalah setiap kali suatu keluarga
ingin menambahkan ruang baru, akses ke cahaya dan ventilasi akan terhalang
kamar sebelumnya. Selain itu pertimbangkan pula privasi penghuninya, karena
sirkulasi harus dilakukan melalui kamar yang lain. Menurut Alejandro itu
bukanlah efisiensi, namun kepadatan penduduk dan percampuran.

Gambar 5. Proses Partisipatoris, Berupa Workshop untuk komunitas setempat, untuk menampung
ide serta solusi desain.
Penerapan Konsep rumah tumbuh yang berkembang setelah ditempati selama 2 tahun. Sumber :
(2011). The Forces in Architecture.

10
Melalui proses partisipatoris Aravena menemukan solusi, berupa
penerapan tipologi bangunan bertingkat, tentunya dengan modifikasi. Hal ini
merupakan solusi yang sangat efisien dalam hal penggunaan lahan. Setiap
rumah memiliki setidaknya dua ruang yang dibangun awal.

Gambar 6. Diagram Incremental Housing

Sumber : http://www.archdaily.com/10775/quinta-monroy-elemental

Hal pertama yang dilakukan Alejandro ialah menemukan cara baru dalam
memandang masalah, merubah pola pikirnya dengan mengalikan dana US $
7.500 (100 Juta Rupiah), yaitu biaya setiap unit sebanyak 100 kali, sehingga
dengan dana US $ 750.000 (10 Miliar Rupiah) akan dapat dibanguntanah yang
dapat menampung 100 keluarga serta kebutuhan ekspansinya.
Aravena berasumsi bahwa setiap bangunan akan melakukan ekspansi
kecuali pada lantai dasar dan lantai atas. Alejandro akan lebih memfokuskan
pada sebuah bangunan yang hanya memiliki lantai dasar dan lantai atas.
Alejandro berpikir bahwa social housing harus dilihat sebagai investasi, bukan
sebagai beban. Jadi Aravena harus membuat subsidi awal sehingga dapat
menambah nilai properti tersebut dari waktu ke waktu. Semua orang ketika
membeli sebuah rumah berharap untuk meningkatkan nilainya. Hal ini sangat
penting untuk diperhatikan, karena Chili akan menghabiskan 10 miliar dolar
dalam 20 tahun ke depan untuk mengatasi defisit perumahan. Namun pada
skala keluarga kecil atau menengah kebawah, bantuan berupa subsidi untuk
mereka merupakan bantuan terbesar yang pernah ada. Jadi apabila bantuan
subsidi untuk masyarakat tersebut dapat meningkat nilainya dari waktu ke
waktu, hal tersebut dapat menjadi titik balik untuk meninggalkan kemiskinan di
Chile.
Elemental telah mengidentifikasi suatu kondisi-kondisi desain di mana
unit perumahan dapat meningkatkan nilai dari waktu ke waktu tanpa harus
meningkatkan jumlah uang subsidi yang ada. Hal yang pertama di lakukan ialah
jumlah penduduk harus mencapai kepadatan yang sesuai dengan lahan, agar
mampu membayar lahan yang sangat mahal. Masyarakat harus menjaga
jaringan dari peluang yang ditawarkan kota untuk mempertahankan lahan. Hal
ini juga berpengaruh pada perkuatan ekonomi tiap keluarga, sebab lokasi yang
baik adalah kunci untuk meningkatkan nilai properti.

11
Kedua, penyediaan ruang fisik untuk penambahan anggota keluarga, telah
terbukti menjadi isu utama dalam mengembalikan kehidupan ekonomi dari
sebuah keluarga miskin. Di antara ruang privat dan publik, diperkenalkan ruang
kolektif pada sekitar 20 keluarga. Ruang kolektif merupakan ruang milik bersama
dengan akses terbatas, ruang bersosialisasi yang memungkinkan masyarakat
dapat hidup dalam kondisi sosial yang rapuh.
Ketiga, 50% dari masing-masing unit akan dibangun sendiri oleh pemilik
rumah, bangunan harus cukup berongga untuk memungkinkan setiap unit
memperluas strukturnya. Bangunan awalnya yang disediakan, harus
memberikan pendukung seperti tersedianya struktur ataupun kerangka untuk
menghindari efek negatif dari pembangunan oleh pemilik rumah, pada

lingkungan perkotaan, selain itu juga untuk memudahkan proses ekspansi.

Pada perancangan rumah kecil sekitar 30 meter persegi, Aravena hanya


menyediakan setengah dari rumah tersebut. Ini berarti perubahan seperti
penambahan dapur, kamar mandi, tangga, dinding partisi dan semua bagian
yang tidak tersedia pada bangunan awal dirancang dan dibangun sendiri oleh
pemilik rumah dengan batas maksimal luasan 72 meter persegi.
Pada akhirnya ketika uang yang diberikan itu cukup untuk membangun
sebagian atau setengah dari rumah mereka, yang harus dilakukan ialah
membangun setengahnya.
Gambar 7. Quinta alasan dari pembangunan setengah dari mereka ialah
Monroy Housing
untuk memberikan mereka kesempatan untuk berpartisipasi dan berkontribusi
Sumber : http://www.archdaily.com/10775/quinta-monroy-elemental
dalam arsitektur sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. hal tersebut
merupakan pemikiran dari Aravena dalam hal menangani masalah kemiskinan.

12
Monterrey Housing (2010), Monterrey, Mexico

Gambar 8. Monterrey Housing

Sumber : http://www.archdaily.com/52202/monterrey-housing-elemental

Arsitek : ELEMENTAL
Lokasi : Monterrey, Meksiko
Luas Area : 6.591,0 m2
Proyek Tahun : 2010
Teknisi : Area of projects and technological
innovation, IVNL
Klien : Instituto de la Vivienda de Nuevo Len (IVNL)
Urbanisasi & Spesialisasi : Area of projects and technological innovation,
IVNL
Luasan Rumah Eksisting : 40 m2
Perluasan Luas Rumah : 58.75 m2
Luasan Area Duplex Eksisting : 40 m2
Perluasan Area Duplex : 76,60 m2

Santa Catarina adalah kota dengan 230.000 penduduk, terletak di negara


bagian Nuevo Len, di barat laut Meksiko. Proyek ini adalah proyek pertama
Elemental yang berada diluar Negara Chili. Pemerintah Nuevo Len, Mxico,
meminta Elemental untuk merancang 70 rumah di lahan yang memiliki luasan
sekitar 0,6 hektar di lingkungan kelas menengah, daerah Santa Catarina.
Pemerintah menyarankan kepadatan yang disediakan harus sesuai dengan
pengembangan di proyek Iqueque. Namun, iklim di Santa Catarina sangat
berbeda dari iklim utara Chili. Curah hujan per tahun yang dibutuhkan ialah 600
mm untuk mengadaptasi proposal dari Elemental. Komisi untuk mengembangkan
lingkungan kelas menengah ini memberikan pembiayaan US $ 20.000 (267 Juta

13
Rupiah) per hunian hampir dua kali lipat dari dana untuk proyek perumahan
yang dibangun di Chili. Namun standar pengerjaan konstruksi dan biaya tiap
material secara signifikan akan meningkatkan biaya konstruksi. Pada kasus ini
sangat erat kaitannya dengan anggaran negara dalam membangun perumahan,
sehingga perlu di kontrol biaya yang akan timbul dari pembangunan tersebut
maka dari itu diperlukannya melakukan ekspansi.
Elemental Monterrey terdiri dari tiga lantai bangunan berkelanjutan.
Rumah pada lantai pertama dengan apartemen dua lantai di atasnya. Bagian

yang pada tahap pertama ialah kedua unit apartemen dengan luasan sekitar 40
m2. Dalam hal ini, bagian-bagian penambahan seperti kamar mandi, dapur,
tangga, dan dinding pembagi dirancang untuk skenario Perluasan unitnya. Untuk
rumah lebih perluasannya kira kira lebih dari 58 m 2 dan apartemen tidak lebih
dari 76 m2.

Mengingat bahwa hampir 50% dari m 2 kompleks akan dibangun oleh


kontraktor, bangunan ini akan direncanakan berongga atau memiliki space untuk
penambahan yang akan dilakukan nantinya tetapi tetap dalam suatu sistem
struktur dengan unit yang awalnya. Pada bangunan terdapat atap yang saling
berhubungan di atas bagian void dan penambahan untuk melindungi zona
ekspansi dari hujan.
Dari beberapa pengalaman yang di dapat dilapangan bahwa masyarakat
kelas bawah cenderung mendapatkan ruang terbuka hijau mereka melalui ruang
terbuka yang ada pada lingkungan sekitar. Untuk mengatasi masalah tersebut
Alejandro menempatkan ruang hijau disekeliling bangunan, dengan mengurangi
Gambar 9. Monterrey Housing
seminimal mungkin jarak antara ruang komunal dan rumah. Hal ini
Sumber : http://www.archdaily.com/52202/monterrey-housing-elemental
memungkinkan untuk menciptakan sebuah ruang kolektif dengan akses aman
sehingga memberikan ruang untuk berinteraksi sosial serta mudah dalam
pemeliharaan dan perawatan.

14
Villa Verde Housing (2013), Constitucion, Chile

Gambar 10. Villa Verde Housing oleh perusahaan Elemental

Sumber : http://www.archdaily.com/447381/villa-verde-housing-elemental

Arsitek : ELEMENTAL
Lokasi : Constitucin, Constitucin, Maule, Chile
Area : 5688.0 m2
Tahun Proyek : 2010
Collaborators : Philip Zurman
Structural Engineering : Patricio Bertholet
Konstruksi : Icafal
Civil And Plumbing Engineering : Fernando Montoya
Electrical Engineering : Ramn Prado

Dimulai dari Sebuah perusahaan kehutanan bernama Arauco yang


menggunakan jasa Elemental pada tahun 2009 untuk mengembangkan sebuah
rencana untuk mendukung para pekerja mereka terkait kepemilikan rumah.
Elemental diminta untuk mengembangkan satu set tipologi dalam kebijakan
perumahan saat ini untuk wilayah Fondo Solidario de Vivienda. Desain ini akan
menjadi kontribusi sekaligus subsidi perusahaan untuk pekerja mereka.

Dalam proyek ini untuk pertama kalinya Elemental mendapatkan


kesempatan memikirkan desain terkait kebijakan perumahan setempat.
Pengembangan tipologi yang inovatif dan kompetitif, akan memberikan
kesempatan untuk memperluas kontribusi bagi perumahan sosial. Daripada
mengeluarkan tipologi yang biasa saja, Elemental lebih berusaha menerapkan
konsep rumah tumbuh sebagai prioritasnya dengan komponen yang lebih
kompleks. Inovasi ini dimungkinkan karena mendapat dana langsung dari Arauco
dan dalam jumlah permintaan yang cukup besar dan potensial. Direncanakan
total 9000 unit dalam 30 kota berbeda.

15
Gambar 11. Villa Verde Housing oleh perusahaan Elemental

Sumber : http://www.archdaily.com/447381/villa-verde-housing-elemental
Proyek ini diperuntukkan bagi perumahan rakyat dan perkotaan dengan
jumlah sekitar 10.000-20.000 jiwa. Dalam area ini perumahan memiliki dampak
yang besar bagi kawasannya. Umumnya sering ditemukan standar-standar urban
yang masih berada di bawah kelayakan, sehingga kontribusi dalam bentuk
apapun akan lebih diterima.

Alejandro Aravena memulai lompatan besar dalam karirnya sebagai arsitek


yang mendalami perumahan sosial. Melalui Elemental, konsep Aravena tentang
incremental housing (rumah tumbuh) yang mengadopsi pemikiran partisipatoris
mulai banyak dikenal. Terlebih lagi konsep desainnya mampu memecahkan
permasalahan perumahan sosial yang dinilai sangat kompleks. Dikutip dari
pernyataan pada interviewnya melalui dezeen magazine :

Architect are never taught the right thing


(http://www.dezeen.com/2016/01/13/alejandro-aravena-interview-pritzker-prize-
laureate-2016-social-incremental-housing-chilean-architect/)

Bahwa arsitek tidak pernah mampu memikirkan hal yang sepenuhnya benar,
oleh karena itu Alejandro Aravena lebih memilih untuk mengembalikan kepada
masyarakat setempat sebagai participant untuk solusi desain yang
dianggapnya tepat guna. Aravena memberikan mereka suatu wadah ruang yang
fleksibel, di mana mereka lebih mampu untuk mengaktualisasikan diri,
memodifikasi, bahkan mengekspansi sesuai dengan kemampuan masing-
masing. Ini merupakan problem solving yang dinilai sangat efektif juga efisien
untuk menjawab tantangan perumahan sosial pada berbagai negara di masa
kini.

Relevansi untuk di kembangkan di Indonesia


Menurut Aravena, ada 3(tiga) tantangan urbanisasi yang dihadapi sebuah
kota, yaitu 3S Menace, scale, speed, and scarcity (skala, kecepatan, dan
kelangkaan)(TED,2014), yaitu, jumlah manusia, kecepatan-pembangunan,
kelangkaan tanah dan kenaikan harga tanah. Penambahan penduduk yang

16
sangat masif, apabila tidak terpecahkan secara komprehensif akan
memunculkan daerah-daerah kumuh, dan perumahan informal-illegal. Apabila
solusi-nya tidak disikapi dengan bijak oleh pemerintah, bisa timbul konflik antara
masyarakat dan pemerintah. Pendekatan yang dilakukan Aravena untuk proyek-
proyek perumahan masyarakat di Chili dilakukan melalui pendekatan partisipasi
Instrumental, di mana proses partisipasi dilihat sebagai suatu cara untuk
mencapai sasaran tertentu (Mikkelsen,2011). Elemental, dengan Alejandro
Aravena sebagai prinsipal berkomitmen pada proyek sosial housing untuk
melakukan pendekatan partisipatoris terhadap warga. Warga yang berada di
lokasi eksisiting, dan tentunya akan menjadi calon pengguna-penghuni,
dilibatkan langsung dalam proses inisiasi desain dan dalam proses rencana
pengembangan di masa mendatang, sehingga warga memiliki keterikatan dan
peran terhadap hasil keputusan.
Akhir dari proses ini, ternyata menemukan suatu bentuk desain bangunan
hunian dengan tipologi yang baru. Dalam beberapa kasus di kota-kota Chili ini
berhasil membuahkan titik temu antara kebutuhan dari warga yang akan
direlokasi dan keinginan dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas lingungan
perumahan warga berpenghasilan rendah-nya, tanpa harus disertai konflik.
Di Indonesia kasus-kasus relokasi perumahan warga belakangan ini
seringkali diwarnai dengan konflik antara masyarakat dan pemerintah. Konflik
terjadi terutama di kota-kota padat penduduk di Indonesia, akibat relokasi
dengan cara dipindah paksa atau penggusuran. Pendekatan Partisipatoris ini
mungkin bisa menjadi salah satu solusi untuk kondisi di Indonesia. Sebagai
catatan, apabila metode ini akan diterapkan di indonesia diperlukan studi
terpisah yang lebih mendalam mengingat ada perbedaan antara kebijakan
pemerintah, kultur dan budaya penduduk Chili dengan penduduk di Indonesia.

Kebijakan (Policy) yang perlu diciptakan agar desain bisa berjalan


Pengembangan perumahan dengan basis partisipasi-partisipatori
masyarakat, bisa merupakan suatu bentuk pencerminan dari demokrasi,
sebagai suatu bentuk penyaluran aspirasi rakyat. Pemerintah meregulasi,
mengatur serta mengawasi penyediaan perumahaan yang sudah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 Republik Indonesia. Dengan wewenang
melalui Pemerintah Daerah serta Walikota dan serta kerjasama dengan
Pemerintah Pusat, proyek dengan pendekatan partisipatoris untuk perumahan
rakyat di Indonesia mungkin bisa diwujudkan.

17
Gambar 12. Diagram Kerangka Penanganan Perumahan kumuh, dan Peran Pemerintah Daerah

Sumber: Rencana Teknokratik RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) sub Bidang
Perumahan untuk tahun 2015-2019. Bappenas

Dalam kondisi tertentu, dapat dipercepat prosesnya, tentunya dengan


dukungan dari pihak yang berwenang, misalnya dari Pemda dan Walikota.
Dalam proses perancangan ada beberapa cara yang bisa ditempuh. Pertama,
bisa melalui sebuah pengajuan proposal langsung kepada pemerintah
(pendeketan down to top). dilanjutkan, dengan pengajuan sayembara yang
diselenggarakan oleh IAI (Ikatan Arsitek Indonesia), dengan pemerintah sebagai
fasilitator serta kliennya. Proses pengajuan proposal secara langsung harus
melaui pendekatan yang proaktif dari institusi-pendidikan pemerintah, organisasi
atau lembaga swadaya, melalui survey, studi awal, dan interaksi langsung
dengan masyarakat. Sebagai laporan, hasil dokumentasi proses kegiatan serta
hasil nya diserahkan kepada pemerintah. Harapannya hasil dari desain, akan
bisa di realisasikan. Apabila melalui sayembara arsitektur, mungkin peran IAI
sebagai organisasi arsitek menjadi penting untuk melakukan pendekatan
persuasif kepada pemerintah, untuk membantu merealisasikan proyek-proyek
perumahan rakyat yang berbasis partisipatori. Hal ini bisa merupakan
pendekatan solutif di mana bisa mengurangi potensi konflik masyarakt-
pemerintah, selain itu juga bisa menyelesaikan permasalahan ruang kota itu
sendiri.
Apabila kita mempelajari Undang-Undang, arah kebijakan yang diambil
pemerintah, memang dirasa perlunya melakukan reformasi kebijakan
perumahan, karena masih ada permasalah yang belum bisa terjawab dan
terselesaikan di lapangan.

18
Gambar 13 Skema permasalahan sektor Perumahan, dan strategi pengembangan

Sumber: Rencana Teknokratik RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) sub Bidang
Perumahan untuk tahun 2015-2019. Bappenas

Pendekatan Rumah tumbuh (Incremental Housing), sudah masuk dalam


agenda Rencana Teknokratik RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah)
sub Bidang Perumahan untuk tahun 2015-2019, sebagai strategi pengembangan
agar masyarakat berpenghasilan rendah mendapatkan hunian yang layak, aman,
dan terjangkau. Dalam kasus proyek-proyek perumahan sosial Alejandro Arevana
ada beberapa sumber dana yang merupakan hasil kolaborasi antara subsidi
dari pemerintah dan hibah swasta. Hal ini mungkin menjadi sebuah peluang
untuk memasukkan pendekatan solutif dari partisipatori.

Gambar 14 Skema Alternatif strategi dan Inisiasi untuk reformasi Kebijakan sektor Perumahan.

19
Sumber: Rencana Teknokratik RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) sub Bidang
Perumahan untuk tahun 2015-2019. Bappenas

Kita dapat melihat potensi untuk mengimplementasikan prinsip


partisipatori ini. Apabila proses penyelenggaraan program sepert ini dirasa bisa
terealisasi, maka Pemerintah Daerah lah yang kemudian bertanggung jawab
serta mengawasi secara langsung berjalannya program ini, sesuai dengan
amanat Undang-Undang No.1 Tahun 2011, tentang Perumahan dan Kawasan
Pemukiman.

Kesimpulan
Kita mengenal metode desain partisipatori dalam konteks kota melalui
literatur yang sudah terbit sejak beberapa dekade, namun hanya beberapa karya
arsitektur yang berhasil mempertemukan antara kebutuhan-kepentingan
masyarakat. Bermula dari kebutuhan sosial masyarakat hingga kepada
kepentingan pemerintah. Salah satu contoh kasusnya adalah perumahan rakyat
(Low-cost housing) yang didesain oleh Alejandro Aravena. Dalam karya-karyanya
kita dapat menemukan beberapa pendekatan solusi baru untuk permasalahan
perumahan rakyat di kota-kota besar di negara berkembang di dunia. Karya-
karya perumahannya, bukan saja memecahkan permasalahan desain, sosial,
anggaran yang terbatas, tapi yang terpenting juga menciptakan ruang hidup,
serta lingkungan hidup yang layak bagi setiap warga negara-nya.

Daftar Pustaka

Aravena, Alejandro. (2011). The Forces in Architecture. Tokyo: Toto Publishing

Mikkelsen, britha. (2011). Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya Pemberdayaan :


Panduan bagi Praktisi Lapangan . Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Sanoff, Henry .(2011). Multiple Views of Participatory Design. Focus: Vol. 8: Iss. 1, artikel
7.

Sanoff, Henry. 2005. Origins of Community Design. Progressive Planning 166, 14-17.

Sanoff, Henry. 2000. Community Participation Methods in Design and Planning. New York:
Wiley.

Simonsen, Jesper.dkk. (2013). Routledge International Handbook of Participatory Design.


New York: Routledge.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011. Tentang Perumahan Dan


Kawasan Permukiman.

Sumber Internet
http://www.archdaily.com/10775/quinta-monroy-elemental diakses pada Kamis 12 Mei
2016 pukul 14.30 WIB

20
http://www.archdaily.com/52202/monterrey-housing-elemental diakses pada Kamis 12
Mei 2016 pukul 14.00 WIB

http://www.archdaily.com/447381/villa-verde-housing-elemental, diakses pada Kamis 12


Mei 2016 pukul 13.30 WIB

http://www.dezeen.com/2016/01/13/alejandro-aravena-interview-pritzker-prize-laureate-
2016-social-incremental-housing-chilean-architect/, diakses pada Kamis 12 Mei 2016
pukul 13.30 WIB

http://www.elementalchile.cl/en/projects/abc-of-incremental-housing/, diakses pada Senin


25 April 2016 pukul 14.00 WIB

http://www.grya.co.id/stories/architect-termuda-dalam-sejarah-penerima-pritzker-prize-
alejandro-aravena/, diakses pada Rabu 11 Mei 2016 pukul 12.00 WIB

http://www.iconeye.com/component/k2/item/3895-alejandro-aravena, diakses pada Rabu


11 Mei 2016 pukul 12.00 WIB

http://www.majalahsketsa.com/sketsas-perspective/pemenang-hadiah-pritzker-prize-
2016-alejandro-aravena, diakses pada Rabu 11 Mei 2016 pukul 12.00 WIB

http://www.pritzkerprize.com/2016/biography, diakses pada Senin 25 April 2016 pukul


15.00 WIB

http://www.pritzkerprize.com/2016-laureate-media-kit-and-image-book, diakses pada


Rabu 11 Mei 2016 pukul 12.00 WIB

http://www.pritzkerprize.com/sites/default/files/file_fields/field_files_inline/2016-Pritzker-
Prize- Image_Book_0.pdf, diakses pada Rabu 11 Mei 2016 pukul 12.00 WIB

http://www.ted.com/talks/alejandro_aravena_my_architectural_philosophy_bring_the_com
munity_into_the_process/transcript?language=en#t-69180, diakses pada Rabu 11 Mei
2016 pukul 12.00 WIB

21

Anda mungkin juga menyukai