Anda di halaman 1dari 22

Arsitektur

Perilaku
TA ganjil 2020/2021

BEHAVIOR MAPPING
Pemetaan Perilaku dalam
Penelitian &
Perancangan Arsitektur

MAHASISWA :
DOSEN PENGAMPUH : MUHAMMAD MAHDI ADWIN
Mayyadah Syuaib ST., MT 60100118008
PEMBAHASAN
4 JUDUL JURNAL MENGENAI BEHAVIOR MAPPING
Dengan Membandingkan ke 4 judul jurnal

JURNAL JURNAL KEDUA JURNAL JURNAL


PERTAMA
“PERANCANGAN BALAI “STUDI PEMETAAN KETIGA KEEMPAT
PENGAMATAN
LATIHAN KERJA PERILAKU “PENGARUH SETING
ARSITEKTUR DAN
INDUSTRI DENGAN (BEHAVIORAL MAPPING) RUANG TERHADAP
PERILAKU STUDI KASUS
PENDEKATAN POLA PEJALAN KAKI PADA PERILAKU PENGGUNA
PAUD GMIM KARUNIA
PERGERAKAN PEDESTRIAN ALUN- DENGAN PENDEKATAN
TUMPAAN–KAKAS
PENGGUNA” ALUN KOTA BEHAVIORAL MAPPING”
LAMONGAN”
“PERANCANGAN BALAI LATIHAN KERJA INDUSTRI
DENGAN PENDEKATAN POLA PERGERAKAN PENGGUNA”

LATAR BELAKANG PENELITIAN


• BLKI atau Balai Latihan Kerja Industri adalah salah satu solusi dalam meningkatkan keterampilan tenaga
kerja, dengan sifat BLKI yang mempunyai aktivitas tinggi dan berfungsi sama dengan bengkel maka
aktivitas yang terjadi juga sangat tinggi.
• Gedung BLKI sendiri adalah representasi dari banyak fungsi bangunan seperti kantor, tempat peribadatan,
asrama, worskshop dan lain sebagainya, dengan adanya program – program pelatihan di BLKI serta
banyak fungsi yang ada, dalam pembangunannya permasalahan arsitektural terjadi di dalam desain
bangunan dan ruang – ruang pelatihan, bangunan BLKI hanya sekedar wadah pelatihan tanpa melihat
kebutuhan dan aktifitas ruang di setiap – setiap fungsi pelatihan.
• Pada umumnya luasan ruang dapat ditentukan dengan penentuan aktivitas dan kegiatan yang berlangsung
didalamnya. Ini yang menjadikan perancangan BLK masih kurang diperhatikan dalam penataan
berdasarkan kebutuhan aktivitasnya. Maka dari itu perancangan BLKI seharusnya memperhatikan aktivitas
dari pengguna yang ada di bengkel tersebut, metode analisa behavior mapping dan space syntax dapat
memberikan digram yang tepat dalam mengatur sebuah konfigurasi ruang yang pas untuk nantinya di
berlakukan pada hasil rancangan.
METODE PENELITIAN
● Behavioral mapping adalah penggambaran perilaku dan
penggambaran pemakainya serta penentuan – penentuan perilaku pada
pusat fisiknya (phsycal locus). Pemetaan perilaku adalah salah sattu
teknik survei untuk kajian arsitektur perilaku, menurut Sommer
(1986).
● Metode ini akan digunakan dalam kajian survei lapangan bangunan
preseden BLK yang sudah ada guna menggembangkan hasil desain
BLK Kota Malang nantinya, hasil ini akan diperkuat dengan analisa
space syntax.
● Adapun Metode turunan yaitu Person – Centered Maps. Metode ini
digunakan untuk menekankan pergerakan manusia pada suatu tempat
fisik seperti ruangan, lingkungan luar dan bangunan, yang hasil
akhirnya berupa analisa diagram pola gerak yang terjadi, setelah
melakukan pemetaan hasil dari analisa ini dapat digunakan dalam
menentukan tatanan atau konfigurasi ruang tertentu.
space syntax
● Konfigurasi ruang adalah komponen dari sebuah lingkungan
binaan yang muncul sebagai respon dari pertanyaan tentang
proses terbentuknya pola kota atau ruang, dengan
berkembangnya teknologi.
● Space syntax dapat menemukan aksesbilitas dari sudut
pandang keterlihatan (visibility) yang di ungkapkan dalam
sebuah metode yang bernama visual graph analysis (VGA)
yang berfungsi untuk menganalisa dan mengkomparasikan
bidang visual dari susunan tata letak ruang, serta dapat
menginformasikan lokasi pengguna secara visual.

● Dapat dilihat bahwa parameter nilai rendah akan ditunjukan


oleh warna biru yang bergradasi menuju warna hijau
dengan, dimana warna hijau bergradasi menuju warna
kuning merupakan nilai menengah, dan warna kuning
menuju gradasi warna merah merupakan nilai tertinggi
(Pinelo dan Turner, 2010)
connectivity, intergrity, dan intelligibility. Ketiga aspek tersebut akan
menentukan konfigurasi ruang dari layout yang telah dirancang
Aspek Aspek intergrity Aspek
connectivity intelligibility
salah satu aspek dalam simulasi space Simulasi intergrity dapat disimpulkan sebuah hipotesa akan suatu kemudahan
syntax, aspek ini adalah sebuah dimensi sebagai hipotesa atas kemudahan pengguna ruang dalam memahami
untuk mengukur local property atau pengguna bangunanan untuk mencapai struktur ruang dalam sebuah konfigurasi
informasi mengenai hubungan ruang dan satu ruang dengan ruang lain nya, ruang yang disimulasikan,
keterkaitan antara satu ruang dengan sehingga dengan mengetahui informasi
ruang yang lain nya yang secara area mana yang mempunyai pencapaian
langsung diamati dari ruang pengamat. rung yang mudah.
HASIL
PENELITIAN
KESIMPULAN
Jika dilihat dari hasil analisa pada bangunan preseden maka angka intelligibility
yang didapat adalah 0.59 sedangkan pada bangunan perancangan alternatif 2
mendapati angka 0.97 dimana dalam hal efesiensi dan fleksibilitas konsep
bangunan perancangan unggul jauh dari bangunan preseden, dengan menganalisa
bangunan preseden dengan metode Behavior Mapping sebelumnya, dapat
ditentukan kofigurasi ruang yang akan di rancang karena sudah mengetahui titik
atau nodes keramaian dan persilangan pergerakan yang ada, maka dari itu metode
behavior mapping dan space syntax sangat memberikan titik terang dalam
perancangan yang membutuhkan konsep fleksibilitas dan efesiensi sebuah rung
terutama bengkel yang mempunyai sifat aktivitas yang tinggi.
“STUDI PEMETAAN PERILAKU (BEHAVIORAL MAPPING) PEJALAN
KAKI PADA PEDESTRIAN ALUN-ALUN KOTA LAMONGAN”

LATAR BELAKANG PENELITIAN


• Ruang publik adalah ruang luar yang digunakan untuk kegiatan penduduk kota sehari-hari. Menurut
Hakim (1987) dalam Listianto (2006), fungsi ruang publik bagi pejalan kaki antara lain untuk
bergerak dari satu bangunan ke bangunan yang lain, dari banguanan ke open space yang ada atau
sebaliknya, atau dari satu tempat ke tempat yang lainnya di sudut kawasan ruang publik.
• Pemetaan Perilaku Upaya mendapat gambaran perilaku pejalan kaki di ruang public adalah melalui
pengamatan pada seseorang untuk mengetahui kemana orang tersebut pergi, bagaimana pergerakan
mereka dengan pengukuran jejak fisik serta pemetaan perilaku (Sommer,1986).
• Pemetaan perilaku (Behavioral Mapping) dilakukan dengan penggambaran bentuk sketsa atau
diagram melalu area dimana manusia melakukan kegiatan untuk menggambarkan peilaku manusia
pada suatu area dimana manusia malakukan kegiatan untuk menggambarkan perilaku manusia
dalam peta, mengidentifikasi jenis dan frekuensi perilaku serta menunjukkan kaitan antar perilaku
dengan rancangan yang spesifik.
• Kegiatan pejalan kaki dapat digolongkan menjadi berjalan, berdiri,duduk, berlari, berbaring, dan
bermain, berjalan, berdiri dan duduk adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan. Keenam
kegiatan tersebut berdasarkan kepentingannya dapat dibagi menjadi tiga jenis kegiatan yaitu
kegiatan utama, kegiatan pilihan dan kegiatan lanjutan. Kegiatan utama meliputi kegiatan berjalan
untuk berbelanja, menunggu angkutan dan istirahat setelah berjalan lama. Kegiatan pilihan meliputi
jalan-jalan santai, bersiri untuk melihat pemandangan. Kegiatan lanjutan adalah pejalan kaki
berhenti dan duduk kemudian mereka dapat berbicara.
METODE
PENELITIAN
• Meliputi pembuatan proposal penelitian yang didahului dengan mengadakan
survey untuk menjajagi fenomena yang terjadi yang diangkat sebagai
masalah penelitian.
• Tahap penelitian lapangan meliputi :
1. Observasi lapangan, pengamatan langsung (person centered mapping dan
place centered mapping)
2. Pengambilan data primer (wawancara dengan kuisioner)

• penelitian menggunakan sampel. Sampel adalah bagian dari populasi yang


digunakan untuk menyimpulkan atau menggambarkan populasi

• Metode Slovin Pertanyaan dalam seringkali diajukan dalam metode


pengambilan sampel adalah berapa jumlah sampel yang dibutuhkan dalam
penelitian

• menentukan jumlah sampel adalah menggunakan rumus Slovin (Sevilla et.


al., 1960:182), sebagai berikut:
HASIL
PENELITIAN
Dari hasil kuisioner tersebut kita bisa
tahu penilaian masyarakat bahwa trotoar
yang sudah ada di Alun-alun Kota
Lamongan tersebut masih nyaman bagi
pengunjung, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku responden
sebagai pengguna trotoar diantaranya
peralihan fungsi trotoar sebagai tempat
pedagang kaki lima yang menyebabkan
responden tidak bisa berjalan di trotoar
tersebut. Faktor penarik pengunjung pada
kawasan Alun-alun Kota Lamongan
ternyata adalah ruang terbuka yang
menjadi ruang publik, karena masyarakat
membutuhkan adanya tempat rekreasi
yang dekat, murah, meriah. Tempat
sampah beserta kursi taman adalah
fasilitas yang paling diinginkan oleh
responden untuk ditambahkan di trotoar
terserbut.
“PENGARUH SETTING RUANG TERHADAP PERILAKU
PENGGUNA DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORAL

X
LATAR BELAKANG
MAPPING”
PENELITIAN

• Ruang sebagai salah satu komponen arsitektur menjadi penting dalam


pembahasan studi hubungan arsitektur dan perilaku karena fungsinya
sebagai wadah kegiatan manusia. Perilaku dioperasionalisasikan sebagai
wadah kegiatan yang berupa ruang.
• Pemetaan Perilaku (Behavioral Mapping) Faktor perilaku dipandang

Y
berpengaruh dalam pola ruang. Dikatakan Sommer (1986), bahwa
behavioral mapping digambarkan dalam bentuk sketsa atau diagram
mengenai suatu area dimana manusia melakukan berbagai kegiatan.
Tujuannya adalah untuk menggambarkan perilaku dalam peta,
mengidentifikasikan jenis dan frekuensi perilaku, serta menunjukkan kaitan
antara perilaku tersebut dengan wujud perancangan yang spesifik.
Terdapat dua cara untuk melakukan pemetaan perilaku yakni: (1)
place-centered mapping dan (2) person-centered mapping

place-centered mapping person-centered mapping


Teknik ini digunakan untuk mengetahui bagaimana Teknik ini menakankan pada pergerakan manusia pada
manusia atau sekelomopok manusia memanfaatkan, suatu periode waktu tertentu. Teknik ini berkaitan dengan
menggunakan, atau mengakomodasikan perilakunya tidak hanya satu tempat atau lokasi akan tetapi dengan
dalam suatu situasi waktu dan tempat tertentu.Peneliti beberapa tempat atau lokasi. Apabila pada place-centered
menggunakan peta dasar dan harus akrab dengan situasi mapping peneliti berhadapan dengan banyak manusia, pada
tempat atau area yang diamati.Peneliti mencatat perilaku person centered mapping peneliti berhadapan dengan
dengan menggambarkan symbol-simbol pada peta dasa seseorang yang khusus diamati. Tahap yang dilakukan
adalah mengikuti pergerakan dan aktivitas yang dilakukan
oleh orang atau sekelompok orang yang diamati
METODE
PENELITIAN

• Behavioral mapping, yaitu dengan • Metode Pengolahan Dan Analisis Data;


membuat sketsa atau diagram mengenai 1) Pemetaan berdasarkan tempat (place
suatu area dimana manusia melakukan cantered mapping), yaitu dengan membuat
berbagai kegiatannya. sketsa dari tempat atau seting, meliputi unsur
• Adapun jenis perilaku yang dapat fisik yang diperkirakan mempengaruhi
dipetakan anara lain: perilaku pengguna ruang tersebut
1) Pola kegiatan ( pattern) 2) Pemetaan berdasarkan pelaku (person-
2) Migrasi (migration) centered mapping), yaitu menekankan
3) Perilaku (behavior) pergerakan manusia pada periode waktu
4) Hubungan ketetanggaan (neighbouring) tertentu. Dilakukan dengan memilih sample
5) Penggunaan fasilitas publik person atau sekelompok manusia yang
diamati perilakunya
HASIL PENELITIAN Pemetaan kedua dilakukan melalui person-centered mapping, yaitu
menekankan pergerakan manusia pada periode waktu tertentu.
Dilakukan dengan memilih sample person atau sekelompok manusia
yang diamati perilakunya.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
seting ruang dosen FIESHUM dan FST di lantai 3, gedung A, Universitas
„Aisyiyah Yogyakarta dapat berpengaruh terhadap perilaku pengguna, yaitu:
-Tingkat penggunaan ruang dosen dipengaruhi oleh waktu aktivitas pengguna
yang terbagi pada beberapa tahapan waktu amatan.
-Tingkat penggunaan tertinggi beragam, namun tingkat interaksi pada ruang
terjadi pada jam 12.00-13.00 WIB sedangkan aktivitas pada ruang pribadi terjadi
pada rentang waktu 13.00-14.00 WIB.
-Bentuk pemetaan perilaku (behavioral mapping) untuk ruang kerja dosen gedung
A, lantai 3, Universitas„Aisyiyah Yogyakarta memiliki keterkaitan dengan
zoning, fungsi, dan kedekatan ruang privat di ruang dosen kegiatan yang
tergambarkan sebagai berikut:
Alur pergerakan/ selasar. Alur pergerakan sebagai zona publik dalam ruang
memiliki pengaruh bagi pengguna ruang untuk menentukan pola pergerakan.
Fungsi ruang berpengaruh pada interaksi yang dilakukan oleh pengguna. Fungsi
ruang yang dapat menampung kegiatan dan menampung pengguna dalam jumlah
banyak secara spontan menjadi titik interaksi antara pengguna. Kedekatan ruang
Privat (bilik dosen) antar pengguna akan membentuk ruang bersama sebagai
tempat komunikasi antar pengguna.
“PENGAMATAN ARSITEKTUR DAN PERILAKU
STUDI KASUS PAUD GMIM KARUNIA
TUMPAAN–KAKAS”
LATAR BELAKANG
PENELITIAN
● Pembahasan Arsitektur Perilaku PAUD GMIM Karunia di Desa Tumpaan
Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa merupakan Penelitian yang bertujuan
untuk menggali dan menggambarkan unsur-unsur atribut lingkungan apa saja
yang terjadi di PAUD GMIM Karunia di Desa Tumpaan, Kakas-Minahasa
melalui pengamatan perilaku anak PAUD maupun pemakai lainnya.
Menemukan data, indikasi dan analisa sebabakibat dan mengumpulkan data
yang terukur tentang fenomena perilaku anak didik di PAUD GMIM Karunia
Desa Tumpaan-Kakas dalam suatu Setting Ruang yang terbentuk pada
komunitas ini.
Teori Atribut
Atribut lingkungan dirumuskan oleh weisman
(1981) sebagai suatu produk dari organisasi,
individu dan setting fisik. Model sistem lingkungan
dan perilaku digambarkan Weisman dalam suatu
bagan, Atribut lingkungan (Weisman, 1981)
tersebut
meliputi:
1. Perangsang indera (sensory stimulation)
2. Kontrol (control)
3. Adaptabilitas (adaptability)
4. Legibilitas (legibility)
5. Aksesibilitas (accessibility)
6. Kesesakan (crowdedness)
7. Kenyamanan (comfortability)
8. Privasi (privacy)
9. Sosialitas (sociality)
10. Teritorialitas (territoriality)
11. Ruang personal (personal space)
12. Personalitas (personality)
13. Kejenuhan (surfeited)
14. Visiabilitas (visiability)
Pada penelitian ini hanya beberapa yang dibahas,
yang merupakan wujud minimal utama,
mewakili atribut tersebut di atas.
METODE Pemetaan Perilaku (Behavior Mapping)
meliputi suatu peta kenyataan atau rencana dari suatu area pada lokasi
PENELITIAN manusia dan area menunjukan aktivitas manusia, pengamatan terhadap
perilaku peng-guna ruang/bangunan berdasarkan person-center maps dan
place-centered dan Place-Centered Maps serta phisycal trace yaitu :

Person-Centered Place-Centered Physical Trace


Maps Maps
menekankan pada pergerakan untuk melihat bagaimana manusia Pengamatan ini bertujuan untuk
manusia pada suatu periode waktu mengatur dirinya dalam suatu lokasi mendapatkan tanda-tanda yang
tertentu. Dengan demikian teknik tertentu (Sommer dkk, 1980). Teknik ditinggalkan pengguna atau
ini akan berkaitan tidak hanya satu survei ini bertujuan untuk mengetahui anak didik setelah melakukan
tempat atau lokasi akan tetapi bagaimana manusia atau sekelompok aktifitas. Tandatanda ini sebagai
dengan beberapa tempat atau manusia memanfaatkan, menggunakan alat bantu dalam menganalisa
lokasi. untuk mendapatkan atau mengakomodasikan perilakunya hasil pengamatan tersebut.
pemetaan terhadap pengguna dalam suatu situasi waktu dan tempat
bangunan Sekolah PAUD Karunia tertentu.
Tumpaan -Kakas dan
menggambarkan pola perilaku
pengguna dan aktivitasnya.
HASIL PENELITIAN untuk mencapai tingkat teritorialitas
berdasarkan perilaku pengguna adalah
a) penghalang visual dan suara
(fisikal),
Semakin sering pengguna atau anak didik untuk mencapai kebutuhan dengan menata letak perabot di dalam b) penghindaran dari pandangan atau
datang dan aktif di sekolah, semakin kuat terhadap akses yang aktraktif ruang. teritori yang sengaja dibuat visual
pula pemetaan pengenalan terhadap ruang & menarik serta mampu untuk keamanan, dan kenyamanan (behavioral),
tersebut, sehingga tingkat meningkatkan pemahaman belajar dan bermain bagi anak–anak c) penjauhan jarak (spasial).
ketergantungannya pada lingkungan lingkungan melalui citra didik PAUD Karunia Tumpaan Sehingga seting
menjadi lebih rendah. lingkungan melalui pendekatan seting lingkungan lingkungan yang dapat disarankan

Orientasi Aksebilitasi Teritorialitas Dalam Arsitektur Privasi


HASIL PENELITIAN
a. Aktivitas, kegiatan teladan yang dilakukan untuk mengatur tingkat keakraban atau juga
berulang-ulang keintiman sesorang dengan yang orang
b. Memberikan kesempatan kepada anak anak lainnya. Disarankan perlu pengaturan jarak
untuk memperoleh/merasakan pengalaman saling jauh-dekat dalam berkomukasi diantara
anak-anak didik PAUD sebagai kebutuhan
menerima dan menghargai di dalam kasih kepada
lahiriah manusia,
sesama.
Adaptabilita
Personal Space
s
Sekian dan
terima kasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik.

Anda mungkin juga menyukai