Anda di halaman 1dari 36

ARSITEKTUR POSTMODERN (APM)

Erlina Laksmiani Wahjutami


BUKU Postmodern Architecture
• Complexity and Contradiction in Architecture by Robert Venturi (1966),
dengan konsep: ”both”
• The Language of Postmodern Architecture by Charles Jencks (1977),
dengan konsep: “double coding”
• Postmodern by Paolo Porthogesi (1983), dengan konsep: “presence of the
past”
• The History of Postmodern Architecture by Heinrich Klotz (1998), dengan
konsep: “fiction and function”
• Intercultural Architecture by Kurokawa (1991) , dengan konsep:
“simbiosis”
KRITIK POSMODERNISME TERHADAP
ARSITEKTUR MODERN
• No where
• No Memory
• No Rich Content
NO WHERE
• Gaya Arsitektur Modern (International Style)
telah mencemari kota di dunia dengan bentuk
“kotak-kotak”dan “peti kayu” warna putih yang
monoton, menciptakan kota tanpa karakter (no
where). Prinsip fungsionalisme abstrak yang
membatasi bentuk arsitektur pada geometri
abstrak, memuja kemajuan teknologi, arsitektur
adalah terminologi fungsi saja.
• Ketidakpekaannya terhadap lingkungan dan
hanya mementingkan citra “modern”. Bangunan
dengan model tertentu hadir di semua tempat
tanpa peduli dimana ia berada. Industrialisasi
menghasilkan material baru: beton, baja dan
kaca yang digunakan secara dominan (Klotz,
1988)
NO WHERE
• International Style membebaskan
arsitektur dari masa lalu melalui revolusi
penggunaan material baru, revolusi
teknologi, penciptaan arsitektur universal
yang tersebar ke seluruh negeri dan
budaya. Pada kenyataannya model ini
didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan
Barat. Modernisasi berubah menjadi
industrialisasi berdasarkan system nilai
Barat. Pembangunan sebuah negara pun
serupa dengan pembaratan (Kurokawa).
Permasalahan perawatan menjadi ciri
bangunan International Style (1991)
NO MEMORY
• Ornamen dianggap sebagai
pemborosan, pengeluaran biaya yang
tidak berguna, mahal material dan
tenaga kerja. Salah satu kegagalan
AM untuk tetap dipercaya karena
tidak membuat hubungan efektif
dengan kota dan sejarah (Jencks,
1987)
• Masyarakat modern adalah
masyarakat masa kini, tanpa
ketertarikan pada masa lalu atau
masa depan (Kurokawa, 1991)
• Modernisme: Absolutely free =
budaya anti-klasik (Klotz, 1988)
NO RICH CONTENT
• AM memiskinkan bahasa arsitektur
pada level form (bentuk); dan level
content (isi) yaitu tujuan
dibangunnya karya arsitektur.
• Kegagalan AM pada perumahan
massal & bangunan kota karena gagal
berkomunikasi dengan penghuni &
penggunanya yang mungkin tidak
suka dengan gaya, tidak paham
makna dan tidak tahu bagaimana
menggunakannya.
• Bangunan dengan fungsi apa saja Pruitt Igoe
tampilannya sama (Mies van der
Rohe: rumah dengan Seagram
Building)
TEORI ARSITEKTUR POSTMODERN
• Robert Venturi
• Charles Jencks
• Heinrich Klotz
• Kisho Kurokawa
KONSEP PERANCANGAN
• Representasi
• Both and dan Hybrid
• Kontekstual
• Menerima referensi plural (pluralism of references)
• Menghargai memori dan sejarah (respect to the traditions, memory,
and historical references)
• Menerima bentuk improvisasi (improvisation, spontaneity, pleasure,
and enjoyment)
• Kompleksitas
• Ambiguitas
• Tidak anti-modernisasi
REPRESENTASI
• Arsitektur identik dengan representasi. APM menggunakan Analogi Bahasa
sebagai sebagai bagian dari komunikasi arsitektur untuk menjelaskan maknanya.
• Metafora adalah teknik “melihat” suatu objek dengan kacamata objek yang
lain/mirip dengan objek yang lain. Dalam Arsitektur melihat bangunan dengan
cara mencari hubungan dengan objek lain yang serupa.
• Ada 3 istilah berkaitan dengan makna simbolik (symbolic meaning): image, sign
dan symbol.
• Image: imitasi, reproduksi atau menciptakan kemiripan dari sesuatu
• Symbol: hasil proses kognitif dimana sebuah objek memperoleh konotasi diluar
kegiatan instrumentalnya
• Sign: sebuah konvensi atau alat yang berdiri untuk sesuatu yang lain, cenderung
bersifat literal daripada abstrak.
• 3 tingkatan symbolic meaning : syntactic, semantic, pragmatic (Lang, 1987)
BOTH AND dan HYBRID
• Diajukan olah Venturi: mencampur oposisi biner kedalam satu kesatuan
menjadi entitas baru.
• both and (APM) >< either or (AM)
• Hybrid bukan pure, kompromi bukan clean, distorsi bukan straightforward
(mudah), ambiguitas bukan artikulasi, perverse ‘melawan’ dan juga
impersonal, membosankan sekaligus menarik …
• Hybrid metode untuk menciptakan sesuatu dengan pola-pola lama
(sejarah), namun dengan bahan dan teknik baru, menggabungkan bentuk-
bentuk tradisional dengan teknik modern (Venturi)
• Menggabungkan atau mencampur berbagai unsur terbaik dari budaya
yang berbeda, baik antara budaya masa kini dan masa lalu (diakronik) atau
antar budaya masa kini (sinkronik) (Kurokawa), menerima penggunaan
referensi majemuk (plural references) yang lintas budaya dan sejarah.
KONTEKSTUAL
• Jencks: Perbedaan antara APM dan AM terletak pada aspek kontekstual dan
kulturalnya dalam penciptaan karya-karyanya seperti existing dan budaya masa
lalu.
• Klotz: APM memperhatikan lokalitas di dalamnya termasuk lingkungan dan budaya
yang akan menggantikan gaya arsitektur modern Internasional. Menghargai
keunikan sejarah, budaya dan lingkungan lokal (respect to local uniqueness)
pluralism of references
• Terjelaskan pada both and dan hybrid
MENGHARGAI MEMORI DAN SEJARAH
• APM melihat sejarah sebagai gudang perbendaharaan bentuk yang kaya
dan bernilai estetis tinggi (Klotz, 1988)
• APM menghargai memori dan sejarah (Kurokawa, 1991)
MENERIMA BENTUK IMPROVISASI
• Suatu karya tidak harus sempurna, teratur dan terencana, Karya demikian
melibatkan user untuk berpartisipasi di dalam proses desain. Namun, ketidak
sempurnaan dapat pula merupakan unsur kesengajaan desain (Klotz, 1988)
• APM menerima kehadiran elemen atau unsur yang hanya merupakan “permainan”
tanpa harus dikaitkan dengan fungsi tertentu. Play, pleasure, enjoyment
(Kurokawa, 1991)
• Pro humour, pro irony, pro parody untuk sikap menjungkir balikkan tatanan (order)
atau pola yang biasa dipahami untuk tujuan sindiran atau lelucon.
KOMPLEKSITAS
• Perlawanan terhadap simplicity.
• Di dalam kompleksitas terdapat simetri sebagai factor penyatu terkuat. Di sisi lain
terdapat pengaruh sekunder (co-ordinate) struktur formal dan superimposisi
serupa, elemen-elemen yang dikelompokkan oleh pengamat menjadi lebih dari
satu interpretasi.
• Kompleksitas di dalam desain dicapai dengan juxtaposition (subsistem geometri
yang belum berpotongan untuk membentuk keseluruhan (whole)
• Membuat penyimpangan dari norma. Penyimpangan ini akan menghasilkan
perbedaan dari simetri yang sudah mapan, atau anomali dari pola yang reguler,
atau distorsi dari figur yang telah dikenal.
• Mengakomodasi dan membatasi, mengontrol dan spontanitas, ketepatan sekaligus
kelonggaran, kualifikasi sekaligus kompromi.
AMBIGUITAS
• Modernisme mencari kebenaran yang meliputi semua hal, Posmodernisme
mencari kebenaran relative. Posmodernisme merupakan penegasian atau
kebalikan modernisme dalam ide dan keyakinan.
• Strategi mencapai Ambiguitas: Arsitektur adalah bentuk dan substansi, abstrak dan
kongkrit, dan maknanya diturunkan dari karakter interior dan konteks tertentu.
Elemen arsitektur dimengerti sebagai bentuk dan struktur, tekstur dan material.
Hubungan timbal balik yang kompleks dan kontradiktif , ini adalah sumber
ambiguitas dan ketegangan bagi media arsitektur.
TIDAK ANTI MODERN
• Meski Gerakan ini lahir dari kritik-kritik terhadap pemikiran Modernisme,
Posmodernisme tetap mengakui sumbangan positifnya (temuan teknik konstruksi
dan struktur bangunan serta pemikiran fungsionalisme). Meskipun demikian, cara
bersikap terhadap keduanya berbeda.
• Jencks: modernisasi adalah kewajaran karena Posmodernisme adalah kelanjutan
Modernisme.
• Kurokawa: manusia harus menyatu dengan teknologi dalam pandangan
simbiosisnya (symbiosis man and technology)
METODE PERANCANGAN UTAMA
• Metafor dan Simbolisasi
• METAFORA
- Mentransfer referensi dari sebuah subjek (konsep atau objek) kepada subjek yang
lain. Metafora “transfer”.
- “Melihat” subjek (konsep atau objek) seolah-olah sebagai sesuatu yang lain, Misal:
“melihat rumah sebagai sebuah kota” ( ahouse as a city). Metafora “as if”.
- Memindahkan focus penelitian dari suatu area konsentrasi ke dalam area konsentrasi
yang lain, misal: “architecture as dance”. Metafora ini digunakan dengan menerapkan
pengetahuan dan interpretasi yang sudah dipahami seperti subjek, objek, situasi, dan
kejadian. Konsep “architecture as dance” , tari balet klasik dianalogikan dengan
“simetri” dan tari balet modern dianalogikan dengan äsimetri’.
• SIMBOLISASI
Sesuatu yang berdiri atau merepresentasikan sesuatu yang lain dengan cara asosiasi,
kemiripan, atau konvensi, yang diturunkan maknanya terutama dari struktur yang
tampak
METODE PERANCANGAN UTAMA
• Hybrid dan both and
- Eklektik atau Quotation. Eklektik artinya “menelusuri dan memilih
perbendaharaan bentuk dan elemen arsitektur dari masa lalu yang dianggap
potensial untuk diangkat kembali”. Eklektik menjadikan arsitektur masa lalu
sebagai titik berangkat, bukan sebagai model ideal. Asumsi dasar penggunaan
arsitektur masa lalu adalah telah mapannya kode dan makna yang diterima dan
dipahami oleh masyarakat. Quotation, “mencuplik”elemen atau bagian dari
suatu karya arsitektur yang telah ada sebelumnya .
- Manipulasi atau Modifikasi.
- Penggabungan (Kombinasi atau unifikasi)
METODE PERANCANGAN UTAMA
• Kontekstual
Metode ini dapat diartikan memiliki pengertian yang luas yang meliputi langgam
arsitektur. Regionalism (Klotz); Contextual urbanism (Jencks); respond to topogical
condition (Klotz); iklim respond to environment (Klotz); respect to given
environment (Venturi); symbiosis man and nature (Kurokawa); budaya setempat
culture (Klotz)
Teknik mendesain yang dikembangkan untuk memberikan jawaban khususnya atas
kondisi yang bersifat morfologis, tipologis, prgamatis menjadi bersifat pluralistic
dan fleksibel.
METODE PERANCANGAN PENDUKUNG
• Penggunaan ornamen dan dekorasi. Ornamen adalah “hiasan” yang
“ditempelkan” pada elemen struktural, sedangkan dekorasi adalah “hiasan” yang
diletakkan pada elemen-elemen non struktural.
• Improvisasi, bertujuan membantu mencapai kekayaan makna dengan cara
“ketidaksempurnaan” dan “ketidakselesaian”, baik direncanakan atau tidak (desain
pleasure dan enjoyment)
• Kaya warna (polychromy). AM cenderung menggunakan warna putih, abu-abu,
atau perak (monochromy) APM menggunakan warna yang kaya (polychromy). Tiap
warna dapat memiliki nilai simbolis yang khas di berbagai tempat di muka bumi.
VENTURI
HOUSE
VENTURI HOUSE merupakan
NAKAGIN
CAPSULE
NAKAGIN CAPSULE merupakan
PIAZZA
D’ÍTALIA
Charles
Moore
FRANK
GEHRY

MIT Sloan School of Management Cleveland Clinic Lou Ruvo for Brain Health

Louis Vuitton Museum

Beekman Tower Dancing House


NEW STAATS GALERIE, James Sterling
Florey Building
QUEEN OF THE CURVE
Zaha Hadid
ATT Building New York, Philip Johnson
Bagian atas bangunan mirip dengan
Grand father’s clock
ARSITEKTUR
POSTMODERN
di Indonesia

Binus Alam Sutera, Tangerang New Media Tower, Tangerang


Masjid Al-Safar, Cipularang

Masjid Raya Sumatera Barat


Menara Pinisi
Universitas Negeri Makasar

Anda mungkin juga menyukai