• ALIRAN HISTORICISM
Menggunakan dekorasi berupa elemen-
elemen klasik (misalnya ionic, Doric, dan
Corinthian) yang digabungkan dan
disesuaikan dengan pola-pola modern pada
bangunan.
Tokoh Arsitek: Aldo Rossi, Monta Mozuna, Ricardo Bofil, Mario Botta
• ALIRAN NEO-VERNACULARISM
Menerapkan elemen tradisional dalam perancangan bangunan. Hal ini
berfungsi untuk menghidupkan kembali suasana tradisional setempat dengan
membuat bentuk dan pola-pola bangunan sesuai dengan arsitektur lokal.
Tokoh Arsitek: Darbourne & Darke, Joseph Esherick, Aldo van Eyck
• Aliran Contextualism (Urban)
Pada aliran arsitektur post modern contextualism, semua konsep desain mengarah dan
terpusat pada lokasi penempatan bangunan, di mana desain harus memperhatikan
lingkungan sekitar agar bisa tercipta komposisi yang selaras dengan lingkungan
sekitar. Aliran ini juga terkenal dengan nama aliran urbanist. Kalau dalam bangunan
rumah, bisa dibilang ini adalah filosofi menciptakan rumah ramah lingkungan.
Tokoh arsitek yang mengikuti aliran contextualism ini adalah Lucien Kroll, Leon
Krier, dan James Stirling.
• ALIRAN METAFORA
• Tidak ada ontologi dan teologi dalam arsitektur. Tidak ada tokoh atau figure yang perlu
didewakan atau disanjung.
• Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus segera diakhiri.
Perkembangan arsitektur selanjutnya harus mengarah pada keragaman pandangan dan tata
nilai.
• Visiocentrism atau pengutamaan indera penglihatan dalam arsitektur harus diakhiri.
Potensi indera lain harus dimanfaatkan pula secara seimbang.
• Arsitektur tidak lagi identik dengan produk bangunan. Arsitektur terkandung dalam ide
gambar, model dan fisik bangunan, dengan jangkauan dan aksentuasi yang berbeda.
Sejarah Dekonstruksi
Paham dekonstruksi berasal dari filsuf Jacques
Derrida, dekonstruksi adalah pendekatan
untuk memahami hubungan antara teks dan
makna. Pendekatan Derrida terdiri dari
melakukan pembacaan teks mencari hal-hal
yang bertentangan dengan makna yang
dimaksudkan atau kesatuan struktural dari
teks tertentu.
1.Dekonstruksi Derridean
2.Dekonstruksi Non-Derridean
3.Dekonstruksi Bentuk Arsitektural
4.Dekonstruksi Struktur
Ciri Dan Karakter Arsitektur
Dekonstruksi
Arsitektur dekonstruktivis
dicirikan oleh manipulasi
tampilan, fragmentasi, dan
bentuk-bentuk non-
bujursangkar yang distorsi
dan melanggar norma
arsitektur konvensional,
terutama pada struktur dan
tampilan bangunan.
Dari ideologi ini style bangunan dapat terbaca. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa dekonstruksi bukan style (gaya) melainkan suatu proses yang bisa menghasilkan
banyak style.
PARADIGMA KONSEPTUAL
1.Logo-Sentris
2.Anti-Sintesis
3.Anti-Fungsional
4.Anti-Order
1. Logo-Sentris
Konsep arsitektur yang merupakan gabungan antara pemahaman arsitektural dan
pemahaman filosofis mendasari doktrin Logo-Sentris. Dari pemahaman filosofis,
arsitektur akan mengalami proses artikulasi metafisik secara multivalensi.
Konsep ini membuka peluang bagi Dekonstruksi untuk berkembang dalam
arsitektur. Visualisasi Dekonstruksi akan mempunyai kecenderungan pada
refleksi otoritas Logosentris. Sejalan dengan faham Derridean , pemahaman
filosofis dari arsitektur akan meluaskan batasan bahwa prinsip order adalah
bukan absolut. Paradigma ini sebenarnya sejalan pula dengan berbagai
perkembangan yang terjadi pada seni, sastra, filsafat, sosial, dan fisika. Bernard
Tschumi merupakan arsitek yang sangat berhasil mengungkapkan proses
artikulasi metafisik ke dalam bentuk-bentuk “folies” dalam Parc La Villete-nya.
Tidak adanya metaphora titik awal dan titik akhir dari konfigurasi denah
menyebabkan karya tersebut berkesan “tidak selesai”. Konfigurasi ini mampu
memberi peluang bagi penikmat untuk melengkapi imajinasinya.
2. Anti-Sintesis