Anda di halaman 1dari 29

ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA

DI INDONESIA
1. Hironimus mikhael tefa (22117022)
2. Floridus adiyanto manek seran (22117026)

3. Irenius nong thrys watu (22117052)


4. Heribertus sandri paus (22120068)
5. Frediyanto Tena Bolo (22120075)

6. Atri Deliyanti Asten (22120086)


A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
ARSITEKTUR KOLONIAL
BELANDA DI INDONESIA
 GEOGRAFI
Belanda adalah ngara di eropa barat yang mempunyai
julukan negara kincir angin. Letak Geografis : terletak
di eropa sebelah barat.

Gambar 1. Benteng Batavia th. 1618 (kiri), Benteng Ternate tahun 1740 (kanan)
Sumber: http://colonialarchitecture.eu, diakses Agustus 2019 (kiri),
http://what- when-how.com, diakses Agustus 2019 (kanan)
 GEOLOGI

Arsitektur Kolonial Belanda merupakan Arsitektur yang


memadukan budaya Barat dan Timur antara srsitektur
budaya lokal dan budaya dari eropa yang mengandung
arsitektur klasik yang berasal dari bangunan Romawi dan
Yunani. Bahan- bahan yang di gunakan pada arsitektur
kolonial yaitu batu-bata merah tanpa diplester.
B
a
t
a

b
a
t
a

y
a
n
g

d
i
i
m
p
 IKLIM BERPENGARUH
PADA SISTEM
PENGHAWAAN DAN
PENCAHAYAAN ALAMI.
PADA WILAYAH YANG
LEBIH PANAS, BIASANYA
LEBIH BANYAK MEMBUAT
JENDELA

Gbr . Postpaarbank Makassar Gbr. Hotel Des Indes, Weltevreden


( sumber : Buitenweg. 1973)

Pelengkung
Yunani

Pelengkung
Romawi
 AGAMA

Dalam diri Machlaine Pont, terlihat adanya


hubungan langsung dengan cara berpikir eropa
pada waktu itu, berkenan dengan gerakan
theosof. Sepanjang hidupnya selalu berpegang
pada nilai-nilai spiritual.perhatiannya terhadap
berbagai agama dan kepercayaan, berpengaruh
besar dalam mendapatkan pengertiannya
mengenai tradisi dalam arsitektur di jawa.
Bangunan yang beraliaran Arsitektur Kolonial
Belanda menganut aliran kristen. Yang di mana
orang-orang Belanda pada saat itu membangun
gereja kebanyakan beraliran Kristen.

 SOSIAL BUDAYA

Menurut Hidayatun (2004) menjelaskan MANUSIA BUDAYA EROPA ARSITEKTUR


bawah agama, social-budaya,ekonomi,
dan politik, serta lingkungan dan iklim
memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap bentuk-bentuk arsitektur pada
masa dan tempat tertentu. Kebudayaan
juga selalu senafas dengan jamannya, BUDAYA
expresi budaya. Kebudayaan akan MANUSIA ARSITEKTUR
INDONESIA
mempengaruhi segala system kehidupan.
 SEJARAH

Sejarah mencatat, bahwa bangsa eropa yang


pertama kali datang ke indonesia adalah
bangsa portugis, yang kemudian diikuti oleh
spanyol, inggris dan belanda.
Pada mulanya kedatangan mereka dengan
maksud berdagang, mereka membangun
rumah dan pemukimannya di beberapa kota
di indonesia, yang biasanya terletak dekat
dengan pelabuhan. Namun karena sering
terjadi konflik, dimulailah dibangun benteng.

Arsitektur kolonial Belanda merupakan


arsitektur yang memadukan antara budaya
Barat dan Timur. Arsitektur kolonial Belanda
hadir melalui karya arsitek Belanda dan
diperuntukkan bagi bangsa Belanda yang
tinggal di Indonesia, pada masa sebelum Benteng Duurstede adalah suatu benteng Belanda
kemerdekaan. abad ke-17 yang berlokasi di Saparua, Maluku,
Indonesia Benteng ini awalnya melindungi desa
Saparoea.
BEBERAPA PENINGGALAN BANGUNAN BERSEJARAH BENTENG
KOLONIAL BELANDADI INDONESIA

KARAKTER RUANG
LUAR

MEMILIKI HALAMAN YANG


LUAS
ADANYA RUANG TERBUKA

Makasar,Ngawi, Jawa Timur


benteng peninggalan Belanda di Kebumen, Jawa Tengah. Adalah
Benteng Van Der Wijck, benteng yang dibangun pada abad ke 18
oleh Belanda ini dulunya merupakan sebagai tempat pertahanan
dan penyerangan.
Benteng Van Den Bosch, merupakan
benteng yang dibangun pada tahun 1839
ketika tentara Belanda dipimpin oleh
Jenderal Johannes Van den Bosch.
Benteng Van Den Den Bosch pada awalnya
merupakan markas pertahanan tentara
Belanda yang berada di Ngawi. Kini,
benteng Van Den Bosh menjadi salah satu
situs bersejarah bernilai tinggi yang
menawarkan spot menarik bagi pecinta
wisata sejarah.
Bentuk jendela dan pintu
bergaya arsitektur Eropa

KO LOM BERGAYA YUNANI (DO RIK)


BENTENG PENDEM CILACAP

KARAKTER RUANG DALAM


TAMPAK

• Bahan banunan menggunakan batu-bata merah.


• Pelengkung bergaya yunani dan romawi pelengkung
tumpul dan pelengkung setengah lingkaran
• Terdapat kolom bergaya yunani dan romawi
• Lantai mengunakan
• Terdapat entablatur dan pediment

G APURA
 IPTEKS
BENTUK GEOMETRIKA
Ciri menonjol terletak pada bentuk dasar bangunan dengan trap-trap tangga naik (cripedoma).
Kolom-kolom dorik, ionik dan corinthian dengan berbagai bentuk ornamen pada kapitalnya.
Bentuk pedimen, yakni bentuk segi tiga berisi relife mitos Yunani atau Romawi di atas deretan
kolom. Bentuk-bentuk tympanum (konstruksi dinding berbentuk segi tiga atau setengah
lingkaran) diletakkan di atas pintu dan jendela berfungsi sebagai hiasan.

1. Penggunaan gewel (gable) pada fasade


bangunan yang biasanya berbentuk segitiga.
2. Penggunaan tower pada bangunan. 3.Penggunaan
dormer pada atap bangunan yaitu model jendela atau
bukaan lain yang letaknya di atap dan mempunyai
atap tersendiri.

Gewel (GABLE)
4.Model denah yang simetris dengan
satu lantai atas.
5.Model atap yang terbuka dan
kemiringan tajam.
6.Mempunyai pilar di serambi depan dan
belakang yang menjulang ke atas bergaya
Yunani.
7.Penggunaan skala bangunan yang
tinggi sehingga berkesan megah.
8.Model jendela yang lebar dan
berbentuk kupu tarung (dengan dua
daun jendela), dan tanpa overstek
(sosoran).

DOMER
 LANGGAM
Gaya dan karakter visual arsitektur kolonial
Belanda

Kolom dorik
MOLDING
B. KARAKTER ARSITEKTUR

 RUANG DALAM
pada rumah arsitektur kolonial
Belanda
 Ruang luar

Memiliki halaman yang luas pada halaman


baelakang dan depan

Pintu masuk dan keluar berada di depan


sudut kiri dan kanan
 KARAKTER RUANG (RUANG DAN DALAM)

a. Ruang luar
ciri-ciri arsitektur ruang luar
• Intramorus dalam konteks permukiman di dalam kota atau hunian dikelilingi
oleh dinding pada zaman clasic eropa
• Membuat Galeri atau serambi sepanjang bangunan sebagai antisipasi dari
hujan dan sinar matahari.
• Terletak ditanah luas dengan kebun di depan, samping dan belakang.

b. Ruang dalam
ciri-ciri arsitektur ruang dalam
• Denah simetris penuh dengan satu lantai atas dan ditutup dengan atap perisai.
• Temboknya tebal
• Lantainya dari marmer
• Beranda depan dan belakang sangat luas dan terbuka
 KARAKTER BENTUK DAN TAMPILAN
Contoh gedung arsip nasional
Abad 16 sampai tahun 1800-an
Bangunan perkotaan orang Belanda
pada periode ini masih bergaya
Belanda dimana bentuknya cenderung
panjang dan sempit, atap curam dan
dinding depan bertingkat bergaya
Belanda di ujung teras. Bangunan ini
tidak mempunyai suatu orientasi
bentuk yang jelas, atau tidak Kediaman Reine de Klerk (sebelumnya
beradaptasi dengan iklim dan Gubernur Jenderal Belanda) di Batavia. Dan
lingkungan setempat. sekarang menjadi Gedung Arsip
Nasional
Bentuk paling utama di dominasi oleh bentuk persegi panjang
(badan bangunan) dan di kombunasikan bentuk limasan
pada (bentuk atap)
 KRAKTER STURUKTUR DAN KONSTRUKSI

Gedung Arsip Nasional


• Untuk struktur bangunan, seluruh sisi dinding bangunan
museum arsip dibangun menggunakan beton bertulang,
yang cukup kokoh hingga saat ini.
• Bangunan ini terdiri dari 2 lantai dengan 1 loteng.
Bangunan tersebut berdinding putih yang memiliki denah
persegi dengan luas 25m x 25m, yang dibagi menjadi
beberapa ruangan.

• Bangunan rumah induk, termasuk bergaya tertutup atau


close dutch style, disebut tertutup karena tidak memiliki
serambi muka atau belakang yang terbuka seperti
lazimnya di daerah tropis. Namun ini disesuaikan dengan
langit2 yang tinggi.
Contoh sistem konstruksi pada Gereja Protestan
di Indonesia bagian Barat (GPIB) Bethel.

kuda-kuda atap mengunakan Atap perisai


kayu dengan ketinggian 16 m Penutup atap mengunakan
kemiringan 39° atap sirap

Atap pelana pelengkung

Ketebalan
dinding adalah
45-60 cm
Pondasi
mengunakan Mengunakan
pondasi dalam sistem dinding
(pondasi batu pemikul
kali)
 KRAKTER UNSUR-UNSUR ARSITEKTURAL
 Tower
Penggunaan tower di atas bangunan
mulai tahun 1900-an sampai tahun
1940-an (Hadinoto 1996). berbentuk
segi delapan dengan towernya
sendiri diberi buka-bukaan kecil
sebagai ornamen dan juga
penyesuaian terhadap iklim tropis.

 Bukaan pada Kantor Pos


Bukaan di Kantor Pos juga ada dua jenis,
Pertama yang bentuk persegi panjang
dengan memanjang ke atas ini
dimaksudkan agar udara dan sinar yang
masuk ke dalam bangunan tidak terlalu
besar. Sementara bentuk kedua dengan
bukaan yang diberi bentukan lengkungan
di bagian atas. Di tiap-tiap bukaan selalu
dilengkapi dengan kisi-kisi agar tidak
terlalu banyak cahaya yang masuk ke
dalam bangunan.
Konstruksi pelengkung Jendela dengan kaca patri
C. PERBEDAAN DAN KESERUPAAN

 Dari segi bentuk dan


tampilan

Arsitektur kolonial belanda sesudah


Arsitektur kolonial beradaptasi dengan lingkungan jawa
belanda sebelum
• Bentuk simetris dan melebar
• Bentuk simetris • Atap limasan yang lebih kecil
• Atap limasan atap lebih
• Bangunan kelihatan lebih besar dan megah
tinggi • Mengandung unsur warna putih dan hitam
• Bangunan kelihatan lebih besar
• Mengandung unsur jawa terlihat pada
dan megah
bentuk atap yang menjadi fokalpoint.
• Mengandung unsur warna putih
 SISTEM KONSTUKSI

 Pintu gandeng
dengan ukuran
besar, konstruksi
kayu, terdapat
ukiran dengan
cara di pahat,
bentuk kusen
menyerupai,
bentuk kolom
dan balok gaya
arsitektur yunani.

 Jendela jenis
kupu-kupu tarung
dengan ukuran
yang besar,
menggunakan
konstutuksi kayu
Tabel 1. Elemen Denah
Bangunan
Gaya Indische Gaya Arsitektur Gaya Arsitektur
Empire (Ages Transisi (1890-1915) Kolonial Moderen (1915-
18-19) 1940)

Simetri Simetri Tidak simetri


(bervariasi)

Central room Teras mengelilingi


Teras mengelilingi ada penahan sinar matahari

Tabel 2. Elemen Tampak


Bang unangaya
Dominasi menghilangkan Unsymmetry
kolom Yunani gaya kolom Yunani
Serambi depan Gevel Desain Bersih
(untuk Galeri)
Teras belakang Menara di pintu
masuk
Symmetry
Tabel 3. Elemen Material Bangunan

Gaya Indische Gaya Arsitektur Gaya Arsitektur


Empire (Ages 18- Transisi (1890- Kolonial
19) 1915) Moderen (1915-
1940)

Batu bata Batu bata Batu bata

menggunakan penggunaan penggunaan kaca


kayu pada kuda- dominan kayu minim terutama
kuda atap pintu pada rangka atap, pada kaca jendela
dan jendela pintu dan jendela

Tidak banyak Menggunakan


menggunakan kaca terbatas
kaca
Tabel 4. Sistem Konstruksi

Gaya Indische Gaya Arsitektur Gaya Arsitektur


Empire (Ages 18- Transisi (1890- Kolonial
19) 1915) Moderen (1915-
1940)

Dinding pemikul, Gevelbearer System konstruksi


kolom di depan dan dinding dengan rangka
belakang gevel depan yang
mencolok

Menggunakan bentuk atap didominasi oleh


sistem konstruksi pelana dan perisai bahan penutup
kolom dan balok dengan atap pelana atau
menggunakan sirap
penutup atap
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR TERSEBUT HINGGA MASA KINI
(TERMAKSUK DI KOTA KUPANG)

Kota kupang
Gereja di flores timur Larantuka Gereja di kabupaten sikka
KESIMPULAN
Pada dasarnya bangunan kolonial Belada menganut gaya klasik eropa. Hal tersebut terlihat pada
bangunan simetris, dari bata merah tanpa di plester dan dekorasi-dekorasi klasik cornice, ocolus,
amortizement sehingga elemen-elemen bangunan berciri eropa seperti pelengkung, menara dan
lain-lain tetap ada. Dalam arsitektur unsur-unsur teknik adalah suatu hal yang tidak dapat di
abaikan. Kepekaan pada arsitek belanda terhadap iklim dan lingkungan tropis terlihat pada elemen-
elemen konstruksi untuk mengatur penghawaan dan pencahayaan dan juga perlindungan terhadap
hujan. Hampir semua bangunan terutama yang besar-besar, mempunyai yang mengelilingi ruang-
ruang pada bagian luar bagian ini mempunyai fungsi ganda, sebagai penghubung isolasi panas dan
sinar matahari lansung demikian juga atap besar dengan kemiringan tajam, bakan kadang-kadang
terdiri dari dua lapis dengan celah untuk mengalirkan panas. Konstruksi gang diluar baik pada lantai
satu atau pada lantai atas, banyak terdapat pada bangunan tradisonal terutama pada rumah-rumah
panggung. Dari kenyataan ini maka dapat di perkirakan bahwa kemungkinan besar sistem tersebut
menjadi sumber inspirasi pada arsitek Belanda dalam merencanakan bangunan. Untuk dapat
menghasilkan karya bangunan yang bermutu, harus belajar dari alam, lingkungan, budaya dan tata
cara masyarakat dengan kata lain arsitek hendak nya belajar dari masa lampau untuk membangun
masa sekarang maupun yang akan datang. Oleh karena itu bangunan lama yang suda di uji
keberasilannya melalui perjalanan sejarah baik yang teradisonal, moderen, hendaknya di lestarikan.
Bangunan tersebut, dapat menjaadi bahan bukti peninggalan sejarah pada umunya dan kususnya
sejara perkembangan arsitektur dan budaya bangsa.

Anda mungkin juga menyukai