Anda di halaman 1dari 9

BANGUNAN KOLONIAL

GEDUNG SATE
SHERINA MEVIANSHA
1704104010044
SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II
Nama lama : Gouvernements
Bedrijven (GB)
Gaya arsitektur : New Indies Style,
Rasionalisme
Belanda
Lokasi : Bandung, Indonesia
Alamat : Jalan Diponegoro No.
22
Mulai dibangun : 27 Juli 1920
Selesai : September 1924
Jumlah lantai :3
Luas lantai : 27.990,859 m2
Arsitek : J.Gerber
Perancang lain : Eh. De Roo, G.
Hendriks
• Gagasan untuk membangun sejarah berdirinya gedung sate berawal dari penilaian pihak Belanda bahwa
Batavia tidak lagi menjadi ibukota yang pantas karena berbagai perkembangan yang terjadi di sana. Gedung
Sate dibangun untuk menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda, karena para petinggi menganggap bahwa
iklim di Bandung sama dengan iklim Perancis Selatan ketika sedang musim panas. Pembangunannya
direncanakan melibatkan 2000 pekerja dimana 150 orang diantaranya adalah pemahat atau ahli pengukir batu
nisan dan kayu berkebangsaan Cina yang berasal dari Kanton. Ada pula tukang batu, kuli dan peladen yang
berasal dari pembangunan Gedong Sirap di Kampus ITB dan Gedong Papak di Balaikota Bandung.

• Peletakan batu pertama pada sejarah gedung sate


yang di masa Hindia Belanda dikenal dengan nama
Gouvernements Bedrijven (GB) dilakukan oleh
Johanna Caterina Coops, putri sulung Walikota
Bandung yang bernama B. Coops serta Petronella
Roelofsen sebagai wakil Gubernur Jenderal JP
Graaf Van Limburg Stirum pada 27 Juli 1920.
Perencanaan gedung sate dilakukan oleh tim yang
terdiri dari Ir. J. Gerber, arsitek kenamaan lulusan
Fakultas Teknik Delft Nederland, Ir. Eh. DeRoo dan
Ir. G. Hendriks dan dari pihak Gemeente Van
Bandoeng yang diketuai oleh Kolonel. Purn. VL.
Slors. Gedung Sate dibangun selama 4 tahun
tepatnya pembangunan selesai pada bulan
September 1924, berupa bangunan induk, Kantor
Pusat PTT (Pos, Telepon dan Telegraf) dan Gedung
Perpustakaan.
• Bagian Fasad atau tampak depan gedung juga memiliki
sejarah tersendiri karena dibangun dengan menggunakan
sumbu poros utara-selatan yang juga diterapkan pada
Gedung Pakuan, menghadap gunung Malabar di Selatan,
sementara gedung sate dibangun menghadap gunung
Tangkuban Perahu di Utara. Batu – batu yang digunakan
dalam konstruksi berukuran 1 x 1 x 2 m yang diambil
dari perbukitan Bandung Timur, dipasang sesuai standar
teknik sehingga Gedung Sate masih kuat dan kokoh
berdiri hingga sekarang.

• Dalam proses pembangunannya, maestro arsitek Belanda Dr. Hendrik


Petrus Berlage turut memberi saran agar Gerber memasukkan unsur
tradisional Indonesia sehingga Gedung Sate memiliki gaya arsitektur
unik yang berupa perpaduan arsitektur Indo Eropa. Jendela yang
digunakan untuk gedung sate bertema Moor, yang berasal dari Spanyol.
Keseluruhan bangunan bergaya Reinassance Italia, sementara menara
bergaya Asia sehingga mirip seperti Pagoda yang ada di Thailand dan
atap pura Bali. Puncak Gedung Sate dihiasi oleh ornamen menyerupai
tusuk sate dengan enam buah bulatan sebagai lambang dari biaya
pembangunan yang mencapai 6 juta Gulden.
• Sejarah berdirinya Gedung Sate berlanjut pada tahun 1977 dengan
pembangunan gedung baru hasil karya Ir. Sudibyo yang gaya arsitekturnya
menyerupai gedung utama, dibuat khusus untuk para anggota DPRD Jawa
Barat. Pada tahun 1980 gedung sate lebih dikenal sebagai kantor Gubernur
karena digunakan sebagai pusat aktivitas dari pemerintahan Provinsi Jawa
Barat yang sebelumnya terletak di Gedung Kerta Mukti di Jalan Braga
Bandung
• Di dalam museum yang berkonsep digital ini terdapat sejarah kota
Bandung sejak 1890, mencakup sejarah kota Bandung pasca
kemerdekaan, sejarah kota Bandung zaman pra kolonial – kolonial,
sejarah Gedung Sate sejak dibangun hingga sekarang, juga bioskop
mini berkapasitas 35 orang yang memutar film pendek mengenai
sejarah Gedung Sate, dan ruangan Augmented Reality yang membuat
para pengunjung seolah – olah kembali berada di zaman lampau atau
naik balon udara. Pada akhir pekan, gedung sate kerap dijadikan
lokasi untuk acara tertentu, termasuk adanya pasar kaget yang hanya
ada di pagi hari Minggu sampai siang.
• Gedung Sate telah menjadi salah satu tujuan objek
wisata di kota Bandung. Khusus wisatawan manca
negara banyak dari mereka yang sengaja
berkunjung karena memiliki keterkaitan emosi
maupun history pada Gedung ini. Keterkaitan emosi
dan history ini mungkin akan terasa lebih lengkap
bila menaiki anak tangga satu per satu yang tersedia
menuju menara Gedung Sate. Ada 6 tangga yang
harus dilalui dengan masing-masing 10 anak tangga
yang harus dinaiki.
• Membandingkan Gedung Sate dengan bangunan-
bangunan pusat pemerintahan (capitol building)
di banyak ibu kota negara sepertinya tidak
berlebihan. Persamaannya semua dibangun di
tengah kompleks hijau dengan menara sentral
yang megah. Terlebih dari segi letak gedung sate
serta lanskapnya yang relatif mirip dengan
Gedung Putih di Washington, DC, Amerika
Serikat. Dapat dikatakan Gedung Sate adalah
"Gedung Putih"nya kota Bandung.
Denah Gedung Sate
Interior Gedung Sate

Anda mungkin juga menyukai