Anda di halaman 1dari 27

Masjid Raya

Sumatera Barat
Masjid di Indonesia

Masjid Raya Sumatera Barat adalah


masjid terbesar di Sumatera Barat,
terletak menghadap Jalan Khatib
Sulaiman, Kecamatan Padang Utara,
Kota Padang. Masjid ini masih dalam
tahap konstruksi sejak peletakan batu
pertama pada 21 Desember 2007.
Pembangunan dikerjakan secara
bertahap karena keterbatasan anggaran
dari provinsi.
Masjid Raya Sumatera Barat

Informasi umum

Letak Kota Padang,


Sumatera Barat,
Indonesia

Kepemimpinan Pemerintah Provinsi


Sumatera Barat

Deskripsi arsitektur

Arsitek Rizal Muslimin

Spesifikasi

Kapasitas 5.000–6.000 orang

Tinggi (maks) 47 meter (154 kaki)

Menara 1
Tinggi menara 85 meter (279 kaki)

Meski tidak rutin, Masjid Raya Sumatera


Barat telah dipusatkan sebagai tuan
rumah kegiatan keagamaan skala
regional seperti tablig akbar, pertemuan
jemaah, penyelenggaraan Salat Ied
hingga Salat Jumat setiap minggunya.
Sejak awal tahun 2012, pemerintah
provinsi memusatkan kegiatan wirid rutin
jajaran pegawai negeri sipil untuk
memperkenalkan masjid.[1][2] Namun,
frekuensi pemakaian masjid untuk
aktivitas ibadah masih terbatas karena
belum rampungnya fasilitas listrik dan
ketiadaan air bersih.[3]
Konstruksi masjid terdiri dari tiga lantai.
Ruang utama yang dipergunakan sebagai
ruang salat terletak di lantai dua,
terhubung dengan teras terbuka yang
melandai ke jalan. Denah masjid
berbentuk persegi yang melancip di
keempat penjurunya, menampilkan
bentuk bentangan kain ketika empat
kabilah suku Quraisy di Mekkah berbagi
kehormatan memindahkan batu Hajar
Aswad dengan memegang masing-
masing sudut kain. Bentuk sudut lancip
sekaligus mewakili atap bergonjong
pada rumah adat Minangkabau rumah
gadang.

Pembangunan
Peletakan batu pertama

Kompleks Masjid Raya Sumatera Barat


menempati area seluas 40.343 meter
persegi di perempatan Jalan Khatib
Sulaiman dan Jalan Ahmad Dahlan.
Bangunan utama yakni masjid terdiri dari
tiga lantai dengan denah seluas 4.430
meter persegi. Peletakan batu pertama
sebagai tanda dimulainya pembangunan
dilakukan pada 21 Desember 2007 oleh
Gubernur Sumatera Barat Gamawan
Fauzi.
Meski belum rampung, Masjid Raya Sumbar telah
diperkenalkan kepada publik untuk kegiatan terbatas
sejak 2012

Pengerjaan pembangunan masjid telah


melewati empat tahap. Tahap pertama
untuk menyelesaikan struktur bangunan
menghabiskan waktu dua tahun sejak
dimulai pada awal tahun 2008. Tahap
kedua dilanjutkan dengan pengerjaan
ruang salat dan tempat wudu pada 2010.
Tahap ketiga selama tahun berikutnya
meliputi pemasangan keramik lantai dan
eksterior masjid. Tiga tahap pertama
berjalan dengan mengandalkan
akomodasi APBD Sumatera Barat
sebesar Rp103,871 miliar, Rp15,288
miliar, dan Rp31 miliar. Memasuki tahap
keempat yang dimulai pada pertengahan
2012, pengerjaan menggunakan kontrak
tahun jamak. Tahap keempat
menggandalkan anggaran sebesar
Rp25,5 miliar untuk menyelesaikan ramp,
teras terbuka yang melandai ke jalan.
Pekerjaan pembangunan sempat terhenti
selama tahun 2013 karena ketiadaan
anggaran dari provinsi.
Terkait keterbatasan pendanaan, alokasi
APBD Sumatera Barat untuk
pembangunan masjid semula
direncanakan hanya sebagai dana
stimulan. Pada awalnya, panitia
pembangunan yang diketuai oleh Marlis
Rahman sempat menghimpun
sumbangan masyarakat untuk
membantu pembangunan masjid, selain
melakukan kerja sama dengan pihak
swasta dan negara Timur Tengah.
Bantuan dari masyarakat dan perantau,
termasuk donasi via nada sambung
hanya berjalan untuk tahap pertama
pembangunan. Adapun bantuan dari luar
negeri, Pemerintah Arab Saudi telah
berencana mengirimkan bantuan untuk
mendukung pembangunan masjid pada
tahun 2009. Namun, bantuan dari Arab
Saudi bernilai 50 juta dolar Amerika
Serikat datang bersamaan dengan
gempa bumi Sumatera Barat 2009
sehingga pemerintah melalui Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional
mengalihkan peruntukan bantuan untuk
keperluan rehabilitasi dan rekonstruksi di
Sumatera Barat.[4][5][6]

Pemakaian perdana
Masjid Raya Sumbar saat pemakaian perdana, 2014

Mengawali tahun 2014, Pemerintah Turki


mengirimkan bantuan karpet permadani
untuk mendukung penyelenggaran
ibadah seiring kerja sama yang dibangun
oleh pemerintah provinsi. Salat Jumat
perdana menandai pembukaan Masjid
Raya Sumatera Barat untuk salat rutin
pada 7 Februari 2014. Masjid dibuka
untuk umum dengan frekuensi terbatas,
karena belum rampungnya fasilitas listrik
dan air bersih. Masjid Raya Sumatera
Barat untuk kali petama digunakan
sepanjang malam bulan Ramadhan.
Pada tahun 2014, pemerintah provinsi
kembali menganggarkan dana Rp17,19
miliar untuk pembangunan tahap kelima,
meliputi pengerjaan interior kubah.
Selama pengerjaan, kegiatan ibadah
diselenggarakan di lantai dasar.
Penyelesaian ramp yang diguanakan
sebagai jalur evakuasi dikerjakan dengan
memanfaatkan anggaran sebesar Rp15
miliar dari APBD provinsi pada tahun
2015.[7][8] Memasuki pertengahan 2016,
penyelesaian fasad dan lantai masjid
dilanjutkan dengan menggunakan
alokasi dana Rp37,2 miliar dari
pemerintah provinsi. Akibatnya, masjid
ditutup untuk kegiatan ibadah sejak 19
September.[9][10] Sampai tahun 2016,
ketujuh tahap pertama pembangunan
Masjid Raya Sumatera Barat telah
menghabiskan anggaran Rp240,751
miliar.[11]

Penyelesaian

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (tengah) dan


Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno (kanan).
Lewat kerja sama yang dibangun Pemrov Sumbar,
Jawa Barat ikut membantu penyelesaian
pembangunan Masjid Raya Sumbar.
Pada 2016, pemerintah Sumatera Barat
mendapat bantuan dari Kementerian
Pekerjaan Umum RI sebesar Rp11 miliar
yang digunakan untuk pembangunan
pekarangan.[12] Pada tahap kedelapan,
kelanjutan pembangunan dibiayai melalui
penerimaan dana bantuan keuangan
khusus dari dua provinsi yakni Jawa
Barat dan Papua dengan total sebesar
Rp12,499 miliar.[11] Anggaran bersumber
dari pemerintah provinsi Papua sebesar
Rp5 miliar dan Jawa Barat sebesar Rp7,5
miliar. Bantuan tersebut digunakan untuk
penyelesaian lantai dasar masjid[13] yang
akan dijadikan ruangan pertemuan,
ruang penjagaan, pustaka, instansi listrik,
dan berbagai lainnya.[14]
Penyelesaian mihrab pada lantai satu
dan area parkir menurut rencana akan
didanai dari APBD Sumatera Barat
2017.[15] Setelah penetapan APBD 2017,
Masjid Raya Sumatera Barat kembali
mendapat penambahan anggaran
sebesar Rp19,5 miliar untuk
pembangunan satu menara, berubah dari
rancangan awal sebanyak empat
menara. Selain itu, terdapat tambahan
dana sebesar Rp24 miliar yang
bersumber dari APBN untuk
penyelesaian taman dan area parkir
masjid.[16]

Pengerjaan menara molor dari target.


Terhitung 31 Desember 2017, pekerjaan
hanya merampungkan 71% fisik menara
dengan memakan biaya Rp14,4 miliar.[17]
Pemerintah daerah menyepakati
memberikan perpanjangan waktu kepada
kontraktor hingga Maret 2018, sementara
kontraktor mendapatkan denda sebagai
konsekuensi. Sisa anggaran
pembangunan menara tahun
sebelumnya sebesar Rp5,1 miliar
dianggarkan kembali pada APBD 2018
yang digabungkan dengan biaya
penyelesaian interior masjid dan menara.
Total, penyelesiaan Masjid Raya Su‐
matera Barat dilanjutkan kembali dengan
anggaran Rp12 miliar pada APBD
2018.[18] Adapun dari pemerintah pusat,
terdapat tambahan dana untuk
pembangunan pagar yang belum
selesai.[19]

Arsitektur

Interior Masjid Raya Sumbar

Arsitektur Masjid Raya Sumatera Barat


memakai rancangan yanng dikerjakan
oleh arsitek Rizal Muslimin, pemenang
sayembara desain yang diikuti oleh 323
arsitek dari berbagai negara pada 2007.
Dari ratusan peserta, 71 desain masuk
sebagai nominasi dan diseleksi oleh tim
juri yang diketuai oleh sastrawan Wisran
Hadi. Konstruksi bangunan dirancang
menyikapi kondisi geografis Sumatera
Barat yang beberapa kali diguncang
gempa berkekuatan besar. Menurut
rancangan, kompleks bangunan akan
dilengkapi pelataran, taman, menara,
ruang serbaguna, fasilitas komersial, dan
bangunan pendukung untuk kegiatan
pendidikan.

Masjid Raya Sumatera Barat


menampilkan arsitektur modern yang tak
identik dengan kubah. Atap bangunan
menggambarkan bentuk bentangan kain
yang digunakan untuk mengusung batu
Hajar Aswad. Ketika empat kabilah suku
Quraisy di Mekkah berselisih pendapat
mengenai siapa yang berhak
memindahkan batu Hajar Aswad ke
tempat semula setelah renovasi Kakbah,
Nabi Muhammad memutuskan
meletakkan batu Hajar Aswad di atas
selembar kain sehingga dapat diusung
bersama oleh perwakilan dari setiap
kabilah dengan memegang masing-
masing sudut kain.

Ruang utama yang dipergunakan sebagai


tempat salat di lantai dua adalah ruang
lepas. Lantai dua dengan elevasi tujuh
meter dapat diakses langsung melalui
ramp, teras terbuka yang melandai ke
jalan. Dengan luas 4.430 meter persegi,
lantai dua diperkirakan dapat
menampung 5.000-6.000 jemaah. Lantai
dua ditopang oleh 631 tiang pancang
dengan pondasi poer berdiameter 1,7
meter pada kedalaman 7,7 meter.
Dengan kondisi topografi yang masih
dalam keadaan rawa, kedalaman setiap
pondasi tidak dipatok karena
menyesuaikan titik jenuh tanah tanah.
Adapun lantai tiga berupa berupa
mezanin berbentuk leter U memiliki luas
1.832 meter persegi.
Mural di Pasar Raya Padang yang menampilkan
Masjid Raya Sumbar. Masjid itu telah menjadi ikon
sekaligus daya tarik wisata Sumatera Barat.

Konstruksi rangka atap menggunakan


pipa baja. Gaya vertikal beban atap
didistribusikan oleh empat kolom beton
miring setinggi 47 meter dan dua balok
beton lengkung yang mempertemukan
kolom beton miring secara diagonal.
Setiap kolom miring ditancapkan ke
dalam tanah dengan kedalaman 21
meter, memiliki pondasi tiang bor
sebanyak 24 titik dengan diameter 80
centimeter. Pekerjaan kolom miring
melewati 13 tahap pengecoran selama
108 hari dengan memperhatikan titik
koordinat yang tepat.[20]

Masjid Raya Sumatera Barat memiliki


kepengurusan resmi dengan
dikeluarkannya SK Gubernur tentang
pengangkatan pengurus. Pengurus terdiri
dari pejabat pemerintah provinsi diketuai
oleh Sekretaris Daerah Ali Asmar.

Rujukan
1. ^ "Masjid Raya Sumbar Alternatif
Tempat Shalat Id" . ANTARA. 14 Agustus
2012. Diakses tanggal 21 Desember 2014.
2. ^ "Melihat Efektivitas Pengajian di
Masjid Raya Sumbar" . Harian Haluan. 21
Maret 2012. Diakses tanggal 21 Desember
2014.
3. ^ "Pembangunan Masjid Raya Sumbar
Dikebut" . Padang Ekspres. 16 Juli 2012.
Diakses tanggal 21 Desember 2014.
4. ^ "DPRD Akan Panggil BNPB terkait 500
M Dana Hibah Arab Saudi" . 2 Agustus
2010.
5. ^ "Rp 400 M Bantuan Gempa Arab Saudi
Peruntukannya Ditentukan Bappenas" .
Republika. 12 Juni 2010.
6. ^ "Arab Saudi akan Bantu Korban
Gempa 50 Juta Dolar" . Republika. 7
Oktober 2009.
7. ^ "Butuh Rp148 Miliar untuk
Penyelesaian Masjid Raya Sumbar" .
Harian Haluan.
8. ^ Pembangunan Mesjid Raya Sumatera
Barat .
9. ^ "Bangunan Mesjid Raya Sumbar Unik
dan Tinggi Nilai Seni, Pengerjaan Butuh
Ketelitian" .
10. ^ Belanja Modal Pengadaan Bangunan
Sarana Peribadahan (Pembangunan
Mesjid Raya Tahap VII) .
11. ^ a b Agus Yulianto. "Pembangunan
Masjid Raya Sumbar Habiskan Dana Rp
253,251 Miliar" . Republika. 17 November
2016.
12. ^ "Pembangunan Masjid Raya Sumbar
Dilanjutkan". 4 Juni 2016. Harian Haluan.
13. ^ Biaya Finishing Lantai Dasar -
Kegiatan Finishing Lantai Dasar Mesjid
Raya Sumatera Barat .
14. ^ Yudha Manggala P. Putra. "Masjid
Raya Sumbar Bisa Digunakan Kembali
Januari" . '"Republika. 7 December 2016.
15. ^ "Berubah, Menara Masjid Raya
Sumbar Hanya akan Dibangun Satu Saja" .
16. ^ "Rp19 Miliar untuk Menara Masjid
Raya" . Harian Haluan. 20 Desember 2016.
17. ^ Pekerjaan Tak Rampung, Kontraktor
Menara Masjid Raya Sumbar Dikenai
Didenda . 12 Januari 2018. Harian
Singgalang.
18. ^ "Legislator: Menara Masjid Raya
Sumbar Harus Selesai Sesuai Jadwal" .
ANTARA. Diakses tanggal 5 Februari 2018.
19. ^ "Presiden Sholat Jumat di Masjid
Raya Sumbar" . 9 Februari 2018. ANTARA.
20. ^ Pemerintah Provinsi Sumatera Barat
(5 Maret 2009). "Dana Pembangunan
Masjid Raya Sumbar Tahap II Rp150 M" .
Diakses tanggal 21 Desember 2014.

Wikimedia Commons memiliki galeri


mengenai:
Great Mosque of West Sumatra

Pranala luar
Utasan Masjid Raya Sumbar di situs
skyscrapercity.com

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Masjid_Raya_Sumatera_Barat&oldid=13769
263"

Terakhir disunting 2 bulan yang lal…

Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali


dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai