Anda di halaman 1dari 11

MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137

Volume 14, No.1, Maret 2017

GAYA & KARAKTER VISUAL ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA


DI KAWASAN BENTENG ORANJE TERNATE

Oleh:

Hery Purnomo
(Mahasiswa Magister Arsitektur, Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi, hery_arsitektur@yahoo.co.id)

Judi O. Waani
(Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, judiwaani@yahoo.com)

Cynthia E.V. Wuisang


(Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, cynthia.wuisang@unsrat.ac.id)

Abstrak

Arsitektur kolonial Belanda merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya Barat dan Timur.
Arsitektur kolonial Belanda hadir melalui karya arsitek Belanda dan diperuntukkan bagi bangsa Belanda
yang tinggal di Indonesia, pada masa sebelum kemerdekaan. Benteng Oranje merupakan salah satu
bangunan peninggalan Belanda yang ada di Ternate. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali lebih
dalam tentang gaya dan karakteristik visual bangunan yang ada di kawasan Benteng Oranje. Jenis penelitian
yang digunakan ialah penelitian kualitatif-rasionalistik dengan metode deskriptif, yaitu mendeskripsikan
objek/ bangunan pada kawasan Benteng Oranje dan menganalisa gaya dan karakter visual bangunan. Hasil
penelitian diperoleh gaya bangunan kolonial di kawasan benteng Oranje dominan dipengaruhi oleh gaya
arsitektur peralihan (1890-1915).

Kata Kunci: Benteng Oranje, Gaya/ Style Bangunan, Karakter Visual, Bangunan Kolonial Belanda, Ternate.

PENDAHULUAN lebih dikenal dengan gaya Arsitektur


Kolonial.
Sejarah Arsitektur Kolonial Belanda di
Arsitektur Kolonial Belanda tersebar
Indonesia pada hakekatnya merupakan bagian
luas hampir diseluruh wilayah Nusantara.
integral dari sejarah perkembangan arsitektur
Kolonialisasi yang dilakukan oleh bangsa
Indonesia. Arsitektur Kolonial di Indonesia
Belanda di Indonesia menghasilkan banyak
menurut Sumalyo (1993), merupakan
sekali tinggalan berupa bangunan dan benteng
fenomena budaya yang unik, karena terjadi
yang bergaya arsitektur Kolonial. Bangunan
percampuran budaya antara pendatang dengan
dan benteng yang dibangun oleh Belanda
kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam.
bertujuan untuk mendukung aktifitas
Pengaruh percampuran budaya yang dibawa
perdagangan selama masa penjajahan. Salah
oleh bangsa Belanda pada arsitektur bangunan
satu benteng yang di bangun bangsa Belanda,
dan bentuk kota yang ada di Indonesia
yaitu Benteng Oranje Ternate. Menurut Amal
merupakan gaya dan konsep arsitektur yang
(2010), kawasan Benteng Oranje merupakan
sedang berkembang di benua Eropa pada
peninggalan masa penjajahan yang dibangun
masa tersebut. Gaya dan konsep arsitektur
diatas piung-puing bekas benteng Portugis
tersebut disesuaikan dengan iklim tropis dan
oleh bangsa Belanda pada tahun 1607
ketersediaan bahan di Indonesia, sehingga
dengan nama benteng Melayu, dua tahun
diperoleh bentuk baru yang menyerupai
kemudian (1609) benteng Melayu
bentuk di negara mereka. Bentuk yang lahir
disempurnakan dan diubah namanya
dari percapuran budaya pada masa tersebut

GAYA & KARAKTER VISUAL ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA


DI KAWASAN BENTENG ORANJE TERNATE
- 23 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

menjadi benteng Oranje (fort Oranje) oleh KAJIAN PUSTAKA


Gubernur pertama Belanda Paulus van
1. Gaya Arsitektur Kolonial di Indonesia
Carden. Menurut Irianto (2010), pada tahun
Gaya secara etimologi dalam bahasa
1840 benteng Oranje direnovasi total oleh
Indonesia merupakan padanan dari bahasa
Belanda karena benteng Oranje mengalami
Inggris yaitu Style; yang berarti alat pengores.
kerusakan hebat akibat gempa.
Gaya atau Style, adalah tanda-tanda dimana
Benteng Oranje dibangun oleh Belanda
seorang peneliti dapat memperkirakan atau
dengan tujuan untuk mendukung aktifitas
mengamati gaya melalui ciri-ciri khasnya.
monopoli rempah-rempah di Ternate. Untuk
Lahirnya gaya dipengaruhi oleh kebutuhan,
mendukung aktifitas perdagangan bangsa
lingkungan dan seniman pelakunya. Perasaan
Belanda, kawasan benteng Oranje dilengkapi
ingin lebih dari yang ada disekelilingnya
dengan beberapa bangunan didalamnya antara
mendorong seseorang untuk menciptakan
lain: Rumah kediaman Gubernur jenderal
sesuatu yang lain, dari yang sudah ada.
Hindia Belanda, Rumah sakit, Barak prajurit
Menurut Gustami (2000), gaya yang lahir
dan Bangunan pengintai. Hasil observasi di
berpijak pada gaya yang sedang dianut dan
lapangan menunjukkan, bangunan
mengadopsi dari gaya sebelumnya,
peninggalan Belanda yang ada dikawasan
diaplikasikan sesuai dengan kemampuan diri
benteng Oranje sudah mulai rusak, ada
sehingga melahirkan gaya baru.
beberapa bangunan yang rusak dibiarkan
Gaya kolonial (Dutch Colonial)
begitu saja dan ada bangunan yang dipugar
menurut Wardani (2009) adalah gaya desain
tanpa memperhatikan keaslian bentuknya.
yang cukup popular di Belanda (Netherland)
Permasalahannya, apabila bangunan
tahun 1624-1820. Gaya desain ini timbul dari
yang rusak dipugar tanpa ada rekaman bentuk
keinginan dan usaha orang Eropa untuk
asli dalam bentuk data grafis, akibatnya
menciptakan daerah jajahan seperti negara
lambat laun bangunan bersejarah di kawasan
asal mereka. Pada kenyataannya, desain tidak
Benteng Oranje kehilangan identitas dan
sesuai dengan bentuk aslinya karena
karakteristik bangunannya. Agar bangunan di
perbedaan iklim, kurangnya ketersediaan
kawasan Benteng Oranje tidak kehilangan
material dan perbedaan teknik di negara
karakteristik sebagai bangunan peninggalan
jajahan. Akhirnya, diperoleh bentuk
dengan gaya arsitektur kolonial Belanda,
modifikasi yang menyerupai desain di negara
maka diperlukan adanya rekaman/dokumen
mereka.
bentuk asli dalam bentuk data grafis
Gaya arsitektur Kolonial di Indonesia
bangunannya. Penelitian ini bertujuan untuk
dalam perkembangannya menurut Handinoto
mengidentifikasi gaya bangunan dan
(2012) terbagi menjadi tiga yaitu; Indische
mengetahui karakter visual bangunan yang
Empire style (Abad 18-19); Arsitektur
ada dikawasan Benteng Oranje agar terjaga
Transisi (1890-1915) dan Arsitektur Kolonial
keasliannya.
modern (1915-1940), dapat dijelaskan sebagai
berikut:

GAYA & KARAKTER VISUAL ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA


DI KAWASAN BENTENG ORANJE TERNATE
- 24 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

a. Gaya Arsitektur Indische Empire style terletak pada sebidang tanah yang luas dengan
(Abad 18-19)
kebun di depan, samping dan belakang.
Gaya arsitektur Indische Empire style
b. Gaya Arsitektur Transisi (1890-1915)
di Indonesia menurut Handinoto (2008),
diperkenalkan oleh Herman Willen Daendels Menurut Handinoto (2012), arsitektur
saat dia bertugas sebagai Gubernur Jendral transisi di Indonesia berlangsung sangat
Hindia Belanda (1808-1811). Indische Empire singkat, arsitektur transisi berlangsung pada
Style (gaya Imperial) adalah suatu gaya akhir abad 19 sampai awal abad 20 antara
arsitektur yang berkembang pada pertengahan tahun 1890 sampai 1915. Peralihan dari abad
abad ke-18 sampai akhir abad ke-19. Gaya 19 ke abad 20 di Hindia Belanda dipenuhi
arsitektur Indische Empire Style pada mulanya oleh perubahan dalam masyarakatnya.
muncul di daerah pinggiran kota Batavia Modernisasi dengan penemuan baru dalam
(Jakarta), munculnya gaya tersebut sebagai bidang teknologi dan perubahan sosial akibat
akibat dari suatu kebudayaan Indische Culture dari kebijakan politik pemerintah kolonial
yang berkembang di Hindia Belanda. pada saat itu mengakibatkan perubahan
Indische secara harfiah berarti “Indies” bentuk dan gaya dalam bidang arsitektur.
atau Hindia. Kebudayaan Indische adalah Perubahan gaya arsitektur pada zaman transisi
percampuran kebudayaan Eropa, Indonesia atau peralihan (antara tahun 1890-1915) dari
dan sedikit kebudayaan dari orang China gaya arsitektur “Indische Empire” menuju
peranakan, Milano dalam Handinoto (2012). arsitektur “Kolonial modern” sering
Mengungkapkan ciri-ciri arsitektur Indische terlupakan.
Empire Style antara lain: Denahnya berbentuk Ciri-ciri arsitektur transisi menurut
simetris penuh, ditengah terdapat “central Handinoto (2012), antara lain: denah masih
room” yang terdiri dari kamar tidur utama dan mengikuti gaya „Indische Empire’, simetri
kamar tidur lainnya. “central room” tersebut penuh, pemakaian teras keliling pada
berhubungan langsung dengan teras depan dan denahnya masih dipakai dan ada usaha untuk
teras belakang (voor galerij dan achter menghilangkan kolom gaya Yunani pada
galerij). Teras tersebut biasanya sangat luas tampaknya. Gevel-gevel pada arsitektur
dan diujungnya terdapat barisan kolom yang Belanda yang terletak ditepi sungai muncul
bergaya Yunani (Doric, Ionic, Corinthian). kembali, ada usaha untuk memberikan kesan
Dapur, kamar mandi/WC, gudang dan daerah romantis pada tampak dan ada usaha untuk
service lainnya merupakan bagian yang membuat menara (tower) pada pintu masuk
terpisah dari bangunan utama dan letaknya utama, seperti yang terdapat pada banyak
ada dibagian belakang. Kadang-kadang gereja Calvinist di Belanda. Bentuk atap
disamping bangunan utama terdapat paviliun pelana dan perisai dengan penutup genting
yang digunakan sebagai kamar tidur tamu. masih banyak dipakai dan ada usaha untuk
Kalau rumah tersebut berskala besar biasanya memakai konstruksi tambahan sebagai
ventilasi pada atap (dormer).

GAYA & KARAKTER VISUAL ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA


DI KAWASAN BENTENG ORANJE TERNATE
- 25 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

c. Gaya Arsitektur Kolonial Modern (1915- fitur yang membentuk dan membedakan
1940)
sebuah individu. Karakter dapat dipahami
Menurut Handinoto (1993), arsitektur sebagai satu atau sejumlah ciri khas yang
modern merupakan sebuah protes yang terdapat pada individu atau kelompok tertentu
dilontarkan oleh Arsitek-arsitek Belanda yang dapat digunakan untuk membedakan
sesudah tahun 1900 atas gaya Empire Style. individu atau kelompok tersebut dari individu
Arsitek Belanda yang berpendidikan akademis atau kelompok lainnya.
mulai berdatangan ke Hindia Belanda, mereka Menurut Fajarwati (2011), karakter
mendapatkan suatu gaya arsitektur yang dari sebuah objek arsitektur merupakan
cukup asing, karena gaya arsitektur Empire keberagaman atau kekhasan yang tersusun
Style yang berkembang di Perancis tidak menjadi ciri-ciri objek arsitektural atau
mendapatkan sambutan di Belanda. susunan elemen dasar yang terangkai sehingga
Arsitektur Modern memiliki ciri-ciri membuat objek tersebut mempunyai kualitas
denah lebih bervariasi, sesuai dengan anjuran atau kekhasan yang membedakan dengan
kreatifitas dalam arsitektur modern. Bentuk objek lain.
simetri banyak dihindari, pemakaian teras
a. Karakter Arsitektur Indische Empire
keliling bangunan sudah tidak dipakai lagi,
Style (Abad 18-19)
sebagai gantinya sering dipakai elemen
Arsitektur Indische Empire Style (Abad
penahan sinar. Berusaha untuk menghilangkan
18-19) menurut Handinoto (2006), memiliki
kesan tampak arsitektur gaya “Indische
karakter konstruksi atap perisai dengan
Empire” ( tampak tidak simetri lagi), tampak
penutup atap genting, bahan bangunan
bangunan lebih mencerminkan “Form Follow
konstruksi utamanya adalah batu bata (baik
Function” atau “Clean Design”. Bentuk atap
kolom maupun tembok), pemakaian kayu
masih didominasi oleh atap pelana atau
terutama pada kuda-kudanya, kosen maupun
perisai, dengan bahan penutup genting atau
pintunya dan pemakaian bahan kaca belum
sirap. Sebagian bangunan dengan konstruksi
banyak dipakai.
beton, memakai atap datar dari bahan beton
yang belum pernah ada pada jaman
b. Karakter Arsitektur Transisi (1890-1915)
sebelumnya.
Menurut Handinoto (2006), karakter
2. Karakter Visual Bangunan Kolonial arsitektur transisi memiliki konstruksi atap
Belanda di Indonesia
pelana dan perisai, penutup atap genting,
Karakter visual pada bangunan Pemakaian ventilasi pada atap (dormer),
kolonial Belanda di Indonesia memiliki bentuk atap tinggi dengan kemiringan besar
karakter visual yang berbeda-beda, perbedaan antara 450-600, Penggunaan bentuk lengkung,
karakter visual pada bangunan dapat kita lihat kolom order yunani sudah mulai ditinggalkan,
berdasarkan gaya arsitektur pada bangunan kolom-kolom sudah memakai kayu dan beton,
tersebut. Karakter menurut Adenan (2012), dinding pemikul, Bahan bangunan utama bata
dapat diartikan sebagai salah satu atribut atau

GAYA & KARAKTER VISUAL ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA


DI KAWASAN BENTENG ORANJE TERNATE
- 26 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

dan kayu dan pemakaian kaca (terutama pada dengan cara memotret kondisi bangunan dan
jendela) masih sangat terbatas. mencatat informasi maupun data yang
diperoleh dilapangan. Studi literatur dilakukan
c. Karakter Arsitektur Kolonial Moderen
dengan cara mengkaji tulisan-tulisan dan
(1915-1940)
berbagai konsep serta berbagai teori-teori
Karakter visual Arsitektur kolonial
yang berkaitan dengan perkembangan
moderen (1915-1940) menurut Handinoto
Arsitektur kolonial Belanda di Indonesia dan
(2006), antara lain: menggunakan atap datar
sejarah benteng Oranje Ternate, sehingga
dari bahan beton, pemakaian gevel horizontal,
diperoleh data-data untuk menganalisa gaya
mulai menggunakan besi cor, sudah mulai
dan karakter visual bangunan.
memakai bahan kaca dalam jumlah yang
besar, penggunaan warna putih yang dominan,
HASIL DAN PEMBAHASAN
dinding hanya berfungsi sebagai penutup dan
penggunaan kaca (terutama pada jendela) Kawasan Benteng Orange terletak di
yang cukup lebar. jalan dr. Hasan Boesoiri, Kelurahan
Gamalama, Kecamatan Ternate Tengah, Kota
Ternate, Provinsi Maluku Utara. Sejarah
METODOLOGI PENELITIAN
Berdirinya Benteng Oranje tidak terlepas dari
Jenis penelitian yang digunakan adalah
hasil bumi yang ada di Ternate yaitu rempah-
kualitatif rasionalistik dengan metode
rempah. Menurut Amal (2010), kedatangan
deskriptif, metode deskriptif bertujuan untuk
bangsa Belanda diawali oleh seorang
mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan
Laksamana VOC yang bernama Cornelis
keadaan sesuatu. Menurut Muhadjir (2002),
Matelief de Jonge pada tahun 1607 yang
metode deskriptif dilakukan dengan cara
berdalih membantu Sultan Ternate untuk
mengumpulkan data dari hasil observasi
mengusir bangsa Spanyol yang berkuasa di
lapangan, dokumentasi/ sketsa dan studi
Ternate. Atas keberhasilan de Jonge
literatur yang berhubungan dengan objek
mengalahkan Spanyol dari Ternate, Sultan
studi. Observasi/pengamatan pada arsitektur
Ternate memberikan ijin de Jonge untuk
bangunan kolonial Belanda di kawasan
mendirikan sebuah benteng dengan nama
Benteng Oranje Ternate, dilakukan dengan
Fort Oranje. Kawasan Benteng Oranje
cara melihat dan mengamati gaya dan karakter
dilengkapi dengan bangunan pendukung
visual bangunan secara langsung pada
antara lain: ex Rumah kediaman Gubernur
bangunan yang menjadi studi kasus dalam
Jenderal Hindia Belanda yang saat ini berubah
penelitian ini. Pengamatan gaya bangunan
fungsi menjadi Kantor UPTD Dinas
meliputi denah, tampak, bahan bangunan yang
Pariwisata Kota Ternate, 2) ex Rumah Sakit
digunakan dan sistem konstruksi yang
berubah fungsi menjadi Museum seni dan
dipakai. Pengamatan karakter visual meliputi
Budaya, 3) ex Barak prajurit berubah fungsi
bentuk atap, dinding eksterior, pintu dan
menjadi Ruang pamer dan mini teater, dan 4)
jendela. Dokumentasi/sketsa dilakukan

GAYA & KARAKTER VISUAL ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA


DI KAWASAN BENTENG ORANJE TERNATE
- 27 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

ex bangunan Pengintai berubah fungsi Ternate memberikan ijin de Jonge untuk


menjadi Rest room. mendirikan sebuah benteng diatas puing-
Gaya dan karakter visual bangunan puing benteng bekas peninggalan bangsa
yang menjadi objek dalam penelitian dianalisa Portugis.
menggunakan metode deskriptif. Untuk Kawasan Benteng Oranje merupakan
mendapatkan gaya yang mempengaruhi peninggalan masa penjajahan yang dibangun
arsitektur bangunan, variabel/objek kajian diatas piung-puing bekas benteng Portugis
yang digunakan antara lain berupa; denah, oleh bangsa Belanda pada tahun 1607
tampak, pemakaian bahan bangunan dan dengan nama benteng Melayu, dua tahun
sistem konstruksi yang dipakai. Untuk kemudian (1609) benteng Melayu
mendapatkan karakter visual pada bangunan, disempurnakan dan diubah namanya
variabel/objek kajian yang digunakan antara menjadi benteng Oranje (fort Oranje) oleh
lain berupa; bentuk atap, dinding eksterior, Gubernur pertama Belanda Paulus va Carden,
pintu dan jendela. Analisa gaya dan karakter dan pada tahun 1840 benteng Oranje
visual bangunan yang ada dikawasan Benteng direnovasi total oleh Belanda karena benteng
Oranje diperoleh hasil sebagai berikut: Oranje mengalami kerusakan hebat akibat
gempa. Untuk mendukung aktifitas
1. Sejarah singkat benteng Oranje Ternate
perdagangan bangsa Belanda, kawasan
Sejarah Berdirinya Benteng Oranje benteng Oranje dilengkapi dengan beberapa
tidak terlepas dari hasil bumi yang ada di bangunan didalamnya antara lain: Rumah
Ternate yaitu rempah-rempah. Kedatangan kediaman Gubernur jenderal Hindia Belanda
bangsa Belanda diawali oleh seorang yang saat ini beralih fungsi menjadi Kantor
Laksamana VOC yang bernama Cornelis UPTD Dinas Pariwisata Kota Ternate, Rumah
Matelief de Jonge pada tahun 1607 yang sakit menjadi Museum seni dan Budaya,
berdalih membantu Sultan Ternate untuk Barak prajurit menjadi Ruang Pamer & Mini
mengusir bangsa Spanyol yang berkuasa di Teater dan Bangunan pengintai menjadi Rest
Ternate. Atas keberhasilan de Jonge room.
mengalahkan Spanyol dari Ternate, Sultan

Gambar 1
Peta Kawasan Benteng Oranje Ternate / Lokasi Penelitian

GAYA & KARAKTER VISUAL ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA


DI KAWASAN BENTENG ORANJE TERNATE
- 28 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

2. Gaya bangunan Arsitektur Kolonial di jendela. Dinding bangunan merupakan


kawasan Benteng Oranje
dinding batu yang terbuat dari campuran batu
Dari hasil analisa dan pembahasan kali dan batu kapur, diplester, dinding
yang dilakukan, gaya bangunan bangunan bangunan merupakan konstruksi dinding
kolonial Belanda yang ada di kawasan pemikul.
benteng Oranje adalah sebagai berikut: Hasil analisis menunjukan gaya
bangunan kantor UPTD Dinas Pariwisata
a. Kantor UPTD Dinas Pariwisata Kota
Kota Ternate adalah 38.50% mendekati gaya
Ternate
Indische Empire (Abad 18-19), 58.00%
Denah bangunan relatife simetris,
mendekati gaya arsitektur Peralihan (1890-
terdapat ruang tengah (central room) yang
1915) dan 14.00% mendekati gaya arsitektur
menghubungkan teras depan (voor galerij)
Kolonial moderen (1915-1940).
dan teras belakang (achter galerij). Tampak
bangunan simetris mengikuti bentuk denah b. Museum seni dan budaya
bangunan, ada usaha menghilangkan kolom
Denah bangunan relatif simetris,
gaya Yunani pada teras depan (voor galerij)
memiliki teras depan (Voor galerij) dan teras
dan teras belakang (achter galerij), dengan
belakang belakang (Achter galerij), untuk
menggunakan kolom dari kayu yang
menghindari masuknya sinar matahari
berbentuk persegi.
langsung dan tampiasnya air hujan. Tampak
simetris mengikuti bentuk denah bangunan,
ada usaha menghilangkan kolom gaya
Yunani, dengan memakai kolom kayu
berbentuk persegi pada teras depan (Voor
galerij) dan teras belakang (Achter galerij).

Gambar 2
Kantor UPTD Dinas Pariwisata Kota Ternate

Bangunan kantor UPTD Dinas


Pariwisata Kota Ternate menggunakan bahan Gambar 3
Museum Seni dan Budaya
utama dari kayu baik pada atap, pintu maupun

GAYA & KARAKTER VISUAL ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA


DI KAWASAN BENTENG ORANJE TERNATE
- 29 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

Bangunan Museum seni dan budaya


menggunakan bahan utama dari kayu baik
pada atap, pintu maupun jendela. Sudah mulai
menggunakan bahan kaca pada jendela dalam
jumlah terbatas. Dinding bangunan
merupakan konstruksi dinding pemikul yang
terbuat dari susunan batu kali dan batu kapur
yang diplester.
Hasil analisis menunjukan gaya Gambar 4
Ruang Pamer dan Mini Teater
bangunan Museum seni dan budaya adalah
28.25% mendekati gaya Indische Empire Hasil analisis menunjukan gaya
(Abad 18-19), 46.75% mendekati gaya bangunan Ruang pamer dan mini teater adalah
arsitektur Peralihan (1890-1915) dan 14.00% 22.00% mendekati gaya Indische Empire
mendekati gaya arsitektur Kolonial moderen (Abad 18-19), 41.25% mendekati gaya
(1915-1940). arsitektur Peralihan (1890-1915) dan 30.50%
mendekati gaya arsitektur Kolonial moderen
c. Ruang pamer dan mini teater
(1915-1940).
Denah bangunan sudah bervariasi
d. Rest room
(asimetris), bentuk denah lebih condong
kepada fungsi bangunan “Form follow Denah bangunan sangat sederhana,
function”. Tampak bangunan sudah lebih bangunan cenderung berbentuk simetris.
bervariasi (asimetris), ditemukan penggunaan Terdapat teras pada bagian depan bangunan,
ornamen pada dinding berupa bentuk teras ditopang oleh deretan kolom dari kayu.
lengkung pada setiap bukaan, baik pada pintu Tampak cenderung simetris, ada usaha untuk
maupun jendela. Banyak terdapat bukaan pada menghilangkan kesan arsitektur Indische
tampak bagian depan, dengan menghadirkan empire pada tampaknya, dengan menganti
jendela panel kayu berukuran besar (gigantis). kolom gaya Yunani dengan kolom dari kayu
Atap bangunan berbentuk perisai dengan berbentuk persegi. Atap bangunan berbentuk
konstruksi kuda-kuda dari kayu, dengan bahan perisai dengan konstruksi kayu, dengan
penutup atap sirap berwarna abu-abu. penutup atap sirap berwarna abu-abu. Dinding
Ditemukan adaya ornamen pada bagian atap pada bangunan merupakan dinding pemikul
berupa ventilasi udara (dormer). Dinding pada yang terbuat dari susunan batu kali dan batu
bangunan merupakan dinding pemikul terbuat kapur yang diplester. Pintu dan jendela
dari susunan batu kali dan batu kapur. Bahan menggunakan bahan utama dari kayu, belum
utama pintu dan jendela dari kayu, belum ditemukan pemakaian bahan kaca pada
ditemukan adanya penggunaan bahan kaca bukaan (pintu maupun jendela).
pada bangunan.

GAYA & KARAKTER VISUAL ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA


DI KAWASAN BENTENG ORANJE TERNATE
- 30 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

Gambar 5
Bangunan Rest Room

Hasil analisis menunjukan gaya


bangunan Rest room adalah 24.25% Gambar 6
Bentuk Atap pada Bangunan Kolonial
mendekati gaya Indische Empire (Abad 18- di Kawasan Benteng Oranje Ternate
19), 49.50% mendekati gaya arsitektur
b. Dinding
Peralihan (1890-1915) dan 14.00% mendekati
gaya arsitektur Kolonial moderen (1915- Hasil analisis menunjukkan dinding
1940). bangunan kolonial Belanda di kawasan
Benteng Oraje Ternate Bangunan

3. Karakteristik Visual bangunan Kolonial menggunakan konstruksi dinding pemikul,


di kawasan Benteng Oranje dinding tebal dengan ketebalan antara 40-80
Karakter visual bangunan dapat dilihat cm, dinding bertekstur halus, terbuat dari
dari sifat maupun ciri-ciri khusus pada tiap campuran batu kali dan batu kapur yang di
elemen bangunan. Dari hasil analisa yang plester.
dilakukan, karakter visual bangunan kolonial
Belanda yang ada dikawasan benteng Oranje
diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Atap

Hasil analisis menunjukkan atap


bangunan kolonial Belanda di kawasan
Benteng Oraje Ternate memiliki dua jenis
yaitu atap perisai (limasan) dengan ventilasi
udara (dormer) dan tanpa ventilasi udara
(dormer). Atap memiliki sudut kemiringan Gambar 7
0 0
Bentuk dinding pada bangunan kolonial
besar yaitu antara 38 -58 . Bahan penutup di kawasan benteng Oranje Ternate
atap dari sirap.

GAYA & KARAKTER VISUAL ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA


DI KAWASAN BENTENG ORANJE TERNATE
- 31 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

c. Kolom d. Pintu

Hasil analisis menunjukkan kolom Hasil analisis menunjukkan pintu


bangunan kolonial Belanda di kawasan bangunan kolonial Belanda di kawasan
Benteng Oraje Ternate Deretan kolom Benteng Oraje Ternate memiliki beberapa
bangunan terbuat dari kayu berbentuk persegi, kesamaan yaitu: Pintu panel kayu berukuran
tidak ditemukan adanya penggunaan ornamen besar (gigantis), model pintu ganda dengan
pada kolom bangunan, ukuran kolom lebih ornamen geometri persegi dengan ventilasi
ramping, kolom yang digunakan berdiameter berjenis jalusi.
20 x 20cm.
e. Jendela

Hasil analisis menunjukkan jendela


bangunan kolonial Belanda di kawasan
Benteng Oraje Ternate yaitu: Jendela kayu
dengan ukuran besar (gigantis), model jendela
ganda (krepyak) berjenis jalusi dari kayu dan
jendela ganda dengan ornamen persegi
berbahan kaca polos.

Gambar 8
Bentuk kolom pada bangunan kolonial
di kawasan benteng Oranje Ternate

Gambar 1
Bentuk Pintu pada Bangunan Kolonial
di Kawasan Benteng Oranje Ternate

Penutup

Kesimpulan yang dapat ditarik


berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Gambar 9
Bentuk Pintu pada Bangunan Kolonial 1. Gaya bangunan peninggalan kolonial
di Kawasan Benteng Oranje Ternate
Belanda yang ada dikawasan Benteng
Oranje Ternate dominan dipengaruhi oleh

GAYA & KARAKTER VISUAL ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA


DI KAWASAN BENTENG ORANJE TERNATE
- 32 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

gaya arsitektur Transisi (1890-1915) yaitu Fajarwati, Nur Annisa. (2011). Pelestarian
Bangunan Utama Eks Rumah Dinas
58.00% pada kantor UPTD Dinas
Residen Kediri. Malang: e-journal
Pariwisata Kota Ternate, 46.75% pada arsitektur vol.4, Universitas Brawijaya.
Museum seni dan budaya, 41.25% pada Gustami, S.P. (2000). Studi Komparasi Gaya
Seni Yogya – Solo. Yogyakarta: Yayasan
Ruang pamer dan 49.50% pada Rest room.
untuk Indonesia.
2. Karakter visual bangunan peninggalan
Handinoto. (1993). Arsitek G.C. Citroen dan
kolonial Belanda yang ada dikawasan Perkembangan Arsitektur Kolonial
Belanda di Surabaya (1915-1940). Jurnal
Benteng Oranje Ternate antara lain:
Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 19.
Memiliki bentuk atap perisai, dengan Surabaya: Universitas Kristen Petra press.
sudut kemiringan antara 380 sampai 580 Hartono, Samuel & Handinoto. (2006).
Arsitektur Transisi di Nusantara dari
dengan bahan penutup atap sirap. Dindin
Akhir Abad 19 ke Awal Abad 20 ( Studi
merupakan konstruksi dinding pemikul, Kasus Kompleks Bangunan Militer di
Jawa pada Peralihan Abad 19 ke 20).
dinding tebal dengan ketebalan antara 40-
Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 34.
80 cm, dinding bertekstur halus, terbuat Surabaya. Universitas Kristen Petra.
dari campuran batu kali dan batu kapur Handinoto. (2008). Daendels dan
yang di plester. Kolom bangunan terbuat Perkembangan Arsitektur di Hindia
Belanda Abad 19. Jurnal Dimensi Teknik
dari kayu berbentuk persegi, kolom yang Arsitektur Vol. 36. No. 1. Surabaya:
digunakan berdiameter 20 x 20 cm. Model, Universitas Kristen Petra press.

jenis, ukuran, jumlah dan perletakan pintu Handinoto. (2012). Arsitektur dan Kota-Kota
di Jawa pada masa Kolonial. Yogyajakta:
setiap bangunan berbeda. Pintu Graha Ilmu.
berdiameter besar, daun pintu ganda, Irianto, Nurachman. (2010). Penempatan
menggunakan bahan dari kayu. Model, Benteng-benteng Kolonial Eropa di Pulau
Ternate ( Dalam Peta pelayaran dan
jenis, ukuran, jumlah dan perletakan Perdagangan). Tesis. Universitas Gajah
jendela setiap bangunan berbeda. Jendela Mada. Yogyakarta

terdapat tiga model yaitu jendela panel Muhadjir, Noeng. (2002). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake
kayu massif, jendela krepyak dan jendela Sarasih.
panil kaca. Jendela menggunakanan bahan Sumalyo, Yulianto. (1993.). Arsitektur
kayu dan kombinasi kaca polos/ bening. Kolonial Belanda di Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Pers.

DAFTAR PUSTAKA Wardani, Laksmi. (2009). Gaya Desain


Kolonial Belanda pada Interior Gereja
Adenan, Khaerani, Etc. (2012). Karakter Katolik Hati Kudus Yesus Surabaya.
Visual Arsitektur A.F. Aalbersdi Bandung Surabaya: Jurnal Dimensi Interior Vol. 7
(1930-1946)- Studi Kasus: Kompleks No. 1. Universitas Kristen Petra press.
Villa’s dan Woonhuizen. Bandung. Jurnal
lingkungan binaan Indonesia.
Amal, M. Adnan. (2010). Kepulauan Rampah-
rempah: Perjalanan Sejarah Maluku Utara
12-50-1950. Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.

GAYA & KARAKTER VISUAL ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA


DI KAWASAN BENTENG ORANJE TERNATE
- 33 -

Anda mungkin juga menyukai