Anda di halaman 1dari 2

Ahady Farrel Febriyanto

21040117130098
Kelompok 11

Herman Thomas Karsten

Herman Thomas Karsten adalah seorang arsitek dan juga planner dari Hindia
Belanda. Karsten lahir di Amsterdam, Belanda pada tanggal 22 April 1884. Karsten
merupakan putra dari seorang profesor filsafat dan Wakil ketua chancellor di Universitas
Amsterdam dan ibunya adalah seorang kelahiran Jawa Tengah. Karsten adalh figur
planner penting dan juga menjadi panutan bagi planner-planner di Indonesia.
Ilmu arsitektur yang ia pelajari didapatkan dari Sekolah Tinggi Teknik
(Technische Hoogeschool) di Delft, Belanda dan lulus tahun 1908. Karsten kemudian
berangkat ke Hindia Belanda pada tahun 1914 karena ajakan dari Henri Maclaine Pont
yang memiliki Biro Arsitektur. Selama periode 1915 – 1941, Karsten telah merencanakan
12 dari 19 kota di Jawa, 3 dari 9 kota di Sumatera, dan satu kota di Borneo.
Pada tahun 1921, Thomas Karsten mempresentasikan karya tulisnya tentang
Indies Town Planning di Kongres Desentralisasi. Karsten berpendapat bahwa
perencanaan kota merupakan aktivitas yang saling terkait antara beberapa bidang seperti
teknolog, sosial, maupun ekonomi yang harus dipertimbangkan demi terciptanya
keselarasan lingkungan perkotaan. Karya tulis ini dianggap radikal saat itu terutama
dalam pemecahan masalah-masalah kolonial layaknya dominasi rumah bagi warga eropa,
kepemilikan lahan, dan perbaikan budaya. Karsten memberikan pengaruh yang besar
terhadap perencanaan pulic housing seperti pedoman kota bagi perluasan perkotaan dan
perumahan, prioritas hak atas lahan, dan subsidi 50% untuk perbaikan kampung.
Masalah perencanaan kota yang dihadapi Karsten adalah cara merekonsiliasi
pertentangan tatanan yakni antara jawa, eropa, dan cina. Sebagai solusinya Karsten
memperkenalkan apa yang disebut Cultural Pedagogy. Konsep ini mengatakan arsitektur
harus berkontribusi terhadap emansipasi budaya dalam memodernkan lingkungan kota
kolonial. Bentuk kota yang baik bagi Karsten adalah kombinasi makna sosial dan
spiritual secara umum yang dalam konteks rumah seharusnya mengekspresikan perasaan
sosial dan individu bagi penghuninya.
Karsten bergabung dalam sebuah perkumpulan budaya jawa yang disebut
Insituut de Java. Perkumpulan tersebut adalah perkumpulan yang peduli terhadap
budaya-budaya jawa. Karsten banyak mengkritik para arsitek belanda yang saat itu lebih
berkonsep “menaruh eropa di jawa” baginya jawa adalah jawa. Karsten menganggap kota
adalah suatu organisme hidup yang terus tumbuh. Dalam rencana pengembangan kota
menurutnya penting keberadaan taman-taman kota serta ruang terbuka hijau yang saat ini
dua hal tersebut mulai terabaikan. Akibat filosofi Karsten ini muncullah gaya arsitektur
Indische yang populer pada masa pra-kemerdekaan.
Ahady Farrel Febriyanto
21040117130098
Kelompok 11

Beberapa karya telah ia ciptakan di kota-kota seluruh Indonesia. Kota-kota tersebut antara
lain Batavia (Jakarta), Meester Cornelis (Jatinegara) Bandung, Buitenzorg (Bogor),
Semarang (Pasar Johar), Surakarta (Pasar Gede Harjonagoro dan stasiun Solo Balapan),
Malang, Purwokerto, Palembang, Padang, Medan, Banjarmasin, dan bahkan sampai
merancang perumahan murah di bagian barat daya Kota Magelang, yaitu Kwarasan. Gaya
khas Karsten adalah kepeduliannya terhadap lingkungan hidup dan menghargai nilai
kemanusiaan.
Secara politis Thomas Karsten adalah orang yang pro terhadap kemerdekaan.
Seorang planner yang sangat berjasa terhadap perkembangan kota-kota di Indonesia.
Thomas Karsten juga sangat peduli terhadap kebudayaan jawa yang merupakan
kebudayaan ibunya sendiri. Kepedulian terhadap lingkungan dan ruang terbuka hijau ia
telah buktikan dengan karya-karyanya di seluruh kota Indonesia. Cita-citanya untuk
meninggal di bumi pertiwi tercapai walaupun harus dalam situasi yang tragis di Cimahi
pada tahun 1945.

Sumber:
Chandra, Arya Try.(2015). “Herman Thomas Karsten-Biografi” dalam
www.medium.com diakses pada 23 Oktober 2017.

Anda mungkin juga menyukai