Anda di halaman 1dari 24

FORT ROTTERDAM

IN MAKASSAR
Nama : Dena Mardatillah Dwi Pangestu

Nim : 052001700034

Dosen : IR. SRI HANDJAJANTI, MT


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat-


Nya, sehingga Buku Panduan untuk mata kuliah Sejarah
Nusantara ini dapat tersusun hingga selesai. Semoga buku
panduan yang berisi tentang Arsitektur Kolonial di Makassar
yaitu Fort Rotterdam ini dapat menambah pengetahuan bagi
para pembaca.

Saya menyadari dalam Buku Panduan ini masih


banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi
kesempurnaan Buku Panduan ini.

Depok, 21 Juni 2018

Penulis

Dena Mardatillah

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………..i

Daftar Isi………………………………………………..ii

BAB I Pendahuluan……………………………………iii

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan

BAB II Pembahasan…………………………………..,iv

2.1 Sejarah Benteng Fort Rotterdam

2.2 Arsitektur Benteng Fort Rotterdam

Bab III Penutup…………………………………………v

3.1 Kesimpulan

Daftar
Pustaka…………………………………………………vi

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberagaman Arsitektur di Indonesia dimulai
dari masa kerajaan hingga sekarang. Banyak
peninggalan colonial yang hingga sampai saat ini
masih ada. Salah satunya Arsitektur Kolonial di
Makassar yaitu Benteng Fort Rotterdam dan Gedung
Mulo. Arsitektur Kolonial sendiri merupakan sebutan
singkat untuk langgam arsitektur yang berkembang
selama masa pendudukan Belanda di tanah air.
1.2 Tujuan
- Mengetahui sejarah Benteng Fort Rotterdam
- Mengetahui Arsitektur Benteng Fort Rotterdam

iii
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH FORT ROTTERDAM

Benteng Ujung Pandang atau yang saat ini dikenal


sebagai Benteng Fort Rotterdam dibangun oleh Raja Gowa IX
yang bernama I Manrigau Deang Bonto Karaeng Lakiung
Tumapa Ri’si Kallona yang kemudian diselesaikan oleh Raja
Gowa X pada tahun 1545. Benteng ini berada dipinggir pantai
sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng Fort
Rotterdam merupakan lambang kemegahan dan kejayaan Raja
Gowa pada abad ke 16 dan 17. Benteng ini telah mengalami
beberapa pergantian nama diantaranya Benteng Panyyua yang
diberikan oleh rakyat Gowa karena bentuk benteng
menyerupai penyu yang sedang merayap turun ke laut.

iv
Bentuk penyu memiliki filosofi sebagai makhluk
yang mampu hidup di darat dan di laut. Filosofi penyu yang
dianggap
mencerminkan kondisi Kerajaan Gowa pada masa itu yang
berjaya di daratan maupun di lautan karena mampu
menguasai hampir seluruh daratan Pulau Sulawesi.
Pada tahun 1677 pemerintahan Belanda mengambil
alih kekuasaan dan merubuhkan benteng peninggalan
Kerajaan Gowa, kemudian dibangun kembali dan ditata
sesuai dengan gaya arsitektur Belanda. Pada tahun 1942,
dilakukan penambahan gedung berlantai satu di dalam
benteng pada bagian selatan yaitu Bastion Mandarsyah
dengan gaya arsitektur Eropa. Memasuki tahun 1945, benteng
ini dijadikan sebagai pusat komando yang kemudian beralih
fungsi menjadi pusat kebudayaan dan seni di Kota Makassar
hingga saat ini. Hampir keseluruhan bangunan pada kawasan
Benteng Fort Rotterdam didominasi dengan gaya dan corak
arsitektur kolonial yang menjadi simbol kekuasaan
Pemerintahan Kolonial Belanda. Dengan pendirian bangunan
arsitektur kolonial di tanah Kerajaan Gowa menjadi bukti
besarnya pengaruh pemerintahan Belanda di Kota Makassar.
Sebagai bangunan sejarah, benteng ini merupakan bukti nyata
kisah panjang masa kolonialisme yang pernah ada di bumi
nusantara. Selain itu, benteng ini juga menjadi saksi bisu
sejarah panjang Kota Makassar dengan keagungan dan
kemegahan Benteng Fort Rotterdam sebagai
wujud fisik representasi kolonialisme.
2.2 ARSITEKTUR BENTENG FORT ROTTERDAM

Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum


Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-
Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat
Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Luas Benteng Rotterdam Makassar adalah 28.595,55


meter bujur sangkar, dengan ukuran panjang setiap sisi
berbeda, serta tinggi dinding berfariasi antara 5-7 meter
dengan ketebalan 2 meter. Memiliki 16 buah bangunan
dengan luas 11.605,85 m2

Jl. Ujung Pandang, Bulo


Gading, Ujung Pandang,
Kota Makassar, Sulawesi
Selatan 90171

Fort Rotterdam awalnya hanyalah benteng yang


terbuat dari tanah liat, yang selanjutnya dibangun kembali
menggunakan batu padas dari pegunungan Karst.
JALAN MENUJU
GEREJA TEMPAT
PEMIMPIN
MENARA

DENAH ORANG BONE PENGINTAI

NEGOTIC ORANG
COMPOTOIR BUTON

KEDIAMAN
SEKRETARIA CAPILYNS
T
CABANG KEDIAMAN
PERTUKARAN GUBERNUR
PERKAYUAN
PASAR GEDUNG
TEMPAT
SENJATA
KEPALA
PENJAGA
KEPALA
PEMIMPIN
JALAN KE DAGANG
TEMPAT
PEMIMPIN TEMPAT
PENDETA
ORANG PROTESTAN
AMBON

PENGADILAN ORANG MANDAR

TEMBOK
PERTAHANANN
POS PENJAGAAN

PAGAR SEKOLAH
BESAR
BENTUK BENTENG : PENYU
SITE PLAN Bentuk penyu yang sedang merangkak ke arah laut,
karena menghadap kea rah pantai Losari. Bentuk
penyu memiliki filosofi sebagai makhluk yang
mampu hidup di darat dan di laut. Filosofi penyu
dianggap mencerminkan kondisi Kerajaan Gowa
yang berjaya di daratan maupun di lautan karena
kemampuan Raja Gowa IX dan Raja Gowa ke XI
yang menguasai hampir seluruh daratan Pulau
Sulawesi.
BENTUK PENYU
MERUPAKAN CIRI
KHAS BENTENG
KOLONIAL BELANDA

PADA BENTENG FORT


ROTTERDAM TERDAPAT
BAGIAN KEPALA DAN EKOR
YANG TIDAK DIMILIKI PADA
BENTENG KOLONIAL LAINNYA
GERBANG UTAMA

GERBANG UTAMA
TAMPAK DARI
LUAR BENTENG
Tampak depan gerbang
utama berbentuk lengkung
dan tidak memiliki ornamen
sehingga berkesan simple
disertai papan nama
benteng pada bagian atas
gerbang.
GERBANG
UTAMA TAMPAK
DARI DALAM

Tampak dari dalam


benteng. Bentuk gerbang
yang melengkung diikuti
dengan ornament susunan
batu yang dibuat seirama
sehingga menambah nilai
estetika benteng. Dengan
menggunakan batu padas
hitam
PINTU GERBANG UTAMA

Pintu gerbang utama yang


bertekstur simple namum
mampu memberikan
ATAP FORT ROTTERDAM
kesan kekokohan benteng.
Terbuat dari kayu dan
terdapat baut besi.

Tampak Atas
bangunan Fort
Rotterdam
Bentuk atap pada bangunan-
bangunan Fort Rotterdam
adalah atap pelana, dimana
atap pelananya memiliki
kemiringan yang tajam

PINTU FORT ROTTERDAM

Pintu Masuk menuju


Ruang tahanan. Pintu
yang terbuat dari kayu.
Pintu Tahanan yang
terbuat dari besi

JENDELA FORT ROTTERDAM

Dormer,
jendela yang
terdapat pada
bagian atap.
Jendela yang terdapat di
dinding yang terbuat
dari kayu. Dan diatas
jendela terdapat jendela
berbentuk segitiga yang
dilapisi dengan kaca.

Model jendela yang lebar


dan berbentuk kupu
tarung(dua daun jendela)

Jendela tahanan yang


bertralis besi

Jendela kayu yang


terdiri dari dua daun
jendela
Pada jendela terdapat besi
tralis

Jendela kayu yang terdapat


garis-garis pada daun
jendela

Pada benteng Fort Rotterdam terdapat 5 bastion


disetiap sudut benteng.

Bastion
Mandarsyah
Bastion
Butung
Bastion
Amboina
Bastion Bone
Bastion Bacon

Tiap bastion dihubungkan dengan dinding benteng


yang tebalnya 2 meter. Bastion adalah bagian sudut-sudut
benteng yang letaknya lebih tinggi dari dinding lainnya.

Dinding
benteng

Untuk menuju atau naik ke bastion dibuat terap dari


susunan batu padas hitam dan batu bata. Sehingga kondisi
ruang pada bastion lebih berkontur. Bastion memiliki seka
seka yang berada di tembok pertahanan yang berfungsi
sebagai tempat menembak musuh dari dalam ke luar
bangunan.

Benteng Fort Rotterdam ini dikelilingi oleh tembok


pertahanan yang cukup tinggi, tembok pertahanan sebagai
teritori benteng dan elemen pertahanan yang kuat dan kokoh
guna melindungi kompleks bangunan didalamnya.
Tembok memperkuat - Tembok terbuat dari
kesan kemegahan dan batu padas
kekokohan benteng - Batu disusun secara
colonial Belanda pada simetris
masa lampau

Tembok disusun dengan Teknik susun


timbun, yaitu dibangun dengan cara
menyusun sejumlah balok-balok batu
padas yg telah dipahat
Parit
Pertahanan

Untuk memperkokoh
pertahanan dari musuh
yang menyerang.

Letak parit pertahanan


berdampingan dengan Berbentuk memanjang
dan mengikuti site plan
tembok pertahanan.
benteng.

Tembok dan parit


memiliki fungsi dan
bentuk yang sama.
Parit Pertahanan
Maket Benteng Fort Rotterdam

Sektsa Fort Rotterdam


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Benteng Fort Rotterdam yang dibangun oleh Raja Gowa.
Benteng yang berada di pinggir pantai sebelah barat
Kota
Makassar, Sulawesi Selatan. Luas benteng adalah 28.595,55
meter bujur sangkar Benteng Fort Rotterdam yang memiliki bentuk
seperti penyu. Filosofi pada benteng ini merupakan cerminan dari kerajaan
Gowa yang dimana mampu berjaya didaratan dan dilautan. Dengan gerbang
utama yang kokoh dan memiliki ornamen tersendiri. Dan pada benteng Fort
Rotterdam yang terlihat bangunan colonial belanda seperti dormer, model
bangunan simetris.

v
DAFTAR PUTSAKA

https://ayuinten.files.wordpress.com/2015/06/arsitektur-
kolonial-benteng.pdf

https://seminar.iplbi.or.id/karakteristik-benteng-fort-
rotterdam-sebagai-urban-artefact-kota-makassar/

http://rtllbby.blogspot.com/2017/10/makalah.html

http://www.sobatpetualang.com/2014/01/sejarah-berdirinya-
benteng-fort-rotterdam-di-makassar.html

https://www.google.com/maps/place/Fort+Rotterdam/@-
5.1347146,119.4054344,17.67z/data=!4m5!3m4!
1s0x2dbf02b011ce37ef:0x28ed3928c1b6cf23!8m2!3d-
5.1340008!4d119.4055509

https://id.wikipedia.org/wiki/Fort_Rotterdam

http://edupaint.com/jelajah/arsitektur-nusantara/3366-
benteng-fort-rotterdam-arsitektur-bersejarah-di-sulawesi-
selatan.html

http://www.laurentiadewi.com/2016/12/15/fort-rotterdam-
benteng-rotterdam-benteng-ujung-pandang-benteng-
jumpandang-makassar-sulawesi-selatan-the-best-preserved-
dutch-fort-in-asia/

http://syiarfm.weebly.com/benteng-fort-rotterdam.html

vi

Anda mungkin juga menyukai