1. Latar Belakang
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah penduduk, maka
semakin meningkat pula permintaan kesediaan lahan yang dipergunakan untuk penyediakan
fasilitas sarana prasarana. Permintaan akan lahan terus bertambah, sedangkan lahan yang
tersedia jumlahnya terbatas. Hal tersebut gencar dilakukan baik dari pemerintah maupun
pihak swasta untuk mengadakan pembangunan khususnya upaya intensifikasi fungsi di pusat
kota, yaitu berupa pembangunan vertikal dalam hal ini “high rise apartemens” untuk
pengkonsentrasian tempat tinggal di pusat kota (Yunus, 2008).
Adanya pembangunan dalam suatu kota membawa konsekuensi spasial di kawasan
sekitarnya. Selain itu, perkembangan pembangunan perkotaan membawa perubahan pada
berbagai aspek baik dari segi lingkungan, fisik, sosial, dan ekonomi. Beberapa tahun
belakangan ini pembangunan Kota Solo meningkat drastis. Dibangunnya sejumlah konsep
hunian kelas vertikal di Kota Solo dalam rentang waktu yang hampir bersamaan dengan
tujuan memfasilitasi masyarakat sesuai perubahan zaman.
Solo Paragon merupakan salah satu bangunan mix-use yang di dalamnya mengintegrasikan
fungsi hunian berupa apartemen dan kondotel, dengan city walk, lifestyle mall dan
entertainment akan menjadi tonggak kemegahan kota. Dan dipastikan megaproyek ini akan
menjadi pusat tren (trend setter) dalam industri properti, baik untuk regional Solo maupun
Jawa Tengah secara umum. Dibangun di atas lahan seluas 4,1 hektare dengan tinggi
bangunan 24 lantai, Apartemen Solo Paragon merebut julukan sebagai bangunan tertinggi
pertama di Jawa Tengah & DIY.
2. Rumusan Masalah
Berangkat dari kajian teoritis dan kajian empiris, muncul dugaan permasalahan yang
berupa indikasi perubahan pemanfaatan lahan akibat adanya pembangunan Apartemen Solo
Paragon seperti perubahan fungsi bangunan komersial, serta pengaruh sosial dan ekonomi
yang dipengaruhi oleh pembangunan Apartemen Solo Paragon.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian yaitu :
Untuk ke empat tower tersebut, setiap lantai peruntukannya sama antara satu tower
dengan tower lain dengan rincian sebagai berikut. Dari 24 lantai, apartemen dan hotel yang
sudah dipasarkan adalah pada :
Lantai 1 – lantai 8 : Apartemen
Lantai 9 – lantai 18 : Hotel
Lantai 18 – lantai 24 : Apartemen (belum beroperasi)
Blok lainnya adalah peruntukan life style mall dan city walk yang dijadikan sebagai
pusat wisata kuliner yang menyuguhkan berbagai macam makanan.
Selain penjualan apartemen yang fantastis, penjualan Citywalk dan Mall Solo
Paragon juga mendapat respon yang sama. Banyak tenant yang telah dan akan bergabung
seperti KFC, A&W, Solaria, Nakamura, Ja Co Fitness, Dunkin Donuts, Stroberi, Kafe
Gelare, Batik Keris, Cammomile, Nav Karaoke, Yogen Fruit, Baby Snoopy, Es Teller 77,
Bakso Lapangan
Tembak, Simplicity, Hammer, ADIDAS, Sport Station, MC Games,
Luwak Cafe, Carrefour, dan lain lain.
Keunggulan Solo Paragon terletak pada konsep dan fasilitasnya yang lengkap dan
modern, di antaranya Lagoon Pool, Jogging Track, Mini Golf, Children Play Ground, Fitness
& Spa, Laundry, Function Hall, dan 24 Hours Security System (CCTV & Magnetic Card).
Dengan konsep termegah serta fasilitas terlengkap dan termodern, Solo Paragon akan
menjadi kebanggaan masyarakat Solo dan Jawa Tengah.
Solo Paragon akan memiliki sebanyak 440 unit hunian, yang terdiri dari
220 unit apartemen dan 220 kondominium hotel (kondotel). Proyek apartemen ini
merupakan hunian yang serba praktis bagi
masyarakat. Pasalnya, semua fasilitas, antara lain supermarket, “city walk” yang menyajikan
layanan kuliner dengan waktu yang lebih panjang dan berbagai fasilitas kelas hotel bintang
lima sudah tersedia.
Dengan berdirinya Solo Paragon, perkembangan bisnis properti juga tidak akan
mengalami penurunan, sebaliknya justru justru akan semakin meningkat. Apalagi,
pertimbangan tingkat keamanan, letak yang strategis dan praktis menjadikan aset yang
dipunyai semakin memiliki nilai jual yang lebih, seperti properti di Solo Paragon.
Rencana mulai awal 2010 oleh Harris Hotel dan Residences Surakarta
beroperasi
5. Adapun jenis pemanfaatan lahan di kawasan penelitian sebelum dan sesudah adanya
pembangunan Solo Paragon antara lain :
1. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan permukiman
Sebelumnya perumahan di kawasan penelitian adalah peruntukan yang dominan. Karena
sebelum RTRW 1993-2013 ditetapkan, peruntukan di Kelurahan Mangkubumen adalah
peruntukan perumahan. Sehingga terdapat rumah-rumah yang mendominasi kawasan
tersebut.
Sekarang ini, sebagian rumah-rumah warga pada bagian periferi terdapat guna lahan
permukiman dengan rumah-rumah lama/kuno, yang sudah ada dari jaman dahulu, dan kini
sebagian mereka mengubah fungsi bangunan rumah mereka atau mengalami “suksesi”, yaitu
penggantian fungsi lama (permukiman) menjadi fungsi baru (komersial).
Sedangkan untuk guna lahan permukiman pada kawasan Solo Paragon hanya dijumpai pada
bagian enclave di dalam kampung-kampung yang sejak dahulu terbentuk secara sendirinya.
Namun sekarang banyak yang meengubah fungsi bangunannya menjadi kost-kostan. Seperti
yang dikutip dalam hasil wawancara berikut :
“Namun tetap, ada hal positif yang diterima warga, yakni warga banyak yang mulai
melakukan adaptasi dengan cara membuka kost-kostan baik untuk para pekerja kasar/kuli,
dan karyawan Solo Paragon nantinya. Sejauh ini, warga lumayan diuntungkan dengan
adanya kost-kostan. dan kini semenjak adanya pembangunan Solo Paragon, banyak warga
yang membuka kost-kostan di rumah mereka”(Ketua RW V
Kelurahan Mangkubumen)
Untuk ruko, sebelum pembangunan Solo Paragon terdapat satu ruko yang belum
terisi/tersewa. Kini ruko-ruko menjamur di sekitar Solo Paragon. Ruko-ruko ini
dijumpai di sebelah barat Solo Paragon, terletak pinggir jalan Yosodipuro dan sebagian
lain di dalam gang kecil. Kegiatan ini berkembang dan tetap ramai walaupun area
parkirnya tidak begitu luas.
Seperti yang tertera pada Gambar di bawah ini.
Gambar 2.4
Ruko Baru Sesudah
Pembangunan Solo Paragon
Sumber : Peneliti, 2010
b. Pasar
Satu-satunya pasar yang letaknya dekat dengan Solo Paragon dan satu-satunya pasar
milik Kelurahan Mangkubumen adalah Pasar Nangka. Pasar tradisional tersebut
sudah lama berdiri di Kota Surakarta. Cakupan pelayanannya sampai pada tingkat
kota. Namun jalan di sekitar pasar itu berupa jalan kecil yang sekaligus dipergunakan
sebagai lahan parkir. Sehingga walaupun jalan di sekitar pasar dibuat one way, tetap
terjadi kemacetan di sekitar pasar. Berikut adalah Gambar Pasar Tradisional Nangka.
Gambar 2.5
c. Restoran
Untuk restoran, sebelum pembangunan Solo Paragon jarang dijumpai di sepanjang
jalan khususnya jalan arteri sekunder (jalan utama). Kini setelah pembangunan Solo
Paragon, resrtoran berkembang dan banyak dijumpai pada sepanjang Jalan Yosodipuro
dan sepanjang Jalan Dr. Muwardi. Mulai dari restoran, cafe, sampai dengan warung
makan dan PKL yang berdagang makanan di pinggir jalan.
Jenis restoran sebelum Solo Paragon dibangun tepatnya pada Jalan Cipto
Mangunkusumo dan cafe sesudah Solo Paragon dibangun seperti pada Gambar di
bawah ini :
Gambar 2.6 Gambar 2.7
Restoran Sebelum Restoran Setelah
Pembangunan Solo Paragon Pembangunan Solo Paragon
Sumber : Peneliti, 2010 Sumber : Peneliti, 2010
Sedangkan Gambar 2.10 dan Gambar 3.1 adalah gambar laundry yang sebelum
Solo Paragon dibangun sudah ada di jalan Hasanudin, dan gambar laundry yang
baru-baru ini dibangun setelah pembangunan Solo Paragon di Jalan Yosodipuro.
Gambar 2.10 Gambar 3.1
Laundry Sebelum Laundry Setelah
Pembangunan Solo Paragon Pembangunan Solo Paragon
Sumber : Peneliti, 2010 Sumber : Peneliti, 2010
e. Perhotelan
Banyak terdapat hotel di sekitar kawasan penelitian yang dari awal sebelum Solo
paragon berdiri, hotel-hotel itu sudah ada. Seperti hotel Agas dan hotel Suka Marem.
Dan ada pula hotel yang dibangun setelah Solo Paragon ada seperti hotel De Solo.
Dan dari berbagai level mulai dari hotel bintang satu sampai dengan hotel bintang tiga.
Berikut gambar hotel-hotel yang berada di sekitar Solo Paragon sebelum Solo
Paragon berdiri seperti pada Gambar di bawah
Gambar 3.2
Hotel di jalan Hasanudin
Sumber : Peneliti, 2010
f. Bimbingan Belajar
Berhubung daerah sekitar Solo Paragon juga merupakan kawasan dekat dengan
kawasan pendidikan, sehingga untuk kegiatan bimbingan belajar kian menjamur di
daerah tersebut. Dahulunya banyak dibangun bimbingan belajar di sepanjang Jalan Dr.
Muwardi, namun kini semenjak Solo Paragon dibangun, muncul lagi bimbingan belajar
yang berada di sebelah utara dan barat Solo Paragon.
Selain Bimbingan Belajar yang menitikberatkan pendidikan, ada pula tempat kursus
untuk mengasah skill di dunia model yang letaknya di ruko sebelah barat Solo Paragon.
Salah satu bangunan Bimbingan Belajar sesudah Solo Paragon berdiri yang terletak di
sebelah utara Solo Paragon tepatnya di Jalan Yosodipuro dapat dilihat pada Gambar
dibawah
Gambar 3.3
Bimbingan Belajar Sesudah Pembangunan Solo Paragon
Sumber : Peneliti, 2010
g. Praktek Dokter
Praktek dokter sering ditemui di sekitar kawasan Solo Paragon, baik di sepanjang
periferi maupun di kawasan perumahan dan permukiman di belakang koridor
(enclave). Konsumen dari praktek dokter adalah masyarakat di sekitar kawasan
penelitian, khusus untuk dokter spesialis jangkauan pelayanan telah mencapai
masyarakat di luar wilayah studi.
Gambar 3.4
Bengkel dan Tambal Ban di Jalan Cipto Mangunkusumo
Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 3.5
Kantor Kelurahan
Mangkubumen
Sumber : Peneliti, 2010
b. Perkantoran swasta
Perkantoran Swasta yang dimaksud adalah perkantoran bisnis dan profesional, antara
lain berupa : kantor notaris, kantor pengacara yang berada di bagian enclave
(permukiman), dan kantor keuangan atau finence, kantor ticketing penerbangan pesawat
terbang, dan lain-lain yang tersebar di bagian periferi koridor Jalan Yosodipuro. Salah
satu perkantoran yang berkembang di wilayah studi sesudah Solo Paragon dibangun
dapat dilihat pada Gambar dibawah
Gambar 3.5
Kantor Keuangan Sesudah Pembangunan
Solo Paragon
Sumber : Peneliti, 2010
c. Bank
Untuk kegiatan Bank, hanya terdapat 1 kantor cabang saja yaitu LIPPO BANK, karena
peruntukan bank lebih dominan di sepanjang Jalan Slamet Riyadi atau di sebelah selatan
Solo Paragon. Karena memang perkembangan untuk kegiatan Bank berada di Jalan
utama Kota Surakarta yaitu Jalan Slamet Riyadi. Sementara ini juga terdapat ATM yang
terletak di depan Solo Paragon.
d. Asuransi
Terdapat satu asuransi yang letaknya di Jalan kolektor sekunder yaitu Jalan Wora Wari.
Untuk kegiatan asuransi, dapat dilihat pada Gambar dibawah
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa proporsi kegiatan komersial pada bagian periferi
kawasan penelitian sebelum dan sesudah adanya pembangunan Solo Paragon
mengalami pertambahan. Di bawah ini adalah proporsi kegiatan komersial pada bagian
enclave sebelum dan sesudah Solo Paragon dibangun di wilayah tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.6 berikut ini :
Tabel 4.6 Proporsi Kegiatan Komersial Pada Bagian Enclave Kawasan
Penelitian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon
No Jenis Kegiatan &Fungsi Bangunan
Jumlah Bangunan
1. Perdagangan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Toko kelontong Toko kelontong 11 13
Toko furniture Toko makanan 1 4
Toko pulsa Toko pulsa 3 5
Jumlah 15 22
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa proporsi kegiatan komersial pada bagian
periferi kawasan penelitian sebelum dan sesudah adanya pembangunan Solo
Paragon mengalami pertambahan.
1 Kesimpulan
1. Seiring dengan perkembangan kota dan pertambahan jumah penduduk
menuntut adanya suatu pembangunan vertikal di dalam lahan yang terbatas pada
kota. Maka muncullah pembangunan apartemen, mall, kondotel dan city walk Solo
Paragon di lahan seluas ± 4 Ha tepatnya di lahan bekas RSUP Dr. Muwardi. Arah
perkembangan bangunan yang berfungsi mix use ini mendukung Kota Surakarta
yang bersifat dinamis dan menyinergikan aset yang ditonjolkan Kota Surakarta
berupa sentra-sentra batik dan pariwasata yang ada di Kota Surakarta untuk
menarik banyak wisatawan yang datang dan para investor khususnya untuk
keperluan bisnis property.
2. Adanya pembangunan Solo Paragon yang berada pada 3 Kelurahan yakni
Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Penumping dan Kelurahan Sriwedari sudah
sesuai degan ketentuan dalam RUTRK Kota Surakarta Tahun 1993-2013 bahwa
kawasan Solo Paragon adalah kawasan mix use sehingga dengan adanya Solo
Paragon yang bersifat mix use ini, dan perkembangan fisik yang terjadi di
sekitarnya mendukung dan sangat relevan sebagai bentuk pengayaan kawasan ini
dengan berbagai fasilitas komersial yang belum ada sebelumnya.
3. Gejala perkembangan perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi di sekitar
Solo Paragon berkembang seiring dengan masa pembangunan apartemen Solo
Paragon dengan dominasi kegiatan perdagangan, jasa, perkantoran, pendidikan dan
kesehatan.
4. Perubahan pemanfaatan lahan menjadi komersial di kawasan penelitian yang
menonjol adalah pada koridor Jalan Yosodipuro dengan pola memanjang untuk
bagian periferi dan pola menyebar untuk bagian enclave.
5. Pengaruh sosial yang dirasakan warga sekitar yakni semakin heterogennya strata sosial
masyarakat di lingkungannya yang membuat sulit untuk berinteraksi. Dan ketidaksiapan warga
terhadap adanya pembangunan apartemen Solo Paragon karena khawatir akan terinfiltrasi
kalangan menengah ke atas dan terjadi adanya gab/kesenjangan sosial antar penghuni dengan
warga sekitar Solo Paragon. Tetapi di sisi lain, secara tidak langsung kehadiran Solo
Paragon di lingkungan mereka membuat kebanggaan atau “gengsi” tersendiri bagi warga sekitar
karena tempat tinggalnya berdekatan dengan Solo Paragon. Kemudian bagi para PKL, mereka
merasa dibatasi dalam penggunaan ruang publik untuk berjualan di sekitar Solo Paragon.
6. Adanya Solo Paragon yang dianggap sebagai pusat pertumbuhan (growth pole) yang
idealnya dapat menyerap banyak tenaga kerja dan menjadi lapangan usaha yang besar bagi
masyarakat khususnya warga sekitar kenyataannya tidak seperti yang diharapkan warga. Karena
hanya sedikit warga sekitar yang direkrut sebagai tenaga kerja di Solo Paragon.
7. Naiknya harga lahan dan Pajak Bumi dan Bangunan pada lahan/bangunan di sekitar Solo
Paragon menyebabkan warga sekitar beradaptasi dengan perlakuan yang berbeda-beda mulai dari
menjual tanah/bangunannya, mengontrakkan, mengubah fungsi bangunan atau dengan membuka
kost-kostan.
8. Jika salah satu aspek seperti aspek fisik berubah karena terkena pengaruh pembangunan
apartemen Solo Paragon, maka secara tidak langsung aspek sosial dan ekonomi juga akan terkena
pengaruhnya. Karena ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan terintegrasi satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
TUGAS AKHIR
Alit, Tjokorda. 2001. Kajian Gejala Perubahan Pemanfaatan Lahan Kawasan LC. Gatot Subroto.
Tesis, Program Magister Perencanaan wilayah dan Kota. ITS, Surabaya.
Baihaki, Z. W. 2007. Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Mall Ambarukmo Plasa dan
Sphire Square Yogyakarta. Yogyakarta: Thesis, MPKD UGM.
Mardiansyah, Fadjar Hadi. 1999. Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan untuk Perubahan
Pemanfaatan Lahan Kota. Tesis, Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut
Teknologi Bandung.
Sanggono, Edi Kurnijanto. 1993. Proses Perubahan Pemanfaatan Lahan di Daerah Pacet. Tugas
Akhir, Jurusan Teknik Planologi, Institut Teknologi Bandung.
Wulandari, Ayu. 2007. Studi Pola Perubahan Pemanfaatan Lahan Perumahan Menjadi
Komersial di Koridor Kertajaya Surabaya. Surabaya: Tugas Akhir, PWK ITS.
Haryanto, Arif Sugeng. 2005. Pengaruh Pembangunan Kampus Terhadap Kondisi Lingkungan
Sekitar (Studi Kasus: Kawasan Kampus Tembalang). Tugas Akhir, Jurusan Perencanaan Wilayah
dan Kota, UNDIP.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
RUTRK Kota Surakarta Tahun 1993-2013