Anda di halaman 1dari 6

ARSITEKTUR KLASIK

(YUNANI & ROMAWI)

Arsitektur klasik adalah gaya bangunan dan teknik desain bangunan yang


mengacu pada zaman klasik atau zaman Yunani kuno, seperti yang digunakan
pada periode Helenistik dan Kekaisaran Romawi. Dalam sejarah, arsitektur klasik
juga nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya yang berasal
dari Yunani.

Arsitektur klasik dibangun pada abad ke-5 SM di Yunani dan sekitar abad
ke-3 M di Roma. Gayanya telah dihidupkan kembali berkali-kali selama bertahun-
tahun. Selama Renaissance Italia, para arsitek bekerja untuk memulihkan
arsitektur Romawi klasik. Berabad-abad kemudian di Eropa, penggalian di
Pompeii menghidupkan kembali arsitektur Yunani kuno. Gaya arsitektur yang
sesuai kemudian dikenal sebagai Kebangkitan Yunani. Arsitektur ini sangat
berfokus pada proporsi dan integritas struktural cita-cita Yunani.

Arsitektur klasik menghargai konsep-konsep seperti keberanian,


kerendahan hati, dan kecerdasan. Nilai-nilai ini membantu menentukan komponen
individu yang dapat ditemukan dalam beberapa gaya arsitektur klasik. Beberapa
dari elemen kunci ini termasuk yang berikut ini :

1. Simetri dan proporsi. Bangunan klasik biasanya simetris dan memiliki


elemen seperti kolom dan jendela yang berjarak sama.
2. Kolom dengan gaya (atau urutan) tertentu. Tatanan Klasik ini dapat berupa
Doric, Ionic, atau Corinthian untuk arsitektur Yunani. Bangsa Romawi
juga memiliki ordo Tuscan dan Composite.
3. Teras depan diatapi pedimen. Banyak rumah dan bangunan memiliki teras
depan setinggi penuh yang dipasang dengan pedimen klasik di bagian
atasnya.
4. Pintu biasanya diposisikan di tengah rumah.
5. Bahan bangunan tahan lama. Arsitektur klasik memadukan material seperti
marmer, beton, dan batu bata.
6. Motif desain klasik. Rumah sering kali memiliki cetakan gigi, atap miring
sedang, atap kotak, pintu dekoratif mengelilingi, dan pedimen patah di atas
pintu masuk.
7. Jendela persegi panjang. Jendela sering kali digantung ganda dan
menyertakan berbagai konfigurasi jendela simetris.

CONTOH BANGUNAN

1. GEDUNG BANK INDONESIA

Museum Bank Indonesia beralamat di Jl. Pintu Besar Utara No. 3, Jakarta
Barat. De Javasche Bank berdiri di Batavia pada tanggal 24 Januari 1828.
Kegiatannya banyak berhubungan dengan perdagangan hasil bumi dari berbagai
penjuru Hindia Belanda, yang tergambarkan pada kaca-kaca patri yang terdapat di
seluruh bangunan. Dari segi arsitektur, bangunan Museum Bank Indonesia
termasuk dalam Arsitektur Neo-klasik. Ada beberapa gaya arsitektur Eropa pada
bangunan ini, yaitu gaya Yunani, Romawi. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan
kolom yang bergaya arsitektur Yunani Corinthian dan penggunaan pediment
diatas terasnya, proporsi bangunan sangat simetris, posisi peletakan pintu yang
berada ditengah-tengah bangunan, dan penggunaan jendela yang berbentuk
persegi panjang yang peletakannya berpola dibagian dinding bangunan.
2. GEREJA BLENDUK

Gereja Blenduk Semarang merupakan Gereja yang dibangun pada 1753 ini
merupakan salah satu landmark di Kota Lama. Berbeda dari bangunan lain di
Kota Lama yang pada umumnya memagari jalan dan tidak menonjolkan bentuk,
gedung yang bergaya Neo-Klasik ini justru tampil kontras. Gereja Blenduk
memiliki luas 400m persegi, Gereja Blenduk memiliki arsitektur khas Eropa
Klasik dan Neo Klasik yang berasal dari Yunani dan Romawi, yang dapat dilihat
dari penggunaan kolom khas doric dan proporsi bangunannya yang simetris,
dengan digabungkan dengan gaya arsitektur tradisional yang dapat dilihat dari
atap bangunan yang berbentuk kubah dan jendela yang tidak berbentuk persegi
panjang lagi. Bentuk bangunan Gereja Blenduk berbentuk octagonal. Yaitu
berbentuk segi delapan beraturan, dengan ruang induk yang berada di tengah –
tengahnya.

3. MUSEUM NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Museum Nasional Republik Indonesia dikenal juga dengan nama Museum


Gajah. Museum di Jakarta ini adalah museum arkeologi, sejarah, etnografi, dan
geografi yang terletak di Jalan Merderja Barat 12, Jakarta Pusat. Koleksi Museum
Nasional terdiri dari benda-benda kuno dari seluruh nusantara. Koleksi Museum
Nasional dikelompokkan ke dalam etnografi, perunggu, prasejarah, keramik,
tekstil, numimistik, relik sejarah, buku langka, dan benda berharga. Berdasarkan
data dari website resmi Museum Nasional, hingga saat ini (tahun 2019) koleksi
yang dikelola berjumlah 140.000 benda. Baca juga koleksi Museum
Lampung, koleksi Museum Satria Mandala, dan koleksi Museum Mpu Tantular.

Pada Bangunan Arsitektur Kolonial Museum Nasional yang dibangun


pada abad ke-18 berada di Jakarta, Indonesia dengan gaya arsitektur Neo-Klasik
yang berasal dari negara Eropa mempunyai teori-teori umum mengenai bentuk ,
ruang, dan tatanan terhadap bangunan. Gaya klasik dari bangunan dapat dilihat
dari penggunaan kolom dengan langgam doric, bentuk massa bangunan yang
berbentuk persegi panjang dengan proporsi yang simetris, dengan atap di bagian
teras, dan jendela yang berbentuk persegi panjang yang berpola di seluruh
dinding.

4. GEDUNG PANCASILA

Berawal dari usaha Kekaisaran Jepang yang mencari simpati dari rakyat
Indonesia akibat kekalahan mereka di Perang Pasifik melawan Sekutu, Jepang
kemudian membantu Indonesia membentuk sebuah perkumpulan bernama
Dokuritsu Junbi Cosakai yang bertujuan untuk merumuskan dasar awal Indonesia
sebagai sebuah negara baru.

Berlokasi di Gedung Volksraad, pertemuan ini berlangsung sejak tanggal


28 Mei 1945. Namun hingga 31 Mei 1945 belum ditemukan kesepakatan
mengenai dasar negara yang akan digunakan oleh Indonesia. Lalu pada tanggal 1
Juni 1945, Soekarno mendapat giliran berpidato untuk menyampaikan usulannya
mengenai dasar negara Indonesia. Soekarno kemudian menawarkan lima prinsip
berkehidupan berbangsa yang ia beri nama “Pancasila”. Usulan ini kemudian
disetujui secara aklamasi dan pidatonya mengenai Pancasila mendapat julukan
“Lahirnya Pancasila” oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat.

Gedung tempat pelaksanaan pertemuan ini kemudian diubah namanya dari


Gedung Volksraad menjadi “Gedung Pancasila” sebagai bentuk peringatan
disepakatinya bentuk falsafah negara Indonesia.

Gedung ini merupakan satu dari banyaknya gedung pemerintahan yang


dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda, terutama di sekitar Taman
Pejambon dan Lapangan Banteng. Pada tahun 1830an, gedung ini dibangun dan
didesain oleh arsitek J. Tromp dengan gaya Neo Klasik , didominasi warna putih
dengan tiang–tiang atau pilar dengan langgam yang menyerupai langgam doric
penyangga yang kokoh di bagian depan gedung, juga dikelilingi lampu – lampu
gantung dan jendela besar.

5. ISTANA BOGOR

Istana Bogor berada di kota Bogor yang pada era kolonial bernama
Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti "tanpa kekhawatiran". Sejak tahun 1870
hingga 1942, Istana Bogor merupakan tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur
Jenderal Belanda dan satu orang Gubernur Jenderal Inggris.

Pada tahun 1950, setelah masa kemerdekaan, Istana Kepresidenan Bogor


mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia, dan resmi menjadi salah satu dari Istana
Presiden Indonesia.
Pada tahun 1968 Istana Bogor resmi dibuka untuk kunjungan umum atas
restu dari Presiden Soeharto. Arus pengunjung dari luar dan dalam negeri
setahunnya mencapai sekitar 10 ribu orang.

Pada 15 November 1994, Istana Bogor menjadi tempat pertemuan tahunan


menteri ekonomi APEC (Asia-Pasific Economy Cooperation), dan di sana
diterbitkanlah Deklarasi Bogor.

Bangunan Istana Bogor dibangun dengan memperhatikan gaya arsitektur


klasik dan neoklasik eropa, yang dapat terlihat dari penggunaan pilar-pilar pada
bagian depan fasad bangunan yang menggunakan langgam ionic, dengan
penggunaan atap pedimen, dan proporsi bangunan yang simetris.

Anda mungkin juga menyukai