Mata Kuliah:
Metode Perancangan II
Anggota Kelompok:
S1 ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT. karena berkat limpahan rahmat-Nya, kami masih
diberikan nikmat sehat walafiat. Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW. karena berkat limpahan rahmat-Nya pula, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Pragmatik pada Bangunan Iglo
dan Rumah Honai” dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam Mata Kuliah
Metode Perancangan II. Makalah ini membahas mengenai konsep pragmatic yang
dilengkapi dengan penjelasan dan contohnya yaitu bangunan Iglo dan rumah
Honai adat Papua.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah membantu
dalam penyusunan makalah, di antaranya:
1. Ibu Diana Lisa, S.T., M.T. dan Bapak Kelik Hendro Basuki, S.T., M.T.
selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Metode Perancangan II.
2. Orang tua penulis.
3. Anggota tim kelompok.
Penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
menambah pandangan dan wawasan pembaca dalam pemahaman konsep
pragmatik arsitektur yang diterapkan pada bangunan iglo dan rumah adat Honai.
Kami menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Untuk itu
dengan kerendahan hati kami mohon maaf apabila ada kalimat yang kurang
berkenan di hati pembaca. Dan kami menerima segala kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
(Sumber : 99.co)
(Sumber : bobo.grid.id)
(Prayogi & Zeni, 2020) Dalam konsep pragmatik, terdapat aspek yang
menguraikan dampak suatu bangunan terhadap perilaku pengguna bangunan yang
dikaitkan dengan bahasa. Aspek tersebut yaitu, Bentuk fisik bangunan. Bentuk
arsitekturnya lebih mengutamakan makna fungsi daripada keindahannya. Selain
menjadi unsur estetis, elemen dekoratif pada konsep pragmatik juga menjadi
unsur fungsional. Bentuk fisik yang diperhatikan dalam pendekatan pragmatik ini
meliputi ukuran, proporsi, jarak antarbagian, bahan, warna dan sebagainya. Hal ini
dianggap dan diinterpretasikan sebagai sistem yang mempunyai arti dan nilai.
Iglo atau igloo diambil dari bahasa Inuktitut yaitu iglu yang berarti rumah.
Rumah Iglo digunakan sebagai tempat tinggal sementara, yang dibangun dari
balok-balok salju yang disusun menyerupai kubah. Iglo biasanya identik dengan
tempat tinggal orang Inuit, namun iglo banyak dibangun oleh orang Kanada yang
tinggal di Arktik Tengah dan wilayah Thule di Greenland. Sebagian orang Inuit
menggunakan salju untuk melapisi rumah yang dibangun dari tulang ikan paus
dan kulit hewan.
Pada umumnya, Rumah Honai dalam satu bangunan terdiri dari dua lantai
yang terhubung oleh tangga yang terbuat dari kayu bua kasuari, lantai pertama
terdapat perapian yang digunakan sebagai tempat berkumpul, menjamu tamu dan
menghangatkan diri, sedangkan lantai kedua digunakan untuk tempat beristirahat
atau tidur. Biasanya rumah Honai dihuni oleh lima hingga sepuluh orang.
Bangunan lainnya berfungsi untuk makan bersama, dan bangunan ketiga dijadikan
tempat untuk kandang ternak. Bentuk bangunan rumah honai menyerupai jamur.
Rumah Honai hanya memiliki satu bukaan yang dimanfaatkan sebagai pintu
masuk, bukaan tersebut juga berukuran cukup kecil sehingga orang yang
memasukinya harus menundukkan badan. Honai tidak memiliki jendela untuk
menghalau dingin dan menghindari serangan binatang buas khususnya di malam
hari. Selain menjadi tempat berkumpul dan beristirahat Rumah Honai juga
memiliki fungsi lain. Rumah Honai laki-laki biasa dijadikan tempat
bermusyawarah warga setempat, dan rumah Honai lain dimanfaatkan sebagai
rumah babi serta tempat penyimpanan umbi-umbian hasil panen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
p
DAFTAR PUSTAKA
Kayan. (2015, Mei 5). Kayanblog. Retrieved Mei 19, 2021, from wordpress.com:
https://kayanblog.wordpress.com/2015/05/05/rumah-tradisional-papua-honai/