Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS EKSPLORASI KENYAMANAN THERMAL, PENCAHAYAAN DAN AKUSTIK

PADA MUSEUM TSUNAMI ACEH

Mata Kuliah :
Akustik, Pencahayaan dan Thermal
Disusun Oleh :
Khairil Anwar
NIM : 150501105

PRODI ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2016-2017
A. Latar belakang Museum Tsunami Aceh

Untuk mengenang peristiwa tsunami


yang terjadi pada Minggu pagi 26 Desember
2004 di Nanggroe Aceh Darussalam, maka
dibangunlah Museum Tsunami di lokasi
kejadian. Seperti dituturkan perancangnya,
arsitek M Ridwan Kamil, museum ini harus
menjadi simbol struktur yang antitsunami,
yakni berupa kombinasi antara bangunan
panggung yang diangkat (elevated building)
di atas sebuah bukit.

Selain sebagai monumen mengenang bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh pada tahun 2004,
museum ini juga menjadi tempat pendidikan dan sekalligus tempat perlindungan darurat andai terjadi
tsunami kembali.

Arsitek mengungkapkan, pilihan terhadap bangunan panggung terinspirasi dari rumah panggung
tradisional Aceh yang terbukti tahan terhadap bencana alam. Sedangkan konsep bukit diambil dari
konsep bukit penyelamatan (escape hill) sebagai antisipasi jika terjadi tsunami di masa yang akan
dating, Dalam mendesain museum, ia mencoba merespon beberapa aspek penting dalam perancangan
seperti: memori terhadap peristiwa bencana tsunami, fungsionalitas sebuah bangunan
museum/memorial, identitas kultural masyarakat Aceh, estetika baru yang bersifat modern dan
responsif terhadap konteks urban.

Bangunan megah Museum Tsunami tampak dari luar seperti kapal besar yang sedang berlabuh.
Sementara di bagian bawah terdapat kolam ikan. Museum ini merupakan satu-satunya di Indonesia
dan tidak mustahil akan menjadi museum tsunami dunia.

B. Tinjauan Aspek Arsitektural Museum Tsunami Aceh

Beberapa konsep dasar yang mempengaruhi perancangan Museum Tsunami antara lain: rumah
adat Aceh, bukit penyelamatan (escape hill), gelombang laut (sea waves), tarian khas Aceh (Saman
dance), cahaya Tuhan (the light of God) dan taman untuk masyarakat (public park).
Desain Tsunami Memorial ini mengambil ide dasar dari rumah panggung Aceh sebagai contoh
kearifan arsitektur masa lalu dalam merespon tantangan dan bencana alam. Begitu pula dengan bentuk
bukit penyelelamatan pada bangunan merupakan antisipasi terhadap bahaya tsunami di masa datang.
Sedangkan mengenai bentuk denah bangunan yang menyerupai gelombang laut, itu merupakan
analogi dan sekaligus sebagai pengingat akan bahaya tsunami. Sementara konsep tarian khas Aceh
yang ada pada bangunan, menurut Emil sebagai lambang dari kekompakan dan kerjasama antar
manusia yang kemudian diterjemahkan menjadi kulit bangunan eksterior. Di dalam bangunan juga
terdapat ruang berbentuk sumur silinder yang menyorotkan cahaya ke atas sebagai simbol hubungan
manusia dengan Tuhannya. Tidak ketinggalan ia juga membangun sebuah taman terbuka bagi
masyarakat yang bisa diakses dan dipergunakan setiap saatsebagai respon terhadap konteks urban.
C. Kajian Aspek Arsitektural Museum Tsunami Aceh

a) Konsep Ruang Museum Tsunami Aceh

1. Rumoh Aceh

Design Museum Tsunami ini mengambil ide dasar dari rumah panggung Aceh sebagai contoh
kearifan arsitektur masa lalu dalam merespon tantangan dan bencana alam. Design ini mengacu
pada keadaan Aceh pada masa silam yang juga pernah dilanda bencana. Konsep ini
merefleksikan keyakinan terhadap agama dan adaptasi terhadap alam

2. Escape Building

Design Museum Tsunami ini berbentuk bukit penyelamatan sebagai antisipasi terhadap bahaya
tsunami di masa yang akan datang.

3. Sea Waves

Denah bangunan merupakan analogi dari episenter sebuah gelombang laut sebagai pengingat
akan tsunami.

4. Saman Dance (Hablumminannas)

Tarian khas Aceh yang melambangkan kekompakan dan kerjasama masyarakat Aceh,
mencerminkan kehidupan sosial yang kental akan gotong-royong dan tolong-menolong,
direfleksikan melalui kulit bangunan pada eksterior Museum Tsunami Aceh.

5. The Light of God (Hablumminallah)

Di dalam bangunan Museum Tsunami ini terdapat ruang berbentuk sumur silinder yang
menyorotkan cahaya ke atas sebagai simbol hubungan manusia dengan Tuhannya.

6. Public Park

Museum Tsunami ini juga merupakan taman terbuka publik yang dapat diakses dan difungsikan
setiap saat oleh masyarakat, sebagai respon terhadap konteks urban.

b) Konsep Organisasi Ruang Museum Tsunami Aceh


Untuk membangkitkan kenangan lama akan tragedi tsunami. Tata letak ruangan di dalam
museum dirancang secara khusus. Emil menjelaskan, urut-urutan (sequence) ruang di
bangunan yang harus dilalui pengunjung dirancang secara seksama. Hal ini untuk
menghasilkan efek psikologis yang lengkap tentang persepsi manusia akan bencana tsunami.
Untuk mewujudkannya ruang dirancang dalam tiga zona yakni: spaces of memory; spaces of
hope dan spaces of relief.

Pada zona spaces of memory direalisasikan dalam tsunami passage dan Memorial Hall. Area
penerima tamu (tsunami passage) di museum ini berupa koridor sempit berdinding tinggi
dengan air terjun yang bergemuruh untuk mengingatkan betapa menakutkannya suasana di
saat terjadinya tsunami. Sedangkan Memorial Hall merupakan area di bawah tanah yang
menjadi sarana interaktif untuk mengenang sejarah terjadinya tsunami. Pada Aceh Memorial
Hall ini juga dilengkapi dengan pencahayaan dari lubang-lubang sebuah reflecting pool yang
berada di atasnya. Sedangkan pada zona spaces of hope diwujudkan dalam bentuk Blessing
Chamber dan Atrium of Hope. Blessing Chamber merupakan ruang transisi sebelum
memasuki ruang-ruang kegiatan non memorial. Ruang ini berupa sumur yang tinggi dengan
ribuan nama-nama korban terpatri di dinding. Sumur ini diterangi oleh skylight berbentuk
lingkaran dengan kaligrafi Allah SWT sebagai makna hadirnya harapan bagi masyarakat
Aceh.

Untuk zona spaces of relief diterjemahkan dalam the hill of light dan escape roof. The hill of
light merupakan taman berupa bukit kecil sebagai sarana penyelamatan awal terhadap
tsunami. Taman publik ini dilengkapi dengan ratusan tiang obor yang juga dirancang untuk
meletakkan bunga dukacita sebagai tanda personal space. Jika seluruh obor dinyalakan maka
bukit ini akan dibanjiri oleh lautan cahaya. Sangat personal sekaligus komunal. Sedang escape
roof merupakan atap bangunan yang dirancang berupa rooftop yang bisa ditanami rumput
atau lansekap. Atap ini juga dirancang sebagai area evakuasi bilamana di kemudian hari
terjadi bencana banjir dan tsunami.

c) Konsep Bentuk Museum Tsunami Aceh


Design Museum Tsunami ini berbentuk bukit penyelamatan sebagai antisipasi terhadap
bahaya tsunami di masa yang akan datang.

d) Konsep Utilitas Museum Tsunami Aceh


Isi dalam bangunan museum Tsunami – Bangunan museum ini terdiri dari 4 tingkat Pada
lantai dasar museum terdapat ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik.
Pada saat anda memasuki gedung ini, ruang pertama yang akan disinggahi pengunjung adalah
ruang renungan. Dalam ruangan ini terdapat sebuah lorong sempit dan remang sekaligus dapat
mendengarkan suara air yang mengalir beserta suara azan. Pada kiri dan kanan dinding lorong
tersebut terdapat air yang mengalir yang di ibaratkan gemuruh tsunami yang pernah terjadi di
masa silam. Setelah melewati ruang renungan, anda akan memasuki ruang berkaca yang
disebut “Memorial hill” yang dilengkapi dengan monitor yang dapat digunakan untuk
mengakses informasi mengenai peristiwa tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember
2004 silam.

Setelah melewati ruang memorial hill, anda akan memasuki ruang “The Light of God”, yaitu
sebuah ruang berbentuk sumur silinder yang menyorotkan cahaya remang-remang. Pada
puncak ruangan terlihat kaligrafi arab berbentuk tulisan ALLAH. Pada dinding-dinding
ruangan ini dipenuhi tulisan nama-nama korban tsunami yang tewas dalam peristiwa besar
tersebut. Bangunan ini mengandung nilai-nilai Religius yang merupakan cerminan hubungan
manusia dengan sang pencipta / Allah. Pada Lantai dua museum, merupakan akses ke ruang-
ruang multimedia seperti ruang audio dan ruang 4 dimensi “tsunami exhibition room”, ruang
pre-tsunami, while stunami, dan post-tsunami, Kemudian lantai 3 Museum ini tersedia
beberapa fasilitas-fasilitas seperti ruang geologi, perpustakaan, musalla, dan souvenir. Pada
ruang geologi, anda dapat memperoleh informasi mengenai bencana yaitu tentang bagaimana
gempa dan tsunami terjadi, melalui penjelasan dari beberapa display dan alat simulasi yang
terdapat dalam ruangan tersebut, Tingkat akhir Gedung Museum Tsunami Aceh, berfungsi
sebagai tempat penyelamatan darurat / Escape building apabila terjadi tsunami lagi di masa
yang akan datang. Tingkat atap ini tidak dibuka untuk umum karena mengingat konsep
keselamatan dan keamanan pengunjung, dan hanya akan dibuka saat darurat atau saat
dibutuhkan saja.
e) konsep Material Museum Tsunami Aceh
Besi Adalah bahan bangunan yang sangat diperlukan sekali baik sebagai struktur utama
maupun sebagai pendukung tambahan dalam beton bertulang. Bahan besi dibuat dalam
bermacam- macam bentuk dan ukuran untuk elemen-elemen struktur bangunan. Hal-hal yang
kurang menguntungkan perubahan bentuk relatif (akibat panas ermis), tidak tahan panas api
dan korosif, perawatan memerlukan biaya yang besar.

D. Analisa Kenyamanan Thermal, Pencahayaan dan Akustik Pada Museum Tsunami Aceh

1. Teori Dasar Kenyamanan Thermal, Pencahayaan dan Akustik

Kenyamanan suatu bangunan dapat dikategorikan dalam kenyamanan


suhu/penghawaan/ thermal, visual/penglihatan dan akustik/ kenyamanan suara. Namun
kenyamanan sendiri lebih bersifat subjektif, tingkat kenyamanan setiap individu berbeda
tergantung dengan kondisi fisik (jenis kelamin, usia, bentuk tubuh, warna kulit,
kesehatan, makanan minuman serta kemampuan beradapatasi ) dan kondisi tempat
tinggal/ lingkungan. Manusia diberikan kemampuan untuk beradapatasi terhadap
keadaan alam/ lingkungan alami, namun tetap memilki keterbatasan sehingga tetap
memerlukan alat bantu berupa pakaian, dan lingkungan binaan/ bangunan. Sehingga
bentuk adaptasi manusia diberbagai tempat berbeda-beda bergantung dengan keadaan
lingkungan. Meski seperti itu, terdapat standart kenyamanan manusia, karena kondisi
fisik manusia diberbagai belahan dunia tidak jauh berbeda. Tidak seperti hewan yang
memiliki perbedaan fisik yang amat berbeda dalam menanggapi keadaan lingkungan
sekitarnya, seperti ikan dengan sisik dan lendirnya, beruang kutub dengan bulu-bulunya
dll.

2. Kenyamanan Thermal Pada Museum Tsunami Aceh


Kenyamanan termal merupakan salah satu unsur kenyamanan yang sangat penting,
karena menyangkut kondisi suhu ruangan yang nyaman. seperti diketahui, manusia
merasakan panas atau dingin merupakan wujud dari sensor perasa pada kulit terhadap
stimuli suhu di sekitarnya. sensor perasa berperan menyampaikan informasi rangsangan
kepada otak, dimana otak akan memberikan perintah kepadabagian-bagian tubuh tertentu
agar melakukan antisipasi untuk mempertahankansuhu sekitar 37 ℃. Hal ini diperlukan
organ tubuh agar dapat menjalankan fungsinya secara baik.

3. Kenyamanan Pencahayaan Pada Museum Tsunami Aceh

ruang berbentuk sumur silinder yang menyorotkan cahaya ke atas sebagai simbol
hubungan manusia dengan Tuhannya. Dan juga didalamnya dibangun sebuah taman
terbuka bagi masyarakat yang bisa diakses dan dipergunakan setiap saat sebagai respon
terhadap konteks urban.

cara untuk meningkatkan kualitas udara di dalam bangunan:


 Penataan ruang yang tepat
 Memakai bahan bangunan dan bahan perabot yang mengandung bahan kimia sedikit
 Memastikan tidak ada jamur pada elemen bangunan dan perabot akibat kelembaban
tinggi
 Memperbanyak penanaman tumbuhan hijau
 Membatasi merokok di dalam ruangan
 Mamakai konsep secondary skin pada fasad untuk meredam panas matahari.
 Menyediakan lahan terbuka di dalam bangunan
 Menggunakan Insulator panas di bawah material atap
 Meletakkan Kolam air pada lingkungan bangunan

Penataan Pencahayaan :
 Menggunakan lampu hemat energi
 Mengatur jadwal penyalaan lampu, misalnya dengan mengaktifkan timer
 Menambah alat penghemat energi lampu (penggunaan dimmer, daylight sensor,
zoning, present/movement detector, sensor ultrasonik)
 Mematikan lampu saat ruang tidak digunakan (pasang peringatan di setiap saklar
dan pintu keluar)
 Menghindari penggunaan satu saklar yang dihubungkan dengan beberapa titik
lampu. Kondisi ini membuat pemakaian tidak fleksibel karena menyalakan satu
lampu berarti beberapa lampu lain ikut menyala
 Memakai lampu dengan jumlah yang sesuai.
 Meminimalisasi penggunaan pencahayaan buatan

4. Kenyamanan Akustik Pada Museum Tsunami Aceh

Untuk menciptakan kenyamanan termal di suatu tempat tertentu, terlebih dahulu kita
harus mengetahui kondisi-kondisi lingkungan di suatu tempat yang akan kita rancang
kondisi termalnya. Selain itu kita juga harus menetapkan standar kenyamanan termal
yang akan kita rancang, agar hasil perancangan kita terlalu dingin, atau sebaliknya
kepanasan.

Kondisi-kondisi lingkungan yang harus kita ketahui sebelum melakukan


perancangan, diantaranya; Temperatur dry bulb, temperatur wet bulb, Kelembaban
relatif.Faktor geografis letak bangunan juga berpengaruh ke kondisi lingkungan.

Selain kondisi lingkungan, perlu juga diperhatikan bahan-bahan konstruksi yang akan
digunakan dan dikondisikan sesuai dengan fungsi ruangannya. Serta perlu
diperhitungkan pula beban termal yang harus ditanggung ruangan tersebut, baik secara
eksternal maupun internal. Bebean eksternal yaitu beban termal yang berasal dari luar
ruangan, misalnya cahaya matahari yang masuk ruangan, sedangkan beban internal ialah
beban termal yang harus ditanggung dan berasal dari dalam ruangan, misalnya peralatan
elektronik, jumlah orang yang menghuni ruangan, dll.
Penaggulangan kebisingan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

 Penagaturan konstruksi lantai, dinding, dan langit-langit dengan pemilihan bahan


yang memadai. Misalnya menghilangkan lubang-lubang pada atap yang bisa
mentranmisikan bunyi dari luar.
 Pelat lantai bertingkat, pemakaian material-material yang mampu meredam bunyi bisa
memberikan kenyamanan akustik pada bangunan. Misalnya :
 Permukaan elastic yang lembut sperti permadani, ubin gabus, karet atau vinyl
dapat meredam bising benturan dari lantai.
 Lantai yang berlapis majemuk dimana ada selimut penenang (sound absorbing
felt ) diantara struktur gedung (pelat lantai) dan lantai dasar serta pelapis bisa
meredam bising benturan lantai. Bahannya bisa berupa bulu kempa setebal 5mm
atau soft board/serat kayu setebal 18mm.
 Dinding. Yang perlu diperhatikan dari dinding untuk mendapatkan kenyamanan audio
adalah :
 Dinding mempunyai massa yang cukup dan menyebarkan bising udara secara
merata pada seluruh luasannya.
 Dinding dibangun dengan cara berlapis dan kedap udara
 Sambungan dinding terhadap tepinya dan bukaan seperti pintu dan jendela harus
kedap udara dan elastis.
 Dinding dari papan nonstructural seperti multipleks, kayu, dan gipskarton akan
bergetar oleh bising diudara. Karena itu kerangkanya harus disambung elastic
pada dinding structural. Dan tidak boleh terkena elemen lain yang ikut bergetar
seperti langit-langit gantung.
 Atap Bentuk dan kondisi atap mempengarui keadaan kebisingan dibawahya. Untuk
meredam kebisingan dari udara seperti pesawat terbang dan hujan deras, dipilih bahan
atap yang berat seperti pelat atap beton atau atap bertanaman (roof garden).
 Jaringan utilitas seperti saluran air bersih dan limbah juga berpotensi menimbulkan
kebisingan. Karena itu, pipa tersebu perlu diselimuti dengan peredam. Pengikat atau
penggantung pipa-pipa tersebut juga berpengaruh, untuk menyiasati hal tersebut bisa
dipakai pengikat atau penggantung berupa gelang karet.
 Hal berikutnya yang bisa meredam kebisingan adalah membangun pagar. Bisa berupa
pagar dinding batu bata, gundukan tanah atau pagar tanaman.
 Yang terakhir adalah menagatur denah sesuai dengan kebutuhan. Misalnya ruang
rawat inap rumah sakit hendaknya diletakkan dibelakang untuk mengurangi
kebisingan.

E. Kesimpulan

Ada tiga metode untuk pencahayaan suatu ruang : umum, lokal, dan cahaya aksen
Pencahayaan umum juga dapat digunakan untuk mengurangi kesan bayangan, menghaluskan
dan memperluas sudut-sudut ruang, serta menyediakan level pencahayaan yang memadai agar
dapat bergerak dengan aman dan untuk kepentingan pemeliharaan umum. Cahaya
menghidupkan ruang dan menonjolkan bentuk-bentuk dan tekstur-teksturnya.

Anda mungkin juga menyukai