Museum Tsunami Aceh adalah sebuah museum di Banda Aceh yang dirancang sebagai
monumen simbolis untuk bencana gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 sekaligus
pusat pendidikan bencana dan tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi.
Museum Tsunami Aceh yang terletak di depan Lapangan Blang Padang, Banda Aceh ini memiliki
tiga lantai, dengan luas setiap lantai sebesar 2.500 meter dan menghabiskan dana hingga Rp60
miliar lebih. Goresan arsitektur Ridwan Kamil ini, sarat dengan nilai kearifan lokal dan didesain
dengan konsep memimesis kapal, seperti hendak mewartakan Banda Aceh adalah kota air alih-
alih daratan. Di dalam gedung terdapat kolam luas yang indah dengan jembatan diatasnya.
Selain itu, terdapat ruangan yang dirupakan sebagai gua yang gelap serta ada aliran air
mengalirKonsep yang ditawarkan arsitek ini, dengan menggabungkan rumoh Aceh (rumoh
bertipe panggung) dikawinkan dengan konsep escape building hill atau bukit untuk
menyelamatkan diri, sea waves atau analogi amuk gelombang tsunami, tari tradisional saman,
cahaya Allah, serta taman terbuka berkonsep masyarakat urban.
Lahannya yang disediakan pemerintah Aceh juga berbatasan langsung dengan komplek
kuburan Kerkhoff, namun isi dan kelengkapannya disediakan Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM), pemerintah Aceh dan Pemerintah Kota Banda Aceh. Museum Tsunami
Aceh adalah sebuah Museum untuk mengenang kembali pristiwa tsunami yang maha daysat
yang menimpa Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember 2008 yang menelan
korban lebih kurang 240,000 0rang.
Gedung Museum Tsunami Aceh dibangun atas prakarsa beberapa lembaga yang sekaligus
merangkap panitia. Di antaranya Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias sebagai
penyandang anggaran bangunan, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM)
sebagai penyandang anggaran perencanaan, studi isi dan penyediaan koleksi museum dan
pedoman pengelolaan museum), Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)sebagai
penyedia lahan dan pengelola museum, Pemerintah Kotamadya Banda Aceh sebagai penyedia
sarana dan prasarana lingkungan museum dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)cabang NAD yang
membantu penyelenggaraan sayembara prarencana museum
Perencanaan detail Museum ,situs dan monumen tsunami akan mulai pada bulan Agustus 2006
dan pembangunan akan dibangun diatas lahan lebih kurang 10,000 persegi yang terletak di
Ibukota provinsi Nanggroes Aceh Darussalam yaitu Kotamadaya Banda Aceh dengan anggaran
dana sekitar Rp 140 milyar dengan rincian Rp 70 milyar dari Badan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi (BRR) untuk bangunan dan setengahnya lagi dari Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) untuk isinya juga berisi berbagai benda peninggalan sisa tsunami.
Bangunan ini memperingati para korban, yang namanya dicantumkan di dinding salah satu
ruang terdalam museum, dan warga masyarakat yang selamat dari bencana ini. Selain perannya
sebagai tugu peringatan bagi korban tewas, museum ini juga berguna sebagai tempat
perlindungan dari bencana semacam ini pada masa depan, termasuk "bukit pengungsian" bagi
pengunjung jika tsunami terjadi lagi.
KOLEKSI
Pameran di museum ini meliputi simulasi
elektronik gempa bumi dan tsunami Samudra
Hindia 2004, serta foto korban dan kisah yang
disampaikan korban selamat.