Anda di halaman 1dari 27

PENGANTAR PERANCANGAN KOTA

ANALISIS FISIK KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG

KELOMPOK 4 :
ALDI 03061181621021
ADIES RANA RAMASI 03061281621084
DARA MONIKA PUTRI 03061281621029
MEGAWATI 03061181621010
M. OKTAVIAN 03061281621031

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Ir. Tutur Lussetyowati, M.T.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur sehingga mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas dari mata kuliah Pengantar Perancangan Kota dengan judul “Analisis Fisik Kota
Pada Kawasan Benteng Kuto Besak Palembang”
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampuh mata kuliah ini, pada ibu Ir. Tutur Lussetyowati, M.T. yang telah membimbing
kami dalam menulis makalah ini.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Indralaya, 22 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 1

1.3 Maksud dan Tujuan.............................................................................................. 2

1.4 Ruang Lingkup ..................................................................................................... 2

BAB II DATA DAN ANALISA ......................................................................................... 3

2.1 Land Use ................................................................................................................ 3

2.2 Building Form and Massing ................................................................................. 6

2.3 Curculation and Parking ...................................................................................... 8

2.4 Open Space ............................................................................................................ 9

2.5 Pedestrian Ways .................................................................................................. 12

2.6 Activity Support .................................................................................................. 13

2.7 Signage................................................................................................................. 14

2.8 Prevervation and Conservation .......................................................................... 15

BAB III REKOMENDASI PENATAAN ......................................................................... 16

3.1 Identifikasi Permasalahan .................................................................................. 16

3.1.1 Land Use....................................................................................................... 16

3.1.2 Building Form and Massing ........................................................................ 16

3.1.3 Curculation and Parking ............................................................................. 16

3.1.4 Open Space ................................................................................................... 17

3.1.5 Pedestrian Ways ........................................................................................... 17

3.1.6 Activity Support ........................................................................................... 17

3.1.7 Signage ......................................................................................................... 18

iii
3.1.8 Prevervation ................................................................................................. 18

3.2 Usulan Penataan sesuai Permasalahan .............................................................. 19

3.2.1 Analisa Konsep Masalah ............................................................................. 19

3.2.2 Konsep Usulan ............................................................................................. 20

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 22

4.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 22

4.2 Saran.................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 23

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota yang baik adalah kota yang memiliki kenangan tahapan pembangunan, dimana
kota bagaikan mahkluk hidup yang tumbuh dan berkembang, kemudian mati apabila tidak
terpelihara. Hal ini menyiratkan bahwa suatu kota pasti memiliki kawasan bersejarah
(Wijarnaka, 2005). Palembang yang dikenal sebagai bumi sriwijaya yang memiliki jejak-jejak
sejarah kerajaan Sriwijaya yang dapat menjadi aset-aset wisata kebudayaan yang ada. Aset-
aset wisata kebudayaan yang ada memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang akan
berkunjung ke kota metropolis ini.

Perencanaan dari suatu kota akan menekankan kualitas fisik dari lingkungan kota itu
sendiri. Menurut F. Guttheim (1963), Rancang Kota atau Urban Design merupakan bagian
dari rangkaian perencanaan kota yang akan menyangkut segi tampilan fisik yang menata
bentuk, tatanan dan estetika lingkungan dan kota secara satu kesatuan terpadu antara
lingkungan fisik, kehidupan dan manusianya.

Palembang yang saat ini menjadi salah satu kota tujuan wisata di Indonesia, hal ini
dikarenakan kondisi Kota Palembang yang terus mengalami kemajuan, baik di bidang
infrastruktur, sarana prasarana kota dan perekonomian yang terus menggeliat. Namun kota
yang mengalami perkembangan pesat dalam pembangunan dan menjadi pusat aktivitas
manusia dapat menyebabkan adanya ketidakseimbangan antara demand dan supply lahan dan
adanya perluasan kota ke daerah pinggirannya sehingga mengurangi ruang terbuka hijau
(RTH).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah Benteng Kuto Besak Palembang sudah memenuhi segala aspek-aspek dari
elemen-elemen pembentuk fisik kota?
2. Apa permasalahan yang ada di Benteng Kuto Besak Palembang?
3. Bagaimana usulan penataan Benteng Kuto Besak Palembang yang lebih baik sesuai
permasalahan yang ada?

1
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Mengerti dan memahami apa itu elemen-elemen pembentuk fisik kota Benteng Kuto
Besak Palembang.
2. Dapat mengidentifikasi dan menganalisa elemen-elemen pembentuk fisik kota pada
kawasan Benteng Kuto Besak Palembang.
3. Dapat mengusulkan penataan Benteng Kuto Besak Palembang yang lebih baik sesuai
permasalahan yang ada.

1.4 Ruang Lingkup

Salah satu ruang publik yang terdapat di pusat Kota Palembang adalah Kawasan
Benteng Kuto Besak (BKB), yang berada pada tepian Sungai Musi. Pada Kawasan Benteng
Kuto Besak, terdapat beberapa bangunan bersejarah seperti Benteng Kuto Besak (BKB),
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Monumen Perjuangan (MONPERA) serta juga
terdapat dermaga Sungai Musi, dan restoran terapung ”Riverside”. Akan tetapi, dalam makalah
ini, pembahasan elemen fisik kota yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian adalah area
publik di Benteng Kuto Besak dan sekitarnya. Hal ini dikarenakan adanya suatu amatan yang
menarik mengenai penggunaan ruang publik pada kawasan Benteng Kuto Besak yang berada
di tepian sungai serta senantiasa menjadi ajang rekreasi murah meriah bagi masyarakat, yang
mana hal ini menjadi simbol rekreasi bagi masyarakat.

2
BAB II

DATA DAN ANALISA

2.1 Land Use

PETA NON RAGAWI DAN PUSAT KULINER

2. Rumah – rumah langgam elektik 3. Rumah – rumah langgam elektik


vernacular dan limasan di sepanjang jln. vernacular dan limasan di sepanjang jln.
Alfaqih jalaludin. Alfaqih jalaludin.

1. Masjid Agung Di bangun pada masa


5. Rumah – rumah langgam elektik
kesultanan Palembang Darusalam, 4. Rumah – rumah langgam elektik
vernacular dan limasan di
memiliki pencampuran vernacular dan vernacular dan limasan di sepanjang
kampung pengulon ( jln. Kemas
ornamen Cina. jln. Alfaqih jalaludin.

9. Balai Prajurit ekx societet /


7. Kantor Wlikota Palembang Bioskop Luxor

6. Rumah – rumah langgam elektik 8. Rumah – rumah langgam elektik 9. Teater Benteng Kuto Besak
vernacular dan limasan di kampung vernacular dan limasan di kampung
pengulon ( jln. Kemas umar ) pengulon ( jln. Kemas umar )

3
PETA ABAD 18 – 20

3. Jln Merdeka

1. Sungai Sekanak, dahulu Abad 20 -


2016 2. Benteng Kuto Besak 4. Jln Rumah Bahri

6. Jln Rumah Bahri


5. Jln Sekanak 7. Jln Sultan Mahmud Badarudin

4
PETA BENTENG KUTO BESAK SEKARANG 2019

KETERANGAN
1. BKB
2
2. Museum Sultan
Mahmud Badarudin
4 3 II

3. Dermaga Point
1 4. Benteng Kuto
Besak

Jembatan
Ampera

PETA PERGERAKAN AREA MASUK BENTENG KUTO BESAK

JALAN KELUAR

KENDARAAN

JALAN MASUK
KENDARAAN
5
KE AREA BKB

3 PINTU KELUAR
6 KENDARAAN
2
SIRKULASI PEJALAN
KAKI

1
4

Dari pengamatan yang telah dilakukan disimpulkan bahwa aktivitas yang terjadi di
Benteng kuto Besak cenderung berupa kegiatan rekreasi seperti bermain, jalan – jalan, duduk
– duduk sambil menikmati susana Sungai Musi. Terdapat juga aktivitas dari sektor informal
yang menunjang aktivitas pengunjung. Benteng Kuto Besak sebagai ruang publik tidak hanya
hanya sebagai wadah interaksi sosial bagi warga kota, namun juga dijadikan sebagai tempat
untuk melaksanakan dan menyemarakan berbagai perayaan – perayaan atau acara – acara
tertentu (event) seperti konser musik, pagelaran seni budaya dan kampanye pemilihan kepala
daerah/ parpol (politik). Pengunjung tidak hanya berasal dari daerah sekitar (Kecamatan Bukit
Kecil), namun tersebar ke beberapa kecamatan di Kota Palembang bahkan ada sebagian

5
pengunjung yang berasal dari luar kota. Mereka cenderung menggunakan kendaraan pribadi
(motor dan mobil) maupun kendaraan umum (angkutan umum, Trans Musi, Ojek) sebagai alat
transportasi, sehingga penyediaan tempat parkir di area dalam maupun luar menjadi fasilitas
dasar yang perlu dipertimbangkan dan dikelola secara baik.

Tempat yang menjadi favorit bagi para pengunjung adalah di pagar pelataran Benteng
Kuto Besak, dikarenakan tempat ini dapat dijadikan sebagai tempat duduk sekaligus langsung
dapat menikmati pemadangan Sungai Musi dan Jembatan Ampera. Untuk waktu kunjungan
tertinggi terjadi pada akhir pekan (hari libur) saat sore dan malam hari. Kebanyakan
pengunjung memilih waktu ini untuk berekreasi sekaligus melepas lelah setelah hampir
seminggu beraktivitas. Sedangkan waktu kunjungan terendah terjadi pada hari kerja saat pagi
dan siang hari, dimana pada waktu ini sangat minim aktivitas yang terjadi di Benteng Kuto
Besak.

Sebuah lahan ruang terbuka publik yang khusus di gunakan sebagai ruang berkumpul
masyarakat. Bkb memiliki sedikit ruang terbuka hijau yang hanya terdapat di depan bagian
BKB saja. Kelengkapan fasilitas pada BKB terdapat

1. Dermaga point
2. Toilet umum
3. Mushola
4. Lahan parkir

Dermaga point memiliki fungsi sebagai tempat makan, pesta pernikahan dan acara
lainnya dengan fasilitas penunjng toilet umum yang menaungi para pengunjung yang ingin
berkunjung ke BKB. Di sekitar BKB terdapat bangunan cagar budaya yaitu Museum Sultan
Mahmud Badarudin II.

2.2 Building Form and Massing

Bangunan merupakan suatu hal yang penting dalam penataan kota , dalam hal ini yang
menjadi pusat perhatian ialah mengenai bagaimana bentuk dan massa-massa bangunan yang
ada, dapat membentuk suatu kawasan serta bagaiman hubungan antar-massa yang ada.

6
Pada kawasan BKB terdapat beberapa bangunan yang menjadi penunjang, seperti
Dermaga point, Restoran apung, Museum SMB II , serta bangunan BKB itu sendiri. Setiap
bangunan memiliki bentuk dan massa yang beragam.
 Dermaga Point

Seperti yang ada pada gambar diatas dermaga point memiliki warna yang sama dengan
Jembatan Ampera, memiliki bentuk bangunan yang masih dapat beradaptasi dengan kawasan.
Garis sepadan pada bangunan sudah tepat dan baik.

 Museum SMB II

Pada museum bentuk bangunan nya merupakan gabungan antara rumah limas dan
colonial belanda terlihat dari visual kita sudah bisa tau bangunan tersebut merupakan museum.

 BKB

Bentuk bangunan yang ada merupakan gaya colonial karena


memang dulunya merupakan bangunan bekas masa itu.

7
2.3 Curculation and Parking

Sirkulasi merupakan hal yang penting dalam sebuah urban design, Sirkulasi adalah
elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk dan mengkontrol pola
kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem transportasi dari jalan public,
pedestrian way, dan tempat-tempat transit yang saling berhubungan akan membentuk suatu
pergerakan. Pada kawasan BKB memiliki sirkulasi yang membentuk kawasan BKB itu sendiri
, seperti yang terlihat pada gambar disamping merupakan beberapa sirkulasi yang ada
dikawasan , pada sirkulasi memiliki kelebihan dan kekurangan.

Sirkulasi pada Kawasan sudah sangat bagus, pada kawasan sudah memfasilitasi untuk
semua kalangan, seperti ada pembantu jalan, serta pepohonan. Karakter yang ditimbulkan dari
pola sirkulasi ini memiliki karakter yang kuat, pada kawasan pembentuk sirkulasi dibuat
sedemikian rupa yaitu mengelilingi kawasan, berfungsi agar semua kawasan dapat kita lihat
dan dirasakan oleh masyarakat yang datang.

Parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu kawasan yaitu pada kegiatan komersil
di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada kawasn, penyediaan ruang parkir
yang paling sedikit memberi efek visual merupakan usaha yang sukses dalam perancangan
kota.

Pada kawasan BKB parkir yang tersedia sangat banyak , saking banyaknya public space
dijadikan untuk lahan parkir, takbisa dipungkiri kesan pertama masuk BKB ialah melihat lahan
parkir yang ada dimana-mana, BKB memakai sistem parkir karcis seperti kebanyakan pada
mall dan tempat-tempat lain. Namun masih saja didalam BKB masih terdapat pungut biaya
oleh tukang parkir disekitar kawasan.

8
Dibalik buruknya Lahan parkir yang ada di BKB ada beberapa tempat yang memiliki
sistem parkir yang sudah baik , seperti pada Dermaga point, mereka memiliki lahan parkir
sendiri yang tidak mengganggu visual.

2.4 Open Space

Ruang terbuka (Open Space) merupakan ruang terbuka yang selalu terletak di luar massa
bangunan yang dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh setiap orang serta memberikan
kesempatan untuk melakukan bermacam-macam kegiatan. Yang dimaksud dengan ruang
terbuka antara lain jalan, pedestrian, taman lingkungan, plaza, lapangan olahraga, taman kota
dan taman rekreasi (Hakim, 2003 : 50).

1. Public Space dan Green Space Benteng Kuto Besak

9
Ruang Terbuka Umum terletak tepat di depan benteng
kuto besak, ruang ini bisa diakses oleh siapapun dan dengan
melakukan kegiatan apapun, tak jarang ruang dimanfaatkan oleh
pedang untuk berjualan, dan ada pula pengamen jalanan yang
memanfaatkan ruang terbuka tersebut untuk mencari uang dari
para penduduk yang berkunjung.

Ruang terbuka umum di BKB Menawarkan view ampera,letak yang berdekatan dengan
sungai musi juga menjadi daya tarik tersendiri, sayangnya karena kurangnya pepohohonan
membuat open space tersebut sepi pada siang dan sore hari, hal tersebut karena faktor panasnya
sinar matahari dan tidak disediakan semacam plaza dengan payung/ penutup untuk
meminimalisir cahaya matahari.

Pepohonan hanya ada dibagian pedestrian pejalan kaki, padahal jika peletakan pohon
dimaksimalkan, atau dibuat plaza plaza dengan penutup atap/ setidaknya payung, akan lebih
meneduhkan disiang dan sore hari, dan open space akan aktif dan ramai.

2. Square and Plaza

Di sudut kanan BKB terdapat kafe yang berada diatas dermaga, ada kfc,jco, dan lain
lain. Dengan adanya ruang yang diciptakan oleh kafe ini, membuat suatu space/ ruang yang
dimanfaatkan pada saat teriknya sinar matahari, apalagi Dengan view yang ditawarkan yang
langsung mengarah ke ampera ampere, dan dengan kesejukan angin dari sungai musi, kafe
diatas dermaga selalu ramai, baik siang maupun sore hari.

10
Gambar 1 view dari dermaga

3. Streets Open Space di BKB

Gambar 2 Keadaan jalan di BKB

Sebagian jalan sudah memikirkan tingkat kenyamanan pengguna meskipun belum


sepenuhnya, terlebih ada unsur perhatian khusus untuk pengguna disable.

4. Memorial

Tidak ada tempat yang disediakan untuk pamflet dan tempelan pengumuman lainnya,
hingga papan pengumuman dan beberapa sarana dan prasaranan di ruang terbuka terganggu
seperti foto diatas.

11
2.5 Pedestrian Ways

Jalur pedestrian juga merupakan elemen penting dalam perancangan kota, karena tidak
lagi berorientasi pada keindahan semata, akan tetapi juga pada masalah kenyamanan dengan
didukung oleh kegiatan pedagang eceran yang dapat memperkuat kehidupan ruang kota yang
ada. Sistem jalur pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan terhadap kendaraan di
kawasan pusat kota, meningkatkan penggunaan pejalan kaki, mempertinggi kualitas
lingkungan melalui sistem perancangan yang manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang kaki
lima yang lebih banyak dan akhirnya akan membantu kualitas udara di kawasan tersebut.

Gambar diatas merupakan pemandangan dari kondisi pedestrian didepan kafe dermaga,
yang menunjukan bahwa tidak nyamannya akses pejalan kaki yang disediakan, terlebih dengan
kondisi parkir dan akses keluar masuk kendaraan yang merupakan satu kesatuan tanpa adanya
batasan yang jelas.

12
2.6 Activity Support

Kawasan sekitaran BKB dirancang sedemikian rupa agar menjadi pusat berkumpul
masyarakat kota, mungkin diandaikan sebagai alun – alun kota mengingat Palembang tidak
memilikinya. Activity support yang ada di kawasan BKB terbilang cukup baik, di antaranya
ada :

a. Ruang Terbuka Publik


b. Musholla
c. Gedung serbaguna yang mencakup beberapa restoran/ tempat makan seperti KFC,
J.CO, ES TELLER, CHATTIME DLL
d. Restoran apung
e. Penyewaan perahu
f. Pedestrian
g. Area parkir
h. Museum
i. Mini market
j. Drainase
k. Tempat sampah

Ruang terbuka publik merupakan faktor utama di BKB, lapangan yang luas dipinggiran
sungai musi adalah tempat orang – orang berkumpul, pada siang hari lapangan ini akan
cenderung kosong karna sangat panas tanpa adanya peneduhan. Sedangkan pada saat malam,
lapangan akan dipenuhi dengan berbagai macam pedagang kaki lima, ada yang menjual mainan
anak sampai menjual handphone bekas, baju, makanan, aksesoris dan adapula jasa pembuat
tattoo dsb. Konser dan acara akbar pun banyak diselenggarakan di BKB, karna area yang luas,
tempat parkir yang memadai juga tempat yang cukup strategis karna berada tepat dipinggir
sungai musi.

Terdapat sebuah musholla diarea BKB untuk para pengunjung yang perlu menunaikan
kewajiban sholat tanpa perlu berjalan agak jauh, karna sebenarnya Masjid Agung Palembang
berada tidak jauh dari BKB.

Gedung serbaguna ini telah cukup lama berdiri, gedung ini meniru warna jembatan
Ampera yaitu merah. Lantai atas gedung ini difungsikan sebagai ballroom/ruang serbaguna,

13
biasanya disewa untuk pernikahan ataupun acara formal lainnya. Sedangkan lantai bawah
gedung ini difungsikan sebagai retail, penyewanya adalah berbagai restoran seperti KFC, J.CO,
Es Teler 77, Chattime dan masih banyak lagi. Lantai bawah gedung ini juga menyediakan wc
umum dan mini market. Bagian gedung ini menyatu dengan dermaga point. Lapangan depan
gedung juga difungsikan sebagai area parkir motor dan disewakan juga untuk outlet pedagang.
Kebanyakan orang akan mengincar restoran ini di siang hari karna area BKB akan sangat panas
tanpa peneduh, beberapa restoran juga mendapat view langsung ke sungai musi.

Restoran apung berada di sungai musi, sebagai tempat makan yang menghadirkan view
sungai musi dan sensasi makan di atas sungai, selain mengincar makanan restoran apung
memang juga menjual hal tersebut. Untuk penyewaan perahu sendiri memang banyak sekali di
area BKB, karena biasanya para pengunjung BKB memang berniat menyebrang ke Ulu dengan
menggunakan perahu atau pun ke tempat wisata seperti rumah bababuncit, pulau kemarau dll.

Sebagian besar area BKB adalah area pejalan kaki yang tidak boleh dimasuki
kendaraan, cukup gersang namun masih ada penghijauan di beberapa titik. Lalu area luarnya
sekarang difungsikan sebagai area parkir mobil. Musem sultan Mahmud Badarudin II juga
merupakan destinasi wisata. Area BKB sudah memiliki drainase yang terlihat cukup memadai,
namun disalah gunakan oleh masyarakat, karna seringkali membuang sampah di drainase
bahkan sungai daripada kotak sampah yang tersedia. Hal tersebut selain dikarenakan oleh
kurangnya kesadaran masyarakat juga karena terlalu sedikitnya kotak sampah yang tersedia.

2.7 Signage

Sebagai pusat berkumpul masyarakat kota tentu saja area BKB memiliki banyak singage
karena merupakan area yang sangat stategis. SIGNAGE yang ada di kawasan BKB di
antaranya :

a. Penunjuk arah
b. Rambu – rambu jalan
c. Baliho
d. Papan reklame
e. Papan iklan
f. Papan simbol/nama tempat/bangunan

14
Penunjuk arah yang terdapat diarea ini sangat efektif, dengan hanya satu penunjuk arah
yang menampung banyak sekali arah tempat, sama sekali tidak merusak pemandangan. Lalu
rambu – rambu jalan yang tersedia juga sudah cukup, karna memang diarea tersebut tidak
membutuhkan rambu – rambu jalan yang banyak. Baliho menempel di badan gedung
serbaguna, tergantung konten baliho tersebut, selagi konten kreatif yang disajikan tidak akan
menggangu pemandnagan area, namun jika berisi hal – hal yang kurang mengedukasi justru
menjadi sangat menggangu terlebih karna ukurannnya yang besar. Papan reklame masih tidak
terlalu menggangu. Papan iklan/ poster iklan inilah yang agak menggangu pemandangan
karena perletakannya yang terkdang tidak sesuai tempat dan cendurung sembarangan, iklan –
iklan yang disajikan pun tidak menarik. Papan simbol/nama tempat/bangunan sendiri cukup
baik, sangat membantu dan bisa menjadi suatu pemandangan yang menarik.

2.8 Prevervation and Conservation

Museum sultan mahmud badarudin II menjadi salah satu daya tarik pada daerah
kawasan BKB. Museum Sultan Mahmud Badaruddin II adalah museum di
kota Palembang, Sumatra Selatan, Indonesia. Museum ini didirikan di bekas bangunan
rumah residen kolonial Sumatra Selatan abad ke-19.

1. Museum sebagai tempat media informasi bagi para pelajar ataupun pengunjung yang
memberikan informasih tentang sejarah bangunan tersebut dan sejarah kota palembang
dari zaman ke zaman. Tak hanya itu museum ini juga memberikan tempat edukasi dan
rekreasi sebagai daya tari dari daerah BKB agar membuat orang untuk datang
mengujungi area tersebut.
2. Dari segi ekonomi bisa menambah pendapatan daerah tersebut. Semakin banyak
pengunjung semakin bagus sebagai pusat wisata daerah BKB.

15
BAB III

REKOMENDASI PENATAAN

3.1 Identifikasi Permasalahan

3.1.1 Land Use

Kekurangan dari Land Use:

1. Lahan terbuka hijau yang sangat minim ketika berkunjung pada siang hari tidak ada
tempat peneduh ketika cuaca terik.
2. Kurangnya lahan perkir untuk kendaraan roda 2 dan empat, ketika ada acara akan terasa
sangat padat dan tidak teratur akibat dari kurangnya lahan parkir.

3.1.2 Building Form and Massing

Kekurangan dari Building Form and Massing:

1. Bentuk bangunan yang tidak seirama.


2. Warna yang berbeda serta material yang digunakan.
3. Ketinggian bangunan
4. Kurangnya pertimbangan visual

Pada building form and massing di kawasan BKB sudah cukup baik untuk menjadi
penunjang kegiatan namun dalam visual dan tata bangunan belum cukup baik, karena bentuk
bangunan yang berbeda-beda membuat pengunjung miss information tentang kawasan itu
sendiri, terlalu kontrasnya bentuk bangunan mengurangi daya tarik dari kawasan itu sendiri.

3.1.3 Curculation and Parking

Kekurangan dari Curculation and Parking:

1. Pada kawasan BKB sirkulasi yang menjadi pembentuk masih tidak dimanfaatkan.
2. Kurangnya pepohonan menjadi salah satu penyebab sedikit peminat.
3. Lahan parkir yang tidak tertata.
4. Kurangnya petunjuk jalan.

16
5. Pada kawasan tidak dapat dilalui angkutan umum.

Circulation and parking pada kawasan BKB tidak terlalu memadai, permasalahan
mendasarnya terdapat pada fasilitas yang kurang dan tidak dimanfaatkan dengan baik, serta
penyalahgunaan lahan yang menyebabkan permasalahan seperti macet dan lain-lain,
memaksimalkan sirkulasi dan parkir sama saja dengan memberikan akses yang mudah bagi
pengunjung dan dapat menarik minat agar mendatangi kawasan BKB, serta peran pemerintah
dan masyrakat juga sangat dibutuhkan.

3.1.4 Open Space

Ruang terbuka yang berada tepat di depan BKB belum memperhatikan kebutuhan
pengguna sepenuhnya, mulai dari ruang terbuka sepi jika siang hari akibat panasnya terik
matahari dan tidak tersedia ruang/plaza dengan penutup atap. Dengan dipertimbangkan adanya
suatu ruang yang bisa menaungi pengunjung disiang dan sore hari akan membuat pengunjung
datang dan memanfaatkan space tersebut.

3.1.5 Pedestrian Ways

Dengan analisah yang telah dilakukan, terdapat banyak masalah pada Pedestrian way.
Tidak adanya/ tidak tersedianya jalur pedestrian membuat pejalan kaki merasa tidak nyaman,
terlebih jika memikirkan keselamatan. Jalur akses keluar masuk kendaraan dan parkir dibuat
ambigu padahal berdekatan dengan ruang terbuka. System pedestrian way yang kurang baik
selain mengakibatkan tidak nyamannya pejalan kaki, juga membuat akses kendaraan menjadi
berantakan dan tidak teratur/terorganisir.

3.1.6 Activity Support


Jika dilihat sekilas mungkin tak banyak kekurangan pada area BKB, namun jika
dilihat lebih dalam ada banyak permasalahan yang terjadi.
a. Kurangnya penghijauan, area terlalu gersang dan panas
b. Efektifitas lapangan tidak optimal
c. Pada area parkir terlalu semeraut
d. Tingkat kriminalitas yang terkenal masih cukup tinggi

17
e. Pengaturan lahan untuk pedagang kaki lima yang tidak beraturan
f. Drainase yang tidak efektif
g. Minimnya kotak sampah
h. Patung ikan belida yang kurang berguna, di kawasan ini terlalu banyak point of view (
Jembatan Ampera, MONPERA, Masjid Agung Palembang, Museum SMB II, Monumen Asean
Games)

3.1.7 Signage

Permasalahan area BKB tentang singage mungkin tidak banyak, sebagi berikut:

a. Banyak pemasangan singage ilegal


b. Tidak ada standar kelayakan konten yang diiklan-kan atau yang dipasang menjadi
baliho dan reklame.
c. Kurangnya penataan singage

3.1.8 Prevervation

Kurangnya perhatian pada area Preservation and Conservation yaitu di Museum Sultan
Mahmud Badarudin II, dulu sekitar bangunan museum ini masih terjaga, setelah terjadinya
perombakan pada BKB maka pemanfaatan lahan pada sekitar bangunan di alih fungsikan
sebagai tempat pakir kendaraan yang menjadikan tempat tersebut kurang teratur dan bahkan
terlihat tidak terawat.

Sekitar Bangunan Museum Sultan Mahmud Badarudin II

18
3.2 Usulan Penataan sesuai Permasalahan

3.2.1 Analisa Konsep Masalah

Usulan perbaikan sesuai analisa masalah yang ditemukan:

1. Kurangnya ruang terbuka hijau seperti tempat peneduh pepohonan bagi para
pengunjung, karena BKB sekarang sebagai tempat ruang terbuka publik yaitu
berkumpul bukan tempat ruang terbuka hijau.
2. Penataan tempat dagang yang menjadi masalah atau kendala, banyak pedagang yang
berjualan di pedestrian BKB yang seharusnya di fungsikan sebagai tempat berkumpul
3. Penataan sirkulasi pada system pedestrian way yang kurang baik selain
mengakibatkan tidak nyamannya pejalan kaki, juga membuat akses kendaraan menjadi
berantakan dan tidak teratur/terorganisir.
4. Kurangnya tempat lahan parkir yang menjadi kendala utama pada BKB, ketika ada
festival atau acara besar terjadi di BKB, pasti akan menyebabkan kemacetan panjang
yang menggangu lalu lintas sekitar
5. Menciptakan muka kawasan yang ramah, aman dan menyenangkan agar tak ada
perasaan enggan dan was – was bagi pengunjung. Keberadaan patung ikan belida pun
juga harus memiliki daya tarik lebih untuk menarik pengunjung agar kegunaan patung
ikan ini lebih efektif dan tidak sia – sia. Area BKB sebenarnya malah tidak
mengekspose benteng kuto besak itu sendiri, mungkin baiknya diadakan sedikit
pembelajaran tentang sejarah BKB, agar pengunjung mengenal BKB itu sendiri.

19
6. Memaksimalkan sarana tempat pembuangan sampah sementara selain menjaga
kebersihan juga membuat pengunjung mudah membuang sampah dan lebih segan
membuang sampah sembarangan.
7. Memaksimalkan cagar budaya di sekitar BKB yaitu Museum Sultan Mahmud
Badarudin II, dulu pemanfaatan lapangan museum masih terjaga, tetapi setelah
perenovasian BKB besar besaran mengakibatkan lapangan museum di jadikan sebagai
lahan parkir yang membuat museum menjadi tidak terawat dan terlihat kotor,
seharusnya pemanfaatan museum harus di jaga agar bisa menjadi daya tarik dan citra
kota dan menjadi salah satu ikon di daerah BKB.
8. Penyesuaian kembali bangunan disekitar serta pertimbangan tentang bentuk dan
visualisasi pengunjung terhadapan kawasan, karena adanya bangunan yang seharusnya
tidak dibangun disekitar karena mempengaruhi orientasi di kawasan BKB dengan
ketinggiannya yang seharusnya tidak terlalu tinggi.

3.2.2 Konsep Usulan

Konsep usulan penataan sesuai permasalahan:

1. Pada saat masuk area BKB Akses pejalan kaki dan kendaraan di buat terpisah ubtuk
menghindari kesemerautan dan membuat rasa nyaman bagi pejalan kakitetapi
bersebelahan.
2. Dibuat ruang terbuka hijau pada area di pinggi sungan musi untuk menambah estetika
dan tempat berteduh pengunjung yang datang.
3. Pada area yang dilingkari hijau yang dahulu sebagai panggung di ubah menjadi rungan
terbuka hijau untuk mengurangi pulusi udara dan sebagai estetika perkerasan di buat.
4. Area merah merupakan area Museum Sultan Mahmud Badarudin II yang di kembalikan
fungsinya, pada area taman di kembalikan kembali semestinya dan tidak di jadikan
tempat parkir kendaraan.
5. Pada area biru di jadikan sebagai fungsi parkiran yang dulu tidak maksimal
pemanfaatanya akan di perluar dan di besar untuk ungsi parki kendaraan pribadi.

20
Konsep Usulan Untuk Benteng Kuto Besak ( Palembang )

Akses pejalan kaki

Perkerasan untuk
pengunjung ( ruang publik )

Ruang terbuka hijau


( peneduh )

Sirkulasih kendaraan

Parkir kendaraan

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Permasalahan yang ada umumnya bukan karena kurangnya fasilitas namun lebih karena
kurang maksimalnya fasilitas tersebut. Mengupayakan pembentukan citra area yang baik, juga
harusnya memiliki nilai historis sebagi salah satu destinasi wisata yang penting. Oleh karena
itu kesadaran masyarakat, penunjung juga pemerintah harusnya berjalan selaras agar tercipta
area ruang terbuka publik di Palembang yang nyaman dan aman.

4.2 Saran

Kami selaku penyusun menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas. Semoga apa yang
sudah di sampaikan di atas dapat bermanfaat untuk banyak orang.

22
DAFTAR PUSTAKA

Sabila, Sabrina. 2009. Kajian Pelestarian Kawasan Benteng Kuto Besak Palembang Sebagai
Aset Wisata. Tugas akhir. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/5889/ pada 21 april 2019
pukul 17.37

Subadyo, Tutut. 2012. Optimasi Potensi Artefak Budaya Pada Koridor Sungai Musi Untuk
Pengembangan Wisata Sejarah Di Kota Palembang. Vol. 1 (No.1). Jurnal. Dakses dari
http://ejournal2.unsri.ac.id/index.php/jas/article/view/49/27 pada 21 april 2019 pukul
17.47

Arisijanti, Inajati. 2013. Benteng Dulu Kini & Esok. Yogyakarta: Kepel Press

Santi, Mimin. 2017. Analisis Dampak Renovasi Kawasan Wisata Benteng Kuto Besak (Bkb)
Terhadap Munculnya Pedagang Kaki Lima Di Seputaran Kawasan Wisata Benteng Kuto
Besak Kota Palembang. Vol 2 (No. 1) : 65 - 73. Jurnal Swarnabhumi.

Marliza, Winda. 2014. Pemanfaatan Plaza Benteng Kuto Besak Sebagai Ruang Publik Di
Tepian Sungai Musi Kota Palembang. Tugas Akhir S1.

Utami, Linda, Satria. J. P. Dadang H. P.. 2017. Identifikasi dan Evaluasi Kawasan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) Berdasarkan Kondisi Sifat Tanah di Wilayah Kota Palembang
Provinsi Sumatera Selatan. Vol 19 (No 3) : 112 - 118. Jurnal Penelitian Sains.

Zahra, Arsyil. 2016. Menelusuri Makna Ruang Publik pada Dermaga di Sungai Musi
Palembang. Jurnal Temu Ilmiah IPLBI 2016.

Fajriansyah, Adrian. 2011. Benteng Kuto Besak dan Plazanya. Jurnal. Diakses dari
http://arumaarifu.wordpress.com/2011/10/22/benteng-kuto-besak-danplasanya.html
pada 21 April 2019 Pukul 22.35

Prasetyo, Nurwanto Wahyu Adhi. 2011. Tingkat Kenyamanan Ruang Publik Pada Kawasan
Alun Alun Keraton Yogyakarta. Skripsi Program Studi Sarjana Perencanaan Wilayah dan
Kota. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai