Anda di halaman 1dari 12

KERATON AMANTUBILLAH: SEJARAH DAN ARSITEKTURNYA

THE PALACE OF AMANTUBILLAH: HISTORY AND ARCHITECTURE

Poltak Johansen
Balai Pelestarian Nilai Budaya Pontianak
Jalan Letjen Sutoyo Pontianak
Telepon (0561) 737906 Faksimile. (0561) 760707
Pos-el: poltak_bpsnt@yahoo.com
Diterima: 6 Februari 2014; Direvisi: 21 Maret 2014; Disetujui: 19 Mei 2014

ABSTRACT
This study aims to describe the history and architecture of Amantubillah Palace. This study uses a descriptive
qualitative method and the technique of collecting data is observation, interview and literature study. The result
of this study shows that the Amantubillah Palace has a long history and unique. It was originally from Dayak
kingdom, the kingdom of Bengkule Rajakng which was built by Patih Gumantar in the mountain of Sidiniang,
then became an Islamic kingdom when was led by Opu Daeng Manambon from the Kingdom of Luwu- South
Sulawesi, and then moved on to Mempawah. The Amantubillah Palace which is a Malay Islamic Kingdom has
LWVRZQDUFKLWHFWXUDOFKDUDFWHULVWLFV7KHXQL¿FDWLRQRI0DOD\$UDEDQG%XJLQHVHFXOWXUHVLQÀXHQFHWRWKH
VKDSHRIWKHEXLOGLQJRI$PDQWXELOODK3DODFH7KLVXQL¿FDWLRQFDQEHVHHQIURPVKDSHDQGGHFRUDWLRQRIWKH
palace buildings. Therefore, this palace has a unique and special architecture that must be remained its wealth
as an evidence of the nation cultural diversity.
Keywords: Amantubillah Palace, West Kalimantan, history of palace.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan sejarah dan arsitektur Keraton Amantubillah. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitaif dan teknik pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara
dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Keraton Amantubillah memiliki sejarah panjang
dan unik. Keraton ini berawal dari sebuah kerajaan Dayak, Kerajaan Bengkule Rajakng, yang dibangun oleh
Patih Gumantar di Pegunungan Sidiniang, kemudian menjadi kerajaan Islam ketika dipimpin oleh Opu Daeng
Manambon yang berasal dari Kerajaan Luwu-Sulawesi Selatan, lalu berpindah ke wilayah Mempawah. Keraton
Amantubillah yang merupakan Kerajaan Melayu Islam memiliki ciri arsitektur tersendiri. Perpaduan antarbudaya
Melayu, Arab dan Bugis sangat berpengaruh terhadap bentuk bangunan Keraton Amantubillah. Perpaduan ini
dapat dilihat dari bentuk dan ragam hias bangunan keraton. Dengan demikian, keraton ini memiliki arsitektur
yang unik dan khas yang harus digali kekayaannya sebagai bukti keberagaman budaya bangsa.
Kata kunci: Keraton Amantubillah, Kalimantan Barat, sejarah keraton.

PENDAHULUAN Keberadaan unsur kebudayaan tersebut


Arsitektur dari suatu bangsa, suku bangsa, tersebar luas di berbagai daerah ataupun wilayah di
masyarakat, daerah pada suatu masa seringkali Indonesia. Oleh karena itu usaha untuk pelestarian
berbeda-beda, baik dalam hal bentuk maupun dan pengembangannya perlu tetap dilakukan
konsep-konsep yang melandasinya (https://www. sehingga unsur-unsur kebudayaan yang pernah
studiomelayu-arsitekturmelayukalbar.blogspot. tumbuh dan berkembang tidak hilang begitu saja,
com). Hal ini tentu disebabkan adanya perbedaan apalagi unsur kebudayaan tersebut merupakan
kebudayaan dari suatu masyarakat atau bangsa sumber yang potensial dalam mewujudkan
itu sendiri. Setiap suku bangsa biasanya akan kebudayaan nasional. Beraneka ragam budaya
menunjukan identitas budayanya melalui benda- yang ada dan semua memberikan corak yang
benda budaya yang mereka buat. monopluralistik, tetapi sesungguhnya tetap satu,

93
WALASUJI Volume 5, No. 1, Juni 2014: 93—104
seperti yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Melalui bentuk, model dan ornamen yang melekat
Ika. Salah satu unsur kebudayaan yang kini pada arsitektur tradisional erat hubungannya
masih bertahan dan dijadikan sebagai tuntunan dengan makna-makna simbolis (Cassier yang
dan pedoman dalam kehidupan sehari-hari oleh dikutip Ahmad, 2002:22; Purba, 2010:10). Sistem
suku-suku bangsa di Indonesia adalah arsitektur kepercayaan masyarakat setempat, sehingga dapat
tradisional. dikatakan bahwa arsitektur tradisional tersebut
Dalam bentuk karya arsitektur, manusia memberi citra dan sekaligus sebagai identitas
berusaha menciptakan berbagai bentuk dan kesukuan (ethnic identity) bagi masyarakat
menuangkannya dalam simbol-simbol serta pendukung kebudayaan .
konsep-konsep bangunan yang beragam. Demikian halnya dengan Keraton
Kesemuanya itu untuk memenuhi kebutuhan Amantubillah yang terdapat di Mempawah juga
identitas suatu masyarakat. Ramsyah (2009:1) memiliki identitas dan makna dalam simbol-
mengatakan bahwa mengenai identitas dari hasil simbol yang diberikannya. Ini tidak terlepas dari
karya arsitektur, sebenarnya masih merupakan sejarah panjang dari kerajaan tersebut. Walaupun
polemik yang tidak kunjung habisnya. Mungkin tradisi arsitektur yang terdapat di keraton sekarang
dalam pencarian identitas tersebut memang tidak ini sudah mengalami perubahan, baik bahan
pernah dicapai kata akhir dikarenakan sifat dari dan penataan ruangan dan bentuknya, sehingga
arsitektur (kebudayaan) itu sendiri yang selalu dengan adanya perubahan tersebut maka secara
berubah dan berkembang. otomatis nilai dan keunikan yang melekat pada
Di Indonesia, jati diri arsitektur masih bangunan berubah.
dalam tahap penelitian dan merupakan hal yang Dari uraian di atas yang menjadi
sering dipermasalahkan. Demikian pula jati permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana
diri arsitektur di daerah-daerah, masih perlu sejarah dari Keraton Amantubillah dan bagaimana
dipertanyakan. Tidaklah mudah mengemukakan bentuk serta makna ragam hias yang terdapat pada
suatu jawaban mengenai bentuk arsitektur bangunan Keraton Amantubillah. Sedang tujuan
yang berciri khas. Tidak jarang perkembangan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan
arsitektur di suatu daerah dimulai dari bentuk bentuk ragam hias dan makna yang terkandung
bangunan keraton ataupun istana. Merancang pada bagunan KeratonAmantubillah serta
suatu bangunan yang dikehendaki dapat mewakili memahami sejarah Keraton tersebut.
bentuk atau ciri daerah, misalnya pada gedung
pemerintah, haruslah memandang budaya (adat) METODE
dan arsitektur setempat. Ini dapat dicapai dengan Pendekatan yang dilakukan mengunakan
menggali sebanyak mungkin unsur-unsur yang adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif
membentuk ciri daerah tersebut. dengan permasalahan yang berkaitan dengan
Sekarang ini, pengertian tentang arsitektur kebudayaan. Pendekatan deskriptif ini berusaha
berbeda-beda, ada yang mengatakan arsitektur untuk mendeskripsikan tentang arsitektur
adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan Keraton Amantubillah yang menjadi objek
dan ada pula yang mengatakan arsitektur adalah penelitian, tujuannya tidak untuk menguji
bidang multi-disiplin (http://www.id.wiki pedia. hipotesa tetapi menghasilkan suatu pemahaman
org/wiki/ arsitektur). Namun, apabila dilihat tentang arsitektur tradisional yang pernah ada
perkembangannya, arsitektur ini telah ada sejak dan tetap berkembang dalam masyarakat Melayu
dahulu dan bahkan sekarang berkembang sesuai di Kabupaten Pontianak.Teknik pengumpulan
dengan keinginan dari masyarakat pendukungnya. data yang dilakukan pengamatan (observasi),
Hal ini yang menjadi latar belakang tulisan ini wawancara, dan studi kepustakaan.
untuk memahami bentuk arsitektur tradisional Analisis merupakan tahap akhir yang
khususnya yang terdapat di Keraton Amantubillah. dilakukan setelah data berhasil dikumpulkan
Arsitektur muncul dari kebutuhan masyarakat mulai dari penentuan lokasi, pengamatan dan
dan sering menggambarkan kondisi alam dan wawancara serta dari sumber bacaan. Hasil
kehidupan sosial masyarakat pendukungnya.

94
Keraton Amantubillah: Sejarah... Poltak Johansen

tersebut diolah dan disusun sehingga menjadi dari Kerajaan Mempawah. Nama Amantubillahh
laporan dan merupakan rangkaian suatu tulisan berasal dari bahasa Arab, yang berarti “Aku
ilmiah. beriman kepada Allah”. Istana yang didominasi
oleh warna hijau ini terletak di Jalan Adiwijaya
PEMBAHASAN RT.04 RW.12 Kelurahan Pulau Pedalaman,
Sejarah Keraton Amantubillah Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten
Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Istana
Mempawah adalah ibu kota Kabupaten
Amantubillah dibangun pada masa pemerintahan
Pontianak dan yang masuk dalam wilayah Provinsi
Gusti Jamiril pada tahun 1761. Setelah Gusti Jamiril
di Kalimantan Barat. Mempawah merupakan salah
dinobatkan menjadi raja di Kerajaan Mempawah
satu pusat kerajaan yang terdapat di daerah ini.
untuk menggantikan ayahandanya yang bernama
Kerajaan-kerajaan yang pernah ada dan tersebar
Upu Alinu Malinu Daeng Menambon yang kelak
di beberapa daerah pedalaman Kalimantan Barat
ketika menjadi raja bergelar Pangeran Mas Surya
antara lain: Tanjungpura, Sukadana, Simpang,
Negara. Saat Gusti Jamiril diangkat menjadi raja,
Matan, Mempawah, Sambas, Landak, Tayan,
beliau menyandang gelar sebagai Panembahan
Meliau, Sanggau, Sekadau, Sintang, Kubu, dan
Adiwijaya Kesuma Jaya yang berkuasa atas
Pontianak. Masing-masing dari kerajaan tersebut
seluruh rakyat yang berada di daerah Kerajaan
memiliki peninggalan sebagai bukti sejarah dari
Mempawah.
keberadaan kerajaan tersebut. Bentuk peninggalan
Belum berapa lama usai Gusti Jamiril
dari kerajaan-kerajaan tersebut seperti; keraton,
dinobatkan menjadi raja Mempawah, atas nasihat
masjid, bangunan musyawarah, rumah tinggal dan
Mufti Kerajaan, Tuan Besar Habib Husain
sebagainya masih utuh sampai saat ini.
Alkadri, beliau memindahkan istana atau pusat
Kata Mempawah berasal dari kata “Nam
pemerintahannya dari Sebukit Rama ke dekat
Pawah” yaitu bahasa Cina yang artinya “Arah
Kampung Galahirang, di mana Sang Mufti
Selatan” dengan latar belakang sejarah orang-
bertempat tinggal. Di tempat itulah istana pertama
orang Cina yang pernah datang ke pesisir pantai ke
dari Panembahan Adiwijaya Kesuma Jaya berdiri
Kalimantan Barat, dimulai pada pertengahan abad
tegak. Sebagai bukti masih banyak terdapat
ke-16 (Saron, 2001:35). Hal ini kemungkinan
kayu bekas tiang atau tonggak reruntuhan dari
besar dapat diterima karena jika kita lihat pada saat
kerajaan tersebut. Selain itu terdapat juga benteng
ini bangunan Keraton Mempawah menghadap ke
kerajaan pada saat itu sebagai pelindung istana
arah Selatan. Pendapat lain mengatakan bahwa
dari serangan musuh (Nurcahyani, 1993/1994:38).
nama Mempawah diambil dari istilah “mempauh”,
Pada masa pemerintahan Panembahan
yaitu nama pohon yang tumbuh di hulu sungai,
Adijaya inilah Kerajaan Mempawah lebih dikenal.
kemudian juga dikenal dengan nama Sungai
Oleh karena kerajaan ini juga merupakan sebuah
Mempawah (Lontaan, 1975:125).
bandar dagang yang ramai mendapat kunjungan
Pada perkembangannya, Mempawah
pendatang, baik dari dalam maupun dari luar
menjadi lekat sebagai nama salah satu kerajaan/
daerah, dan meninggalkan kesan sebuah kerajaan
kesultanan yang berkembang di Kalimantan Barat.
yang kuat. Hingga kini nama pelabuhan yang
Riwayat pemerintahan adat Mempawah sendiri
digunakan sebagai tempat memungut cukai masih
terbagi atas dua periode, yakni pemerintahan
digunakan sebagai nama kampung. Lubuk Batang
kerajaan Suku Dayak yang berdasarkan ajaran
adalah sebuah pelabuahn kecil yang terletak di
Hindu dan masa pengaruh Islam (kesultanan).
Kampung Dalam tepi Sungai Mempawah pada
Kerajaan Mempawah berawal dari sebuah
jaman Panembahan Adijaya merupakan sebuah
pemerintahan Kerajaan Dayak, yang disebut
tempat menerima cukai dari rakyat yang datang
Kerajaan Bengkule, yang dibangun oleh Patih
dari hulu sungai dengan perahu. Demikian juga
Gumantar di pegunungan Sidiniang, dan menjadi
Kampung Lubuk Sauh dahulu kampung ini
kerajaan Islam ketika dipimpin oleh Opu Daeng
bertfungsi sebagai pelabuhan hubungan ke luar
Manambon (Andrew WP, dkk, 2008:137)
dari Mempawah melalui Kuala akan berlabuh dan
Istana Amantubillah merupakan nama istana
menurunkan barang-barangnya di Lubuk Sauh.

95
WALASUJI Volume 5, No. 1, Juni 2014: 93—104
Nama kedua pelabuhan peninggalan sejarah ini WDKXQ  *XVWL 7DX¿N MXJD PHUXSDNDQ UDMD
tetap dipertahankan dan hingga kini menjadi nama terakhir yang memerintah kerajaan itu. Sejak
kampung di wilayah Mempawah. Republik Indonesia berdiri tahun 1945, Gusti H
Sejak kedatangan Belanda ke Mempawah Jimmy Mohammad Ibrahim sebagai putra mahkota
ketika di bawah pemerintahan Gusti Jamiril tidak berkuasa lagi karena kewenangan telah
(Pangeran Adiwijaya) dan berdasarkan Surat Besluit diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia.
Gubernur Jenderal (Stbld, 1938:352), Mempawah Kesultanan Mempawah mulai dikenal pasca
menjadi onderafdeeling dari afdeeling Pontianak kedatangan rombongan Opu Daeng Manambon
di bawah keresidenan Residentie Westerafdeeling sekitar tahun 1737 M dari Kerajaan Matan,
van Borneo. Namun pada masa pendudukan Jepang Tanjungpura, ke Sebukit Rama. Eksistensinya kian
Mempawah dipimpin oleh seorang Bun Kei Kasn diperhitungkan di kancah internasional setelah
Ri atau setingkat countroleur. Sampai berakhirnya Opu Daeng Manambon dengan gelar Pangeran
kekuasaan Jepang di Kalimantan Barat, pemerintah Mas Surya Negara naik tahta menggantikan Sultan
Mempawah sebagai zelbestur yang dijalankan Senggauk pada tahun 1740 M. Apalagi pada masa
oleh bestuur commisie (dewan kerajaan) yang pemerintahannya, Habib Husein Alkadri, mantan
dipimpin Pangeran Wiranata Kusuma. Sistem hakim agama di Kerajaan Matan, pindah ke
pemerintahan ini berlangsung hingga tahun 1946 Kesultanan Mempawah. Itulah sebabnya, orang
dan selanjutnya menjadi salah satu daerah swapraja pun kemudian berbondong-bondong datang ke
yang tergabung dalam wilayah federasi Daerah Mempawah tidak hanya untuk melakukan kontak
Istimewa Kalimantan Barat (Rahmayani 2009:27). dagang atau kontrak politik, tapi juga untuk
Berhubung Kerajaan Mempawah tidak mau mempelajari dan mendalami agama Islam.
takluk di bawah kekuasaan Belanda, maka dengan Menurut sejarah Istana Amantubillah
dalih untuk memulihkan ketentraman, Belanda sesungguhnya baru didirikan sekitar tahun 1761
menyerang Kota Mempawah pada tahun 1787 yang M oleh Panembahan Adi Wijaya Kesuma yang
dipimpin Mayor Amral dan Katen Silviser atas berkuasa pada 1761 -1787, sultan ke-3 Kesultanan
nama Gubernur Jenderal di Batavia. Pada tahun Mempawah. Namun apa hendak dikata, pada
1880, Istana Amantubillah mengalami kebakaran tahun 1880 M Istana Amantubillahh terbakar.
ketika tampuk kekuasaan istana dipegang oleh Peristiwa itu terjadi pada masa pemerintahan
Gusti Ibrahim, yang bergelar Panembahan Ibrahim 3DQHPEDKDQ ,EUDKLP 0XKDPPDG 6\D¿XGGLQ
0RKDPPDG6\D¿XGGLQ  6HWHODKLWX sultan ke-9 (1864-1891). Istana yang terlihat
Istana Amantubillah mengalami beberapa kali sekarang ini baru dibangun pada tahun 1922,
rehabilitasi hingga Istana Amantubillah dapat NHWLND *XVWL7DX¿N \DQJ EHUJHODU 3DQHPEDKDQ
berdiri kembali pada hari Kamis, 22 November 0RKDPPDG 7DX¿N$NNDPDGGLQ VXOWDQ NH
SDGDPDVD3DQHPEDKDQ0RKDPPDG7DX¿N QDLNWDKWD*XVWL0RKDPPDG7DX¿N$NKDPDGGLQ
Akkamaddin. memerintah di Kesultanan Mempawah pada
Arsitek bangunan Keraton/Istana tahun1902–1943 (Patricia, 2011:1).
Amantubillah tidak terlepas dari pengaruh tiga
budaya yaitu Melayu, Arab dan Bugis. Sehingga Arsitektur Keraton Amantubillah
membuat arsitektur Melayu yang ada di Kalimantan a. Struktur dan Bentuk Bangunan
Barat memiliki beragam keunikan dan kekhasan Bentuk-bentuk bangunan di Kalimantan
yang masih harus terus digali kekayaannya sebagai Barat pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga
bukti keberagaman budaya bangsa. Keberagaman bagian, yaitu: kepala, badan dan kaki. Atap dapat
dan perbedaan tersebut justru membawa keunikan dianalogikan sebagai kepala, dinding atau badan
dan membawa ciri khas masing-masing daerah. bangunan sebagai badan, dan pondasi konstruksi
Pada tahun 1880 atau masa pemerintahan panggung merupakan kaki. Perkembangan
Panembahan Ibrahim Mohammad Syafiuddin, arsitektur di Kalimantan Barat sangat lambat.
istana ini pernah terbakar. Keraton yang ada Bentuk-bentuk arsitektur di sana umumnya
VHNDUDQJGLEDQJXQROHK*XVWL7DX¿NGHQJDQJHODU banyak dipengaruhi bentuk-bentuk dari luar dan
Panembahan Mohammad Taufik Akkamaddin

96
Keraton Amantubillah: Sejarah... Poltak Johansen

merupakan campuran dari berbagai arsitektur Islam terpatri pada setiap diri orang Melayu.
bangunan Melayu, dan Arab. Karakteristik hidup Bangunan keraton yang didominasi oleh warna
berdampingan secara akrab dan karakteristik hijau ini menempatkan tulisan “Mempawah Harus
lingkungan alam di sekitarnya terungkap pada Maju, Malu dengan Adat” pada pintu gerbang
pola perkampungan yang mengelompok padat istana. Kompleks Istana Amantubillah berdiri
memanjang sejajar atau tegak lurus arus sungai kokoh di Desa Pulau Pedalaman, Kecamatan
dan ada pula yang menyebar sepanjang jalan Mempawah Timur, Kabupaten Pontianak,
serta penggunaan bahan bangunan yang hampir Provinsi Kalimantan Barat.
keseluruhannya terbuat dari bahan kayu (Ramsyah, Kompleks bangunan Keraton Amantubillah
2009:2). terdiri dari tiga bagian, yaitu bangunan utama,
Bangunan keraton sebagai peninggalan bangunan sayap kanan, dan sayap kiri. Pada masa
kerajaan-kerajaan Melayu di Kalimantan Barat, kerajaan, bangunan utama berfungsi sebagai
umumnya berpola memusat, dengan istana singgasana raja bersama permaisuri dan tempat
raja sebagai pusatnya. Bangunan-bangunan tinggal raja. Sedang untuk bangunan sayap kanan
keraton ini umumnya berukuran relatif besar, adalah tempat untuk mempersiapkan segala
dengan bangunan-bangunan pendukung berada keperluan keluarga kerajaan serta untuk tempat
di sekelilingnya. Pada sekeliling keraton jarang jamuan makan keluarga istana. Bangunan sayap
ditemui pagar yang mengelilingi seluruh kompleks kiri merupakan aula atau ruang pertemuan dan
bangunan. Pagar misalnya hanya ditemui pada tempat untuk mengurus segala sesuatu yang
bagian depan halaman keraton berupa pagar kayu berkaitan dengan administrasi pemerintahan.
atau pagar tanaman. Di depan keraton terdapat Bangunan sayap kanan berfungsi sebagai pendopo
tanah lapang yang digunakan untuk berbagai istana, sedangkan bangunan sayap kiri sebagai
kegiatan. Keraton di Kalimantan Barat umumnya tempat tinggal para kerabat sultan atau raja.
terletak di tepi sungai besar.
Hal ini berkenaan dengan fungsi sungai
sebagai sarana transportasi zaman dahulu. Pada
perkampungan atau kota di pinggir sungai ini
biasanya memiliki dermaga sebagai tempat
berlabuhnya perahu-perahu penduduk. Bentuk
bangunan umumnya simetris, dengan entrance
bangunan yang cukup menonjol (Alqadrie,
2013:12-13). Pada beberapa keraton dilengkapi
bangunan menara yang berfungsi sebagai tempat
pengawasan. Beberapa dari keraton tersebut
dilengkapi dengan serambi atas sebagai ruang Foto 1: Bangunan Istana Amantubillah
atau tempat duduk. Fasilitas-fasilitas sosial Sumber: Dokumentasi Pribadi
seperti bidang-ekonomi, pendidikan, kesehatan,
olahraga, kesenian, hiburan maupun keagamaan Jika dilihat dari fungsi dan pemanfaatannya
terletak atau berlokasi tidak mengikuti suatu pada saat ini maka fungsi dari bangunan istana
aturan khusus seperti di utara atau di selatan atau sudah mulai mengalami perubahan, bangunan
di pinggir sungai. utama kini berfungsi sebagai “museum”
Keraton Amantubillah yang berarti aku Kesultanan Mempawah. Di bangunan utama inilah
beriman kepada Allah, lebih dikenal dengan tersimpan berbagai perlengkapan peninggalan
Keraton Mempawah merupakan salah satu Kesultanan Mempawah, seperti singgasana raja,
bangunan bersejarah dan memiliki nilai sejarah foto-foto raja beserta keluarganya, keris, busana
dan budaya yang tinggi. Ini mencerminkan bahwa kebesaran, dan payung kerajaan, dan juga di
sultan dan masyarakat Kesultanan Mempawah kamar utama masih terdapat tempat tidur raja,
sangat percaya kepada Allah dan sekaligus dan benda-benda lain sebagai peninggalan dari
melambangkan betapa kuatnya ajaran agama Kerajaan/Kesultanan Mempawah.

97
WALASUJI Volume 5, No. 1, Juni 2014: 93—104

Foto 2: Bangunan sayap kanan keraton (pendopo) Ket.1. Bangunan Keraton2. Pendopo lam4. Pendopo5.
Sumber: Dokumentasi Pribadi Halaman Keraton6. Gazebo atau Pendopo
Denah Bangunan Keraton Amantubillah
Selain bangunan keraton, di lokasi (Sumber: Andi Kraeng, 2012)
kompleks istana terdapat kolam bekas permandian
raja beserta keluarganya yang berada di belakang b. Bentuk Bangunan
bangunan istana yang dikenal dengan nama kolam Jika diperhatikan secara umum bentuk
angsa. Kolam pemandian tersebut pada saat ini bangunan di Kalimantan Barat dapat dibedakan
sudah tidak berfungsi lagi, karena pendangkalan menjadi tiga bagian, yaitu: kepala, badan dan
dan tertutupnya saluran air yang menghubungkan kaki. Atap bangunan dapat dianalogikan sebagai
kolam tersebut dengan anak Sungai Mempawah. kepala, sedang bangunan itu sendiri sebagai badan
Selain itu, terdapat juga sebuah bangunan berupa dan konstruksi atau pondasi tonggak-tonggak dari
sejenis pendopo bekas tempat peristirahatan bangunan sebagai kaki (Ramsyah, 2009:2). Hal ini
dan tempat bersantai (gazebo) raja beserta kemungkinan mengingat bentuk bangunan yang
keluarganya, yang keberadaannya tak jauh dari ada di Kalimantan Barat pada umumnya adalah
kolam permandian tersebut. konstruksi panggung. Sehingga tonggak-tonggak
Letak dan batas dari Keraton Amantubillah sebagai penyanggah bangunan dianggap sebagai
adalah sebagai berikut: sebelah utara dibatasi kaki. Penggunaan pondasi tiang pancang ke dalam
benteng Kota Baru, di sebelah selatan dibatasi tanah membentuk sistem rumah panggung. Pada
dengan Sungai Mempawah; di sebelah timur sistem rumah panggung biasanya ada beberapa
dibatasi dengan jalan Pulau Pedalaman dan macam tipe antara lain; tipe panggung tinggi, dan
di sebelah barat dibatasi dengan Sungai Asal tipe panggung rendah.
Mempawah. Di bawah ini dapat dilihat denah dari Demikian juga dengan bentuk bangunan
Keraton Amantubillahh dalam pembagian ruang. keraton-keraton yang ada di Kalimantan Barat, pada
umumnya masih berbentuk rumah panggung. Hal
ini mengingat kondisi tanah yang pada umumnya
berawah. Tipe panggung pada Keraton Mempawah
dapat dikatakan sebagai tipe panggung rendah.
Selain itu bentuk arsitektur bangunan keraton
sedikit banyak telah mengalami perpaduan antara
ciri Melayu, Arab dan Bugis. Ini dapat dilihat dari
corak dan ragam hias yang terdapat pada bangunan
tersebut. Hal tersebut tidak terlepas dari pendiri
kerajaan itu, yakni Opu Daeng Manambon yang
berasal dari Luwu, Sulawesi Selatan.
Foto 3: Kolam Angsa dahulu sebagai tempat permadian
Sedang untuk arah bangunan, umumnya
permaisuri
(Sumber: Kekunaan.blogspot.com/2012/11/istana- tidaklah begitu dipersoalkan, tetapi sebagai prioritas
Amantubillah.html. Diunduh: tanggal 7 Nopomber 2013) utama dari suatu banguan adalah letaknya yang
selalu dekat dengan sungai. Bangunan Keraton
Amantubillah pada saat ini menghadap ke arah

98
Keraton Amantubillah: Sejarah... Poltak Johansen

selatan. Walaupun tidak ada ketentuan bagi telah tertata rapi, dipagar dan memiliki gerbang.
masyarakat Melayu tentang arah suatu bangunan Sehingga menambah keindahan keraton dan
namun diusahakan arah tersebut memungkinkan tidak sembarangan orang dapat masuk ke dalam
adanya pencahayaan untuk masuk ke dalam lingkungan keraton. Bentuk gerbang dari Keraton
ruangan. Amantubillah telah terbuat dari besi dan apabila
pintu pagar tertutup tampak jelas simbol/lambang
dari keraton. Demikian juga di samping kiri kanan
gerbang tampak dengan jelas nama dan lambang
dari keraton.
Selain bentuk gerbang yang telah dibuat
secara kokoh, untuk memperindah gerbang
keraton di atas pintu gerbang tampak jelas lukisan/
ukiran bentuk mahkota raja. Bentuk dari ukiran
atau gambar dari mahkota raja yang diletakkan
Foto 4: Bangunan Keraton Tampak Samping
di atas pintu gerbang sebagai simbol bahwa
Sumber: Dokumentasi Pribadi lokasi yang kita masuki adalah sebuah keraton
atau istana raja. Selain itu, simbol mahkota juga
Secara sepintas bahwa bangunan Istana melambangkan tentang kewibawaan dari orang
Amantubillah atau yang dikenal sebagai Keraton yang tinggal di dalamnya.
Mempawah tidaklah jauh berbeda dengan ciri-
ciri istana lainnya di Kalimantan Barat, yakni
bercirikan khas arsitek Melayu, bangunan
keraton didirikan berada di dekat sungai sebagai
sarana transportasi dan selalu berdampingan
dengan masjid sebagai pusat keagamaan, karena
bercirikan Islam. Selain kedua bangunan itu
bahwa dekat bangunan keraton selalu ada makam
para raja dan para kerabat kerajaan.
Sekilas bentuk bangunan dari Keraton
Amantubillah tidaklah banyak istimewa, bahkan
jika orang yang tidak mengetahuinya sekilas Foto 5: Pintu Gerbang masuk Keraton Amantubillah
seperti rumah biasa, sebab keraton ini dahulunya Sumber: Dokumentasi Pribadi
hanyalah tempat tinggal sultan. Ini dapat dilihat Masih di sekitar gerbang keraton tepat di
dari bentuk, pembagian ruang dalam keraton. atas tiang kiri dan kanan dari pintu gerbang kita
Pagar dan gerbang serta motif dan tulisan yang temui patung ayam jantan dalam posisi sedang
terdapat di pagar bangunan keraton yang dapat bertarung. Hal ini melambangkan bahwa sultan
menunjukan bahwa bangunan tersebut sebuah adalah orang yang pemberani dan petarung yang
keraton bekas istana raja. Sementara itu kondisi ulung ketika menghadapi musuh, terlebih menjaga
¿VLN .HUDWRQ$PDQWXELOODK SDGD VDDW LQL WHODK wilayah kekuasaannya. Selain itu patung ini juga
banyak mengalami kerusakan mengingat usianya melambangkan sebagai hobi dari sultan pada
yang sudah tua. Ini tidak terlepas dari bahan waktu itu.
bangunan yang digunakan yakni terbuat dari kayu.

c. Susunan/Komposisi Ruangan
Sebagaimana bangunan keraton, tentu
memiliki pembagian-pembagian ruangan sesuai
fungsi dan kegunaannya. Jika dilihat secara Foto 6: Ukiran Mahkota yang terdapat di atas
sekilas dari luar, bangunan Keraton Amantubillah pintu gerbang keraton
Sumber: Dokumentasi Pribadi

99
WALASUJI VOLUME 5, NO. 1, JUNI 2014: 93—104
maupun kegiatan dari keluarga kerajaan.
Bentuk bangunan utama dari Keraton
Amantubillah berbentuk rumah panggung seperti
kebanyakan keraton-keraton di Kalimantan Barat,
dibangun di atas tanah dengan menggunakan tiang
penopang kayu yang ketinggiannya dari atas tanah
sekitar setengah meter. Ini mengingat kondisi
tanah dan letak banguanan yang dibangun di dekat
Foto 7 & Foto 8: Patung ayam jantan yang terdapat sungai, sehingga bertujuan untuk menghindari air
di atas kanan dan kiri tiang pintu gerbang Istana
Amantubillah (Sumber: Dokumentasi Pribadi) pasang. Sebelum memasuki bangunan keraton,
terdapat anak tangga sebanyak tiga tingkatan yang
Selain patung ayam, pada dinding pagar terbuat dari kayu belian selebar 30 cm, tebal 4 cm.
NHUDWRQWHUGDSDWXNLUDQKDQ\DNHWLNDGLNRQ¿UPDVL Perlu diketahui bagi masyarakat Melayu untuk
tidak diketahui arti dan makna dari ukiran tersebut. jumlah anak tangga dalam arsitek tradisional
Pada tiap-tiap tiang pagar di atasnya dibuat patung selalu ganjil, 3, 5 dan seterusnya karena bagi
atau ukiran bunga teratai yang sedang mulai kepercayaan Melayu angka ganjil dalam jumlah
mekar. Menurut informasi yang diperoleh bahwa anak tangga menunjukan kehidupan. Jumlah anak
bunga teratai adalah bunga para dewa dan bunga tangga juga tergantung ketinggian jangkauan
ini melambangkan kesucian. dari dasar tanah ke lantai bangunan atau tempat
berpijak. Tangga dibuat dari kayu keras atau belian
dengan lebar papan pada anak tangga selebar daun
pintu dan apabila tangga tersebut sebagai tangga
yang bisa langsung naik ke selasar, pelataran atau
teras maka akan dibuat menyesuaikan dengan
lebar teras atau sesuai dengan keperluan.
Selasar atau teras bagian depan dengan
Foto 9 dan Foto 10: Dinding pagar istana yang di beri lantai terbuat dari jenis kayu belian atau kayu ulin
motif Bentuk Bunga Teratai terdapat di atas tiap tiang yang pemasangannya secara melintang. Selasar
pagar keraton tidak hanya terdapat di depan, tetapi terdapat juga
Ketika hendak memasuki gerbang keraton, di sisi kiri dan kanan keraton yang terhubung
terlihat jelas Keraton Amantubillah yang asri dengan teras depan. Untuk menuju teras samping
di mana di sisi kanan dan kiri jalan menuju kiri dan kanan istana dapat juga dari dalam rumah
istana ditanami pepohonan membuat suasana melalui pintu sisi kiri dan sisi kanan istana. Tepat
sejuk dari lingkuangan istana. Selain ditanami di depan pintu istana, di selasar atau teras terdapat
dengan pepohonan juga dihiasi dengan meriam sebuah meriam kecil berupa peninggalan zaman
besi peninggalan masa pemerintahan Belanda kolonial yang dirampas dan dijadikan simbol
di Kalimantan Barat yang disusun secara rapi kesiapsiagaan istana dalam menghadapi musuh
berjajar di sisi kiri dan kanan menuju istana. Jalan dan meriam ini tetap diletakan di tempat ini.
dari gerbang istana menuju bangunan istana telah
dibeton dan dilapisi dengan ubin, ini memperindah
suasana dari bangunan keraton itu sendiri.
Perlu diketahui bangunan Keraton
Amantubillah yang ada pada saat ini memiliki
luas 34,5 x 18,34 yang terdiri dari bangunan
utama dan bangunan pendukung sebelah kiri dan
kanan dari bangunan utama (Rahmayani, 2009:
36). Bangunan ini tidak dapat dipisahkan dengan
bangunan utama mengingat fungsi dari kedua Foto 11:Depan istana/Teras Istana
EDQJXQDQ LQL VHEDJDL SHQXQMDQJ GDUL DNWL¿WDV Sumber: Dokumentasi Pribadi

100
KERATON AMANTUBILLAH: SEJARAH... POLTAK JOHANSEN

Pada bagian samping dan depan, kolong keluarga yang tinggal dalam rumah tersebut, jika
bangunan sengaja ditutup dengan papan yang ingin berhubungan atau memiliki keperluan dari
disusun vertikal dan secara otomatis sekitar tangga satu kamar ke kamar lain tidak harus melewati
juga menjadi tertutup, apabila kolong tertutup ruang utama.
kelihatan rapi. Selain itu, kolong ditutup untuk
mencegah agar binatang tidak dapat masuk ke d. Ragam Hias
dalam kolong rumah, hal ini menjaga jika binatang Sebuah bangunan atau rumah selalu
tersebut mati di kolong rumah sulit mengeluarkan mengutamakan keindahan baik dari bentuk
bangkainya, yang menimbulkan bau hingga ke maupun cat dan ragam hiasnya. Selain berfungsi
dalam rumah dan mengganggu kenyamanan sebagai hiasan, ragam hias yang dipergunakan
penghuni rumah. juga berfungsi sebagai lambang identitas sosial.
Keraton Amantubillah memiliki pintu depan Berbagai jenis ragam hias, ada berbentuk
tiga buah untuk masuk ke ruang utama. Walaupun pahatan, ukiran ataupun pada lukisan. Ragam hias
demikian sebagai pintu utama istana adalah pintu ditempatkan pada atap, dinding, pintu, risplang
yang terdapat di tengah. Tidak diketahui pasti dan lainnya. Motif ragam hias beraneka ragam,
maksud mengapa harus ada tiga buah pintu depan, DGDEHQWXNEXQJD ÀRUD ELQDWDQJ IDXQD DODP
hanya bertujuan agar pencahayaan ke ruangan agama dan kepercayaan. Demikian halnya dengan
utama bisa lebih terang serta sirkulasi udara lebih bangunan Keraton Amantubillah, merupakan
terbuka hal ini disebabkan bentuk ruang utama bangunan yang memiliki ragam hias berseni
yang berbentuk “L”, sehingga tidak berfokus tinggi.
pada satu pintu. Sedang untuk warna dinding dari Pada bangunan Keraton Amantubillah
bangunan keraton dominan berwarna hijau yakni terdapat tiga budaya yaitu Arab, Melayu dan
sebagai lambang kesuburan dan kemakmuran. Bugis. Hal ini mengingat pengaruh ketiga budaya
Ruangan utama merupakan ruangan tempat ini sangat kuat dan saling mempengaruhi. Arab
singgasana raja yang dihiasi oleh pernak-pernik. mengingat keraton ini merupakan bercirikan
Perlu diketahui bahwa Keraton Amantubillah Islam, budaya Bugis didapati karena pendiri
tidak dijumpai kursi kerajaan (kursi raja) layaknya dari Keraton Amantubillah adalah Opu Daeng
kerajaan-kerajaan lain. Pembagian ruang pada Manambon yang berasal dari Sulawesi Selatan
Keraton Amantubillah dapat dibagi sesuai dengan tepatnya keturunan dari Kerajaan Luwuk. Budaya
fungsi dari ruang tersebut. Jika diperhatikan pada Melayu merupakan budaya lokal setempat.
sisi kari bangunan utama terdapat sebuah ruang Jika kita lihat pada bagian atap teras
yang dahulu digunakan sebagai kamar, namun depan istana, terdapat beberapa corak ragam
pada saat ini telah digunakan sebagai tempat hias. Paling atas terdapat sepeti tonggak lurus
penyimpanan koleksi benda-benda peninggalan mengarah ke atas sebagai simbol bahwa segala
kerajaan. Pada ruangan ini terdapat sebuah pintu sesuatu bersumber dari yang “atas” (Tuhan
yang menghubungkan dengan ruangan lain yaitu Yang Maha Kuasa) sebagaiman yang diajarkan
tempat penyimpanan meriam yang disebut dengan dalam Islam. Selain tonggak yang tegak berdiri,
ruangan meriam sigonda. Meriam sigonda adalah di atas bubungan terdapat motif ombak yang
meriam asli yang dibawa Opu Daeng Manambon beriring. Motif ini memberi makna bahwa raja
ketika tiba di Mempawah, dan meriam ini sangat (sultan) merupakan seorang pelaut yang gagah
disakralkan oleh para kerabat keraton. berani mampu bertahan melawan ombak. Namun
Setelah itu ada ruang belakang yang pada motif ini juga mengandung makna sebagai nilai
masa lalu digunakan sebagai ruang makan kebersamaan sesuai dengan karakter dari ombak.
keluarga. Untuk menghubungkan antara ruang Ragam hias yang terdapat di bawah risplang
meriam sigonda dengan ruang keluarga terdapat teras atap istana berupa motif bunga melati dan
pintu. Pintu yang menghubungkan kedua kamar bunga pakis. Penggunaan corak ragam bemotif
ini disebut dengan pintu malim. Pintu malim flora khususnya bunga biasanya digunakan
adalah sebuah sebutan dalam adat istiadat Melayu, sebagai lambang kedamaian dan kasih sayang.
yaitu untuk menjaga kesopanan bagi anggota

101
WALASUJI Volume 5, No. 1, Juni 2014: 93—104
Ini sebagai karakter dari orang Melayu yang
senantiasa menginginkan kedamaian dalam
menjalani kehidupan. Motif ini juga memberi
makna bahwa penghuni rumah (istana) merupakan
raja yang senantiasa memberikan suasana damai
bagi rakyatnya. Foto 13: Ukiran pada atap bangunan keraton
Pada bagian atas teras juga kita jumpai Sumber: Dokumen Pribadi
lambang dua buah bintang delapan penjuru mata
angin, tidak banyak diketahui mengenai makna
dari lambang ini. Namun ada pendapat bahwa
ini merupakan lambang dari kerajaan Opu Daeng
Manambon (Rahmayani, 2009:41).
Selain bentuk motif atau ragam hias pada
dinding atas bangunan istana masih terlihat motif Foto 14: Ukiran kombinasi bunga-bunga
berupa bunga-bunga. Bentuk dari motif bunga Sumber: Dokumentasi Pribadi
yang banyak dipakai adalah motif bunga melati,
pakis, kenanga, bunga walet dan bunga cengkeh
(Djafar, 1997:23). Motif ini dianggap hanya
sebagai kombinasi dan tidak diketahui makna dari
motif tersebut. Pada tepi bangunan atap istana
terdapat ragam hias dengan motif trisula. Trisula
adalah tombak bermata tiga merupakan salah
satu bentuk senjata yang digunakan oleh prajurit Foto 15 dan Foto 16: Ukiran bunga-bunga disudut
kesultanan pada saat itu. Hingga saat ini senjata tiang atas Motif bunga wallet
trisula masih ada tersimpan di bangunan istana. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Ada dua bentuk corak ragam hias dari pagar


lingkungan bangunan utama istana yakni motif
padi bunting dan gadah (http://www.atayaya.
com/2009/06/makna-dan-falsafah-ragam-motif-
melayu). Motif padi bunting memiliki makna
sebagai lambang kesuburan dan kemakmuran.

Foto 12: Bentuk atap teras Keraton Amantubillah


Sumber: Dokumentasi Pribadi Foto 17 dan Foto 18
Pintu pada bangunan istana memiliki dua Motif padi bunting Motif gadah
buah daun pintu demikian juga jendelanya. Pada Sumber: Dokumentasi Pribadi
atas bagian masing-masing pintu dan jendela
keraton ada terdapat ukiran bunga walet. Sama Motif padi bunting merupakan perpaduan
halnya dengan motif bunga-bungaan yang dari beberapa simbol yang dipadukan menjadi
terdapat di dinding atas istana, motif bunga walet satu, yakni ukiran layar, empat penjuru mata
yang terdapat di atas pintu dan jendela istana juga angin dan badik. Ukiran yang berbentuk segitiga
tidak memiliki makna khusus, hanya sebagai merupakan lambang layar sebuah kapal, sebagai
hiasan untuk memperindah bentuk pintu dan lambang bahwa raja adalah seorang pelaut ulung
jendela bangunan istana. yang telah menaklukan samudra hingga dapat

102
Keraton Amantubillah: Sejarah... Poltak Johansen

tiba di Mempawah, sedang ukiran berbentuk Bentuk Keraton Amantubillah, berbentuk


lambang tambah merupakan lambang atau simbol rumah panggung selain untuk menjaga keselamatan
dari empat penjuru mata angin. Ukiran ini juga penghuni dari ancaman binatang buas, juga
terdapat bentuk dua buah badik yakni berupa dimaksudkan untuk menjaga kebersihan dan
senjata tradisional orang Bugis. Makna dari hiasan kesehatan pemilik rumah. Banyaknya jendela
berupa bentuk senjata sebagai pelindung atau dan lubang angin menjamin kesegaran dan
untuk menjaga diri bagi si pemiliknya dan selalu kenyamanan orang yang menempati rumah.
dibawa ke manapun serta menunjukan bahwa si Letak jendela dan pintu yang tinggi membuat
pemilik adalah keturunan raja atau bangsawan. kedatangan tamu ataupun ancaman telah tampak
dari jauh, sehingga persiapan penyambutan dapat
PENUTUP dilakukan dengan baik.
Istana adalah rumah raja, atau tempat para Hal penting yang harus diperhatikan
kaum kerabat raja bermukim. Dalam budaya dalam mewujudkan bangunan dan lambang-
Melayu, seni pembangunan rumah tradisional lambangnya adalah musyawarah. Oleh karena
disebut dengan istilah Seni Bina. Rumah memiliki itu ,langkah pertama sebelum mendirikan sebuah
arti yang sangat penting bagi orang Melayu. bangunan adalah melakukan musyawarah. Baik
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal di antarkeluarga ataupun dengan melibatkan anggota
mana kegiatan kehidupan dilakukan dengan masyarakat lainnya. Di dalam musyawarah itu
sebaik-baiknya. Tetapi juga menjadi lambang dibicarakan tentang jenis bangunan yang hendak
kesempurnaan hidup. Beberapa ungkapan didirikan, kegunaannya, bahan yang diperlukan,
tradisional Melayu menyebutkan rumah sebagai lokasi bangunan, tukang yang mengerjakannya,
“Cahaya Hidup di Bumi, Tempat Beradat dan waktu dimulainya pekerjaan. Biasanya
Berketurunan, Tempat Berlabuh Kaum Kerabat. dalam musyawarah itu dijelaskan pula segala
Letak Keraton Melayu pada zaman dahulu pantangan dan larangan, adat dan kebiasaan yang
banyak menghadap ke arah matahari terbit. Ini harus dijalankan dengan tertib. Pengerjaannya
berarti mengharapkan berkah dan rahmat seperti ditekankan pada asas gotong royong.
halnya matahari pagi yang bersinar cerah, namun Dahulu keraton berfungsi sebagai istana
pada saat ini masalah hadap keraton tidak lagi raja dan pusat pemerintahan, dan bahkan sebagai
menjadi bagian yang penting. pusat kebudayaan dan penyebaran agama. Namun
Dari segi keindahan, terlihat adanya pada saat ini Keraton Amantubillah telah mulai
ragam hias yang bermacam-macam bentuk dan mengalami perubahan fungsi. Hal ini mengingat
coraknya, sehingga menunjukkan tingginya fungsi pemerintah tidak lagi di tangan raja-raja
kebudayaan ukiran tradisional Melayu. Pada atau sultan karena negara kita berbentuk Negara
Keraton Amantubillah ragam hias memiliki Kesatuan Repoblik Indonesia.
perpaduan yakni Melayu, Bugis dan Arab. Ini Peninggalan arsitektur tradisional tidak
tidak terlepas dari pengaruh dari pendiri dari dapat bertahan lama, karena bahan-bahan
Kesutanan Mempawah yang berasal dari Bugis bangunannya tidak semuanya kuat, kecuali kayu
Sulawesi Selatan. Demikian pula dengan susunan besi atau kayu belian. Sedangkan untuk pemakaian
ruangan, semua ditata dengan mempertimbangan warna dan motif sudah banyak mengalami
keharmonisan bangunan. Motif-motif ini sudah perubahan dari bentuk aslinya. Oleh karena itu,
barang tentu telah disesuaikan dengan iklim, arsitektur tradisional sebagai warisan budaya masa
adat resam, dan syariat agama Islam. Demikian lalu perlu dilestarikan dan diwariskan kepada
halnya dengan pemakaian motif ragam hias di generasi yang akan datang.
Keraton Amantubillah dan warna yang digunakan
pada bangunan keraton dapat diketahui karakter DAFTAR PUSTAKA
dari penghuni keraton. Berbeda dengan keraton Ahmad R, M. 2002. “Studi Tentang Komunikasi
lain di Kalimantan Barat, Keraton Amantubillah dalam Masyarakat Dayak Kanayatn”.
dominan menggunakan warna hijau. Tesis. Bandung: Program Pasca Sarjana

103
WALASUJI Volume 5, No. 1, Juni 2014: 93—104
Universitas Padjajaran. Nurcahyani, Lisyawati. 1993/1994. “Pendataan
Alqadrie, Rossandra Dian Vieja. 2013 Sejarah Keraton Mempawah dan
“Penyerbukan Silang Kebudayaan dalam Peninggalan Sejarahnya”. Laporan
Arsitektur Perkotaan Pontianak Sebagai Penelitian. Balai Kajian Sejarah dan Nilai
Wujud Warisan dan Pewarisan Budaya”. Tradisional Pontianak.
Makalah. Disajikan Pada Kongres Purba, Juniar. 2010. Inventarisasi Aspek-Aspek
Kebudayaan Indonesia. Yogjakarta. Tradisi: “Arsitektur Tradisional Suku
Andrew WP, dkk. 2008. Peta Tematik Kebudayaan Melayu Di Ketapang”. Laporan Penelitian
dan Sejarah Pemerintahan Kalimantan Direktorat Tradisi, Dirjen Nilai Budaya,
Barat. Pontianak: Balai Pelestarian Sejarah Seni dan Film. Jakarta.
dan Nilai Tradisional Pontianak. Rahmayani, Ani, 2009. “Arsitektur Melayu di
Djafar, Said. 1997. “Catatan Ragam Hias Kabupaten Pontianak” dalam “Arsitektur
Kalimantan Barat”. Penerbit Dekranasda Tradisional Daerah Kalimantan Barat”.
Tingkat I Kalimantan Barat. Laporan Penelitian. Balai Pelestarian
Http://www studiomelayu- Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak.
arsitekturmelayukalbar.blogspot.com. Ramsyah, Irwin. 2009. “Bentuk, Susunan, dan
Diunduh tanggal 12 Nopember 2013. Pola Ruang Arsitektur Melayu Kalimantan
Http://www.id.wiki pedia.org/wiki/ arsitektur . Barat”. Makalah. Pontianak.
Diunduh tanggal 12 Nopember 2013. Saron, Ellyas Suryani bin. 2001. “Sejarah
Http://www.atayaya.com/2009/06/makna-dan- Mempawah Dalam Cuplikan Tulisan”.
falsafah-ragam-motif-melayu. Diunduh Yayasan Penulis 66 Kalimantan Barat.
tanggal 13 Nopember 2013. Pontianak.
Lontaan, J.U, 1975. “Sejarah, Hukum Adat dan Patricia, Tio Uli. 2011. “Istana Amantubillah
Adat Istiadat Kalimantan Barat”. Pemda Mempawah” (Online). Http://www.
Tk.I. Kalimantan Barat. Pontianak. kebudayaankesenianindonesia.blogspot.
Karaen, Andi. 2012. “Revitalisasi Keraton com/…./istana-Amantubillah-mempawah.
Mempawah”. Pontianak. Diunduh tanggal 28 Oktober 2013

104

Anda mungkin juga menyukai