Anda di halaman 1dari 2

Masjid Batu

Dalam sejarah islam masjid merupakan tempat ibadah bagi kaum umat muslim.
Biasanya masjid itu selain sebagai tempat ibadah juga digunakan sebagai tempat atau pusat
kehidupan komunitas kaum muslim. Dimana masjid juga sering digunakan sebagai
perkumpulan dalam kegiatan hari besar, mangaji, belajar, diskusi, kajian agama, ceramah,
dsb. Dengan perkembangan zaman ini banyak sekali masjid-masjid yang dibangun baru nan
mewah. Namun, dalam kehidupan bersejarah masjid yang sudah dahulu ada sebagai
peninggalan sejarah dan juga merupakan masjid yang langka pada saat ini yang tidak boleh
untuk dilupakan. Sebagai saat ini ditemukan masjid yang terbangun dari batu, masjid ini
disebut dengan Masjid Kaji Watu yang memilki arti mengaji diatas batu atau mempelajari
ajaran-ajaran agama sambil duduk diatas batu. Masjid Kaji Watu ini terdapat di daerah
Grumbul Kaligebang, Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas. Masjid ini sudah ada sejak
dahulu dan merupakan masjid tua, sehingga pada bulan Ramadhan tiba masjid ini banyak
pengunjungnya yang juga sebagai tempat nuansa baru untuk menjalankan ibadah di bulan
Ramadhan.

Letak masjid kaji watu ini jika Anda berkunjung dari arah Purwokerto menuju ke arah
Ajibarang yang melewati Jembatan Kali Logawa dan Jembatan Kali Mengaji. Sekitar 600
meter setelah Jembatan Kali Mengaji ambil jalan ke kiri . Namun jika Anda naik bus dari
terminal Purwokerto, bisa turun di pertigaan 600 meter setelah Jembatan Kali Mengaji,
kemudian menyambung naik angkutan pedesaan, atau turun di pasar Karang Lewas dan
lanjut dengan naik delman.

Masjid kaji watu ini sebenarnya tampak dari luarnya sama saja dengan masjid-masjid
lainnya. Namun konon katanya masjid kaji watu ini memilki cerita sejarah yang unik, karena
menurut sejarah masjid tersebut dibangun oleh seorang kyai sepuh sakti yang dapat
membangun masjid yang terbuat dari batu, dimana tempat tersebut merupakan rumah biasa
dengan memanfaatkan satu tempat batu raksasa dan tempat yang digunakan untuk para roh
halus yang berada.

Seorang tokoh agama yang membangun masjid tersebut yaitu Mbah Abdulah Ngisa
yang mempunyai keinginan akan membuat tempat ibadah dari batu yang ada di
pekarangannya. Yang akhirnya keinginan Mbah abdullah tersebut dibantu dengan doa-doa
yang terkabul yang dipanjatkan oleh Mbah Abdullah bisa membangun sebuah masjid yang
berada di tengah-tengah pekarangannya. Masjid ini konon katanya dibangun pada tahun
1877. Sebagai pendiri masjid kaji watu mbah Abdullah ini sebenarnya sejak kecil memilki
nama Darsan yang lahir pada tahun 1851. Mbah Abdullah ini memang sudah sejak kecil
beliaunya sering berpuasa dan memilki ilmu kedigdayaan. Sehingga pada saat usia remaja
mbah abdullah memiliki gagasan untuk membangun masjid dengan cara memecah batu besar
yang ada disekitar lokasi tersebut. Beliau juga pernah bercerita bahwa beliau membangun
masjid dari batu besar tersebut dibantu oleh teman-temanya dan para santrinya dengan cara
memecah-mecah batu dan ditatah dengan ukuran panjang 100 cm dan lebar 50 cm, kemudian
batu tersebut dipasang pada dindingnya dan lantainya.
Namun batu yang digunakan untuk membangun masjid tersebut masih tersisa besar
yang berada tepat disebelah barat Masjid Kaji Watu. Mbah Haji abdullah Ngisa ini berupaya
untuk memberikan dan menunjukkan dalam ilmu pengetahuan dan kesaktiannya yang cukup
tinggi. Karena hdalam proses pemecahan, mentatah batu, membentuk tembok, lantai, dan
segala sesuatu yang berasal dari batu tersebut hanya menggunakan alat-alat yang sederhana.
Meskipun dengan cara yang sederhana dan instrumennya baerbahan batu tetap bisa
mewujudkan impiannya untuk membangun masjid dengan ukuran 7 x 12 meter, hal tersebut
yang menjadi mengagumkan dalam proses pembangunannya dan sangat luar biasa. Sehingga
terbangunlah masjid yang dikenal sekarang ini dengan sebutan Masjid Kaji Watu. Yang
sebenarnya kondisi batu besar yang sebelum dibuat masjid konon kabarnya batu tersebut
sangat angker dan banyak sekali makhluk halus yang sering mencelakakan baik hewan
maupun manusia.

Masjid Kaji Watu ini dahulunya digunakan sebagai markas yang menjadi gerilyawan
dan digunakan sebagai tempat tinggal untuk melawan penjajah. Dalam hal ini, terjadi pada
masa agresi militer yang ke-2, hal ini kami peroleh dari penuturan koas yang terjadi.

Saat ini pasti banyak sekali yang bertanya bagaimana kondisi masjid kaji watu saat
ini? Kondisi masjid Kaji Watu sat ini masih sangat bagus, masih berdiri kokoh dengan
suasana yang disekitar masjid ini biasanya mendominasi dengan warna yang hijau yang dapat
menyejukkan hati. Penggunaan alat-alat laindalam kegiatan di masjid misal berdakwah atu
kotbah masjid ini juga menngunakan pecahahan batu raksasa. Dengan sebuah arsitekstur
yang masih melekat dengan kebudayaan masyarakat Jawa dan masih terlihat seni arsiteknya
yang masih indah. Sehingga majid kaji watu ini masih dirawat dengan baik meskipun sudah
dilakukan pugaran beberapa kali masih tetap terlihat keasliannya.

http://satelitnews.co/berita-dibangun-dari-bahan-batu-besar-.html

http://www.thearoengbinangproject.com/masjid-kajiwatu-karanglewas-banyumas/

Anda mungkin juga menyukai