Anda di halaman 1dari 11

KONSEP RUANG NOSTALGIA BAGI PENGGUNA LANJUT USIA DI

1
TAMAN LANSIA
2
SURABAYA
3
Ardian, Dimitrij , Bryan, Jonathan, Abraham, Patrick
Mahasiswa Program Sarjana, Teknik Sipil dan Perencanaan, Arsitektur, Universitas Kristen Petra,
Surabaya
B12180147@john.petra.ac.id

ABSTRAK
Surabaya terus berkembang menjadi kota yang ramah bagi orang lanjut usia (lansia),
termasuk menciptakan Taman Lansia. Taman Lansia Surabaya merupakan satu-satunya taman
tematik untuk lansia di Surabaya, dimana taman ini tentunya harus memperhatikan aspek psikologi
dari penggunanya. Lansia butuh ruang dan suasana yang mendukung untuk tetap sehat dan aktif
serta memenuhi kebutuhan psikologinya termasuk nostalgia akan masa lalu. Menghadirkan
kenangan akan masa lalu dalam desain taman merupakan konsep ruang nostalgia. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana aspek psikologi ruang nostalgia bagi para lansia
diterapkan pada Taman Lansia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data
dari penelitian ini menggunakan metode observasi lapangan serta kajian literatur tentang psikologi
lansia. Analisis data bersifat evaluatif terhadap variabel penelitian (fungsi, desain, dan psikologi
ruang) di dalam taman. Penempatan foto Surabaya tempo dulu merupakan salah satu
pengaplikasian dari konsep ruang nostalgia. Hasil dari konsep penelitian diharapkan dapat
menambah aspek psikologis terutama perihal nostalgia pada taman lansia.

Kata kunci : Lansia, Taman Lansia Surabaya, Nostalgia.

I. PENDAHULUAN tahun 2008 tentang Pedoman dan


Penyediaan Pemanfaatan Ruang Terbuka
A. Latar Belakang Hijau di Kawasan perkotaan bahwa 144.000
m2 taman kota disediakan untuk 480.000
Seiring dengan meningkatnya usia jiwa penduduk, maka seharusnya kota
harapan hidup di seluruh negara di dunia, Surabaya menyediakan 56.386,5 m2 taman
populasi lanjut usia (lansia) juga semakin kota untuk 10 % penduduk lansianya.
meningkat. Indonesia berada pada urutan
ketiga dengan jumlah populasi lansia Kota Surabaya sendiri sedang
terbanyak di Asia yaitu sebanyak 25 juta menuju Kota Ramah Lansia (Age Friendly
setelah China (200 juta) dan India (100 juta), City). WHO mengeluarkan pedoman kota
sehingga diperkirakan tahun 2050 populasi ramah lanjut usia (Aged Friendly Cities
penduduk lansia di Indonesia dapat Guideline) untuk merespons dua fenomena
mencapai jumlah 100 juta (Hermawati, demografi yaitu penuaan penduduk dan
2015). Surabaya sebagai salah satu kota tingkat urbanisasi yang tinggi
terbesar di Indonesia memiliki jumlah lansia (Vibriyanti,2018). Selain menjaga kualitas
yang tinggi yaitu 10 % total jumlah kesehatan, lansia membutuhkan lingkungan
penduduknya (BPS Kota Surabaya). baik fisik maupun sosial yang
Peningkatan populasi lansia ini juga mempertimbangkan karakteristik dan
berdampak terhadap kebutuhan ketersediaan kebutuhan serta mempertimbangkan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota Surabaya kapasitas dan tipe aktivitas lansia. Untuk hal
dimana suatu kota seharusnya menyediakan ini kota Surabaya sering dipakai sebagai
RTH minimal 30 % dari luas wilayahnya percontohan . RTH tematik lansia menjadi
(UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan salah satu indikator kota ramah lansia, dan
Ruang). Pemerintah kota Surabaya saat ini kota Surabaya sudah mempunyai Taman
sudah menerapkan kebijakan “Green City” Lansia Surabaya tetapi belum ada penelitian
untuk meningkatnya jumlah RTHnya yang terkait kesesuaian taman tersebut untuk
masih kurang (Widigdo et al., 2010). aspek psikologi nostalgia ruang bagi
Sedangkan berdasarkan Permen PU No. 5 pengguna lansianya.
Berada di ruang luar dapat
meningkatkan kualitas hidup
seseorang (Thompson, 2013) terutama bagi
lansia, beraktivitas di ruang luar dapat
meminimalisir gangguan kesehatan pada Pada lansia juga sering mengalami
lansia (Wang, 2014). Bagi pengguna lansia berbagai permasalahan. Pada umumnya
yang memiliki keterbatasan baik fisik permasalahan yang sering terjadi pada lansia
maupun mental, ruang luar dan sekitar juga yaitu adalah psikososial. Permasalahan
perlu desain yang menyesuaikan dengan psikososial pada lansia dapat dinetralisir
kondisi tersebut Namun, kondisi taman yang atau dihilangkan dengan kehidupan
berada di kawasan perdagangan dan jasa spiritualitas yang kuat. Spiritualitas
serta dikelilingi oleh jalan-jalan besar yang mengatasi kehilangan yang terjadi
selalu padat dan ramai sepanjang waktu sepanjang hidup dengan harapan
tentu sangat memperngaruhi aspek (Stanley & Beare, 2012).
psikologis pengguna lansianya. Pengguna Spiritual merupakan dimensi
taman yang didominasi oleh bukan lansia kesejahteraan bagi lansia serta dapat
juga turut mempengaruhi kenyamanan mengurangi stres dan kecemasan,
psikologis di dalam taman mempertahankan keberadaan diri sendiri dan
tujuan hidup. Spiritual secara signifikan
Kaum Lansia memiliki dapat membantu lansia dan memberi
keterbatasan-keterbatasan fisik dan layanan untuk beradaptasi terhadap
psikologis yang menyebabkan masyarakat perubahan yang diakibatkan oleh penyakit
lansia memiliki kebutuhan khusus yang yang diderita. Lansia yang memiliki
berbeda dengan masyarakat usia produktif, pemahaman spiritual akan merasakan
sehingga diperlukan fasilitas-fasilitas khusus hubungan yang baik dengan orang lain
masyarakat lansia di Kota Surabaya. Salah sehingga dapat menemukan arti dan tujuan
satu fasilitas khusus yang dibutuhkan hidup, hal ini dapat membantu lansia
masyarakat lansia adalah taman. Perubahan mencapai potensi dan peningkatan kualitas
struktur kehidupan masyarakat yang hidupnya (Adegbola, 2006).
menginjak usia lanjut (tidak bekerja, anak
dan sanak saudara telah hidup terpisah) B. Rumusan Masalah
menyebabkan adanya kebutuhan akan
interaksi sosial. Taman yang diperuntukkan Bagaimana konsep ruang nostalgia bagi
khusus untuk lansia dapat menjadi sarana pengguna lanjut usia di taman lansia
pertemuan dan interaksi bagi sesama Surabaya?
masyarakat lansia. Hal ini sesuai dengan
Undang undang Nomor 13 Tahun 1998 Pertanyaan penelitiannya:
Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
khususnya pada pasal 17 ayat 2, dimana 1. Bagaimana kondisi Taman Lansia
dinyatakan bahwa diperlukan penyediaan Surabaya saat ini ditinjau dari
fasilitas rekreasi dan olahraga khusus bagi kebutuhan psikologi nostalgia ruang
masyarakat lansia. bagi lansia?
Lingkungan baik yang alami 2. Elemen apa saja yang harus ada di ruang
maupun binaan sedikit banyak membawa nostalgia yang dapat dipakai
pengaruh bagi manusia. Lingkungan yang untuk memenuhi kebutuhan
nyaman akan memberikan dampak yang
psikologi lansia?
positif pula bagi psikologis penghuninya.
Oleh karena itu, dalam perancangan 3. Karakteristik seperti apa yang harus ada
arsitektur dibutuhkan pemahaman terhadap pada ruang nostalgia untuk pengguna lansia?
karakteristik penghuninya sehingga
dihasilkan lingkungan binaan (arsitektur)
yang sesuai dengan penggunanya. Selain itu
juga dapat memberikan dampak yang positif
dan menciptakan perilaku yang diinginkan.
Surabaya yang ditinjau dari segi
C. Tujuan Penelitian psikologi lansia.

1. Mengetahui tentang konsep ruang


nostalgia bagi lansia di Taman Lansia
II.METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian yang


2. Mengetahui elemen dan furniture
digunakan adalah deskriptif kualitatif.
taman yang dapat memenuhi kebutuhan
Metode ini mengidentifikasi dan
lansia guna merepresentasikan ruang
menjelaskan data-data berdasarkan kondisi
nostalgia untuk lansia.
eksisting di lapangan untuk dikaji dan
dianalisis lebih lanjut berdasarkan standar,
teori, peraturan-peraturan yang berlaku, dan
hasil penelitian sebelumnya (metode
normatif). Lokasi penelitian ini di Taman
Lansia Surabaya yang memiliki luas deskriptif analisis yang menjelaskan,
1.519,80 m2 (Gambar 1). Objek penelitian menguraikan dan menelaah bagaimana
terdiri elemen dan fasilitas di dalam taman ruang nostalgia di taman lansia Surabaya
dengan subjek penelitian adalah pengguna ditinjau dari segi psikologi lansia.
lansia. Hal ini sejalan dengan sasaran yang Selanjutnya dilakukan dengan melakukan
akan dicapai dalam tujuan penelitian. sintesa untuk memperoleh kesimpulan
Data yang dipakai adalah data bagaimana penerapan aspek psikologis
sekunder, dikarenakan data-data tersebut nostalgia ruang bagi pengguna lansia di
diperoleh dengan metode kepustakaan, Taman Lansia Surabaya.
artinya mengamati kondisi lapangan
terhadap subjek dan objek penelitian yang
didapatkan dari pustaka maupun dari instansi
terkait, serta dokumentasi yang telah
dilakukan oleh pihak lain. Data-data tersebut
kemudian dianalisis dengan metode

Gambar 1. Lokasi penelitian di Taman


Lansia Surabaya

Manusia sebagai makhluk


III. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Lanjut sosial tidak akan terlepas dari
lingkungan sosialnya ia tidak akan
Usia dapat hidup tanpa manusia lainnya.
Saling tergantung dengan lainnya
3.1.1 Definisi Lansia merupakan ciri khas manusia.
Menurut Roosenberg (2001), Seorang bayi tidak akan dapat
populasi masyarakat lansia dapat tumbuh dan berkembang tanpa
dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu: rawatan, tuntunan, dan didikan orang
lansia-muda berumur 65-69 tahun, lansia tua atau orang yang merawatnya.
tengah yang berumur 70-74 tahun, dan lansia Setelah dewasa dan punya
tua yang berumur lebih dari 75 tahun. penghasilan sendiri ia dapat terlepas
Sedangkan, penggolongan lansia menurut
Depkes (Wijayanti, 1994) menjadi tiga dari ketergantungan ekonomi.
memperbaiki kerusakan yang Dukungan emosi dan psikologis akan
terjadi (Constantinides dalam Wijayanti, terus dibutuhkan sampai menjelang
1994). Proses penuaan adalah proses yang kematiannya. Dalam hidup ia masih
tidak bisa dihentikan, mencakup aspek harus tetap belajar menyesuaikan diri
biologis, sosiologis, aspek kronologis dan dengan lingkungan dan kenyataan
psikologis (Liang dalam Turel,dkk, 1973). yang dihadapinya. Penyesuaian diri
ini akan dibawa terus sampai usia
3.1.2 Sosio-Psikologi Lansia
dewasa, juga lansia, bahkan sampai ia
mendekati ajalnya.
Manusia lansia tidak akan terlepas
dari aspek sosio-psikologi ini. Sebagai
individu ia mengenal dirinya baik
kemampuannya, ketrampilannya, kelebihan kelompok, yaitu: Kelompok lansia dini (55
dan kelemahannya, ilmu pengetahuan yang – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru
dimilikinya. Iapun mengerti akan apa yang memasuki lansia, kelompok lansia (65 tahun
dipikirkan, dirasakan, dan dilakukannya. Ia ke atas), serta kelompok lansia resiko tinggi
menggunakan kemampuan psikologisnya (diatas 70 tahun). Pada masyarakat lanjut
dalam hubungannya dengan individu usia, kemampuan jaringan untuk melakukan
lainnya. Memberi dan menerima dukungan proses perbaikan diri atau mempertahankan
psikologis dan sosial merupakan warna yang fungsi normalnya secara perlahan-lahan
selaIu ada dalam hubungan antar manusia. berkurang. Hal ini mengakibatkan mereka
Hubungan antar individu berdasarkan tidak dapat bertahan dari infeksi atau
kemampuan ini yang disebut aspek sosial-
psikologis.
Keadaan sosial seperti ini mungkin
akan menimbulkan ketegangan psikologis
ataupun tekanan psikologis yang dikenal
dengan istilah stres. Mungkin pula terjadi
yang disebut oleh Eisdmfer dan Wilkie
(1977) sebagai "secondary aging" yaitu
ketidakmampuan yang disebabkan oleh
trauma atau sakit. Mungkin pula terjadi
perubahan yang timbul karena stress yang
dialami oleh individu. Stres ini dapat
mempercepat proses penuaan dalam waktu
tertentu. Degenerasi akan bertambah apabila
terjadi penyakit fisik dengan usia lanjut.

3.2 Teori Psikologi

3.2.1Psikologi Nostalgia
Nostalgia diidentikkan untuk
menyebut sesuatu yang menyenangkan,
membahagiakan, dan bermanfaat berasal
dari ingatan (masa lalu). Berasal dari dua
kata bahasa Yunani, yaitu nostos berarti
kembali ke rumah dan algia dapat diartikan
sebagai sebuah kerinduan. Nostalgia
sejatinya merupakan paparan ganda tentang
sebuah sebuah kehilangan dan kerinduan,
tentang masa lalu dan masa sekarang.
Persepsi manusia tentang nostalgia sangatlah
positif. Berbagai penelitian dalam psikologi
menunjukkan bahwa nostalgia merupakan
ingatan-ingatan menyenangkan yang
membebaskan seseorang dari perasaan
bersalah, sangat bermanfaat bagi kesehatan
mental, sosial, dan fisik manusia (Mukhlis,
2017).
Clay Routledge dan tiga temannya
melalui penelitian eksperimen yang
diterbitkan Journal of Experimental Social
sekaligus menerima bahwa kematian
Psychology pada tahun 2006 menyatakan adalah sebuah kepastian. Penelitian
bahwa nostalgia merupakan jalan yang diberi judul "A blast from the
eksistensial yang banyak digunakan manusia past: The terror management
untuk menemukan makna kehidupan function of nostalgia" tersebut
berkesimpulan bahwa nostalgia mampu
memberikan peyangga manusia akan Association Of Applied Psychology),
kefanaan kehidupan dengan menemukan division 4 : Environmental Psychology,yang
makna kehidupan yang telah dilaluinya menyebutkan Environmental Psychology
(Mukhlis, 2017). adalah sub disiplin didalam psikologi
Penelitian lain yang dipublikasikan terapan, membahas efek psikologis dari
lingkungan fisik dan efek dari aksi manusia
pada tahun 2008 oleh Constantine Sedikides pada lingkungannya (IAAP 2007).
dan tiga temannya menegaskan bahwa
Hal ini senada yang dikemukakan
nostalgia memberikan pengaruh positif oleh Campbell yang menuturkan Ilmu
berupa peningkatan harga diri, environmnetal psychology yang lama
menghubungkan orang dengan lingkungan (tradisional) signifikan dengan lingkungan
sosialnya serta meringankan ancaman sosial. Lingkungan terbangun berhubungan
eksistensial berupa kematian. Bahkan dengan dasar perilaku dari bentukan
beberapa peneliti menyarankan untuk lingkungannya. Pendekatan psikologi dari
ber"nostalgia" dua atau tiga kali dalam lingkungan yang digunakan untuk
seminggu untuk mendapatkan manfaat beraktifitas (Campbell, 2007). Konsep ruang
psikologis secara optimal (Mukhlis,2017) dengan aspek psikologi mengandung
berbagai bahasan. Beberapa bahasan penting
3.3 Ruang Luar dalam ruang beraspek psikologi dari sudut
environmental psychology meliputi personal
3.3.1 Teori Ruang dari Disiplin space, perception in space, ketakutan pada
Environmental Psychology ruang, dan sifat interpersonal ruangan
(Mikellides, et all 1980: 15).
Environmental psychology
merupakan salah satu keilmuan yang 3.3.2 Elemen Taman untuk Lansia
mendukung ilmu arsitektur. Psikologi
arsitektur mencari dan mempelajari mengapa Desain yang ditujukan untuk
manusia bereaksi tertentu pada bangunan masyarakat lansia seharusnya merujuk dan
dengan berbeda-beda (Mikellides, et all mempertimbangkan pada perubahan-
1980: 14). Berkaitan dengan teori ruang perubahan pada sistem sensori dan fungsi
pada arsitektur, environmental psychology kognitifnya, karena hal ini mempengaruhi
memiliki pembahasan kearah hubungan cara seorang lansia menerima dan
human behaviour dengan lingkungan
bernegosiasi dengan lingkungan sekitarnya.
fisiknya. Kolaborasi antara arsitek dan
psikolog saat ini meningkat dan berkembang Sehingga, skema spasial dan desain secara
pada riset perilaku. Hubungan langsung umum seharusnya mampu memfasilitasi:
antara Environmental Psychology dengan a. orientasi dan penemuan jalan di
desain dimulai saat programming utamanya lingkungan
bila ada fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan b. penggunaan ruang yang dapat diprediksi
khusus, misalnya fasilitas khusus untuk sehingga dapat mengurangi kebingungan
orang-orang berkebutuhan khusus (penyakit c. ruang yang dapat digunakan untuk
alzheimer). bersosialisasi dan dapat diklaim (sebagai
Riset juga dilanjutkan pada isu bagian dari "milik" komunitasnya)
mikro seperti desain pintu sampai isu makro d. stimulasi sensorik dan lingkungan secara
seperti matrik yang benar untuk servis pada keseluruhan.
desain (Evans 2007). Hal ini juga e. ruang membentuk serta mengontrol emosi
dikemukakan oleh IAAP (International dan psikologi
Sejalan dengan hal itu, dalam
Evaluation of elderly people’s requirements
in publik open spaces: A case study in
Bornova District (Izmir, Turkey) oleh Turel,
dkk (2006), salah satu aspek yang paling
penting dalam mempengaruhi desain untuk
orang tua, yaitu masyarakat lansia pada
umumnya memiliki satu atau lebih penyakit
Karena masalah kesehatan
sehingga memiliki kesulitan pergerakan dan ini, menurut Burby dan Rohe (1990)
penurunan fungsi organ. dalam Turel,dkk, (2006), orang tua
diharapkan memiliki perumahan dan
lingkungan yang sangat berbeda dari
kelompok usia lainnya. Pengembangan Kebutuhan lansia akan partisipasi
kebijakan dan strategi yang sosial menjadi hal penting. Diantaranya
mempertimbangkan kebutuhan orang-orang adalah menyediakan tempat untuk
lanjut usia dapat membuat masyarakat lansia berkumpulnya para Lansia untuk
berpartisipasi dalam kehidupan sosial melaksanakan aktivitas seperti Senam
dengan kondisi sama. Lansia, konsultasi kesehatan maupun
psikologi, berkomunikasi dengan sesame
Lansia sebagai tempat berbagi pengetahuan
dan pengumuman tentang kegiatan Lansia
IV. ANALISIS lainnya.

Taman Lansia Surabaya terletak di


antara Jl. Raya Gubeng, Jl. Biliton, dan Jl.
Kalimantan, Surabaya. Kota Surabaya saat
ini sudah memiliki banyak taman-taman
umum. Ada yang disebut taman aktif, yaitu
taman yang dibangun untuk memfasilitasi
kegiatan bagi pemakai taman, dan taman Lansia Surabaya tergolong taman
pasif, yaitu taman yang berfungsi sebagai aktif yang juga memiliki tematik karena
aksentuasi yang menarik perhatian dan untuk menyediakan fasilitas-fasilitas rekreasi dan
dinikmati keindahannya. Taman terapi terutama bagi lansia. Berikut
merupakan kondisi aktual, analisis, dan
sintesis dari elemen dan fasilitas di Taman
Lansia Surabaya berdasarkan kesesuaiannya
terhadap aspek psikologis terutama psikologi
nostalgia ruang bagi pengguna terutama
lansia.

Dalam melakukan analisis terhadap


elemen dan fasilitas yang dibutuhkan dan
sesuai dalam memenuhi konsep ruang
nostalgia dalam Taman Lansia Surabaya,
dibutuhkan kriteria atau variabel desain yang
menjadi pedoman penelitian. Aksesibilitas,
perencanaan lanskap, komunitas dan
hubungan sosial, ruang interaksi, dan ruang
nostalgia merupakan kriteria desain yang
harus dipenuhi oleh sebuah taman lansia
untuk kebutuhan psikologi pengguna
lansianya.
Tabel 1. Kajian Studi Kondisi Aktual Taman Berdasarkan Kriteria Elemen Taman Lansia
Variabel desain Kondisi eksisting Taman Analisis dan Sintesis
Lansia

Aksesibilitas ● Berada di tengah kota dan


dikelilingi 3 jalan raya.
● Pencapaian ke Untuk mencapai taman,
lokasi lansia harus melewati
zebracross yang tidak
● Kemudahan memiliki lampu
pengguna dalam penyebrangan. Fasilitas
mengakses fasilitas drop off juga tidak
taman tersedia di pintu masuk
sehingga aksesibilitas
lebih sulit bagi masyarakat
lansia.
● Jalur sirkulasi dalam
taman tergolong cukup
mudah, semua jalur dibuat
rata ataupunramp,
sehingga bisa dilalui
dengan lebih mudah oleh
lansia juga kursi roda.

Komunitas dan hubungan Terdapat beberapa space


sosial lapang yang dapat mewadahi
berbagai komunitas dan hobi.
Kemungkinan terjadinya
hubungan sosial baru antar
komunitas para lansia juga
bisa terbentuk.
Kebutuhan sosial tidak hanya
dalam bentuk bangku untuk
mengobrol atau fasilitas
olahraga berkelompok,
namun juga area lapang untuk
kegiatan berkomunitas,
misalnya senam atau cek
kesehatan..

Ruang interaksi dalam taman Ruang interaksi pada Taman


Lansia Surabaya
hanya terdapat bangku yang
bersifat individual dan taman
lebih difokuskan pada
penggunaan jalur kebugaran
dengan tujuan kesehatan dan
kemandirian lansia. Hal ini
perlu ditambahkan agar
interaksi antar lansia meluas.
Perencanaan Lanskap Dalam perancangan lanskap
taman lansia, hardscape dan
softscape harus dirancang
menuruti prinsip-prinsip
perancangan untuk
membentuk harmoni dengan
1 tema/unity : yaitu dalam
rangka pemenuhan kebutuhan
masyarakat lansia. Dimana
pada taman Lansia Surabaya
konsep “elderly park as a
space of healthy ageing
community” menjadi
tujuan..Vegetasi yang
memenuhi taman juga
menstimulus sensorik bagi
para lansia.

Ruang nostalgia dalam taman Tidak terdapat elemen desain Ruang nostalgia
dalam taman yang menunjang memberikan pengaruh positif
konsep ruang nostalgia berupa peningkatan harga
diri, menghubungkan orang
dengan lingkungan sosialnya
serta meringankan ancaman
eksistensial berupa kematian
lewat kenangan indah.
Bahkan beberapa peneliti
menyarankan untuk
ber"nostalgia" dua atau tiga
kali dalam seminggu untuk
mendapatkan manfaat
psikologis secara optimal.
Elemen desain ini perlu
diciptakan di taman lansia
Surabaya untuk memenuhi
kebutuhan psikologis ruang
nostalgia bagi lansia

Berdasarkan analisa diatas, pada taman memperhatikan program yang cocok bagi
lansia Surabaya, terlihat bahwa taman para lansia yang berhubungan dengan
tersebut didesain tidak spesifik khusus bagi lingkungan tempo agar para lansia mudah
para lansia. Taman tersebut memiliki taman untuk beradaptasi dan tidak memerlukan
bermain untuk anak sehingga taman terkesan waktu lama terhadap suasana lingkungan
lebih umum. Pada penerapan fasilitas desain yang dihadirkan di dalam taman.
taman, masih tergolong cukup kurang bagi Penerapan desain dengan aspek
kebutuhan psikologis para lansia. Sehingga psikologis berupa interaksi dan komunitas
sintesis yang bisa diterapkan pada taman, sosial yaitu dengan merancang tempat agar
dengan menerapkan desain yang para lansia dapat berinteraksi namun juga
berhubungan dengan aspek psikologis sekaligus mendapatkan aspek nostalgia
terutama sosial psikologis. Berdasarkan melalui ruang interaksi serta penempatan
environmental psychology juga dibutuhkan foto-foto Surabaya tempo dulu. Melalui
desain yang berupa fisik yang suasana penempatan foto, psikologi dari
sudut environmental psychology
meliputi personal space, perception
in space, ketakutan pada ruang, dan sifat
interpersonal ruangan pada lansia dapat mengenang masa-masa muda sembari
diatasi dan dipenuhi. Melalui Taman Lansia
ini, masyarakat terutama yang lanjut usia bernostalgia di taman tersebut. Berikut
bisa bersantai menikmati masa tua dengan adalah arahan desain yang terkait dengan
pemenuhan konsep ruang nostalgia di
Taman Lansia Surabaya.

Arahan desain terkait konsep ruang nostalgia di Taman Lansia Surabaya

Arahan desain 1:Instalasi elemen lengkung dan foto Surabaya tempo dulu disepanjang jalur
refleksi

Jalur refleksi sebagai ruang Penempatan foto tempo dulu yang juga
kegiatan mandiri, dilengkapi dengan bangku diletakkan di sepanjang jalur refleksi/ area
mandiri dan vegetasi di kedua tepi jogging. Penerapan desain bertujuan agar
merupakan satu-satunya area spesifik di para penggunanya seperti masuk lorong
Taman Lansia Surabaya yang diperuntukkan waktu, kembali ke masa lalu sehingga dapat
bagi para lansia, dimana jalur tersebut menambah aspek nostalgia terutama bagi
digunakan untuk refleksi. Sirkulasi refleksi para lansia. Para lansia diajak untuk
didesain dengan menambahkan instalasi mengingat kembali kenangan-kenangan
yang diletakkan membentuk lorong dan juga positif yang dapat mempengaruhi psikologis.
dari lansia.

Arahan desain 2: Mendesain ruang interaksi yang rekreatif dengan bangku dan instalasi foto
Surabaya tempo dulu yang melingkari air mancur.
bagi masyarakat lansia yang ingin
Pada Taman Lansia terdapat air sekedar bersantai dan melepas penat
mancur sebagai area berkumpul. Hal ini dengan
merupakan potensi, karena bentuk air
mancur yang melingkar kondusif sebagai
ruang interaksi. Bentuk lingkaran
menyebabkan individu saling berhadapan.
Posisi ini mempermudah terjadinya V. KESIMPULAN
percakapan dan diskusi.
Berdasarkan analisis yang
Dengan potensi sebagai ruang telah dilakukan, maka ditarik
interaksi pada air mancur, bangku ini kesimpulan bahwa dalam
kemudian didesain dengan mengelilingi air perancangan arstitektur, kondisi fisik
mancur yang berada di tengah. Sehingga, memiliki korelasi dengan kondisi
bangku ini dapat menjadi ruang interaksi psikologis penghuninya. Arsitektur
dapat menunjang rasa nyaman bagi
penghuninya. Apabila secara fisik terpenuhi, penempatan beberapa foto Surabaya tempo
maka sedikit banyak memberikan dampak dulu sebagai elemen ruang nostalgia.
yang positif juga bagi psikologis Diharapkan bukan hanya interaksi yang
penghuninya. terjadi, melainkan para lansia dapat
Bila dikaji dari kecenderungan merasakan nostalgia terhadap foto tempo
sosial lansia, yaitu lansia senang untuk dulu tersebut.
berinteraksi dengan sesama lansia lainnya Kedua arahan desain diatas
sehingga bentuk dasar pola ruang berusaha memenuhi kebutuhan para lansia
komunikatif (memusat atau radial) dan akan ruang nostalgia dan sosial psikologi
terbuka. Dan karena lansia cenderung para lansia. Konsep ruang nostalgia
berinteraksi secara berkelompok maka membuat keberadaan Taman Lansia di Kota
menggunakan pola klaster, untuk Surabaya tidak hanya sebatas formalitas
memisahkan area individual dengan area dalam menyediakan fasilitas bagi lansia, tapi
publik. benar benar dapat mewadahi kebutuhan
penggunanya.

Selain itu, aspek nostalgia juga memiliki


peran yang penting dalam psikologis
seseorang, terutama lansia. Konsep psikologi
nostalgia ruang di Taman Lansia Surabaya
baik pada variabel aksesibilitas, perencanaan
lanskap, hubungan sosial , maupun ruang
interaksi masih banyak yang memiliki
kekurangan terutama bagi pengguna
lansianya jika dibandingkan dengan teori,
standar yang ada, seperti misalnya kurang
adanya ruang interaksi yang menunjang
kebutuhan sosial dan nostalgia bagi Lansia.
Maka dari itu diperlukan sintesis berupa
arahan desain yang memenuhi kekurangan
eksisting agar terpenuhinya konsep ruang
nostalgia pada Taman Lansia Surabaya.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan
bagi perencana dan perancang kota untuk
perbaikan taman kedepannya dan masukan
bagi pengembangan ilmu pengetahuan
terutama dalam bidang pertamanan/ lanskap
tematik.
Prawitasari, J. E. (1994).
Aspek
VI. DAFTAR PUSTAKA sosio-psikologis lansia di
Indonesia.
Buletin Psikologi,2(1), 27-34.
Wardhana, M. (2007). Logika
Ramadhani, A. (2015). Penataan Taman konfigurasi ruang pada
Lansia di Kota Surabaya berdasarkan aspek psikologi ruang bagi
karakteristik kebutuhan masyarakat lansia. Jurnal Rekayasa
Lanjut Usia. (Master’s Thesis). Institut Perencanaan, 4(1), 7.
Teknologi Sepuluh November.

Wijayanti. (2008). Hubungan kondisi fisik


RTT Lansia terhadap kondisi sosial
lansia. Universitas Diponegoro.
Carstens, D. (1993). Site Planning and
Design for The Elderly: Issues,
Guideliness and Alternatives.
Canada: John Wiley & Sons.

Vibriyanti, D. (2018). Surabaya Menuju kota


ramah lansia: Peluang dan tantangan. Jurnal
Kependudukan Indonesia , 13(2) 117-132.

Sudaryanyo & Kartinah. (2008). Masalah


psikososial pada lanjut usia.Berita
Ilmu Keperawatan,1(1), 93-96.

Anda mungkin juga menyukai