Muhamad A. Martoprawiro
i
Daftar Isi
Daftar Isi ii
1 Pendahuluan 1
ii
DAFTAR ISI iii
5 Struktur Molekul 27
6 Simetri Molekul 29
8 Spektrum Elektronik 39
8.1 Spektrum Elektron untuk Molekul Diatom . . . . . . . . . . . . 39
8.1.1 Lambang Suku (term symbol ) . . . . . . . . . . . . . . . 40
8.2 Fluoresensi dan Fosforesensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
Bab 1
Pendahuluan
Sebelum kita mulai membahas ragam struktur yang menyusun berbagai zat di
sekitar kita, diingatkan kembali apa sebetulnya yang dipelajari dalam Kimia,
dan apa pula yang dipelajari dalam Kimia Fisik, karena Struktur dan Ikat-
an Kimia merupakan bagian dari Kimia Fisik. Sejak di sekolah menengah,
Anda telah mengetahui bahwa Kimia mempelajari materi di sekeliling kita,
strukturnya, sifatnya, perubahannya, dan energi yang menyertai perubahan
tersebut. Pengkajian materi di sekitar kita melalui Ilmu Kimia kadang dibagi
berdasarkan obyek yang dikaji, misalnya Kimia Anorganik yang mempelajari
materi anorganik, Kimia Organik yang mempelajari zat organik, dan Bioki-
mia yang mempelajari materi dan proses yang terjadi dalam mahluk hidup.
Berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan yang digunakan untuk menjelaskan si-
fat dan perilaku materi, kajian Kimia dapat didekati dari strukturnya (yang
tentunya terkait dengan sifat-sifat yang teramati), dinamikanya, serta energi
yang menyertai dinamika tersebut. Struktur, Dinamika dan Energetika bisa
dianggap 3 kajian utama dalam Kimia Fisik. Untuk memahaminya dengan
baik, diperlukan pemahaman prinsip-prinsip Fisika.
Kimia Fisik merupakan salah satu bidang Kimia yang berusaha menjelask-
an fenomena makroskopik, mikroskopik, atom, subatom, dan partikulat dalam
sistem kimia berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip Fisika, seperti
termodinamika, kimia kuantum, mekanika statistik dan dinamika. Sebagai
contoh, untuk memahami struktur dan sifat di tingkat atom dan molekul di-
perlukan pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip mekanika kuantum;
untuk memahami dinamika perubahan pada sistem kimia diperlukan pema-
haman konsep-konsep laju, difusi, viskositas, dll.; sedangkan untuk memaha-
mi energi yang menyertai perubahan diperlukan pemahaman konsep-konsep
energi dalam, entropi, suhu, dll.
1
2 BAB 1. PENDAHULUAN
Catatan kuliah ini terutama membahas Struktur dan Ikatan Kimia, yang
merupakan salah satu dari tiga kajian utama dalam Kimia Fisik. Pada awal
pembahasan, akan disampaikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip mekanika
kuantum yang diperlukan untuk memahami struktur atom, molekul dan sis-
tem kimia yang lain.
Bab 2
Teori Kuantum: Fenomena dan
Prinsip
Di awal bab ini akan dibahas perkembangan teori kuantum berdasarkan perco-
baan yang dilakukan sekitar awal abad ke-20. Fenomena kuantum yang akan
dibahas mencakup: kuantisasi, sifat partikel dari gelombang, sifat gelombang
dari partikel dan prinsip ketakpastian. Dari berbagai fenomena tersebut, be-
berapa orang berusaha meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk menjelaskan
seluruh fenomena, antara lain Schrodinger dan Heisenberg. Perumusan oleh
Schrodinger akhirnya dikenal sebagai mekanika gelombang (wave mechani-
cs), sedangkan hasil perumusan Heisenberg dikenal sebagai mekanika matriks
(matrix mechanics).
m T = 0m T 0 (2.1)
3
4 BAB 2. TEORI KUANTUM: FENOMENA DAN PRINSIP
Teori Planck
Planck melakukan penurunan yang sama dengan yang dilakukan oleh Rayleigh
dan Jeans, tetapi dengan asumsi bahwa gelombang elektromagnetik terkuan-
tisasi, yang berarti bahwa gelombang tersebut terdiri atas paket-paket energi
terkecil dengan energi tertentu. Paket energi terkecil tersebut akhirnya dise-
but sebagai foton, dengan energi yang bergantung pada frekuensi gelombang,
yaitu
E = h (2.2)
Dengan asumsi ini, dan dengan mengatur nilai h, ternyata diperoleh hasil pe-
nurunan Planck yang tepat sama dengan kurva hasil percobaan. Nilai tetapan
Planck, h = 6,6 1034 J s.
Gambar 2.1: Spektrum pancar dan spektrum serap atom hidrogen pada dae-
rah cahaya tampak
Persamaan Rydberg
Setelah Balmer, beberapa orang melakukan percobaan serupa, tetapi dengan
mengamati daerah gelombang elektromagnetik di luar cahaya tampak. Misal-
nya, Lymann mengamati spektrum atom hidrogen di daerah ultraungu, dan
mendapatkan garis-garis gelap juga di daerah tersebut. Panjang gelombang
garis-garis tersebut mengikuti hubungan:
1 1
=R 1 2 n = 2, 3, 4, 5, . . . (2.4)
n
Teori Bohr
Untuk menjelaskan fenomena spektrum atom hidrogen, Niels Bohr mengusul-
kan suatu teori tentang atom. Butir-butir teorinya dapat dibaca di berbagai
buku, tetapi salah satu butir teorinya yang terpenting, yang akhirnya sering
disebut sebagai postulat Bohr, adalah
h
me vr = n n = 1, 2, 3, . . . (2.6)
2
Kita dapat menggunakan postulat tersebut, bersama dengan hukum me-
kanika klasik, untuk menurunkan rumusan jari-jari lintasan elektron atom
hidrogen. Menurut mekanika klasik, setiap benda yang bergerak melingkar
selalu mengalami gaya sentripetal ke pusat lintasannya, sebesar
me v 2
F = (2.7)
r
6 BAB 2. TEORI KUANTUM: FENOMENA DAN PRINSIP
1 q1 q2
Fc = (2.8)
4 r2
sehingga diperoleh
me v 2 1 e2
= (2.9)
r 4 r2
Dari persamaan (2.6) dan (2.9) dapat diturunkan rumusan untuk jari-jari
lintasan elektron atom hidrogen, yaitu
PR (2.10)
Ee = Te + Ve (2.11)
dengan Te adalah energi kinetik elektron dan Ve adalah energi potensial Cou-
lomb elektron atom hidrogen. Jadi,
1 1 e2
Ee = mv 2 (2.12)
2 4 r
1 1 e2 1 e2
Ee = (2.13)
2 4 r 4 r
1 e2
= (2.14)
8 r
P R2 (2.15)
Secara umum, jika elektron berpindah dari tingkat energi ke-n1 ke tingkat
energi ke-n2 ,
c
h = En2 En1 (2.17)
1 1 1
= blab (2.18)
n21 n22
h
deBroglie =
mv
8 BAB 2. TEORI KUANTUM: FENOMENA DAN PRINSIP
x
d =
l
x px h
P = V (2.21)
Jika rapat kebolehjadian tidak bernilai sama di setiap titik dalam ruang, maka
kebolehjadian untuk menemukan partikel dalam ruang tertentu adalah
Z
P = dV (2.22)
Pada bab ini, kita akan menerapkan prinsip-prinsip kuantum yang dibahas
dalam bab sebelumnya pada kasus sederhana. Salah satu kasus yang sering
digunakan untuk memberi ilustrasi penerapan prinsip-prinsip kuantum adalah
partikel dalam kotak.
H =T +V
1 p2
= mvx2 + 0 = x (3.1)
2 2m
Kita gunakan pendekatan lain saja: Partikel dalam kotak satu dimensi
berarti partikel yang lintasan gerakannya berupa garis lurus, dengan pembatas
11
12
BAB 3. TEORI KUANTUM: BERBAGAI TEKNIK DAN TERAPANNYA
di kedua ujung. Untuk pembahasan kita, digunakan asumsi: (1) gerak tanpa
gesekan, (2) batas di kedua ujung tak tertembus, (3) partikel tidak berada
dalam medan potensial selama geraknya dalam kotak.
Penyelesaian tahap-demi-tahap dengan formalisme Schrodinger tak-bergantung
waktu:
p2x
Et = T + V = +0 (3.2)
2m
ketika berada di dalam kotak. Lambang energi total dapat ditulis seba-
gai H.
2. Ubah ungkapan energi total menjadi operator energi total (yang dise-
but operator hamiltonian) dengan menggunakan postulat Schrodinger
tentang operator.
2 2
=~ d
H (3.3)
2m dx2
= E
H (3.4)
~2 d2
= E (3.5)
2m dx2
sehingga diperoleh persamaan (diferensial) Schrodinger tak-bergantung
waktu. Dengan sedikit penyusunan ulang, diperoleh
d2 2mE
2
= 2 (3.6)
dx ~
Fungsi ini memenuhi syarat batas ujung kiri, yaitu (0) = 0. Syarat
batas ujung kanan harus pula dipenuhi, yaitu
(a) = 0 (3.7)
A sin ka = 0 (3.8)
Px=0x=a = 1 (3.9)
Z a
2 dx = 1 (3.10)
0
PR = (3.11)
n 2 h2
En = (3.20)
8ma2
Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa penerapan prinsip-prinsip ku-
antum pada partikel dalam kotak bermuara pada ditemukannya kuantisasi
energi partikel, yaitu bahwa partikel dalam kotak satu dimensi hanya dapat
memiliki energi-energi tertentu saja.
3.2. PARTIKEL DALAM RUANG DUA- DAN TIGA-DIMENSI 15
Hal lain yang dapat diperoleh dari penerapan prinsip kuantum adalah in-
formasi tentang distribusi kebolehjadian untuk menemukan partikel. Yang
harus dilakukan adalah mengalurkan kuadrat fungsi gelombang terhadap po-
sisi partikel, yang dapat dilihat pada gambar berikut
...
Kebolehjadian untuk menemukan partikel antara x = x1 dan x = x2 dapat
dihitung melalui ungkapan
Z x2 Z x2
P = dx = 2 (x)dx (3.21)
x1 x1
3.1.1 Ortogonalitas
Dua fungsi gelombang dikatakan bersifat ortogonal, jika integral perkalian
kedua fungsi tersebut terhadap ruang bernilai nol.
Z
1 2 dx = 0 (3.23)
Pada gerak partikel dalam kotak satu dimensi, atau gerak elektron dalam
atom hidrogen, dll., fungsi gelombang tingkat energi tertentu dengan tingkat
energi yang lain pasti bersifat ortogonal.
h2 2 2
Enx ,ny = n x + n y (3.25)
8ma2
Untuk kasus terakhir, beberapa tingkat energi memiliki lebih dari satu keada-
an kuantum, misalnya keadaan kuantum nx = 1, ny = 2 memiliki energi yang
sama dengan keadaan kuantum nx = 2 dan ny = 1. Dalam hal ini dikatakan
bahwa kedua keadaan kuantum tersebut terdegenerasi.
Permukaan fungsi gelombang untuk beberapa tingkat energi partikel dalam
kotak 2-dimensi dapat dilihat pada gambar berikut. Fungsi gelombang untuk
Gambar 3.1: Permukaan fungsi gelombang untuk partikel yang bergerak pada
kotak 2-dimensi
Hamiltonian klasik, atau energi total secara klasik, untuk partikel ini adalah
p2x 1
H= + kx2 (3.28)
2m 2
Operator Hamiltonian untuk sistem ini adalah
2 2
= ~ d + 1 kx2
H (3.29)
2m dx2 2
Persamaan Schr
odinger tak bergantung waktu untuk sistem ini adalah
= E
H (3.30)
~2 d2
1
+ kx2 = E (3.31)
2m dx2 2
19
20 BAB 4. STRUKTUR ATOM DAN SPEKTRUM ATOM
E =T +V (4.1)
p2e p2N 1 e2
= + (4.2)
2me 2mN 40 r
Kita dapat memisahkan gerak atom secara keseluruhan dan dengan gerak
elektron relatif terhadap inti yang diam. Untuk yang terakhir, persamaan
energi total elektron adalah
E =T +V (4.3)
p2e 1 e2
= (4.4)
2 40 r
Dari ungkapan energi total, kita turunkan operator Hamiltonian:
2 2
= ~ 2 1 e
H (4.5)
2 40 r
Buat persamaan Schrodinger:
2
1 e2
~ 2
= E (4.6)
2 40 r
~2 1 e2
2 = E (4.7)
2 40 r
Untuk memudahkan penyelesaian, kita pisahkan variabel r dengan variabel
dan :
(r, , ) = R(r)Y (, ) (4.8)
Solusi untuk fungsi radial R(r) dapat dilihat pada halaman 324. Pada pe-
nyelesaian fungsi ini, diperoleh dua macam bilangan kuantum, yaitu n dan
l.
4.2. ORBITAL ATOM DAN ENERGINYA 21
Perhitungan ini hanya dapat dilakukan, jika nilai fungsi gelombang sama un-
tuk jarak yang sama.
l = 1, m = 1, 0 (4.10)
Spin adalah sifat intrinsik elektron yang dapat menyebabkan terjadinya medan
magnet di sekitarnya. Arah medan yang dihasilkan dapat berlawanan, sehing-
ga dinyatakan dengan bilangan kuantum spin yang berbeda yaitu ms = + 21
dan ms = 12 .
Prinsip larangan Pauli merupakan pernyataan khusus dari prinsip Pauli
yang lebih umum, yaitu
...
R(r) dapat digambarkan terhadap r, tetapi jika kita ingin menggambarkan
rapat kebolehjadian (yaitu nilainya dikuadratkan), maka harus diperhitungk-
an perkalian dengan 4r2 dr.
Pada pengisian elektron, selain larangan Pauli, harus diperhatikan: (2)
prinsip Aufbau (building-up principle), dan (3) aturan Hund.
5. Ulangi langkah ke-3 dan ke-4 untuk microstates yang belum ditandai,
hingga seluruh microstates tertandai.
6. Setiap pasang bilangan kuantum azimut dan spin menandai suatu term
symbol tertentu yang berkaitan dengan tingkat energi atom.
27
Bab 6
Simetri Molekul
29
Bab 7
Spektrum Rotasi dan Vibrasi
1
E = I 2 (7.1)
2
1 1 1 J2 J2 J2
E = Ia a2 + Ib b2 + Ic c2 = a + b + c (7.2)
2 2 2 2Ia 2Ib 2Ic
31
32 BAB 7. SPEKTRUM ROTASI DAN VIBRASI
~2
EJ = J(J + 1) (7.3)
2I
dengan J adalah bilangan kuantum rotasi, J = 0, 1, 2, ....
Spektrum murni dari serapan gelombang microwave untuk transisi energi
rotasi dapat digambar berdasarkan rumusan tingkat energi rotasi di atas.
Rotor simetris
Pada rotor ini, dua momen inersia bernilai sama, sedangkan salah satu yang
lainnya berbeda. Ungkapan energi untuk rotor simetris adalah
Jb2 + Jc2 J2
E= + a (7.4)
2I/ 2I//
J 2 Ja2 Ja2 J2
1 1
E= + = + Ja2 (7.5)
2I/ 2I// 2I/ 2I// 2I/
dengan
J = 0, 1, 2, . . .
K = 0, 1, 2, . . . , J
~
A = 4cI
//
~
B= 4cI/
7.1. SPEKTRUM ROTASI MURNI 33
Rotor asimetris
Rotor asimetris memiliki tiga momen inersia yang berbeda.
Rotor linier
Pada rotor linier, tidak ada energi rotasi pada sumbu utama, karena momen
inersia terhadap sumbu tersebut bernilai nol. Dengan kata lain, kita bisa
menyebutkan bahwa untuk rotor linier, K = 0.
Jika kita meninjau kembali rotor sferis, kita bisa katakan bahwa pada rotor
ini, K 6= 0, tetapi momen inersia pada sumbu paralel dan sumbu tegak-lurus
bernilai sama, A = B.
34 BAB 7. SPEKTRUM ROTASI DAN VIBRASI
1 1 1
= + (7.10)
mef f m1 m2
1 1
E = mv 2 + kx2 (7.11)
2 2
Untuk molekul, nilai k ditentukan oleh kekuatan ikatan kimia antar atom-
atom.
Ungkapan energi vibrasi dapat pula dinyatakan dalam satuan bilangan ge-
lombang, yang dikenal sebagai suku vibrasi (vibrational terms). Suku vibrasi
diperoleh dengan membagi ungkapan energi dengan hc.
1
G(v) = (v + ) (7.14)
2
7.2.4 Ketakharmonisan
Pada kenyataannya, energi potensial yang dialami oleh atom-atom tidaklah
harmonik. Sebagai contoh, untuk molekul diatom, energi potensial molekul
terhadap panjang ikatan digambarkan dalam kurva berikut,
Gambar sehingga semakin tinggi energi vibrasi, jarak antar tingkat ener-
gi semakin rapat. Ungkapan energi potensial tak-harmonis dapat dinyatakan
dalam deret McLaurin berikut,
...
atau dalam bentuk energi potensial Morse, yaitu
...
Energi potensial dalam bentuk deret, akhirnya menghasilkan suku pertama
f (0) sama dengan nol, berdasarkan konvensi, sedangkan suku kedua (yaitu
turunan pertama) bernilai nol karena gradien di titik terendah (x = 0) ada-
lah nol. Suku ketiga yang merupakan turunan kedua (menggambarkan kece-
kungan kurva) bernilai positif. Suku ketiga menggambarkan ungkapan energi
potensial harmonik. Suku-suku berikutnya merupakan koreksi terhadap po-
tensial harmonik.
Pengaruh potensial yang semakin lebar ketika energi semakin tinggi, di-
gambarkan sebagai faktor ketakharmonisan (anharmonicity). Dengan mem-
7.3. SPEKTRUM ROTASI-VIBRASI 37
39
40 BAB 8. SPEKTRUM ELEKTRONIK