Anda di halaman 1dari 13

A.

Judul Percobaan
Penentuan Tetapan Kesetimbangan dalam Fasa Cair

B. Tujuan Percobaan
Menentukan tetapan kesetimbangan Kc esterifikasi asam asetat.

C. Landasan Teori
Reaksi kimia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu reaksi satu arah
(reaksi yang tidak dapat balik = irreversible) dan reaksi 2 arah ( reaksi yang dapat
balik = reversible). Tidak semua reaksi 2 arah ( dapat balik ) dapat menjadi reaksi
setimbang. Reaksi yang setimbang dapat terjadi jika:
1. Reaksinya bolak-balik. Suatu reaksi bolak-balik dapat menjadi reaksi
kesetimbangan jika : laju reaksi ke kanan = laju reaksi ke kiri.
2. Sistemnya tertutup. Adalah suatu keadaan dimana reaktan dan produk
reaksinya tidak dapat meninggalkan sistem. Sistem tertutup bukan berarti
bahwa reaksi tersebut dilakukan pada wadah tertutup.
3. Bersifat dinamis. Artinya, secara mikroskopis reaksi berlangsung secara terus
menerus dalam 2 arah dengan laju reaksi ke kanan = laju reaksi ke kiri.
(Sumarni, 2013: 83-84).
Penentuan nilai Kc suatu reaksi, pertama kali reaksi harus ditunggu sampai
ia mencapai kesetimbangan. Kemudian konsentrasi reaktan dan produk diukur,
barulah nilai Kc dapat ditentukan. Akan tetapi dalam pengukuran konsentrasi
reaktan atau produk seringkali sejumlah larutan diambil untuk dianalisis.
Pengambilan larutan ini akan mempengaruhi kesetimbangan. Idealnya harus
digunakan suatu metode yang tidak melibatkan pengambilan larutan untuk
dianalisis seperti metode di atas. Salah satu metode yang tidak melibatkan
pengambilan larutan dalam menentukan konsentrasi reaktan atau produk adalah
metode kalorimeter (Laboratorium Dasar Proses Kimia, 2003: 35).
Hukum kesetimbangan menyatakan bahwa bila suatu reaksi dalam
keadaan setimbang, maka hasil kali konsentrasi produk dipangkatkan
koefisiennya dibagi dengan hasil kali konsentrasi reaktan dipangkatkan
koefisiennya akan mempunyai harga yang tetap. Tetapan kesetimbangan bagi
suatu reaksi adalah khas untuk suatu reaksi dan nilainya akan tetap pada suhu
tertentu. Artinya, setiap reaksi akan mempunyai harga tetapan kesetimbangan
yang cenderung berbeda dengan reaksi yang lain meskipun suhunya sama dan
untuk suatu reaksi yang sama, maka harga Knya akan berubah jika suhunya
berubah (Sumarni, 2013: 86).
Konstanta kesetimbangan suatu gas ada baiknya diungkapkan dalam
terminologi fraksi mol, xi, atau konsentrasi, ci daripada sekedar tekanan parsial.
Tekanan parsial, pi, fraksi mol, dan tekanan total p, dihubungkan dengan pi = xi.
p. Konstanta kesetimbangan fraksi mol didefenisikan dengan:
Kx = (Xc)e (XD)e
(XA)e. (XB)e
Kemudian
KP = KX . PV
Dimana V aalah jumlah koefisien stikiometrik. Untuk term konsentrasi sipenuhi
hubungan:
KP = KC . R.TV
Sehingga jika V= 0 maka Kp = Kc dan harga perubahan energy gibbs menjadi:
Go = - R.T ln KC
(Tim Dosen Kimia Fisika, 2003: 21-22).
Reaksi secara umum dituliskan sebagai berikut:
mA + nB pC + qD
Oleh karena satuan konsentrasi adalah M, maka satuan untuk tetapan
kesetimbangan KC adalah besarnya konsentrasi zat-zat berfase larutan (aq) dan/
atau gas (g). Sedangkan untuk zat-zat berfase padat (s) dan cairan murni (l) tidak
digunakan dalam perhitungan (Sumarni, 2013: 86-87).
Kesetimbangan terkait dengan proses pengamatan dan waktu.
Ketidakberubahan harga variabel-variabel termodinamika suatu sistem dengan
waktu merupakan syarat yang perlu agar suatu sistem setimbang. Dapat dilihat
bahwa hubungan t (waktu) dengan data CA. Kenaikan CA mula-mula besar
karena minyak yang terkandung dalam padatan masih cukup besar atau dengan
kata lain gradien konsentrasi solute diantara padatan dan di solven cukup besar,
selanjutnya kenaikan CA semakin kecil sampai akhirnya CA maksimum pada
waktu 150 menit. Hal ini berarti waktu kesetimbangan untuk pelarut etanol
adalah 150 menit (Bangkit, 2012: 13).
Menurut Kadir (2011: 34) kesetimbangan adsorpsi arang aktif terhadap
fenol yang terkandung didalam asap cair tempurung kelapa hibrida menunjukkan
bahwa isotherm Freundlich lebih disukai untuk kondisi penelitian ini dibanding
isotherm Lagmuir. Energy aktivasi isotherm Freundlich menunjukkan bahwa
adsorpsi berlangsung secara khemisorpi dengan kapasitas adsorpsi setimbang
pada permukaan multilayer berkisar 9,6617,02 mg/g pada suhu 30-70.
Dua fasa dikatakan berada dalam kesetimbangan jika temperatur, tekanan,
dan potensial kimia dari masing-masing komponen yang terlibat di kedua fasa
bernilai sama. Salah satu alat yang digunakan untuk memperoleh data
kesetimbangan antara fase liquida dan fase gas adalah Glass Othmer Still. Adapun
hal hal yang berpengaruh dalam sistem ksetimbangannya yaitu : Tekanan (P),
Suhu (T), Konsentrasi komponen A dalam fase liquid (x) dan Konsentrasi
komponen A dalam fase uap (y) (Sari, 2010: 363).
Ester asam karboksilat adalah suatu senyawa yang mengandung gugus
CO2R dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk
dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dari suatu alkohol, suatu
reaksi yang disebut reaksi esterifikasi. Laju esterifikasi suatu asam karboksilat
bergantung terutama pada halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilatnya.
Reaksi esterifikasi bersifat reversibel. Untuk memperoleh rendemen tinggi dari
ester itu, kesetimbangan harus digeser kearah sisi ester. Dengan bertambahnya
halangan sterik dalam zat antara, laju pembentukan ester akan menurun.
Rendemen esterpun berkurang. Alasannya adalah karena esterifikasi itu
merupakan suatu reaksi yang bersifat teversibel dan spesi yang kurang terintangi
akan lebih disukai (Fessenden, 1986: 82-84).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Gelas ukur 250 mL 1 buah
b. Gelas ukur 50 mL 1 buah
c. Labu Erlenmeyer 500 mL 1 buah
d. Labu Erlenmeyer 250 mL 2 buah
e. Corong pisah 1 buah
f. Termometer 110 1 buah
g. Piknometer 100 mL 1 buah
h. Pipet volume 25 mL 1 buah
i. Gelas kimia 500 mL 1 buah
j. Ball pipet 1 buah
k. Corong biasa 1 buah
l. Pembakar spiritus 1 buah
m. Kaki tiga dan kasa asbes 1 buah
n. Statif dan klem 1 buah
o. Batang pengaduk 1 buah
p. Botol semprot 1 buah
q. Neraca analitik 1 buah
r. Spatula 1 buah
s. Pipet tetes 3 buah
t. Klem kayu 1 buah
u. Lap kasar dan lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Larutan etanol (C2H5OH) 96%
b. Kristal tembaga (II) sulfat (CuSO4) anhidrat
c. Larutan asam asetat (CH3COOH) glasial
d. Larutan asam sulfat (H2SO4) pekat
e. Kristal natrium karbonat (Na2CO3)
f. Aquades (H2O)
g. Aluminium foil
h. Kertas saring
i. Korek api
j. Tissue
E. Prosedur Kerja
1. Penentuan Massa Jenis Larutan
a. Piknometer dicuci dengan aquades kemudian dibilas dengan etanol 96% dan
dikeringkan.
b. Piknometer kosong kemudian ditimbang.
c. Piknometer kosong tersebut kemudian diisi dengan larutan etanol 96%
kemudian ditimbang.
d. Perlakuan yang sama untuk piknometer lain dengan larutan asam asetat
glasial.
e. Massa jenis larutan etanol 96% dan asam asetat glasial kemudian dihitung.
2. Penentuan Tetapan Kesetimbangan dalam Fasa Cair
a. Larutan etanol 96% sebanyak 200 mL diukur dan dimasukkan dalam labu
erlenmeyer 250 mLlalu ditambah dengan 2 sendok kristas tembaga (II) sulfat
anhidrat kemudian dikocok.
b. Larutan asam asetat glasial sebanyak 250 mL diukur dan dimasukkan
kedalam labu erlenmeyer lalu ditambah dengan 2 sendok Kristal tembaga (II)
sulfat anhidrat dan dikocok.
c. Masing-masing larutan kemudian disaring dan dicampurkan lalu dikocok.
d. Campuran kemudian ditambah dengan asam sulfat pekat ebanyak 10 mL.
e. Campuran kemudian dipanaskan sampai suhu 77 dan terdapat gelembung
dari dasar bejana.
f. Larutan kemudian didinginkan dan dipipet sebanyak 50 mL lalu dimasukkan
kedalam corong pisah.
g. Larutan tersebut lalu ditambah dengan natrium karbonat sebanyak 1 sendok
lalu dikocok.
h. Kedua fasa kemudian dipisahkan dan larutan ditampung dalam gelas ukur.
i. Percobaan dilakukan sebanyak dua kali pengukuran.
j. Massa etil asetat yang diperoleh kemudian dihitung.
F. Hasil Pengamatan
1. Penentuan Massa Jenis
No. Aktivitas Hasil Pengamatan
1. Penentuan massa jenis asam asetat
glasial
Piknometer kering ditimbang Berat kosong: 37,660 g
Piknometer diisi dan ditimbang Berat isi: 142,547 g

=
142,547 37,660
= 100

=1,048 g/mL
2. Penentuan massa jeis etanol 96%
Piknometer kering ditimbang Berat kosong: 51,878 g
Piknometer diisi dan ditimbang Berat isi: 129,671 g

=
129,67151,878
= 100

=1,777 g/mL
2. Penentuan Tetapan Kesetimbangan dalam Fasa Cair
No. Aktivitas Hasil Pengamatan
1. 200 mL C2H5OH + CuSO4 anhidrat Larutan bening
dikocok lalu disaring(1)
2. 250 mL CH3COOH + CuSO4 anhidrat Larutan bening
dikocok lalu disaring(2)
3. Larutan 1 dan 2 dicampur Larutan bening
4. Larutan bening + 10 mL H2SO4 Larutan bening
5. Larutan bening dipanaskan Larutan bening dan terdapat
gelembung
6. Larutan didinginkan dan dimasukkan a. Corong pisah 1: keruh
dalam corong pisah sebanyak 50 mL + V etil asetat: 41 mL
1 sendok Na2S2O3 Massa= x volume
= 0,879 g/mL x 41 mL
= 36,059 g
b. Corong pisah 2: keruh
etil asetat: 48 mL
Massa= x volume
= 0,879 g/mL x 48 mL
= 42,192 g

G. Analisis Data
1. Penentuan Massa jenis
a. Penentuan massa jenis asam asetat
Dik Berat kosong = 37, 660 g
Berat isi = 142, 547 g
Dit = ?
Penyelesaian
= Berat isi - berat kosong
Volume
= 142,547 g - 37,660 g
100 mL
= 1,048 g/mL
b. Penentuan massa jenis etanol
Dik Berat kosong = 51,878 g
Berat isi = 129,671 g
Dit = ?
Penyelesaian
= Berat isi - berat kosong
Volume
= 129,671 g 51,878 g
100 mL
= 0,777 g/mL

2. Penentuan Tetapan Kesetimbangan dalam Fasa Cair


Dik V CH3COOH = 250 mL
V C2H5OH = 200 mL
CH3COOH = 1,048 g/mL
C2H5OH = 0,777 g/mL
Mr CH3COOH = 60 g/mol
Mr C2H5OH = 46 g/mol
41 + 48
V CH3COOC2H5 = = 44,5 mL
2

CH3COOC2H5 = 0,897 g/mL


Mr CH3COOC2H5 = 88 g/mol
Dit Kc = ?
Penyelesaian=
m CH3COOH = CH3COOH x v CH3COOH
= 1,048 g/mL x 250 mL
= 262 g
m C2H5OH = C2H5OH x v C2H5OH
= 0,777 g/mL x 200 mL
= 155,7 g
m CH3COOC2H5 = CH3COOC2H5 x v CH3COOC2H5
= 0,897 g/mL x 44,5 mL
= 39,9165 g
Mol CH3COOH = m CH3COOH
Mr CH3COOH
= 262 g
60 g/mol
= 4,3667 mol
Mol C2H5OH = m C2H5OH
Mr C2H5OH
= 155,4 g
46 g/mol
= 3,3782 mol
Mol CH3COOC2H5 = m CH3COOC2H5
Mr CH3COOC2H5
= 39,9165 g
88 g/mol
= 0,4536 mol
Reaksi
CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) CH3COO C2H5(aq) + H2O (l)
Mula-mula: 4,3667 mol 3,3782 mol - -
Reaksi : 0,5435 mol 0,4535 mol 0,4535 mol 0,4535 mol
Sisa : 3,4535 mol 2, 9247 mol 0,4535 mol 0,4535 mol
[CH3COOH] = mol CH3COOH
V total
= 3, 9132 mol
0,450 L
= 8,6960 M
[C2H5OH] = mol C2H5OH
V total
= 2,9247 mol
0,450 L
= 6,4993 M
[CH3COO C2H5] = mol CH3COO C2H5
V total
= 0,4535 mol
0,450 L
= 1,0077 M
Kc = [CH3COO C2H5]
[CH3COOH] [C2H5OH]
= [1,0077]
[ 8,6960] [6,4993]
= 0,0178 M-1

H. Pembahasan
1. Penentuan Massa Jenis
Percobaan penentuan massa jenis bertujuan untuk mengetahui massa jenis
yang sebenarnya dari asam asetat dan etanol. Alat yang digunakan dalam
percobaan ini adalah piknometer yang dicuci agar bersih dan steril dari laruta-
larutan sebelumnya kemudian dibilas dengan etanol. Piknometer dibilas dengan
etanol karena etanol merupakan senyawa yang dapat mengikat air dengan ikatan
hidrogen dan juga etanol mudah menguap sehingga air yang masih menempel
pada piknometer akan menguap bersama etanol tersebut sehingga piknometer
akan cepat kering. Piknometer yang sudah bebas air kemudian ditimbang dalam
keadaan kosong kemudian diisi dengan larutan etanol hingga penuh dan
ditimbang kembali. Selanjutnya, dilakukan perhitungan massa jenis etanol dengan
cara mengurangkan berat piknimeter berisi larutan dengan berat piknometer
kosong dibagi dengan volume piknometer yang digunakan. Perlakuan ini juga
dilakukan untuk larutan asam asetat glasial. Berdasarkan perhitungan diperoleh
massa jenis etanol yaitu 0,777 g/mL. Sedangkan massa jenis untuk asam asetat
berdasarkan perhitungan adalah 1,048 g/mL. Massa jenis etanol yang diperoleh
telah mendekati massa jenis secara teori yakni 0,789 g/mL. dedangkan massa
jenis asam asetat yang diperoleh sudah sesuai dengan teori yakni 1,04 g/mL.
2. Penentuan Tetapan Kesetimbangan dalam Fasa Cair
Percobaan penentuan kesetimbangan dalam fasa cair bertujuan untuk
menentukan tetapan kesetimbangan, Kc dalam reaksi pembentukan etil asetat dari
reaksi etanol dan asam asetat dengan reaksi esterifikasi. Pada percobaan ini
larutan campuran dibuat dari etanol dan asam asetat glasial, dimana etanol dan
asam asetat glasial terlebih dahulu ditambahkan dengan CuSO4 anhidrat yang
berfungsi mengikat air yang terdapat dalam larutan etanol dan asam asetat glasial
dengan membentuk CuSO4 terhidrat yang ditandai dengan perubahan warna
kristal dari putih menjadi biru prusi. Oleh karena etanol yang digunakan adalah
etanol 96% yang berarti dalam larutan etanol tersebut masih mengandung 4% air.
Sedangkan, pada asam asetat glasial yang digunakan juga tidk menutup
kemungkinan masih terdapat air meskipun dalam jumlah yang sedikit. Sedangkan
reaksi kesetimbangan berlangsung sempurna apabila reaktan yang digunakan
murni. Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
C2H5OH + 5H2O + CuSO4 C2H5OH + CuSO4.5H2O
CH3COOH + 5H2O + CuSO4 CH3COOH + CuSO4.5H2O
Larutan selanjutnya disaring untuk memisahkan larutan dengan kristal
CuSO4.5H2O kemudian kedua larutan dicampurkan. Laruta selanjutnya ditambah
dengan H2SO4 pekat yang bertujuan untuk mempercepat reaksi kesetimbangan.
H2SO4 pekat mengkatalis reaksi dengan cara memdonorkan H+ yang akan bereaksi
dengan asam asetat. Selain itu karena H2SO4 bersifat asam sehingga reaksi dapat
berlangsung cepat dalam suasana asam. larutan kemudian dipanaskan hingga
tercapai kesetimbangan yang ditandali dengan munculnya gelembung-gelembung
kecil dari dasar wadah larutan serta pada saat suhu mencapai 77. Pemanasan
dilakukan sampai suhu 77 karena pada suhu tersebut ester yang terbentuk,
berupa etil asetat akan menguap. Selain itu dikhawatirkan etanol akan menguap
karena titik didih etanol yaitu 78 sangat berdekatan dengan titik didih etil asetat.
Sehingga apabila suhunya melebihi 78 maka etanol akan menguap. Adapun
persamaan reaksi pembentukan ester dari asam asetat dan etanol yaitu:
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
Larutan kemudian dimasukkan dalam corong pisah lalu ditambah dengan
natrium karbonat yang berfungsi mengikat asam sulfat dan asam asetat yang tidak
bereaksi. Adapun persamaan reaksinya yaitu:
Na2CO3 + H2SO4 Na2SO4 + H2CO3
Na2CO3 + CH3COOH CH3COONa + H2CO3
H2CO3 H2O + CO2
Setelah penambahan Kristal, larutan kemudian dikocok agar reaksi antara natrium
karbonat dengan asam sulfat dan asam asetat dapat berjalan sempurna. larutan
selanjutnya dipisahkan dari endapan yang terbentuk menggunakan mulut corong
pisah. Larutan etil asetat kemudian diukur volume yang dihasilkan dari reaksi
yang terjadi. Adapun volume yang diperoleh pada corong pisah yang pertama
yaitu 41 mL dan pada corong kedua sebanyak 48 mL. perbedaan volume yang
diperoleh dari kedu cororng pisah ini karena pada corong pisah yang pertama
ditambahkan natriumkarbonat yang lebih banyak sehingga asam yang diikat juga
lebih banyak sehingga volume etil asetat berkurang.
Berdasarkan analisis data diperoleh nilai Kc = 0,0178 M-1 yang berarti K<
1. Artinya kesetimbangan berada disebelah kiri dan lebih kepada arah reaktan. Hal
ini sudah sesuai dengan teori bahwa reaksi pembentukan ester dimana
kesetimbangan cenderung kearah reaktan.

I. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulakn bahwa
tetapan kesetimbangan Kc esterifikasi asam asetat sebesar 0,0178 M-1.

J. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar pada saat melakukan
pemanasan agar memperhatikan suhu larutan agar memperoleh ester etil asetat
yang banyak dan murni.
DAFTAR PUSTAKA

Bangkit P.S, Tagora., Sirait dan Iriany. 2012. Penentuan Kondisi Keseimbangan
Unit Leaching pada Produksi Eugenol dari Daun Cengkeh. Jurnal
Teknik Kimia USU. Vol. 1 No. 1.

Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Kadir, Syahraeni., Darmadji., Hidayat dan Supriyadi. 2011. Kesetimbangan


Adsorpsi Fenol dari Asap Cair Tempurung Kelapa Hibrida pada Arang
Aktif. Agritech. Vol. 31. No. 1.

Laboratorium Dasar proses Kimia. 2003.Buku Panduan Praktimun Kimia Fisika.


Depok: Depertemen Teknik Gas dan Petrokimia.

Sari, Ni Ketut. 2010. Vapor-Liquid Equilibrium (Vle) Water-Ethanol from


Bulrush Fermentantion. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 5. No. 1.

Sumarni, Ni Ketut. 2013. Buku Ajar Kimia Dasar. Tadulako: Unit Pelaksana
Teknis Laboratorium Dasar.

Tim Dosen Kimia Fisika. 2003. Kimia Fisika 2. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai