Anda di halaman 1dari 13

A.

Judul Percobaan
Penentuan Kalor Reaksi
B. Tujuan Percobaan
Menetukan kalor pelarutan pelarutan integral CuSO4 dan CuSO4.5 H2O
dengan menggunakan kalorimeter sederhana.
C. Landasan Teori
Salah satu aplikasi hukum termodinamika didalam bidang kimia adalah
adalah termokimia. Termokimia yaitu ilmu yang mempelajari kalor yang
menyertai perubahan fisik atau reaksi kimia. Untuk menyatakannya biasanya
dengan kata-kata kalor ditambah dengan proses yang menyertainya. Misalnya
kalor pelarutan yaitu kalor yang menyertai proses perubahan fisik zat terlarut
kedalam pelarutnya (biasanya yang dibahas berupa pelarut cair). Kalor
pembakaran yaitu kalor yang dihasilkan reaksi pembakaran suatu zat dan
sebagainya (Rohman, 2000: 69).
Penyerapan dan pelepasan kalor yang menyertai suatu reaksi dapat diukur
secara eksperimen. Alat ukurnya disebut kalorimeter. Setiap kalorimeter memiliki
sifat khas dalam mengukur kalor. Ini terjadi karena komponen-komponen alat
kalorimeter sendiri (wadah logam, pengaduk, termometer) menyerap kalor,
sehingga tidak semua kalor yang terjadi terukur. Oleh karena itu jumlah kalor
yang diserap kalorimeter (kapasitas kalor dari kalorimeter biasa juga disebut
tetapan kalorimeter, K) perlu diketahui terlebih dahulu (Tim Dosen Kimia Fisik,
2017: 2)
Kalor biasanya dilambangkan dengan q atau Q merupakan salah satu
bentuk energi yang dapat dipertukarkan oleh sistem dan lingkungan karena
adanya perubahan suhu. Untuk memudahkan pemahaman penggunaan nilai kalor
yang dipertukarkan antara sistem dan lingkungan harus konsisten dengan suatu
perjanjian-perjanjian Q bernilai positif apabila sistem menerima kalor dari
lingkungan. Sebaliknya Q bernilai negatif bila sistem melepaskan kalor ke
lingkungan. Kalor yang diserap sistem untuk menaikkan suhunya satu derajat
disebut kapasitas kalor, biasanya dinyatakan dengan simbol C secara matematis
dirumuskan:

=

(Rohman, 2000: 39).
Jika benda menerima kalor, maka kalor itu digunakan untuk menaikkan
suhu benda atau berubah wujud. Benda yang berubah wujud dapat berubah
mencair, atau menguap. Perubahan kalor pada suatu reaksi dapat diukur melalui
pengukuran perubahan suhu yang terjadi pada reaksi tersebut. Nilai kalor adalah
jumlah energi yang dilepaskan pada proses pembakaran persatuan volume atau
oersatuan massanya. Nilai kalor bahan bakar menetukan jumlah konsumsi bahan
bakar tiap satuan waktu (Tazi, 2011: 165-166).
Terdapat dua nilai pada kalor pembakaran yaitu nilai kalor atas dan nilai
kalor bawah. Nilai kalor atas adalah kalor yang dihasilkan apabila semua air yang
mula-mula berwujud cair setelah pembakaran mengembun menjadi cair kembali.
Sedangkan nilai kalor bawah adalah besarnya sama dengan nilai kalor atas
dikurangi kalor yang diperlukan oleh air yang terkandung dalam bahan bakar dan
air yang terbentuk dari pembakaran bahan bakar untuk menguap pada 250C dan
tekanan tetap (Raharjo, 2007: 170).
Jika kerja yan dilakukan sistem hanya dipandang sebagai kerja tekanan
dan volume, kalor reaksi yang diukur pada tekanan tetap dinyatakan dengan
perubahan entalpi, H sementara itu kalor reaksi yang diukur pada volume tetap
dinyatakan dengan perubahan energi U. Hubungan kedua besaran tersebut pada
tekanan tetap dinyatakan:
= +
Dan untuk reaksi yang berkaitan dengan perubahan jumlah mol gas dengan
asumsi gas ideal persamaan menjadi
= +
(Tim Dosen Kimia Fisik, 2017: 1).
Entalpi mutlak zat-zat tidaklah diketahui, tetapi harga relatif entalpi-
entalpi dapat diperoleh dengan memilih suatu keadaan rajukan untuk entalpi dan
kemudian mengukur dengan tepat perubahan entalpi dari reaksi-reaksi. Keadaan
rujukan universal ialah unsur dalam keadaan standarnya pada suhu 250C. Dengan
perjanjian, entalpi pembentukan dari suaatu unsur dalam keadaan standarnya
ddiberi harga nol. Perubahan entalpi merujuk pada suatu tekanan konstan. Bila
entalpi merujuk pada perubahan kalor selama proses yang dilakukan pada suatu
tekanan konstan. Bila entalpi pereaksi lebih besar daripada produk reaksi itu
membebaskan kalor atau reaksi eksoterm, sedangkan jika entalpi produk lebih
besar daripada pereaksi maka reaksi berlangsung endoterm atau menyerap
kalor (Keenan, 1984: 477).
Selain kalor reaksi, penyerapan atau pelepasan kalor dapat juga terjadi
pada proses-proses fisik, diantaranya adalah pada proses pelarutan suatu zat
didalam pelarutnya. Atau penambahan zat terlarut kedalam zat pelarut. Ada dua
jenis kalor pelarutan yaitu kalor pelarutan integral dan kalor pelarutan differensial.
Kalor pelarutan integral adalah kalor yang dilepaskan untuk diserap ketika satu
mol zat dilarutkan dalam n mol pelarut. Sedangkan kalor pelarutan differensial
adalah kalor yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol zat dilarutkan dalam
satu mol pelarut (Tim Dosen Kimia Fisik, 2017: 1).
Kalor pelarutan disebut juga dengan entalpi pelarutan dan diberi lambang
. Besarnya tergantung dari jenis zat padat dan umunnya dinyatakan
dalam satuan kkal/mol atau kJ/mol. Melarutnya zat padat terjadi pada temperatur
tertentu yang disebut temperatur leleh dengan lambang T0. Kelarutannya suatu zat
padat umumnya akan bertambah dengan naiknya temperatur dan akan terhenti
dengan sendirinya pada saat kesetimbangan antara tekanan uap dan tekanan uap
larutannya tercapai. Saat setimbang terdapat kesetimbangan antara potensial kimia
dari zat dalam larutannya dan potensial kimia padatannya. (Salempa, 2005: 52).
Tetapan kalorimeter dapat ditentukan dengan mengukur suhu campuran
(Tc) air dingin (dengan suhu kamar T1) dan air panas (dengan suhu tertentu, T2)
yang dicampurkan didalam kalorimeter. Dari suhu campuran tersebut dapat
diturunkan satu hubungan matematis yang berguna untuk mengetahui nilai tetapan
kalorimeter dengan rumus:
( ) (
=

(Tim Dosen Kimia Fisik, 2017: 2).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Kalorimeter 1 set
b. Termometer 110 0C 2 buah
c. Gelas kimia 50 mL 1 buah
d. Gelas kimia 100 mL 1 buah
e. Gelas ukur 100 mL 1 buah
f. Bunsen 1 buah
g. Kaki Tiga dan asbes 1 buah
h. Lumpang dan alu 1 buah
i. Eksikator 1 buah
j. Spatula 1 buah
k. Pipet tetes 2 buah
l. Cawan penguap 1 buah
m. Stopwatch 1 buah
n. Neraca Analitik 1 buah
o. Spatula 1 buah
p. Botol Semprot 1 buah
q. Lap kasar dan lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Aquades (H2O)
b. Kristal Tembaga Sulfat PentaHidrat (CuSO4 . 5H2O)
c. Kristal Tembaga Sulfat Anhirat (CuSO4)
d. Tissue
e. Korek Api

E. Prosedur Kerja
1. Penentuan tetapan kalorimeter
a. 50 ml air dimasukkan kedalam kalorimeter kemudian dicatat suhunya dari
menit pertama hingga menit kelima.
b. 50 ml air dipanaskan dalam gelas kimia lam gelas kimia yang suhunya 40
o
C.
c. 50 ml air panas dimasukkan ke dalam kalorimeter yang berisi air dingin tepat
pada waktu menit ke enam.
d. Mencatat suhu air dalam calorimeter setiap 1 menit sambil terus di aduk
e. suhu air dalam kalorimeter dicatat setiap satu menit sambil terus diaduk. dari
menit keenam hingga menit kesepuluh. Pencatatan dilakukan hingga
diperoleh suhu yang relatif tetap.
f. Kurva hubungan antara waktu dengan suhu dibuat untuk memperoleh suhu
campuran yang tepat.
2. Penentuan kalor pelarutan Integral CuSO4 dan CuSO4 . 5H2O
a. 10 g kristal CuSO4 . 5H2O ditimbang kemudian kristal digerus sampai halus.
b. 5 g kristal CuSO4 . 5H2O ditimbang secara teliti.
c. Kalorimeter disiapkan (yang telah ditentukan tetapannya). Kemudian 100 ml
aquades dimasukkan kedalam kalorimeter tersebut.
d. Suhu dicatat setiap 1 menit sebanyak 5 kali pembacaan.
e. 5 g serbuk halus CuSO4.5H2O ditambahkan kedalam kalorimeter tersebut dan
diaduk terus.
f. Suhu dicatat saat Kristal ditambahkan, kemudian di lanjutkan dengan
pembacaan suhu setiap satu menit sampai diperoleh suhu yang relatif tetap.
g. 5 gram Kristal CuSO4.5H2O dipanaskan kemudian diaduk perlahan sampai
semua hidratnya menguap seluruhnya yang ditandai dengan berubah warna
serbuk dari biru menjadi putih.
h. Serbuk didinginkan dieksikator.
i. Dengan menggunakan CuSO4 anhidrat langkah b-f diulangi.

F. Hasil Pengamatan
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
Volume air dingin = 50 ml
Volume air panas = 50 ml
Suhu awal (T1) = 29 oC
Suhu aquades panas (Tc) = 45 0C
Perubahan suhu
Menit ke- 1 2 3 4 5 6 7 8
Suhu 0C 35 34 33 33 33 33 33 33

2. Penentuan kalor integral CuSO4.5H2O


Volume air dingin = 100 ml
Massa CuSO4.5H2O = 5,005 gram
Suhu awal (T1) = 29 0C
Perubahan suhu
Menit ke- 1 2 3 4
Suhu 0C 29 29 29 29

3. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4 anhidrat


Volume air dingin = 100 ml
Massa CuSO4.5H2O = 3,727 gram
Suhu awal T1 = 29 0C
Perubahan suhu
Menit ke- 1 2 3 4 5
Suhu 0C 33 32 32 32 32

G. Analisis Data
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
Dik : V air dingin = 50 mL
V air panas = 50 mL
T2 air panas = 45 oC = 318 K
T1 air dingin = 29oC = 302 K
Tc campuran = 33oC = 306 K
C air = 4,2 J/g. K
Dit : K?
Peny : m air panas = m air dingin = x V
= 1 g/mL x 50 mL
= 50 gram
( ) ( )
=

50 4,2 J/g. K(318 306) 50 4,2 J/g. K(306 302)


=
306 302

2520 840
=
4
= 420 /
2. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4.5H2O
Dik : T air dingin = 29oC = 302 K
T campuran = 29 oC = 302 K
V air = 100 mL
air = 1 gram/mL
Mr CuSO4.5H2O = 249,5 gram/mol
m CuSO4.5H2O = 5,005 gram
Dit : H1 CuSO4.5H2O?
Peny :
5,005
n CuSO4.5H2O = = = 0,02
249,5

Kalor yang diserap calorimeter (Q1)


Q1 = K x T
= 420 J/K x 0 K
= 0J
Kalor yang diserap air (Q2)
Q2 = m.c. T
= 100 gram x 4,2 J/g.K (0)
= 0J
Kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O (H1)
1+2 0+0
H1 = = = 0 /
4.52 0,0203
3. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4 anhidrat
Dik : Tair dingin = 29oC = 302 K
Tcampuran = 32oC = 305 K
Vair = 100 mL
air = 1 gram/mL
Mr CuSO4 = 161 gram/mol
m CuSO4.5H2O = 3,727 gram
Dit : H1 CuSO4 anhidrat?
Peny :
3,727
n CuSO4 = = = 0,0231
161

Kalor yang diserap calorimeter (Q1)


Q1 = K x T
= 420 J/K x (305-302) K
= 420 J/K x 3 K
= 1260 J
= 1,260 kJ
Kalor yang diserap air (Q2)
Q2 = m.c.T
= 100 gram x 4,2 J/g.K .3 K
= 1260 J
= 1,260 kJ
Kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat (H2)
1+2 (1,260 +1,260)
H2 = = = 109,0909 /
4 0,0231

Kalor pelarutan air


= . 5
= 0 109,0909 kJ/mol
= -109,0909 kJ/mol
Reaksi yang terjadi
CuSO4 + 5H2O CuSO4. 5H2O
=
= 0 kj/mol (109,0909 + 5 (-109,0909) kJ/mol
= 0 kJ/mol + 436,3636 kJ/mol
= 436,3636 kl/mol

H. Grafik
1. Penentuan tetapan kalorimeter

grafik 1. penentuan tetapan kalorimeter


35.5
35
34.5
34
33.5
33
32.5
0 2 4 6 8 10

2. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 .5 H2O

Grafik 2. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4 .5


H2O
40
30
suhu (0C)

20
10
0
1 2 3 4 5
Menit

3. Penentuan kalor Pelarutan Integral CuSO4 anhidrat

Grafik 3. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4


anhidrat
33.5
33
suhu (0C)

32.5
32
31.5
1 2 3 4 5
Menit
I. Pembahasan
1. Penentuan Tetapan kalorimeter
Tetapan kalorimeter merupakan jumlah kalor yang diserap oleh
kalorimeter untuk menaikkan suhunya 10C. Tetapan kalorimeter harus diketahui
nilainya karena komponen-komponen alat kalorimeter misalnya termometer,
batang pengaduk atau bahkan kalorimeter itu sendiri dapat menyerap kalor yang
besarnya tidak dapat diukur perubahan kalor yang terjadi pada reaksi kimia
maupun proses fisik, dapat diukur dengan suatu alat yang disebut kalorimeter.
Kalorimeter memiliki sifat khas dalam mengukur kalor. Hal ini terjadi karena
komponen-komponen alat kalorimeter dapat menyerap kalor sehingga tidak
semua kalor yang terjadi dapat terukur. Prinsip dasar penentuan tetapan
kalorimeter yaitu proses penyerapan atau pelepasan kalor. Jadi jika terdapat suhu
yang berbeda kemudian dicampurkan maka suhu yang rendah akan menyerap
kalor dan suhu yang tinggi akan melepaskan kalor. Adapun prinsip kerjanya yaitu
pengukuran perubahan suhu dimana dilakukan pencampuran antara air dan air
panas lalu diaduk hingga diperoleh suhu yang konstan. Tujuan pengadukan yaitu
untuk menyempurnakan proses pencampuran antara air dan air panas. Dalam
percobaan ini digunakan kalorimeter sederhana karena kalorimeter ini lebih
sederhana dan sering digunakan untuk mengukur kalor dan reaksi yang
berlangsung dalam larutan.
Penentuan tetapan kalorimeter dilakukan dengan memasukkan air panas
kedalam kalorimeter yang berisi air dingin yang telah ditentukan suhu larutannya.
Dalam proses mengukur suhu campuran harus dilakukan pengadukan agar
campuran yang ada dalam kalorimeter yang berisi air dingin yang telah ditentukan
suhu konstannya merata. Adapun suhu konstan untuk air dingin yaitu 290C dan
suhu campuran (Tc) adalah 330C. Berdasarkananalisi data nilai tetapan kalorimeter
yang diperoleh adalah 420 kJ/K.
2. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4. 5H2O
Percobaan ini bertujua untuk menentukan banyaknya kalor yang diserap
atau dilepas ketika satu mol zat CuSO4 dilarutkan dalam 1 mol pelarut. Percobaan
ini dilakukan dengan menggunakan serbuk CuSO4. 5H2O. Pada penentuan kalor
pelarutan integral CuSO4. 5H2O zat ini ditimbang kemudian dihaluskan terlebih
dahulu. Tujuan dihaluskan yaitu supaya serbuk kristal CuSO4. 5H2O mudah larut
dalam air karena ukuran partikelnya semakin kecil. Dilarutkan dengan air karena
CuSO4 dan air memiliki kepolaran yang sama yaitu polar sehingga CuSO4 mudah
larut dalam air. Setelah itu, serbuk halus tersebut dimasukkan kedalam
kalorimeter yang berisi air dingin yang telah diketahui suhu konstannya dan
dicatat sebagai suhu awal (T1) dan suhu campuran (Tc) ditentukan dari suhu
campuran air dan zat CuSO4. 5H2O benar-benar larut dan tidak mengendap
setelah diperoleh suhu konstan maka pencatatan dihentikan. Suhu tersebut
merupakan suhu campuran (Tc). Adapun besarnya kalor pelarutan integral untuk
CuSO4.5H2O yang diperoleh yakni 0 kJ/mol. Hal ini berarti reaksi yang
berlangsung tidak menyerap kalor. Hal ini belum sesuai dengan teori bahwa
ketika ditambahkan senyawa yang mengandung air kedalam calorimeter maka
suhu akan turun. Hal ini disebabkan karena proses pengadukan yang tidak
sempurna sehingga mempengaruhi kelarutan CuSO4.5H2O.
3. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat
Percobaan ini bertujua untuk menentukan banyaknya kalor yang diserap
atau dilepas ketika satu mol zat CuSO4 dilarutkan dalam 1 mol pelarut. Percobaan
ini dilakukan dengan menggunakan serbuk CuSO4. 5H2O yang telah diuapkan.
Tujuan penguapan tersebut adalah untuk menguapkan kandungan air dalam
serbuk CuSO4 yang ditandai dengan berubahnya warna serbuk dari warna biru
menjadi putih. Terjadinya perubahan warna karena pada saat dipanaskan air dari
CuSO4. 5H2O menguap sehingga terjadi perubahan warna serbuk putih yang
diperoleh kemudian didinginkan dieksikator. Fungsi eksikator yaitu untuk
mempercepat proses pendinginan serta menyerap uap air yang terkandung pada
kristal karena dibagian bawah eksikator terdapat silika gel yang dapat menyerap
air. Setelah dingin serbuk ditimbang kemudian dilarutkan dalam kalorimeter
seperti yang dilakukan pada penentuan kalor pelarutan CuSO4. 5H2O. Pada
percobaan ini diperoleh kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat adalah 109,0909
kJ/mol artinya dalam setiap mol zat terlarut yang dilarutkan dalam satu mol
pelarut sistem menyerap kalor sebesar 109,0909 kJ/mol dengan reaksi adalah
436,3636 kJ/mol. Reaksinya yaitu:
CuSO4. 5H2O CuSO4 + 5H2O
Percobaan ini dilakukan untuk membandingkan harga kalor pelarutan
integral CuSO4. 5H2O dengan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat. Pada
penentuan kalor pelarutan integral CuSO4. 5H2O diperoleh nilai kalor 0 kj/mol.
Hal ini disebabkan karena kesalahan praktiakan dalam proses pengadukan yang
tidak merata. Sedangkan pada penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat
diperoleh 109,0909 kJ/mol. Nilai CuSO4. 5H2O lebih kecil daripada nilai
CuSO4 anhidrat. Dari hasil percobaan ini diperoleh grafik hubungan antara waktu
dan suhu pada penentuan tetapan kalorimeter dan penentuan kalor pelarutan
tetapan integral CuSO4 anhidrat dan CuSO4. 5H2O.

J. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulakn bahwa nilai tetapan
kalorimeter yang digunakan adalah 420 J/K. untuk kalor pelarutan integral
CuSO4.5H2O diperoleh 0 kJ/mol sedangkan kalor pelarutan integral CuSO4
anhidrat sebesar 268,80 kJ/mol.
2. Saran
Diharapkan untuk praktikan selanjutnya Supaya suhu kalorimeter dijaga
baik, agar pertukaran suhu sistem dengan lingukangan terjadi sedikit mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Keenan, kleinfelter, woodA. Hadyana Pudjaatmaka. 1984. Kimia Untuk


Universitas. Jakarta: Erlangga.

Raharjo, Wahyu Purwo. 2007. Pemanfaatan Tea dalam Proses Penjernihan Oli
Bekas Sebagai Bahan Bakar Pada Peleburan Aluminium. Jurnal Penelitian
Sains & Teknologi, Vol 8 (2).
Rohman, Ijang. 2004. Kimia Fisik I. Jakarta:JICA.

Salempa, Pince. 2005. Penetapan Kelarutan dan kalor pelarutan zat padat dengan
teknik volumetri. Chemica. Vol 1. No. 2.

Tazi, Imam & Sulistiana. 2011.Uji Kalor Bahan Bakar Campuran Bioetanol dan
Minyak Goreng Bekas. Jurnal Neutrino. Vol 3 (2).

Tim Dosen Kimia Fisik 1. 2017. Penuntun Praktikum Kima Fisik 1. Makassar:
Laboratorium Kimia FMIPA UNM.

Anda mungkin juga menyukai