Anda di halaman 1dari 22

I.

Judul Percobaan : Termokimia


II. Hari/Tanggal Percobaan : Rabu/04 November 2105; 13.00
III. Selesai Percobaan : Rabu/04 November 2015; 15.30
IV. Tujuan Percobaan
1. Membuktikan bahwa setiap reaksi kimia disertai penyerapan atau
pelepasan kalor.
2. Menghitung perubahan kalor yang terjadi dalam berbagai reaksi kimia.
V. Tinjauan Pustaka
Termokimia merupakan salah satu kajian khusus dari Termodinamika,
yaitu kajian mendalam mengenai hubungan antara kalor dengan bentuk
energi lainnya. Termodinamika adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara energy panas dengan energi kimia. Energi kimia didefinisikan
sebagai energi yang dikandung setiap unsur atau senyawa. Perubahan energi
dapat terjadi dalam suatu sistem maupun lingkungan.Dalam termodinamika,
kita mempelajari keadaan sistem, yaitu sifat makroskopis yang dimiliki
materi, seperti energi, temperatur, tekanan, dan volume. Keempat sifat
tersebut merupakan fungsi keadaan, yaitu sifat materi yang hanya
bergantung pada keadaan sistem, tidak memperhitungkan bagaimana cara
mencapai keadaan tersebut. Artinya, pada saat keadaan sistem mengalami
perubahan, besarnya perubahan hanya bergantung pada kondisi awal dan
akhir sistem, tidak bergantung pada cara mencapai keadaan tersebut.
Perubahan energi dalam (U) dapat dinyatakan dalam persamaan U
= Uf Ui, dimana Uf adalah energi dalam setelah mengalami suatu proses
dan Ui adalah energi dalam sebelum mengalami suatu proses. Perubahan
energi dalam (U) merupakan fungsi keadaan. Energi dalam (U) akan
bertambah jika sistem menerima kalor dari lingkungan dan menerima usaha
(kerja) dari lingkungan. Sebaliknya, energi dalam (U) akan berkurang jika
sistem melepaskan kalor ke lingkungan dan melakukan kerja (usaha)
terhadap lingkungan. Dengan demikian, hubungan antara kalor, usaha
(kerja), dan perubahan energi dalam (U) dapat dinyatakan dalam
persamaan sederhana berikut:

U = Q + W

Kalor adalah perpindahan energy termal. Kalor mengalir dari satu


bagian ke bagian yang lain atau dari satu sistem ke sistem yang lain, Karena

1
adanya perbedaan temperature. Aliran kalor yang terjadi dalam reaksi kimia
dapat dijelaskan melalui konsep system lingkungan. Sistem adalah bagian
spesifik (khusus) yang sedang dipelajari oleh kimiawan. Reaksi kimia yang
sedang diujicobakan (reagen-reagen yang sedang dicampurkan) dalam
tabung reaksi merupakan sistem. Sementara, lingkungan adalah area di
luar sistem, area yang mengelilingi sistem. Dalam hal ini, tabung reaksi,
tempat berlangsungnya reaksi kimia, merupakan lingkungan.
Ada tiga jenis sistem. Sistem terbuka, mengizinkan perpindahan
massa dan energi dalam bentuk kalor dengan lingkungannya. Sistem
tertutup, hanya mengizinkan perpindahan kalor denganlingkungannya,
tetapi tidak untuk massa. Sedangkan sistem terisolasi tidak mengizinkan
perpindahan massa maupun kalor dengan lingkungannya.

Pembakaran gas hidrogen dengan gas oksigen adalah salah satu


contoh reaksi kimia dapat menghasilkan kalor dalam jumlah besar. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:

2 H2(g) + O2(g) 2 H2O(l) + energi

kalor yang dihasilkan dari reaksi pembakaran ini sesungguhnya


merupakan hasil perpindahan kalor dari sistem menuju lingkungan. Ini
adalah contoh reaksi Eksoterm, yaitu reaksi yang melepaskan kalor, reaksi
yang memindahkan kalor ke lingkungan.

Penguraian (dekomposisi) senyawa raksa (II) oksida hanya dapat


terjadi pada temperatur tinggi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

energi + 2 HgO(s) 2 Hg(l) + O2(g)

Reaksi ini adalah salah satu contoh dari reaksi Endoterm, yaitu reaksi
yang menyerap (membutuhkan) kalor, reaksi yang memindahkan kalor
dari lingkungan ke sistem.

2
Reaksi eksoterm merupakan reaksi yang memancarkan (melepaskan)
kalor saat reaktan berubah menjadi produk. Pada reaksi endoterm, terjadi
penyerapan kalor pada perubahan dari reaktan menjadi produk.

Besarnya kalor reaksi bergantung pada jumlah zat yang bereaksi,


keadaan fisika, temperature, tekanan, jenis reaksi ( P tetap atau Vteap ). Kalor
reaksi adalah kaor yang menyertai suatu reaksi dengan koefisien yang paling
sederhana (Oxtoby.dkk, 2001). Ditinjau dari jenis reaksi, terdapat beberapa
jenis reaksi diantaranya :

1. Kalor Pembentukan (Hf)


Kalor pembentukan adalah kalor yang menghasilkan atau diperlukan
untuk pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya (unsur yang
berupa gas ditulis dengan rumus molekulnya)
Contoh : O2, H2, Cl2, Br2
2. Kalor Penguraian (Hd)
Kalor penguraian adalah kalor yang dihasilkan atau diperlukan untuk
menguraikan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya.
3. Kalor Pembakaran (Hc)
Kalor yang dihasilkan atau diperlukan untuk membakar 1 mol zat
(unsur /senyawa).
4. Kalor Netralisasi (Hn)
Kalor netralisasi adalah kalor yang dihasilkan atau diperlukan untuk
membentuk 1 mol H2O dari reaksi antara asam dan basa. Kalor
netralisasi termasuk reaksi eksoterm karena pada reaksi ini terjadi
kenaikan suhu.
5. Kalor Pelarutan (Hs)
Kalor pelarutan adalah kalor yang dihasilkan atau diperlukan untuk
melarutkan 1 mol zat padat menjadi larutan.

3
VI. Cara Kerja
Percobaan 1 (Penentuan tetapan kalorimeter)

25 mL air 25 mL air

Dimasukkan kedalam gelas


Dimasukkan kedalam
kimia
kalorimeter
Dipanaskan sampai
Dicatat temperaturnya
kenaikkan suhu 100 C dari
suhu kamar
T1
T Dicatat temperaturnya
2

Dimasukkan kedalam kalorimeter

Dikocok
Dicatat temperatur maksimum yang konstan

4
Percobaan 2 (Penentuan kalor reaksi Zn-CuSO4)

25 mL CuSO4 0,2M Serbuk Zn

Ditimbang
Dimasukkan kedalam
sampai 0,5
kalorimeter
gram
Dicatat temperaturnya

0,5 gram Serbuk


Zn

T3

Dimasukkan kedalam kalorimeter

Dicatat temperatur maksimum yang konstan

T4

5
Percobaan 3 (Penentuan kalor penetralan HCl-NaOH)

25 mL HCl 0,5M 25 mL NaOH 0,5M

Dimasukkan kedalam
kalorimeter Dimasukkan kedalam
Dicatat temperaturnya gelas kimia
Diatur temperaturnya
hingga sama dengan
temperatur HCl
T5
Dimasukkan kedalam kalorimeter
Dicatat temperatur campuran yang
maksimum dan konstan

T6

6
VII. Hasil Pengamatan

Perc Sebelum Pecobaan Sesudah Percobaan

Warna Air = Tidak bewarna Warna Air = Tidak Bewarna


1.
T1 = 340C (Air Dingin) T = 380C
T2= 440C (Air Panas)

Warna CuSO4 = Biru Warna Larutan = Abu Abu


2. Warna serbuk Zn = Abu Abu Warna Endapan = Hitam
Suhu CuSO4 (T3) = 430C T4 = 420C

Warna Larutan = Coklat (+)


Warna HCl = Tidak Bewarna
3. Warna Endapan = Coklat (++)
Warna NaOH = Tidak Bewarna
0
T6 = 440C
T5 = 38 C

7
VIII. Analisis Data / Perhitungan / Persamaan Reaksi yang Terlibat
A. Analisis Data

Percobaan 1 : Penentuan Tetapan Kalorimeter


Penetuan tetapan kalorimeter dapat dilakukan dengan cara
mencampurkan air dingin dan air panas yang telah diukur suhunya dengan
selisih 10C kedalam kalorimeter. Setelah dicampurkan, diaduk atau
dikocok, pengadukan ini dilakukan untuk mempercepat jalan nya reaksi
antara air panas dan air dingin. Dilakukan pengukuran suhu selama 10
menit agar dapat mengetahui perubahan kalor yang terjadi. Berdasarkan
data hasil pengamatan penentuan tetapan kalorimeter tersebut, di peroleh
suhu campuran sebesar 380 C dari suhu awal air dingin 340C dan suhu awal
air panas sebesar 440C.
Pada percobaan ini, jumlah kalor yang di serap air dingin sebesar 420
J dan kalor yang di serap air panas sebesar 630 J. Sehingga kalor yang di
serap kalorimeter sebesar 210 J. Tetapan kalorimeter dapat diperoleh
dengan membandingkan jumlah kalor yang diserap pada kalorimeter
dengan perubahan suhu. Dan dari hasil perhitungan, diperoleh tetapan
kalorimeter sebesar 52,5 J/K.

Percobaan 2 : Penentuan Kalor Reaksi Zn - CuSO4


Penentuan reaksi kalor Zn + CuSO4 dapat dilakukan dengan cara
memasukkan larutan CuSO4 0.2 M sebanyak 25 mL kedalam kalorimeter.
Dan dicatat temperaturnya (43 0C). Hal ini bertujuan untuk mengetahui
kenaikan atau penurunan suhu CuSO4 dalam kalorimeter. Kemudian bubuk
Zn yang sudah ditimbang menggunakan neraca ohaus sebanyak 0.5 gr di
masukkan ke larutan CuSO4 dalam kalorimeter. Hal ini bertujuan untuk
mereaksikan Zn dengan CuSO4. Lalu dikocok, pengocokan ini dilakukan
untuk mempercepat jalannya reaksi antara Zn dan CuSO 4. Kemudian
dicatat temperatur setelah pencampuran kurang lebih 10 menit. Pada
percobaan yang telah dilakukan dengan menambahkan Zn, temperatur
larutan di kalorimeter semula mengalami kenaikan tetapi beberapa menit
kemudian temperaturnya turun menjadi 42C.
Pada percobaan ini, jumlah kalor yang di serap kalorimeter sebesar
52.5 J, kalor yang di serap larutan sebesar -2.97 J dan kalor yang

8
dihasilkan sistem reaksi sebesar 55.47 J. Sehingga kalor reaksi yang
dihasilkan dalam satu mol larutan sebesar 11.094 Joule/mol.
Penurunan temperatur pada percobaan 2 ini tidak sesuai dengan teori
yang ada. Dalam teori dijelaskan bahwa reaksi yang berlangsung dalam
Penentuan Kalor Reaksi Zn - CuSO4 bersifat eksoterm,namun hasil
percobaan yang kami peroleh mengalami penurunan temperatur sehingga
reaksinya bersifat endoterm.

Percobaan 3 : Penentuan Kalor Penetralan HCl dan NaOH


Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kalor penetralan HCl dan
NaOH. Percobaan ini dilakukan dengan cara memasukkan 25 mL HCl 0.5
M kedalam kalorimeter. Lalu dicatat temperaturnya (38 0C). Kemudian 25
mL NaOH 1 M dimasukkan ke HCl dalam kalorimeter dan dicatat
temperaturnya. Jika HCl direaksikan dengan NaOH maka akan
menghasilkan NaCl dan air.
Pada percobaan ini, jumlah kalor yang di serap larutan sebesar
16.1622 J, kalor yang di serap kalorimeter sebesar 315 J, dan kalor yang
dihasilkan sistem reaksi sebesar -331.1622 J. Sehingga kalor penetralan
yang dihasilkan dalam satu mol larutan sebesar -26492 J/mol.
Hasil percobaan penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH ini sudah
sesuai dengan teori yang ada. Karena pada reaksi tersebut suhu larutan
meningkat dari suhu awal, hal ini terjadi karena pada saat reaksi terjadi
pelepasan kalor, sehingga pada percobaan ini reaksi yang berlangsung
bersifat Eksoterm.

9
B. Perhitungan

Percobaan 1
Diketahui:
mair= 25 mL= 25 gram
mair panas= 25 mL=25 gram
T1=34oC= 307 K
T2= 44oC= 317 K
T= 38oC= 311 K
Ditanya: K ?
Jawab:

a. q1= mair x kalor jenis air x kenaikan suhu


= 25 gram x 4,2 J/gram K x (T-T1) K
= 25 gram x 4,2 J/gram K x (311-307) K
= 420 J
b. q2 = (mair panas x kalor jenis air x penurunan suhu)
= (25 gram x 4,2 J/gram K x (T2-T) K
= (25 gram x 4,2 J/gram K x (317-311)
= 630 J
c. q3 = q2-q1
= 630 J 420 J
= 210 J

d. K=

K=

K=

K= 52.5 J/K

10
Percobaan 2

Diketahui:
VCuSO4= 25mL= 0,025 Liter
mZn= 0,5 gram
Ar Zn= 65
Mr ZnSO4= 1. Ar Zn + 1. Ar S + 4. Ar O
= 1. 65 + 1. 32 + 4 . 16
= 161
T3= 43oC= 316 K
T4= 42oC= 315 K

Ditanya: Hr ?
Jawab:

Mol Zn = massa / Mr
= 0,5 / 65
= 0,008 mol atau 8 mmol
Mol CuSO4= M x V
= 0,2 x 25 mL
= 5 mmol

CuSO4(aq) + Zn(s) ZnSO4(aq) + Cu(s)

Awal : 5 mmol 8 mmol - -

Reaksi : 5 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol

Sisa :- 3 mmol 5 mmol 5 mmol

Massa ZnSO4= mol x Mr ZnSO4


= 5 x 161
= 805 mg atau 0,805 gram

a. q4 = k (T4-T3)
= 52,5 x (315-316)
= - 52,5 J
b. q5 = mlarutan x kalor jenis larutan x kenaikan suhu
= 0,805 gram x 3,69 J/gram K x (315 - 316)K

11
= - 2,97 J
c. q6 = - (q5+q4 )
= - [ (- 52,5) + (- 2,97 ) ]
= - 55,47 J

d.

= 11,094 J/mol

Percobaan 3
Diketahui:
M larutan campuran= 51,5 gram
Massa jenis larutan = 1,03 gram/mL
Kalor jenis larutan = 3,69 J/gram K.
T5= 38oC = 311 K
T6= 44oC = 317 K

Ditanya: Hn ?

Mol HCl = M x V
= 0,5 x 25 mL
= 12,5 mmol
Mol NaOH = M x V
= 0,5 x 25 mL
= 12,5 mmol

12
Massa larutan campuran = larutan x V
= 1,03 x 50
= 51,5 gram

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Awal : 12,5 mmol 12,5 mmol - -

Reaksi :12,5 mmol 12,5 mmol 12,5 mmoL 12,5 mmol

Sisa : - - 12,5 mmol 12,5 mmol

a. q7 = m larutan x kalor jenis larutan x kenaikan suhu


= 51,5 gram x 3,69 J/gram K x (317-311) K
= 1140,21 J
b. q8 = K x (T6-T5)
= 52,5 x (317-311)
= 315 J
c. q9= - ( q7+q8 )
= - (1140,21 +315)
= -1455,21 J

d.

=
= -116416,8 J/mol

13
C. Persamaan Reaksi
Percobaan 2 ( Penentuan kalor reaksi Zn + CuSO4 )

Zn(s) + CuSO4(aq) = ZnSO4(aq) + Cu

Percobaan 3 (Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH )


HCl(aq) + NaOH(aq) = NaCL(aq) + H2O(l)

14
IX. Pembahasan

Pada percobaan Termokimia kali ini, dilakukan tiga kali percobaan,


yaitu penentuan tetapan kalorimeter, penentuan kalor Zn + CuSO4, dan
penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH ( asam kuat dan basa kuat ).
Percobaan ini menggunakan kalorimeter yang digunakan untuk mengukur
jumlah kalor yang diserap atau yang dilepaskan, dan kalorimeter juga
mempunyai sifat yang khas dalam mengukur panas, karena kalorimeter dapat
menghisap panas yang diserap sehingga semua panas dapat terukur.
Percobaan 1 ( Penentuan tetapan kalorimeter )
Pada percobaan penentuan tetapan kalorimeter digunakan air biasa
dan air panas masing masing sebanyak 25 ml. Suhu air biasa didapatkan
sebesar 34C dan suhu panas sebanyak 44C serta suhu campuran yang
didapat sebanyak 38C. Pada percobaan ini terjadi kesetimbangan termal.

Pada proses ini ternyata tidak terjadi proses kimia, tetapi terjadi
proses fisika. Karena kenaikan temperatur air dingin dapat dihitung dengan
menggunakan pengurangan temperatur maksimum yang konstan dengan
temperatur air dingin. Sedangkan penurunan temperatur air panas dapat
dihitung dengan menggunakan pengurangan temperatur air panas dengan
suhu maksimum konstan.

Pada percobaan ini, jumlah kalor yang di serap air dingin sebesar 420
J dan kalor yang di serap air panas sebesar 630 J. Sehingga kalor yang di
serap kalorimeter sebesar 210 J. Tetapan kalorimeter dapat diperoleh
dengan membandingkan jumlah kalor yang diserap pada kalorimeter
dengan perubahan suhu. Dan dari hasil perhitungan, diperoleh tetapan
kalorimeter sebesar 52,5 J/K.

Percobaan 2 ( Penentuan kalor reaksi Zn + CuSO4 )


Pada percobaan penentuan kalor reaksi Zn dengan CuSO4 diperoleh
suhu larutan CuSO4 sebesar 43C. Setelah dicampurkan serbuk ZnSO4 0.5
gr temperatur larutan semula mengalami kenaikan tetapi beberapa menit
kemudian temperaturnya turun menjadi 43C. Pada percobaan yang telah

15
kami lakukan ini hasilnya tidak sesuai dengan teori. Temperatur larutan
yang kami peroleh semakin menurun yakni dari temperatur 43C turun
menjadi 42C. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada,bahwa kalor
reaksi pada pencampuran Zn - CuSO4 merupakan reaksi yang
membebaskan kalor ( reaksi eksoterm ). Sedangkan pada percobaan yang
kami lakukan kalor reaksi pada pencampuran Zn - CuSO4 merupakan
rfeaksi Endoterm karena dalam reaksi tersebut terjadi penurunan
temperatur yang menunjukkan bahwa adanya kalor yang diserap pada
reaksi tersebut.

Pada percobaan ini, jumlah kalor yang di serap kalorimeter sebesar


-52.5 J, kalor yang di serap larutan sebesar -2.97 J dan kalor yang
dihasilkan sistem reaksi sebesar 55.47 J. Sehingga kalor reaksi yang
dihasilkan dalam satu mol larutan sebesar 11.094 Joule/mol. Persamaan
reaksi antara Zn dengan CuSO4 sebagai berikut :

Zn(s) + CuSO4(aq) = ZnSO4(aq) + Cu

Percobaan 3 (Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH )


Pada percobaan penetralan HCL dengan NaOH, yang bertindak
sebagai system adalah HCL dan NaOH sedangkan yang berperan sebagai
lingkungan adalah air atau sebagai medium pelarut kedua zat tersebut.
Dalam percobaan terjadi reaksi pada system yaitu reaksi antara asam
klorida dengan natrium hidroksida yang menghasilkan garam dan air.
Persamaan reaksi antara HCL dan NaOH adalah sebagai berikut:

HCl(aq) + NaOH(aq) = NaCL(aq) + H2O(l)

Pada reaksi tersebut suhu larutan meningkat dari suhu awal, hal ini
terjadi karena pada saat reaksi terjadi pelepasan kalor, sehingga pada
percobaan ini reaksi yang berlangsung yakni reaksi Eksoterm. Kalor yang
dilepaskan oleh sistem reaksi (NaOH dan HCl) diserap oleh lingkungan
pelarut dan kalorimeter. Akibatnya suhu lingkungan naik yang ditunjukkan
oleh kenaikan suhu larutan. Jadi dalam percobaan tersebut yang diukur
bukanlah suhu sistem, tapi suhu lingkungan tempat terjadinya reaksi.

16
Pada percobaan ini, jumlah kalor yang di serap larutan sebesar
16.1622 J, kalor yang di serap kalorimeter sebesar 315 J, dan kalor yang
dihasilkan sistem reaksi sebesar -331.1622 J. Sehingga kalor penetralan
yang dihasilkan dalam satu mol larutan sebesar -26492 J/mol.

17
X. Diskusi
Pada percobaan kedua, penentuan kalor reaksi Zn-CuSO4 terjadi reaksi
endoterm. Sedangkan berdasarkan hasil teoritis reaksi yang berlangsung
yakni reaksi eksoterm. Hal ini disebabkan karena kalorimeter yang kami
gunakan untuk mengukur kalor kurang tertutup rapat, akibatnya suhu luar
mempengaruhi berlangsungnya reaksi.

18
XI. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
diperoleh nilai tetapan kalorimeter sebesar 52.5 J/K. Pada percobaan
penentuan kalor reaksi Zn + CuSO4 didapat nilai Hr sebesar 11.094 J/mol.
Dan pada percobaan penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH didapat nilai
H sebesar -116416,8 J/mol.

Setiap reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energy dan


perubahan tersebut dapat dicari dengan cara menentukan kalor yang dapat
diperoleh dengan menggunakan metode kalorimeter saat reaksi terjadi pada
kondisi tekanan tetap. Perubahan kalor reaksi sama dengan perubahan energi
entalpi.

19
XI. Daftar Pustaka
Andayani, Pitri. 2014. Laporan Praktikum Kimia Dasar 1. Online. Web
Publikasi:https://www.academia.edu/9512294/LAPORAN_PRAKTIKU
M_KIMIA_DASAR1. Diakses pada tanggal 08 November 2015.
Maharany, Anggraeny.2014. Reaksi Reaksi Kimia Laporan. Online.Web
Publikasi:https://www.academia.edu/9277282/Laporan_Pratikum_Kimi
a_Dasar_1_Termokimia. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2015.
Tim Kimia Dasar 1. 2007. Kimia Dasar 1. Surabaya : Unesa Universty
Press.
Tim Kimia Dasar. 2015. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar 1. Surabaya :
Unesa University Press.

20
XII.Lampiran

Alat

Percobaan 2

Larutan CuSO4 25 mL 0.2 M Temperatur CuSO4 setelah


sebelum direaksikan dimasukkan kalorimeter

Warna serbuk Zn yang direaksikan


Warna larutan ZnSO4 setelah
dengan CuSO4 dimasukkan
dimasukkan kalorimeter
kalorimeter

Percobaan 3

21
Temperatur HCl setelah dimasukkan
kalorimeter Temperatur NaCl yang maksimum
dan konstan

Hasil reaksi Zn + CuSO4


Warna endapan pada percobaan 3

Warna larutan NaCl

22

Anda mungkin juga menyukai