KIMIA DASAR II
TERMOKIMIA
OLEH :
NIM : 1408105045
KELOMPOK 07 B
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
TERMOKIMIA
1. Tujuan Percobaan
Mengenal alat kalorimeter tekanan tetap dan memahami cara kerja alat tersebut
Mampu menggunakan alat tersebut untuk mengukur kalor reaksi suatu larutan
2. Dasar Teori
A. Termokimia dan Kalor reaksi
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan
energi kimia. Sedangkan energi kimia didefinisikan sebagai energi yang
dikandung setiap unsur atau senyawa. Perubahan energi dapat terjadi dalam suatu
sistem maupun lingkungan. Sistem dapat berupa gas, uap air dan uap dalam kontak
dengan cairan ( Atkins, 1990 ). Secara umum sistem dibagi 3 macam yaitu:
1. Sistem terbuka merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya
pertukaran energi dan materi ke lingkungan. Contohnya suatu zat dalam
gelas kimia.
2. Sistem tertutup merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya
pertukaran energi tanpa pertukaran materi ke lingkungan. Contohnya
sejumlah gas dalam silinder yang dilengkapi penghisap.
3. Sistem terisolasi merupakan sistem yang tidak ada pertukaran energi
maupun materi ke lingkungan. ( Brady, 1999 )
Kalor adalah perpindahan energi termal. Kalor mengalir dari satu bagian ke
bagian lain atau dari satu sistem ke sistem lain, karena adanya perbedaan
temperatur. Besarnya kalor reaksi bergantung pada ( Alberty dan Daniels, 1992 ) :
1. Jumlah zat yang bereaksi
2. Keadaan fisika
3. Temperatur
4. Tekanan
5. Jenis reaksi (tekanan tetap atau volume tetap)
B. Entalpi
Perubahan entalpi untuk reaksi kimia bergantung pada keadaan zat-zat yang
terlibat dalam pembentukan karbondioksida dengan pembakaran karbon. Harga
H yang diberikan untuk karbon padat itu adalah dalam bentuk grafik. Harga lain
dari H akan diperoleh jika karbon padat itu dalam bentuk intan. Untuk suatu
cairan atau padatan keadaan standar ialah zat murni 1 atm, sedangkan untuk suatu
gas ialah gas ideal (Keenan, dkk., 1984).
Definisi perubahan entalpi atau yang biasa disebut entalpi reaksi (enthalpy of
reaction) adalah selisih antara entalpi produk dan entalpi reaktan.
H= H produk H reaktan
Entalpi reaksi dapat bernilai positif atau negatif, bergantung pada prosesnya.
Untuk proses endotermik ( kalor diserap oleh sistem dari lingkungan), H bernilai
positif yaitu H>0. Untuk proses eksotermik ( kalor dilepaskan oleh sistem
kelingkungan ), H bernilai negatif yaitu H<0 ( Chang, 2004).
Reaksi kimia yang menyangkut pemecahan atau pembentukan ikatan kimia
selalu berhubungan dengan penyerapan atau pelepasan panas. Reaksi eksotermik
adalah suatu reaksi yang melepaskan energi. Jika reaksi berlangsung pada suhu
tetap berdasarkan perjanjian H akan bernilai negatif karena kandungan panas dari
sistem menurun. Sebaliknya pada reaksi endotermik yaitu reaksi yang
membutuhkan panas berdasarkan perjanjian H akan bernilai positif. Namun
kadang-kadang beberapa buku menggunakan tanda sebaliknya dari yang telah di
uraikan di atas. Karena itu dalam penulisan di bidang termodinamika dianjurkan
untuk selalu mencantumkan penggunaan tanda yang akan di gunakan (Bird, 1993).
C. Kalorimetri
Dalam laboratorium pertukaran kalor dalam proses fisika dan kimia diukur
dengan kalorimeter yaitu suatu wadah tertutup yang dirancang secara khusus untuk
tujuan ini. Pembahasan tentang kalorimetri pengukuran perubahan kalor akan
bergantung pada pemahaman tentang kalor jenis dan kapasitas kalor. Kalor jenis
suatu zat adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaiikan suhu satu gram
zat sebesar satu derajat celcius. Kapasitas kalor suatu zat adalah jumlah kalor yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu sejumlah zat sebesar satu derajat celcius (
Chang, 2004).
Banyaknya kalor yang keluar maupun masuk dari zat adalah :
q = C . t
dimana t adalah perubahan suhu yang diperoleh dari tf ti dimana tf
merupakan temperatur final dan ti adalah temperatur initial.
q = C (tf ti)
Sehingga persamaan kalor spesifik :
q = m . . t
dimana m merupakan massa dalam gram dari zat yang menyerap kalor
dan c = m. (Chang, 1995).
Panas reaksi diukur dengan menggunakan kalorimeter. Dalam rangka
untuk melindungi perubahan suhu dari proses, transfer panas ke kalorimeter
atau penyerapan panas dari kalorimeter harus terjadi secepat mungkin.
Perubahan panas ditunjukkan oleh perubahan suhu kalorimeter.
Qv = - Cv kal x T kal
dimana (kal adalah kapasitas panas kalorimeter) (Aleksishvli dan Sidamonidze,
2002).
Sehingga :
4. Prosedur Percobaan
Percobaan I : Penentuan kapasitas kalor suatu kalorimeter
menyiapkan satu gelas bertutup dengan dua lubang di atasnya untuk tempat
termometer dan batang pengaduk.
larutan HCl 1M sebanyak 50 mL dimasukkan kedalam gelas kimia 100 mL dan
dimasukkan ke dalam kalorimeter dan mengukur temperatur larutan HCl.
Ke dalam gelas kimia yang lain dimasukkan larutan NaOH 1M sebanyak 50 mL
dan dimasukkan ke dalam kalorimeter dan mengukur temperaturnya.
Kedua larutan dicampur ke dalam gelas kimia dan dimasukkan ke dalam
kalorimeter dan mencatat temperatur maksimalnya.
Percobaan dilakukan dua kali.
6. Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengenal alat kalorimeter tekanan tetap dan
memahami cara kerja alat tersebut serta agar mampu menggunakan alat tersebut untuk
mengukur kalor reaksi suatu larutan. Percobaan ini dilakukan dengan dua percobaan.
Untuk percobaan pertama adalah penentuan kapasitas kalor suatu kalorimeter.
Percobaan ini dilakukan dua kali dengan larutan yang sama. Larutan yang digunakan
adalah larutan HCl 1M dan larutan NaOH 1M. Sebelum percobaan, kalorimeter
disusun terlebih dahulu dengan menggunakan gelas bertutup yang mempunyai dua
lubang di atasnya sebagai tempat termometer dan batang pengaduk. Untuk semua
pengukuran temperatur dilakukan di dalam kalorimeter dengan cara memasukkan
larutan yang berada dalam gelas kimia ke dalam kalorimeter. Larutan pertama yang
diukur adalah 50 mL larutan HCl 1M dan menghasilkan temperatur sebesar 32oC.
Kemudian larutan kedua yang digunakan adalah larutan NaOH 1M sebanyak 50 mL
dan mendapatkan temperatur sebesar 33oC. Selanjutnya kedua larutan dicampur dan
diukur temperaturnya di dalam kalorimeter sambil diaduk dan menghasilkan
temperatur sebesar 38oC. Pada pengulangan kedua untuk temperatur HCl dan NaOH
sama seperti percobaan yang pertama, namun campuran dari larutan HCl dan NaOH
yang kedua menghasilkan temperatur sebesar 37oC. Pada percobaan ini yang bertindak
sebagai sistem adalah HCl dan NaOH. Sedangkan yang bertindak sebagai lingkungan
adalah air dan sebagai medium pelarut kedua zat tersebut. Pada reaksi tersebut suhu
larutan meningkat dari suhu awal, hal ini terjadi karena pada saat reaksi terjadi
pelepasan kalor. Kalor yang dilepaskan oleh sistem reaksi (NaOH dan HCl) diserap
oleh lingkungan pelarut dan material lain (kalorimeter). Akibatnya suhu lingkungan
naik yang ditunjukkan oleh kenaikan suhu larutan.
Reaksinya : HCl + NaOH NaCl + H2O
Dari hasil perhitungan diperoleh kapasitas kalor pada pengamatan pertama
antara HCl dan NaOH didapatkan 0,53796 kJ/0C. Kapasitas kalor pada pengamatan
kedua antara HCl dan NaOH didapatkan 0,75049 kJ/0C. Sehingga kapasitas kalor
kalorimeter rata-rata didapatkan sebesar 0,64422 kJ/0C.
Percobaan kedua yang dilakukan adalah penentuan kalor reaksi larutan. dalam
percobaan ini juga dilakukan dua kali pengulangan. Percobaan menggunakan
serbuk CaCl2 dan aquades. CaCl2 yang digunakan sebesar 5 gram. Hal pertama
yang dilakukan adalah mengukur temperatur aquades 50 mL di dalam kalorimeter
dan menghasilkan temperatur sebesar 31oC. Kemudian di masukkan serbuk CaCl2
sebanyak 5 gram sambil diaduk dan mengukur temperaturnya di dalam
kalorimeter sehingga menghasilkan temperatur sebesar 40oC. Setelah itu
ditambahkan 50 mL aquades lagi dan mengukur temperaturnya dalam kalorimeter
dan menghasilkan temperatur sebesar 36oC. Untuk pengulangan kedua
menghasilkan data pengamatan yang sama. Dari hasil perhitungan diperoleh kalor
reaksi dari pengamatan CaCl2 dengan air adalah sebesar 3,49736 kJ. Dan kalor
pengenceran pada percobaan antara CaCl2 dan air sebesar -4,33416 kJ.
7. Kesimpulan
Suhu campuran antara HCl dan NaOH meningkat dari suhu awal masing-masing
larutan. Hal ini terjadi karena pada saat reaksi terjadi pelepasan kalor. Kalor yang
dilepaskan oleh sistem reaksi (NaOH dan HCl) diserap oleh lingkungan pelarut
dan material lain (kalorimeter).
Kapasitas kalor pada pengamatan pertama antara HCl dan NaOH didapatkan
0,53796 kJ/0C
Kapasitas kalor pada pengamatan kedua antara HCl dan NaOH didapatkan
0,75049 kJ/0C
Kapasitas kalor kalorimeter rata-rata didapatkan sebesar 0,64422 kJ/0C.
Kalor reaksi dari pengamatan CaCl2 dengan air adalah sebesar 3,49736 kJ.
Kalor pengenceran pada percobaan antara CaCl2 dan air sebesar -4,33416 kJ.
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R.A dan Daniel F . 1992 . Kimia Fisika Jilid I Edisi 5 Penerjemah : Sudja . Jakarta:
Erlangga.
Atkins, P.W . 1990 . Kimia Fisika Jilid I Edisi 6 Penerjemah : Kartohadiprojo . Jakarta :
Erlangga.
Bird, T. 1993 . Kimia Fisik untuk Universitas . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Brady, J.C . 1999 . Kimia Universitas : Asas dan Struktur Jilid I Edisi 5 Penerjemah :
Sukmanah, Ramiarti, Anas dan Sally . Jakarta : Binarupa Aksara.
Chang, R. 2004 . Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi 3 Jilid 2 Alih Bahasa: Muhammad
Abdul Kadir Martoprawiro, Ph.D. dkk. Jakarta : Erlangga.
Keenan, CW. Kleifelter, DC & Nood, JH. 1984 . Ilmu Kimia untuk Universitas Edisi 6 Jilid 1
Alih Bahasa : Pudjaatmaka. Jakarta : Erlangga.
Tim Kimia Dasar . 2014 . Penuntun Praktikum Kimia Dasar II . Bali : FMIPA Universitas
Udayana
LAMPIRAN
M1 = Molaritas HCl = 1M
M2 = Molaritas NaOH = 1M
gr
air = 1 mL
c= 4,184 J/g0C
Ditanya : C = ?
Crata-rata = ?
Jawab :
M1 x V1 + M2 x V2 = Mtotal x Vtotal
0,1 = 0,1.Mtotal
0,1
Mtotal = 1
0,1
n=MxV
n = 1 x 0,1
n = 0,1 mol
= -5,62 kJ
= -5620 J
Pengamatan 1 :
qkalorimeter = 2958,8 J
qkalorimeter = C1.t1
2958,8 J = C1 x 5,50C
Pengamatan 2 :
qkalorimeter = C2.t2
3377,2 J = C2 x 4,50C
1 +2
Crata-rata= 2
0,53796 + 0,75049
= 2
= 0,64422 kJ/0C
Jadi, kapasitas kalorimeter rata-rata pada percobaan ini sebesar 0,64422 kJ/0C
Jadi kalor reaksi dari pengamatan ini adalah sebesar 3,49736 kJ. Untuk
pengamatan 2 didapatan hasil yang sama dengan pengamatan 1.