Pada saat titrasi dilakukan akan terjadi perubahan pH pada larutan yang diselidiki
konsentrasinya atau pada larutan yang terdapat dalam labu erlenmeyer. Jika suatu asam
atau suatu basa dititrasi, setiap penambahan pereaksi akan mengakibatkan perubahan
pH. Jika larutan standar atau larutan dalam buret merupakan basa maka pH akan naik,
tetapi jika larutan standar merupakan asam, maka pH larutan akan turun. Suatu grafik
yang diperoleh dengan mengalurkan pH terhadap volume pereaksi yang ditambahkan
disebut kurva titrasi.
Secara umum ada tiga macam titrasi, yaitu titrasi asam kuat oleh basa kuat, titrasi
asam lemah oleh basa kuat, dan titrasi basa lemah oleh asam kuat.
Ada 4 macam perhitungan jika suatu asam dititrasi dengan suatu basa
1. Titik awal, sebelum penambahan basa. pH larutan ditentukan oleh konsentrasi
asam
2. Pada tahap sebelum titik ekivalen
3. Pada titik ekivalen
4. Setelah titik ekivalensi
a. Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat
Sebelumnya telah diberikan contoh melakukan titrasi larutan HCl dengan
larutan NaOH. Larutan HCl adalah larutan asam kuat, sedangkan larutan NaOH
adalah larutan basa kuat.
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Bagaimana kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat? Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan didapatkan data perubahan pH pada reaksi 25 mL larutan HCl
0,1 M dengan larutan NaOH 0,1 M seperti pada tabel 1. pH merupakan hasil
perhitungan dari volume NaOH yang ditambahkan.
Tabel 1. pH pada saat penambahan NaOH 0,1 M pada 25 mL HCl 0,1 M.
Volume NaOH (mL) pH
0 1,00
5 1,18
10 1,37
15 1,60
20 1,95
21 2,06
22 2,20
23 2,38
24 2,95
25 7,00
26 11,20
27 11,59
28 11,75
29 11,87
30 12,22
40 12,36
38
45 12,46
50 12,52
Dengan menganalisis kurva tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada awal
penambahan NaOH kurang berpengaruh terhadap perubahan pH (kurva hampir
mendatar). Setelah itu terjadi loncatan dari pH 3 sampai pH 11.
Titik ekuivalen berada pada pH = 7. Pada saat itu semua larutan HCl habis
bereaksi dengan larutan NaOH, sehingga larutan menjadi netral. Volume NaOH 0,1
M yang diteteskan dari buret pada saat titik ekivalen tercapai adalah 25 mL. Jenis
indikator yang sesuai digunakan pada reaksi asam kuat dengan basa kuat adalah
indikator brom timol blue (BTB). Indikator ini dapat dipakai untuk titrasi asam kuat
dengan basa kuat dan merupakanindikator yang paling ideal, dengan kesalahan titrasi
kecil. Titrasi mencapai pH 7 dengan warna hijau. Ini berarti larutan yang semula
kuning berubah menjadi hijau, tidak perlu sampai menjadi biru.
Ada 4 macam perhitungan jika suatu asam kuat dititrasi dengan suatu
basa kuat
1. Pada awal titrasi, pH larutan ditentukan oleh konsentrasi asam
H Ca
2. Pada tahap sebelum titik ekivalen
H VaMa
- VbMb
Va - Vb
3. Pada titik ekivalen, asam tepat dinetralkan oleh basa,
Vb (ekiv) = Va Ma/Mb
H OH ; H
-
Kw
4. Setelah titik ekivalensi, pH larutan ditentukan oleh konsentrasi OH- berlebih
OH VaMa
- VbMb
Va Vb
Ada 4 macam perhitungan jika suatu asam lemah dititrasi dengan suatu
basa kuat
1. Pada awal titrasi, pH larutan ditentukan oleh konsentrasi asam
H
Ka.c
2. Pada tahap sebelum titik ekivalen
H Ka ccgaram
asam
OH Kw.c
ka
4. Setelah titik ekivalensi, pH larutan ditentukan oleh kelebihan NaOH
OH VbMb
- VaMa
Va Vb
c. Titrasi Asam Kuat dengan Basa Lemah
Titrasi larutan HCl oleh NH4OH adlah titrasi basa lemah oleh asam kuat.
HCl(aq) + NH4OH(aq) → NH4Cl(aq) + H2O(l).
Bagaimana kurva titrasi asam kuat dengan basa lemah? Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan didapatkan data perubahan pH pada reaksi 25 mL larutan HCl
0,1 M dengan larutan NH4OH 0,1 M seperti pada tabel 3. pH merupakan hasil
perhitungan dari volume NH4OH yang ditambahkan.
Tabel 3. pH pada saat penambahan NH4OH 0,1 M pada 25 mL HCl 0,1 M.
H VaMa
- VbMb
Va Vb
3. Pada titik ekivalen, semua asam bereaksi dengan basa
H
Kw. c garam
Kb
4. Setelah titik ekivalensi, dalam larutan terdapat kelebihan basa lemah dan garam
yang terbentuk
OH Kb ccgaram
basa