Anda di halaman 1dari 4

Pada praktikum penetapan khlorida sebagai perak klorida dengan tujuan untuk mengetahui kadar Cl di dalam AgCl.

Ketika klorida padat di timbang di dapatkan 0.276 g, kemudian di masukkan ke dalam gelas piala 250ml. Setelah itu di
tambahkan 0.5 ml HNO3 pekat. Lalu tambahkan AgNO 3 0.1 M perlahan-lahan dan terus di aduk hingga terlihat
endapan. Berdasarkan teori, endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan ke larutan (S)
satu endapan, menurut defenisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan tergantung pada berbagai
kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya. Jelas terlihat bahwa
konsentrasi pelarut sangat berpengaruh dengan proses pengendapan, konsentrasi pereaksi yang kurang tidak menjenuhkan
larutan, artinya nilai dari kspnya lebih besar dari nilai hasil kali kelarutannya. H asil kali kelarutan secara umum dilambangkan
dengan Qc dan cara menghitungnya sama dengan Ksp yaitu merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion yang terurai dalam suatu
garam sukar larut. Perbedaannya, nilai Qc menunjukkan hasil kali kelarutan pada keadaan yang belum bisa dipastikan apakah
larutan tersebut belum jenuh, tepat jenuh atau lewat jenuh (terbentuk endapan) sedangkan Ksp adalah hasil kali konsentrasi ionion yang terurai dalam suatu garam sukar larut pada keadaan maksimum (tepat jenuh). Ketentuannya sebagai berikut :
Jika nilai Qc
Jika nilai Qc=Ksp

maka larutan tersebut tepat jenuh.

Jika nilai Qc>Ksp

maka larutan tersebut lewat jenuh (ditandai dengan terbentuknya endapan karena pelarut tidak

mampu lagi melarutkan zat terlarut yang dalam hal ini adalah garam sukar larut). Setelah terbentuknya endapan,
suspensi kemudian di panaskan hampir mendidih sambil terus di aduk. Tujuan pengadukan adalah apabila tidak
diaduk terus-menerus maka akan mengendap akibat gaya gravitasi bumi. Oleh karena itu suspensi tidak stabil.
Semakin besar ukuran partikel tersuspensi semakin cepat pengendapan itu terjadi. Jaga terus temperature sampai
endapan berkoagulasi dan filtrat jernih (1-3 menit). Perak klorida akan berkoagulasi di dekat titik kesetaraan.
Diamkan beberapa saat agar endapan mengendap dan kemudian untuk memastikan pengendapan telah sempurna,
di tambahkan beberapa tetes perak nitrat pada filtrat. Jika tidak terbentuk endapan, maka perak nitrat itu berlebih.
Setelah itu sisihkan ke tempat yang gelap dan di diamkan selama 1 jam. Hal ini di lakukan untuk mengetahui
kuantitas kasar larutan perak nitrat. Setalah 1 jam, saring endapan dengan kertas saring. Kertas saring di bentuk
menjadi segitiga dengan lipatan dua kali kemudian di taruh di corong. Tujuannya adalah untuk memisahkan suspensi
dengan cairan atau memisahkan zat terlarut dengan zat padat. Cuci endapan 2-3 kali secara dekantansi (pemisahan
zat pada yang tidak ikut terlarut di dalam pelarutnya dengan cara dituangkan, sehingga akibatnya cairan tersebut
akan

terpisah

dari

zat

padat

yang

tercampur)

dengan 10

ml

asam

nitrat

encer.

Tujuan

penggunaan asam nitrat adalah untuk menguji apakah semua AgCl telah terendap. Kemudian pada filtrat di uji
apakah masih terdapat endapan sehingga tidak lagi menimbulkan kekeruhan dengan 1-2 tetes asam klorida 0.1 M.
Taruh endapan dalam oven dengan suhu 1300 - 1500C selama 15 30 menit. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
kristal dari endapan. Setelah di oven, dinginkan dalam desikator. Fungsi desikator adalah untuk mengeringkan dan
mendinginkan sample yang akan di gunakan untuk uji kadar air. Setelah itu, di dapatkan kadar klorida yang ada di
dalam AgCl. Selanjutnya di timbang dan setelah di hitung di ketahui bahwa persen Cl yang di dapatkan sebanyak
26.71%.

Penentuan Kadar Klorida dalam Sampel


a. Proses pengendapan klor dengan larutan AgNO3
Pada percobaan ini dibuat larutan klorida dimana dibutuhkan 0,3 gram padatan klorida yang dilarutkan ke
dalam 150 mL akuades. Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan 0,5 mL HNO 3 dan AgNO3 setetes demi setetes

sampai tetesan AgNO3 tidak menghasilkan endapan. Dengan adanya penambahan HNO 3 dan AgNO3 yang berasal
dari ion yang sama yakni NO3- maka hal ini akan memberikan efek padatan klorida yang ada di dalam larutan
akuades yaitu akan mengurangi kelarutan padatan klorida. AgCl akan mengendap yang hasilnya pada larutan
terbentuk AgCl berwarna putih dengan reaksi sebagai berikut :
Cl- + Ag+
NaCl + AgNO3

AgCl (putih)
AgCl + NaNO3

Larutan selanjutnya dipanaskan, kemudian ditambahkan AgNO 3, penambahan dihentikan jika larutan tidak
membentuk endapan lagi. Larutan yang tidak benar-benar jenuh ini didiamkan ditempat yang gelap, hal ini
dilakukan karena perak klorida peka terhadap cahaya dimana pada reaksinya terjadi penguraian menjadi perak klor,
dengan perak tetap terdispersi sebagai koloid dalam perak klorida tersebut.
b. Proses isolasi dan pengeringan endapan
Pada tahap ini endapan dari hasil percobaan yang sebelumnya disaring. Endapan yang dihasilkan dari percobaan
sebelumnya, di masukkan ke dalam oven pada suhu 120-130 oC dengan tujuan untuk menhilangkan air yang
dikandung sehingga didapatkan endapan klor murni dan endapan tidak lagi menempel pada kertas saring. Air dapat
tertahan dalam suatu partikel selama pembentukan kristal dan air yang telah tertahan dapat dihilangkan pada
temperatur tinggi yaitu dengan cara menguapkannya. Dari hasil perhitungan didapatkan banyaknya klor dalam
campuran sebanyak 0,69 gram dan kadar klornya adalah 53 %.

Dari AgCl di dapatkan kadar Cl yang terkandung adalah 26.71%


Rendemen dalam sampel sebesar 230 %

Hitunglah persen Cl dalam sampel..?


Jawab :
Menghitung persen cl dalam sampel
Dik : berat sampel = 0,3 gram
Berat endapan = 0,69 gram
Peny : Reaksinya
Ag+ + ClAgCl
% Cl = x 100
= x 100
= x 100
= x 100
= 0,53 x 100
= 53
Jadi, persen Cl yang di dapat sebesar 53 %
Menghitung rendemen
Rendemen = x 100 %
= x 100 %
= 2,3 x 100 %
= 230 %

Dit : % Cl dalam sampel ..???

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam
suatu pelarut (solvent) [1]. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut
pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun
terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya
disebut miscible.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat
berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit
terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit
larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam
beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang
disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.
Adapun beberapa tahap dalam analisa gravimetri adalah sebagai berikut :
1.Memilih pelarut sampel Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan di larutkan,
Misalnya : HCl, H2SO4, dan HNO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari logam logam.
2.Pengendapan analit
Pengendapan analit dilakukan dengan memisahkan analit dari larutan yang mengandungnya dengan membuat
kelarutan analit semakin kecil, dan pengendapan ini dilakukan dengan sempurna.Misalnya : Ca+2 + H2C2O4 =>
CaC2O4 (endapan putih)
3.Pengeringan endapan
Pengeringan yang dilakukan dengan panas yang disesuaikan dengan analitnya dan dilakukan dengan sempurna.
Disini kita menentukan apakah analit dibuat dalam bentu oksida atau biasa pada karbon dinamakan pengabuan.
4.Menimbang endapan
Zat yang ditimbang haruslah memiliki rumus molekul yang jelas
Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan kelarutan endapan (Day and Underwood, 2002).

Metode Pengendapan Suatu sampel yang akan ditentukan seara gravimetri mula-mula ditimbang secara kuantitatif,
dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali dengan reagen tertentu. Senyawa yang dihasilkan
harus memenuhi sarat yaitu memiliki kelarutan sangat kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat dianalisis
dengan cara menimbang. Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih besar dari pada pori-pori alat penyaring
(kertas saring), kemudian endapan tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yang mengandung ion sejenis dengan ion
endapan. Hal ini dilakukan untuk melarutkan pengotor yang terdapat dipermukaan endapan dan memaksimalkan
endapan. Endapan yang terbentuk dikeringkan pada suhu 100-130 derajat celcius atau dipijarkan sampai suhu 800
derajat celcius tergantung suhu dekomposisi dari analit. (Underwood. 1998).
Tahap- tahap dari Metode Pengendapan 1. Tambahkan pereaksi pada cuplikan 2. Pisahkan komponen yang akan
dianalisis dengan pengendapan 3. Ditapis
Metoda gravimetri dibedakan menjadi tiga jenis
1. Gravimetri Pengendapan
Dalam larutan ditambahkan senyawa lain sehingga terbentuk senyawa yang sukar larut atau terjadi endapan.
Senyawa yang ditambahkan harus senyawa yang akan bereaksi dengan senyawa yang akan ditentukan kadarnya
dalam campuran
Elektrogravimetri
Pengendapan analit dengan bantuan arus listrik.

Contoh: Pemurnian logam Cu pada sel elektrokimia


CuSO4 yang terlarut dalam air kemudian dielektrolisis dengan elektroda Pt (anoda) dan Cu (katoda). Ion Cu2+ yang
terdapat dalam larutan akan membentuk endapan di katoda. Selisih massa katoda sebelum dan sesuadah elektrolisis
merupakan massa katoda yang terdapat dalam larutan.
Gravimetri Penguapan
Prinsipnya dengan memanfaatkan penguapan analit maupun senyawa lain.
Contoh: Menentukan kadar air dalam cengkeh.
Cengkeh dipanaskan pada suhu 105C selama 2 jam sehingga air yang ada di dalam cengkeh meguap seluruhnya.
Selisih massa cengkeh sebelum dan sesudah pemanasan merupakan massa air.

Anda mungkin juga menyukai