Anda di halaman 1dari 65

TITRASI ASAM BASA

Reaksi Asam Basa


Reaksi Netralisasi adalah reaksi penggaraman dimana
perbandingan mol antara asam dan basa sama maka sifat asam
dan sifat basa saling meniadakan.
Pada reaksi netralisasi jika larutan asam dan larutan basa dalam
jumlah yang ekuivalen, akan dihasilkan suatu larutan yang bersifat
netral ( pH = 7 ). Adapun reaksi netralisasi yang sesungguhnya
adalah reaksi :

OH- + H+ H2O
Reaksi diatas memperlihatkan bahwa 1 mol H+ dinetralkan oleh 1
mol OH-.
Pada reaksi antara asam bivalen ( bervalensi 2 ) dengan basa
monovalen maka 1 mol asam akan menetralkan 2 mol basa
Contoh Reaksi Netralisasi :
a. KOH + HCl KCl + H2O
b. 2KOH + H2SO4 K2SO4 + 2H2O
c. Ca(OH)2 + 2HCl CaCl2 + 2H2O
Pada reaksi antara asam / basa kuat dan asam / basa lemah
dengan perbandingan mol asam basa yang tidak sama, akan
diperoleh larutan yang sifatnya tergantung pada reaktan yang
tersisa. Jika reaktan yang tersisa berupa asam kuat maka larutan
akan bersifat asam dan pH dihitung dengan rumus :
pH = -log[H+]sisa
Sebaliknya jika reaktan yang tersisa basa kuat maka larutan akan
bersifat basa dan pH dihitung dengan rumus :
pOH = -log[OH-]sisa
pH = 14 - pOH
Contoh Soal :
Larutan Ba(OH)2 mempunyai pH 13. Berapa mL larutan HCl 0,2 M
yang harus ditambahkan ke dalam 100 mL larutan Ba(OH)2 supaya
pH-nya menjadi 9.
Jawab :
pH Ba(OH)2 awal = 13
pOH = 14 13 = 1
[OH-] = 10-1
[OH-] = M . valensi basa
10-1 = M . 2
M = 0,5 . 10-1
Ba(OH)2 + 2HCl BaCl2 + 2H2O
Mula mula 5 mmol 2 x mmol
Reaksi 1 x mmol 2 x mmol 1 mmol 2 mmol
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Sisa (5 1x) mmol 1 mmol 2mmol
Msisa = ( 5 1 x ) mmol
-----------------------
(100 + x )mL

pHakhir = 9
pOH = 5
[OH-] = Msisa . valensi basa
10-5 = ( 5 1 x ) . 2
--------------------
100 + x
(100 + x ) . 10-5 = ( 5 0,1 x ) . 2
10-3 + 10-5x = 10 0,2 x
x = 103
------
0,2
= 500 mL Vtotal = 500 + 100 = 600 mL
Latihan
1. Berapa mL larutan NaOH yang pH-nya = 12 harus
dicampur dengan 100 mL larutan H2SO4 yang pH-nya = 3
supaya pH campuran menjadi 11 ?
2. Berapa gram NaOH yang harus ditimbang untuk membuat
20 mL larutan NaOH 0,2 M ? ( Ar Na : 23, O : 16, H : 1 )
Titik Akhir Suatu Titrasi Asam Basa Dapat Ditentukan
Dengan :

1. Perubahan warna indikator yang dipakai

Ostwald pada tahun 1981 menemukan bahwa bentuk yang


tidak terdiosasi dari asam/basa tersebut mempunyai warna
yang berlainan dari warna ionnya

HI + H2O H3O++ In-

InOH OH + In+

Warna A Warna B
Sifat utama indikator

perubahan warna dari asam kewarna basa berlangsung dalam


suatu interval pH yang kecil (biasanya 2 satuan pH yang
dinamakan trayek perubahan warna indikator

Setiap indikator mempunyai trayek perubahan warna


tertentu karena itu untuk titrasi asam basa, dapat
dipilih indikator yang sesuai, yang akan mempunyai
perubahan warna pada titik ekivalen ?.
2. Mengikuti perubahan pH (H+) selama titrasi dengan pH meter

Suatu kurva titrasi digambar dengan memplot pH terhadap ml


pentitrasi. Selama titrasi , pH berubah perlahan-lahan pada
penambahan pentitrasi. Sekitar titik ekivalen terjadi perubahan pH
yang mendadak. Kecepatan perubahan itu ( pH per ml titrasi)
adalah paling besar pada titik ekivalen

Suatu pH meter mengukur pH larutan dari selisih potensial


2 elektroda yang dicelupkan dalam larutan tersebut. Suatu
elektroda gelas bertindak sebagai elektroda indikator,
karena potensialnya sebanding dengan pH larutan. Suatu
elektroda kalomel dipakai sebagai elektroda pembanding,
karena potensialnya tidak bergantung pada pH larutan.
Teori indikator asam basa

Pada reaksi penetralan asam basa kita perlu memakai


penunjuk (indikator)

Indikator asam basa adalah suatu asam atau basa organik


yang mempunyai perbedaan warna dalam bentuk ion atau
molekulnya.

Asam organik adalah suatu asam lemah sehingga dalam air


akan terionisasi sebagian misalnya asam itu H Ind yang
terionisasi sesuai dengan persamaan :

H Ind H++ Ind


Bentuk molekul Bentuk ion
( warna M ) ( warna I )
Tabel III. 2 Memperlihatkan berapa indikator disertai perubahan
pHnya (trayek pH)

Warna
Trayek
No Nama Indikator
Asam Basa pH

1 Biru timol Merah Kuning 1,2 2,8

2 Biru bromofenol Kuning Purple 3,0 4,6

3 Merah congo Biru Merah 3,0 5,2

4 Sundur metil Merah Kuning 3,1 4,5

5 Hijau bromokresol Kuning Biru 3,8 5,4

6 Merah metil Merah Kuning 4,4 6,3

7 Lakmus Merah Biru 5,0 8,0

8 Biru bromoktimol Kuning Biru 6,0 7,6

9 Merah fenol Kuning Merah 6,4 8,2

10 Biru timol Kuning Biru 8,0 9,6

11 Fenol ptalin Tak berwarna Merah 8,0 9,6

12 Timol ptalin Tak berwarna Biru 9,3 10,5


Kurva Penitaran Asam-basa

adalah suatu kurva yang dibuat dengan memplot ml penitar


sebagai sumbu x dan kepekatan zat yang dianggap penting
atau berperan sebagai sumbu y.
Pada kurva penetralan asam basa zat yang dianggap
penting ialah H+ atau dinyatakan dalam pH.

Ada 4 titik atau daerah penitaran yang perlu diperhatikan, yaitu :

Sebelum penitaran dimulai


Selama penitaran, sebelum titik setara
Titik setara
Selama penitaran setelah titik setara
JENIS TITRASI ASAM BASA
1. Asam Kuat + Basa Kuat
2. Asam Lemah + Basa Kuat
3. Basa kuat + Asam Kuat
4. Basa Lemah + Asam Kuat

Titrasi Asam Kuat + Basa Kuat

1. Sebelum Titrasi : pH ditentukan oleh Asam Kuat


2. Sebelum Titik Ekivalen : pH ditentukan oleh sisa Asam Kuat
3. Pada Titik Ekivalen : pH ditentukan oleh larutan garam
dari asam Kuat dan Basa Kuat
4. Sesudah Titik Ekivalen : pH ditentukan oleh kelebihan basa

Untuk menentukan pH ada 2 cara :

Secara teoritis yaitu dengan perhitungan


Secara praktek yaitu dengan pH meter

Dari kurva penitaran kita dapat memilih indikator yang tepat


A. Titrasi asam kuat dengan asam kuat

Dalam titrasi ini baik titran maupun analit terionisasi


sempurna.
Contoh: titrasi HCl dengan NaOH
H+ + Cl- + Na+ + OH- H2O + Na+ + Cl-

Berikut ini gambar kurva titrasi untuk 100 mL HCl 0,1


M yang dititrasi dengan NaOH 0,1 M.
Gambar 2. Kebergantungan Tanjakan Titik Akhir Titrasi pada konsentrasi.
1). 100 mL HCl 0,1 M dengan NaOH 0,1 M
2). 100 mL HCl 0,01 M dengan NaOH 0,01 M
3). 100 mL HCl 0,001 M dengan NaOH 0,001 M
Gambar 3. Kurva titrasi untuk 100 mL NaOH dengan HCl 0,1 M
B. Titrasi asam lemah dengan basa kuat

Gambar4. Kurva Titrasi untuk 100 mL HOAc 0,1 M dengan NaOH 0,1 M
Gambar 5. Kebergantungan Kurva Titrasi pada Konsentrasi.
1). 100 mL HOAc 0,1 M dengan NaOH 0,1 M
2). 100 mL HOAc 0,01 M dengan NaOH 0,01 M
3). 100 mL HOAc 0,001 M dengan NaOH 0,001 M
Gambar 6. Kurva untuk Titrasi 100 mL Asam Lemah dengan Berbagai
Harga Ka dengan NaOH 0,1 M.
C. Titrasi Basa Lemah dengan Asam Kuat
Reaksi netralisasinya adalah sebagai berikut:
NH3 + H+ + Cl- NH4+ + Cl-

Gambar 7. Kurva untuk Titrasi 100 mL NH3 0,1 M dengan HCl 0,1 M
Gambar 8. Kurva untuk Titrasi 100 mL Basa Lemah 0,1 M dengan
Berbagai Kb vs HCl 0,1 M.
Titrasi asam kuat - basa kuat

misalkan 50ml HCl 0,1 M Setelah penambahan 10 ml NaOH


dititrasi dengan NaOH 0,1M reaksi yang terjadi selama titrasi adalah
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) H+(aq) + OH-(aq) H2O(l)
+ H2O(l) atau (50 ml) x (0,1 mmol/ml) H= bereaksi dengan
H+(aq) + OH-(aq) H2O(l) (10 ml) x (0,1 mmol/ml) OH-

sebelum penambahan H+(aq) + OH-(aq) H2O(l)


5,00 mmol 1,00 mmol
NaOH
1,00 mmol 1,00 mmol
HCl adalah asam kuat dan
terdisosiasi lengkap, jadi 4,00 mmol 0
[H+] = 0,1
pH = - log [H+] = 1

dalam kesetimbangan terdapat 4,00 mmol H= dalam 60 ml larutan. Jadi,


[H+] = 4,00 mmol / 60ml = 6,67 x 10-2 mmol/ml
pH = - log [H+] = 2 - log 6,67 = 1,18

hitung pH larutan setelah penambahan 20, 30, 40, 45 dan 49,9 ml NaOH
Setelah penambahan 50 ml NaOH Perhatikan: setelah titik ekuivalen
reaksi berlangsung sempurna, garam tercapai (besar pH = 7,00),
yang dihasilkan yaitu NaCl tidak asam penambahan 0,05 ml titran akan
dan dan tidak pula basa dalam merubah pH menjadi 9,7 nilai
larutan air (tidak dihidrolisis), maka tersebut diperoleh dari
larutan itu netral; [H+] = [OH-] = 1,0 H+(aq) + OH-(aq) H2O(l)
x 10-7 pH = 7 5,00 mmol 5,05 mmol
Setelah penambahan 60 ml 5,00 mmol 5,00 mmol
0 0,05 mmol
NaOH
dalam kesetimbangan terdapat
0,05 mmol OH- dalam 100,05 ml
H+(aq) + OH-(aq) H 2O(l) larutan. Jadi,
5,00 mmol 6,00 mmol [OH-] = 0,05 mmol / 100,05 ml =
5,00 mmol 5,00 mmol 0,0005 mmol/ml
0 1,00 mmol pOH = - log [OH-] = 3,30125
dalam kesetimbangan terdapat pH = 14 - pOH = 9,7
1,00 mmol OH- dalam 110 ml
larutan. Jadi,
[OH-] = 1,00 mmol / 110ml = hitung pH larutan setelah
9,1 x 10 mmol/ml
-3
penambahan 51, 70, 80,
pOH = - log [OH-] = 3 - log 9,1 100 ml NaOH
= 2,04
pH = 14 - pOH = 11,96
Pada Titik Ekivalen:

-Jumlah mmol NaOH yang ditambahkan (pentitrasi )= jumlah mmol HCl


(yang dititrasi )
-Sesudah reaksi akan didapatkan hasil reaksi ( NaCl)
-Titik Ekivalen = Titik Netralisasi ( Titrasi AK + BK )
-Untuk menentukan titik ekivalen suatu titrasi, ke dalam erlenmeyer
ditambahkan indikator.
-Indikator : zat warna yang warnanya berubah pada titik ekivalen
Tabel II.2 Penitaran 50 ml HCl 0,1 N dengan NaOH 0,1 N

mL NaOH Volume Larutan pH larutan

0,00 50,00 1,00

10,00 60,00 1,18

20,00 70,00 1,37

25,00 75,00 1,48

30,00 80,00 1,60

40,00 90,00 1,95

49,00 99,00 3,00

49,90 99,90 4,00

49,95#) 99,95 4,30

50,00 100,00 7,00

50,05 #) 100,05 9,70

50,10 100,10 10,00

51,00 101,00 11,00

60,00 110,00 11,96

70,00 120,00 12,23


Kurva Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat

pH 12
11
10
9 Fenolftalein
8 Titik ekuivalen
7 Biru bromtimol
6
5 Merah metil
4
3
2
1
10 20 30 40 50 60 70 ml NaOH
BILA SUATU INDIKATOR , KITA GUNAKAN UNTUK MENUNJUKKAN
TITIK AKHIR PADATITRASI ASAM BASA, MAKA :

1. Perobahan warna indikator tersebut pada daerah pH sekitar titik


ekivalen agar tidak terjadi kesalahan titrasi ( selisih
titik ekivalen dengan titik akhir.

Syarat :
-Trayek indikator harus mencakup pH larutan pada titik ekivalen/
sangat mendekatinya.
- Trayek indikator harus memotong bagian yang sangat curam dari
kurva

2. Perobahan warna harus terjadi dengan mendadak agar tidak ada


keraguan tentang kapan titrasi harus dihentikan, tetes akhir
menyebabkan warna berbeda titik akhir tegas/tajam
Perhatikan baik-baik kurva diatas, pada penambahan NaOH
setetes sebelum dan sesudah titik setara, terjadi perubahan pH
yang sangat besar sekali, akibatnya kurva menjadi tegak

Indikator yang mengalami perubahan warna pada daerah tegak


kurva titrasi, dapat dipakai sebagai indikator pada penitaran
asam-basa, karena pada satu tetes sebelum titik setara indikator
menunjukan warna asam sedangkan satu tetes sesudah titik
setara menunjukan warna basa

Kesalahan titrasi (penitaran) pada kedua daerah ini bila 1


tetes = 0,05 ml adalah :
0,05/50,00 x 100 % = 0,10 %
suatu kesalahan yang cukup kecil
Pada Gb. III.1 penitaran asam kuat basa kuat, daerah
tegak pada kurva pH 4,30 9,70. sehingga indikator
yang dapat dipakai adalah :

Fenol Ptalin (pp) pH = 8,0 9,8


Biru Bromotimol pH = 6,0 7,6
Merah Metil (mm) pH = 4,4 6,3
Perubahan warna pada fenolftalien

Perubahan warna terjadi pada pH 8,3 - 10


Perubahan warna pada biru bromtimol

Perubahan warna terjadi pada pH 6 - 7,6


Perubahan warna pada merah metil

Perubahan warna terjadi pada pH 4,2 - 6,3


TITRASI ASAM LEMAH BASA KUAT
Titrasi asam lemah - basa kuat
misalkan 50ml suatu asam lemah HA Setelah penambahan 10 ml NaOH
Ka =1,0 x 10-5 0,1 M dititrasi dengan reaksi yang terjadi selama titrasi
NaOH 0,1M adalah
HA + OH- H2O + A-
sebelum penambahan NaOH (50 ml) x (0,1 mmol/ml) HA bereaksi
HA adalah asam lemah dan dengan (10 ml) x (0,1 mmol/ml) OH-
terdisosiasi dengan lemah
HB + H2 O H3O+ + A- HA + OH- H2O + A-
(aq) (l) (aq) (aq)
5,00 mmol 1,00mmol
1,00 mmol 1,00mmol
Maka dianggap [H3O+] [A-] dan
[HA] = 0,1 - [H3O+] 0,1 4,00 mmol 0 1,0mmol 1,0mmol

[H3O+][A-] dalam kesetimbangan terdapat 4,00


= Ka mmol HA dan 1,0 mmol A- dalam 60
[HA]
ml larutan.
[H3O]2
= 1,0 x 10-5
0,1

[H3O+] = 1,0 x 10-3

pH = 3,00
Setelah penambahan 60 ml NaOH
setelah tercapai titik ekuivalen, masih
terdapat 10 ml OH- 0,1M atau 1,0
mmol
sementara OH- yang dihasilkan dari
reaksi
A- + H2O HA + OH- Perhatikan: setelah titik
dapat diabaikan, sehingga ekuivalen tercapai (besar pH =
8,85), penambahan 0,10 ml
1,0 mmol
titran akan merubah pH menjadi
[OH ] =
- = 9,1 x 10-3
110 ml 9,7 nilai tersebut diperoleh dari

pOH = 2,04 0,01 mmol


pH = 11,96 [OH-] = = 9,99 x 10-5
100,1 ml

pOH = 4,0
pH = 10,0
Cara menghitung pH titrasi
untuk titrasi asam lemah - basa kuat

Spesi yang
terdapat
Persamaan HA + OH - A- + H2O
pada larutan

HA H3O++ A- Ka = [H3O ][A ]


+ -
HA + H2O
T=0 asam [HA]
terionisasi [H3 O +] = Ka.[HA] [H3 O +]= [A-]

T<1 HA dan A-
Ka =
[H3O+][A-] [A-]
buffer [HA] pH = pKa + log
[HA]
[HA][OH -]
T=1 A- A- + H2O HA + OH -
Kb =
[A-]
Garam [OH-] = Kb.[A-] [HA] = [OH -]
terhidrolisis

T>1 OH- [OH-] = kelebihan titran


Cara menghitung pH titrasi
untuk titrasi basa lemah - asam kuat

Spesi yang
terdapat Persamaan B + H3O+ HB+ + H2O
pada larutan
[HB+][OH -]
B B + H 2O HB+ + OH - Kb =
T=0 Basa [B]
[OH-] = Kb.[A-]
terionisasi [HB] = [OH -]

T<1 B dan HB+ [HB+][OH -] [HB+]


buffer
Kb = pOH = pKb + log
[B] [B]
T=1 HB+ HB+ + H2O H3O++ B Ka =
[H3O+][B]
[HB+]
Garam
[H3O+] = Ka.[HB+] [H3O+] = [B]
terhidrolisis

T>1 H3O+ [H3O+] = kelebihan titran


Kurva Titrasi Asam Lemah - Basa Kuat

pH 12
11
10
9
Titik ekuivalen
8
7
6
5
4
3
2
1

10 20 30 40 50 60 70 ml NaOH
D. Titrasi Natrium Karbonat
karbonat adalah suatu basa Bronsted yang digunakan sebagai
zat baku primer pada pembakuan asam kuat. Natrium
karbonat terhidrolisis dalam dua tahap sebagai berikut:

Kw
CO32- + H2O == HCO3- + OH- KH1 = Kb1 =
Ka2
= 2,1 x 10-4

Kw
HCO3- + H2O == CO2 + H2O + OH- KH2 = Kb2 =
Ka1
= 2,3 x 10-8
Reaksi antara Na2CO3 dengan HCl terjadi secara
bertahap, shg terjadi 2 titik ekivalen.
CO32- + H+ HCO3-
HCO3- + H+ H2CO3 (CO2 + H2O)
Sebelum penambahan HCl
pH dihitung dari hidrolisis garam Na2CO3 (basa)

[OH-] = Kh [Na2CO3] = 2,1.10-4.0,1


= 4,6.10-3
pOH = 3 - log 4,6 = 2,34
pH = 11,66
Pada penambahan HCl volume TE (25 mL)
maka dalam larutan terdapat sistem buffer CO32- dan
HCO3- dengan jumlah yang sama, sehingga [H+] = Ka2,
dimana:
H2CO3 HCO3- + H+ Ka1 = 4,3 . 10-7
HCO3- CO32- + H+ Ka2 = 4,8 . 10-11
sehingga [H+] = 4,8 . 10-11; pH =10,32

Penambahan HCl tepat terjadi TE1 (50 mL)


dalam larutan masih terdapat HCO3- , dimana:

[H+] = Ka1 . Ka2 = 3,2 .10-9 ; pH = 8,5


Pada penambahan HCl 3/2 volume TE1 (75 mL)
maka dalam larutan terdapat sistem buffer HCO3- dan
CO2 dengan jumlah yang sama, sehingga
[H+] = Ka1 = 4,3 . 10-7 ; pH = 6,37

Pada penambahan HCl sehingga tepat terjadi TE2


(100 mL)
didalam larutan hanya terdapat H2CO3 atau CO2 +
H2O, sehingga pH dihitung dari pH asam lemah
[H+] = Ka1 . [CO2]
[H+] = 4,3 . 10-7 . 5 mmol = 1.20 . 10-4
150 mL
pH = 3,92

Gambar 10 Kurva Titrasi untuk 50 mL Na2CO3 0,1 M dengan HCl 0,1 M


E. Titrasi Asam Poliprotik
Asam diprotik dapat dititrasi secara bertahap seperti
titrasi natrium karbonat. Agar diperoleh titik ekivalen
yang baik dalam pelepasan proton yang pertama
maka Ka1 harus sedikitnya 104 x Ka2 .
Misal:
H2A HA- + H+ Ka1
HA- A- + H+ Ka2
Buatlah kurva titrasi dari 10,0 mL asam bikarbonat
0,1054 M dengan NaOH 0,1250 M.
F. Titrasi Campuran Asam / Basa
Campuran asam atau basa dapat dititrasi secara bertahap bila
ada perbedaan kekuatan yang mencolok, yaitu perbedaan Ka
sedikitnya 104.
Contoh: titrasi campuran HCl dan HOAc dengan NaOH
titrasi terjadi secara bertahap, yang mula2 dititrasi adalah
yang kuat, setelah TE1 baru asam yang lemah bereaksi dengan
basa.
Pada TE1, larutan bersifat asam karena di dalam larutan selain
terdapat NaCl (pH=7) dan HOAC pH < 7.
Setelah TE1, maka titrasi terjadi pada HOAc, dan terjadi sistem
buffer HOAc/OAc-.
Pada TE2, pH larutan dihitung dari hidrolisis garan NaOAC.
Gambar 11. Kurva Titasi untuk 50 mL Campuran HCl 0,1 dan HOAc 0,2 M
dengan NaOH.
Asam sulfit, H2SO3, mempunyai Ka1 = 1,3 10-2 dan Ka2 = 5 x 10-
6. Dalam campurannya dengan HCl, proton pertama dari

H2SO3 tertitrasi bersamaan dengan HCl


pH pada titik ekivalen ditentukan oleh HSO3-, yaitu
[H+] = Ka1 . Ka2 karena HSO3- bisa sebagai asam atau basa.
Setelah titik ekivalen yang pertama, titrasi dilanjutkan untuk
proton kedua sehingga memberikan titik ekivalen yang kedua.
Volume titran akan selalu lebih banyak dalam mencapai titik
ekivalen pertama daripada dalam mencapai titik ekivalen
kedua. Hal ini disebabkan oleh karena dalam titrasi yang
pertama, titran diperlukan untuk menitrasi kedua asam.
Jumlah HCl dapat ditentukan dengan mengurangkan
volume pada titik ekivalen pertama dari volume pada
titrasi proton kedua yang sama dengan volume yang
dibutuhkan untuk titrasi proton yang pertama.
Contoh:
Suatu campuran HCl dan H3 PO4 dititrasi dengan
NaOH 0,1000 M. Titik ekivalen pertama (metil
merah) terjadi pada 35 mL dan titik ekivalen kedua
(bromotimol biru) terjadi pada volume total 50,00
mL (15,00 mL setelah titik ekivalen yang pertama).
Hitunglah mmol HCl dan H3 PO4 dalam campuran
tersebut.
Penyelesaian
Titik ekivalen yang kedua bertautan dengan titrasi
satu proton dari H3PO4 (H2PO4- menjadi HPO42-).
Dengan demikian:
mmol H3PO4 = 0,1000 M x 15,00 mL
= 1,50 mmol
15,00 mL basa dibutuhkan untuk titrasi proton
pertama dari H3PO4, sehingga mmol HCl = 0,1000 M
x (35,00 - 15,00) mL = 2,00 mmol
Faktor yang mempengaruhi titrasi:
1. Konsentrasi analat dan titrant:
makin besar konsentrasinya, maka perubahan pH dalam
daerah titik ekivalent makin besar sehingga makin mudah
menentukan indikator yg sesuai.
1. Kekuatan asam lemah atau basa lemah : kesempurnaan
reaksi pada asam / basa lemah dengan basa / asam kuat
ditentukan oleh harga Ka atau Kb analat. Makin besar
harga Ka atau Kb maka reaksi makin besar daerah
perubahan pH pada titik ekivalent, sehingga makin
menentukan indikator yang sesuai.
2. Pemilihan indikator :
indikator yang digunakan perubahan pHnya harus berada
pada daerah pH titik ekivalen.
Pengaruh kekuatan basa pada kurva titrasi
Pengaruh kekuatan asam pada kurva titrasi
Komposisi larutan buffer sebagai fungsi pH
Perubahan komposisi terjadi selama titrasi dari
asam / basa lemah dengan basa / asam kuat yang
dinyatakan sebagai harga konsentrasi relatif asam
/ basa lemah dan konjugatnya sebagai fungsi pH.

Komposisi ini terjadi selama penambahan titrant


sampai titik ekivalen ( daerah buffer).

Konsentrasi relatif dinyatakan sebagai harga


alpha value

Anda mungkin juga menyukai