Anda di halaman 1dari 19

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap paraktikum Kimia Fisik I dengan judul “Penentuan


Kalor Reaksi” yang disusun oleh:
Nama (NIM) : 1.Rifkha Atifah Ifiana (1613041005)
2. Nila Ardia Cahyani (1613042005)
3. Luh Suranti (1613042023)
4. Kasmawati (1513040021)
Kelompok : VII (tujuh)
Kelas : Pendidikan Kimia A
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator asisten dan dinyatakan
diterima.

Makassar, Mei 2018


Koordinator Asisten Asisten

Sadriadi Arin Dayu S


NIM. 1413140010 NIM. 1413041004

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Suriati Eka Putri, S.Si, M,Si


NIM. 19880305 201212 2 002
A. JUDUL PERCOBAAN
Penentuan Kalor Reaksi
B. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kalor pelarutan integral CuSO4 dan CuSO4.5H2O dengan
menggunakan kalorimeter sederhana.
C. LANDASAN TEORI
Hukum pertama Termodinamika di dalam bidang kimia adalah
termokimia, yaitu ilmu yang mempelajari kalor yang menyertai perubahan fisik
atau reaksi kimia. Untuk menyatakannya biasanya dengan menggunakan kata-kata
kalor ditambah dengan proses yang menyertainya. Misalnya, kalor pelarutan yaitu
kalor yang menyertai proses perubahan fisik zat terlarut ke dalam pelarutnya.
Kalor pembakaran yaitu kalor yang dihasilkan dari reaksi pembakaran suatu zat,
dan lain-lain (Rohman dan Sri, 2003: 69).
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan (melepaskan)
energi, umumnya dalam bentuk kalor. Kalor adalah perpindahan energi termal
antara dua benda yang suhunya berbeda. Energi termal adalah energi yang
berkaitan dengan gerak acak atom-atom dan molekul. Energi termal dapat
dihitung dari pengukuran suhu. Kita sering mengatakan bahwa “aliran kalor”
adalah aliran dari benda panas ke benda dingin. Walaupun “kalor” itu sendiri
mengandung arti perpindahan energi, yang biasa disebut dengan “kalor diserap”
atau “kalor dibebaskan” ketika menggambarkan energi yang terjadi selama proses
tersebut (Chang, 2005: 160-161).
Penyerapan atau pelepasan kalor yang menyertai suatu reaksi dapat diukur
secara eksperimen. Dikenal beberapa macam kalor reaksi, bergantung pada tipe
reaksinya, diantaranya adalah: kalor netralisasi, kalor pembentukan, kalor
penguraian dan kalor pembakaran. Selain kalor reaksi, penyerapan atau pelepasan
kalor dapat juga terjadi pada proses-proses fisik. Diantaranya adalah pada proses
pelarutan suatu zat didalam pelarutnya atau penambahan zat terlarut ke dalam zat
pelarut (Tim Dosen Kimia Fisik, 2018: 1).
Proses dapat berlangsung pada volum tetap atau tekanan tetap. Pada volum
tetap, kalor yang menyertai proses tersebut merupakan perubahan energi dalam,
sedangkan pada tekanan tetap adalah perubahan entalpi. Eksperimen di
laboratorium lebih banyak dilakukan pada tekanan tetap, sehingga kalor yang
dihasilkannya merupakan perubahan entalpi. Untuk menghindarkan pengaruh
perubahan keadaan sistem terhadap perubahan entalpi hasil reaksi yang terjadi
didalam suatu sistem, keadaan awal dan keadaan akhir reaksi harus memiliki suhu
dan tekanan yang sama (Rohman dan Sri, 2003: 69).
Kerja yang dilakukan sistem hanya dipandang sebagai kerja kalor diukur
pada tekanan tetap (ΔH) dan kalor diukur pada volume tetap (Δu). Hubungan
kedua besaran tersebut pada tekanan tetap dinyatakan dengan:
ΔH = Δu + P ΔV
dan untuk reaksi yang berkaitan dengan perubahan jumlah mol gas dengan asumsi
gas ideal, persamaan menjadi:
ΔH = Δu + ΔnRT
(Tim Dosen Kimia Fisik, 2018: 1).
Hal paling penting untuk mengukur Δu adalah kalorimeter bom adiabatik.
Perubahan keadaan yang dapat berupa reaksi kimia suhu awal di dalam wadah
bervolume tetap yang disebut bom. Bom tersebut direndam di bak air
berpengaduk dan keseluruhan alat itulah yang disebut kalorimeter. Kalorimeter
juga direndam dalam bak air luar. Temperatur di dalam kalorimeter dan di dalam
bak luar dipantau dan diatur sampai suhunya sama: hal ini dilakukan untuk
memastikan tidak adanya kalor yang hilang sedikitpun dari kalorimeter ke
lingkungannya. Perubahan temperatur ΔT dari kalorimeter yang dihasilkan dari
reaksi berbanding dengan energi yang dibebaskan atau diserap sebagai kalor.
Dengan mengukur ΔT kita dapat menentukan q, sehingga dapat mengetahui
Δu.Konversi dari ΔT menjadi q, tidak bisa lepas dari kapasitas kalor C dari
kalorimeter (Atkins, 1990: 43).
Kapasitas kalor (C) suatu zat adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu sejumlah zat sebesar satu derajat Celsius. Adapun hubungan
antara kapasitas kalor dan kalor jenis suatu zat adalah
C=ms
jika kita mengetahui kalor jenis dan jumlah suatu zat, maka jumlah kalor (q) yang
telah diserap atau dilepaskan pada suatu proses dapat diketahui berdasarkan
perubahan suhu sampel (Δt). Persamaan untuk menghitung perpindahan kalor ini
diberikan oleh:
q = m s Δt atau q = C Δt
kesepakatan tanda untuk q (kalor) sama dengan kesepakatan tanda entalpi: q
bernilai positif untuk proses endotermik dan negatif untuk proses disebut
eksotermik (Chang, 2005: 172-173).
Jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter (kapasitas kalor dari
kalorimeter, biasa juga disebut tetapan kalorimeter, k). Tetapan kalorimeter dapat
ditentukan dengan mengukur suhu campuran (Tc), air dingin (T 1) dan air panas
(T2) yang dicampurkan di dalam kalorimeter. Dari suhu campuran dapat
diturunkan satu hubungan matematis yang berguna untuk mengetahui nilai tetapan
kalorimeter, dengan rumus:
m 2 C (T 2−T c ) – m1 x C (T c −T 1 )
k=
(T c −T 1 )
(Tim Dosen Kimia Fisik, 2018: 2).
Entalpi (H) adalah tekanan terhadap kalor yang diberikan sama dengan
perubahan dalam sifat termodinamika yang lain dari sistem. Jika sebuah system
bebas untuk mengubah volumenya terhadap tekanan luar yang tetap, perubahan
energi dalamnya tidak lagi sama dengan energy yang diberikan sebagai kalor.
Energi yang diberikan sebagai kalor diubah menjadi kerja untuk memberikan
tekanan balik terhadap lingkungannya (Atkins, 1990: 44).
Berdasarkan pada jenis-jenis reaksinya, ada berbagai jenis entalpi reaksi
seperti: (a) Entalpi pembentukan suatu senyawa adalah perubahanentalpi yang
menyertai pembentukan satu mol senyawa dari unsur-unsurnya, (b) Entalpi
pembakaran yaitu kalor yang terjadi pada reaksi pembakaran/oksidasi sempurna
satu mol zat pada suhu tekanan yang tetap. Adapun perubahan entalpi pelarutan
adalah kalor yang menyertai proses penambahan sejumlah tertentu zat terlarut
terhadap zat pelarut pada suhu dan tekanan tetap (Rohman dan Sri, 2003: 71-73).
Ada dua jenis kalor pelarutan yaitu kalor pelarutan integral dan kalor
pelarutan differensial. Kalor pelarutan integral adalah kalor yang dilepaskan atau
diserap ketika satu mol zat dilarutkan dalam n mol pelarut. Sedangkan kalor
pelarutan differensial adalah kalor yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol
zat dilarutkan dalam satu mol pelarut (Tim Dosen Kimia Fisik, 2018: 1).
Perpindahan kalor dapat dipengaruhi adanya faktor gesekan dapat dilihat
dari hasil penelitian yaitu pengaruh louvered strips terhadap laju perpindahan
panas. Faktor gesekan dapat disimpulkan bahwa semakin besar sudut louvered
strips dengan bertambahnya debit air panas pada masing-masing pengujian
dengan variasi debit air panas sama akan meningkatkan laju perpindahan kalor.
Hal ini dikarenakan louvered strips akan mempersempit penampang sehingga
meningkatkan kecepatan rata-rata dari fluida dan akan semakin tinggi laju
perpindahan kalornya (Wigraha, 2015: 660-664).
Nilai kalor juga dipengaruhi karena adanya perbedaan komposisi
campuran. Perbandingan produksi harian biogas, perbedaan hari awal
terbentuknya biogas dikarenakan kandungan sekam padi pada campuran 4 dan 5
lebih banyak dibandingkan dengan campuran 1, 2 dan 3. Perbedaan komposisi
campuran bahan kering biogas akan menghasilkan nilai kalor biogas yang
berbeda-beda. Perbedaan nilai kalor disebabkan karena tidak semua nilai kalor
dari biogas dapat diserap oleh air.Hal ini dikarenakan terjadinya losses energi
kalor, seperti kalor biogas yang diserap oleh panci, kalor yang terlepas ke
lingkungan, kalor yang diserap oleh kompor dan sebagainya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin banyak komposisi campuran, maka semakin tinggi
nilai kalor yang dihasilkan, nilai kalor tertinggi terdapat pada campuran 4 sebesar
75,034 kj (Wiratmana, 2012: 29-31).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Gelas ukur 100 mL 1 buah
b. Gelas kimia 50 mL 1 buah
c. Gelas kimia 100 mL 1 buah
d. Termometer 100oC 1 buah
e. Cawan penguap 1 set
f. Kalorimeter 1 buah
g. Botol semprot 1 buah
h. Neraca analitik 1 buah
i. Stopwatch 1 buah
j. Pembakar spiritus 1 buah
k. Kaki tiga dan kasa 1 buah
l. Spatula 1 buah
m. Lap kasar 1 buah
n. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Tembaga sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O)
b. Tembaga sulfat anhidrat (CuSO4)
c. Aquades (H2O)
d. Korek api
E. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
a. Sebanyak 25 mL air dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan gelas ukur.
Kemudian temperaturna dicatat.
b. Air panas disiapkan dalam gelas kimia yang suhunya 40oC. sebanyak 25 mL air
panas dimasukkan ke dalam kalorimeter yang berisi air dingin.
c. Suhu air dicatat dalam kalorimeter setiap satu menit sambil terus di aduk.
Pencatatan dilakukan hingga diperoleh suhu yang relatif tetap.
d. Kurva hubungan antara waktu dengan suhu dibuat untuk memperoleh suhu
campuran yang tepat.
2. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4 dan CuSO4.5H2O
a. Sebanyak 2,5 gram CuSO4.5H2O ditimbang secara teliti dalam neraca analitik.
b. Kalorimeter disiapkan (yang telah ditentukan tetapannya), kemudian sebanyak
50 mL aquades dimasukkan ke dalamnya. Suhunya dicatat setiap satu menit
sebanyak lima kali pembacaan, dan diaduk.
c. CuSO4.5H2O yang telah diketahui dengan pasti massanya ditambahkan ke
dalam kalorimeter tersebut dan diaduk terus. Suhunya dicatat saat kristal
ditambahkan. Lalu dilanjutkan dengan pembacaan suhu setiap satu menit
sampai diperoleh suhu yang relatif tetap, dan diaduk.
d. Dengan menggunakan CuSO4 anhidrat, langkah a, b dan c diulangi.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
Volume aquades panas = 25 mL
Volume aquades dingin = 25 mL
Suhu aquades panas = 40oC
Suhu aquades dingin = 30oC
Perubahan suhu

Menit ke 1 2 3 4 5 6 7
o
Suhu ( C) 37 38 38 37 37 37 37
2. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4.5H2O
Massa CuSO4.5H2O = 2,5 g
Volume aquades = 50 mL
Suhu aquades = 31,5oC
Perubahan suhu

Menit ke 1 2 3 4 5 6 7
Suhu (oC) 32 32,5 32,5 33 33 33 34

8 9 10 11 12 13
34 34 34,5 34,5 34,5 34,5
3. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4
Massa CuSO4 = 2,5 g
Volume aquades = 50 mL
Suhu aquades = 31 oC
Perubahan suhu

Menit ke 1 2 3 4 5 6 7
Suhu (oC) 33,5 34 34 34,5 35 35 35,5
8 9 10 11 12
35,5 36 36 36 36
G. ANALISIS DATA
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
Diketahui :
Volume air dingin = 25 mL
Volume air panas = 25 mL
Suhu air dingin = 30oC + 273 K = 303 K
Suhu air panas = 40oC + 273 K = 313 K
Suhu campuran = 37oC + 273 K = 310 K
Ditanyakan : k = ….?
Penyelesaian :
M air dingin (1) = m air panas (2) = ρ x v
= 1 g/mL x 25 mL
= 25 g
m 2 C (T 2−T c ) – m1 x C (T c −T 1 )
k =
(T c −T 1 )
25 g x 4,2 J /gk ( 313−310 ) K −4,2 J / gk (310−303 ) K
=
( 310−303 ) K
315 J −735 J
=
7K
= - 60 J/K
2. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4.5H2O
Diketahui :
Suhu air dingin = 31,5oC + 273 K = 304,5 K
Suhu campuran = 34,5oC + 273 K = 307,5 K
ρ air = 1 g/mL
Mr CuSO4.5H2O = 250 g/mol
mCuSO4.5H2O = 2,536 g
Volume air = 50 mL
Ditanyakan : ΔHf CuSO4.5H2O =…?
Penyelesaian :
massa CuSO4 . 5 H 2 O
nCuSO4.5H2O =
Mr CuSO 4 .5 H 2 O
2,536 g
=
250 g /mol
= 0,0101 mol
Kalor yang diserap kalorimeter (Q1)
Q1 = k x ΔT
= - 60 J/K (307,5 – 304,5) K
= - 180 J
Kalor yang diserap air (Q2)
Q2 = m x C x ΔT
= 50 g x 4,2 J g-1 K-1 (307,5 –304,5) K
= 630 J
Kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O (ΔH1)
Q1 +Q2
ΔH1 =
n CuSO4 . 5 H 2 O
−180 J + 630 J
=
0,0101 mol
= 44554,4554 J/mol
= 44,5544 kj/mol
3. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4
Diketahui :
Suhu air dingin = 31oC + 273 K = 304 K
Suhu campuran = 36oC + 273 K = 309 K
ρ air = 1 g/mL
Mr CuSO4 = 160 g/mol
mCuSO4 = 2,511 g
Volume air = 50 mL
Ditanyakan : ΔHf CuSO4 =…?
Penyelesaian :
massa CuSO4
nCuSO4 =
Mr CuSO 4
2,511 g
=
160 g /mol
= 0,0156 mol
Kalor yang diserap kalorimeter (Q1)
Q1 = k x ΔT
= - 60 J/K (309 – 304) K
= - 300 J
Kalor yang diserap air (Q2)
Q2 = m x C x ΔT
= 50 g x 4,2 J g-1 K-1 (309 – 304) K
= 1050 J
Kalor pelarutan integral CuSO4 (ΔH1)
Q 1 +Q 2
ΔH2 =
n CuSO4
−300 J + 1050 J
=
0,0156 mol
= 48076,9231 J/mol
= 48,0769 kj/mol
4. Berdasarkan Hukum Hess
ΔH3= ΔH2 –ΔH1
= 48,0769 kj/mol – 44,5544 kj/mol
= + 3,5225 kj/mol
5. Grafik Hubungan antara Waktu dan Suhu pada Penentuan Kalorimeter
40
39
38
37
Suhu (oC)

36
35
34
33
32
31
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Waktu (menit)

6. Grafik Hubungan antara Waktu dan Suhu pada Pelarutan Integral CuSO4.5H2O
35
34.5
34
33.5
Suhu (oC)

33
32.5
32
31.5
31
30.5
0 2 4 6 8 10 12 14
Waktu (menit)

7. Grafik Hubungan antara Waktu dan Suhu pada Pelarutan Integral CuSO4
36.5
36
35.5
35
Suhu (oC)

34.5
34
33.5
33
32.5
32
0 2 4 6 8 10 12 14
Waktu (menit)

H. PEMBAHASAN
Kalor (Q) merupakan salah satu bentuk energi yang dapat dipertukarkan
oleh sistem dan lingkungan karena adanya perbedaan suhu. Penggunaan nilai
kalor yang dipertukarkan anatara system dan lingkungan harus konsisten dengan
suatu perjanjian. Perjanjian Q bernilai positif apabila sistem menerima kalor dari
lingkungan.Sebaliknya Q bernilai negatif apabila sistem melepaskan kalor ke
lingkungan (Rohman dan Sri, 2003: 41). Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu
untuk menentukan kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O dan CuSO4 dengan
menggunakan kalorimeter sederhana.
1. Penentuan tetapan kalorimeter

(air panas) (air dingin)


Kalorimeter merupakan pengukuran kuantitatif dari pertukaran kalor.
Sangat penting bahwa kalorimeter dapat diinsulasi artinya hampir tak ada
pertukaran kalor dengan sekitarnya. Penggunaan penting dari kalorimeter adalah
penentuan kalor jenis dari zat. Dalam teknik yang dikenal sebagai metode
pencampuran (Giancoli, 2014: 490). Prinsip dasar kalorimeter yaitu terjadinya
pertukaran energi. Sedangkan prinsip kerja kalorimeter adalah memasukkan air
dingin ke dalam kalorimeter dengan mengetuk tabung sampai menghasilkan
energi dan kalor yang tetap.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui tetapan kalorimeter yang
digunakan. Tetapan kalorimeter merupakan jumlah kalor yang dapat diserap oleh
kalorimeter per satuan suhu. Tetapan kalorimeter harus ditentukan karena untuk
mengetahui tetapan kalorimeter itu sendiri atau banyaknya kalor yang diserap oleh
kalorimeter karena setiap komponen kelorimeter memiliki sifat khas dalam
mengukur kalor. Hal ini terjadi karena komponen alat kalorimeter (wadah,
pengaduk dan thermometer) menyerap kalor sehingga tidak semua kalor yang
terjadi berukur. Pada percobaan ini dilakukan pemanasan air sampai suhunya
40oC, yang kemudian dengan cepat dimasukkan di air dingin pada kalorimeter.
Kalor yang hilang akan diserap oleh air dan wadah kalorimeter. Kemudian
dilakukan pengukuran suhu setiap satu menit sambil diaduk sampai diperoleh
suhu yang relatif tetap atau konstan. Pengadukan dilakukan agar suhu campuran
tetap homogen. Suhu konstan perlu ditentukan untuk memudahkan dalam
perhitungan harga kalor yang diserap atau dilepas. Suhu awal air dingin sebesar
31,5oC dan suhu air panas 40oC dan suhu pencampuran sebesar 34,5oC. Sehingga
pada percobaan ini diperoleh tetapan kalorimeter sebesar -60 J/K, artinya
kalorimeter yang digunakan dapat menyerap kalor sebesar -60 J setiap kenaikan
suhu satu kelvin.
2. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O dan CuSO4
Kalor pelarutan integral adalah kalor yang dilepaskan atau diserap ketika
satu mol zat dilarutkan dalam n mol pelarut. Sedangkan perubahan entalpi
pelarutan adalah kalor yang menyertai proses penambahan sejumlah zat pelarut
pada suhu dan tekanan tetap (Rohman dan Sri, 2003: 71).
Percobaan ini dilakukan pada Kristal CuSO4.5H2O (biru) yang akan
ditentukan kalor pelarutannya ditimbang dan tidak digerus. Karena bentuk Kristal
CuSO4.5H2O seperti serbuk sehingga dapat mudah larut tanpa penggerusan.
Karena semakin kecil ukurannya dalam bentuk serbuk maka luas permukaan
bidang sentuhnya akan semakin besar sehingga menjadi mudah terjadi tumbukan
dengan air untuk bereaksi dan larut dalam air.

(CuSO4.5H2O) (air dingin)


Kemudian dilakukan pengukuran air dan dimasukkan ke dalam
kalorimeter dan diamati suhunya hingga tercapai suhu konstan.Pada percobaan ini
digunakan kalorimeter yang sudah ditentukan tetapannya, yaitu untuk
mempermudah dalam menentukan sejumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter.
Kemudian Kristal CuSO4.5H2O dilarutkan dengan air dingin dalam kalorimeter.
Selama proses pelarutan yang harus diamati perubahan suhu larutan yang dibaca
setiap satu menit sampai diperoleh suhu konstan (relatif tetap) dan larutan diaduk.
Suhu konstan perlu ditentukan untuk memudahkan dalam perhitungan harga kalor
yang diserap atau dilepas karena jika suhu tidak konstan maka akan sulit untuk
menentukan suhu campuran yang akan digunakan dalam perhitungan.
Pengadukan harus dilakukan agar kristal larut sempurna dan tidak mengendap,
dan agar suhu campuran tetap homogen.
Adapun percobaan pada Kristal CuSO4 anhidrat (putih) yang akan
ditentukan kalor pelarutannya ditimbang dan juga tidak digerus. Karena bentuk
Kristal CuSO4 juga seperti serbuk sehingga dapat mudah larut tanpa penggerusan.
Pada percobaan ini dilakukan perlakuan yang sama pada percobaan kristal
CuSO4.5H2O. mengukur air dan dimasukkan ke dalam kalorimeter dan diamati
suhunya hingga diperoleh suhu konstan. Kristal CuSO4 dilarutkan dengan air
dingin dalam kalorimeter.

(CuSO4) (air dingin)


Selama proses pelarutan yang harus diamati perubahan suhu larutan yang dibaca
setiap satu menit sampai diperoleh suhu konstan dan sambil diaduk. Suhu konstan
perlu ditentukan untuk menentukan suhu campuran yang akan digunakan.
Sedangkan pengadukan harus dilakukan agar kristal larut sempurna dan tidak
mengendap, dan agar suhu campuran tetap homogen.
Berdasarkan dari hasil analisis data, diperoleh harga kalor pelarutan
integral CuSO4.5H2O adalah ΔH = 44,5544 kj/mol, artinya bahwa kalor yang
dilepas saat berlangsungnya reaksi adalah 44,5544 kj/mol. Sedangkan untuk
CuSO4 anhidrat diperoleh harga kalor ΔH = 48,0769 kj/mol, artinya bahwa kalor
yang dilepas saat berlangsungnya reaksi adalah 48,0769 kj/mol. Faktor yang
menyebabkan panas kelarutan CuSO4 lebih tinggi dibandingkan CuSO4.5H2O,
karena adanya pengaruh tingkat kemurniannya. CuSO4.5H2O mengikat 5 air dan
pelarut yang digunakan adalah air, sehingga CuSO4.5H2O tidak membutuhkan
banyak energi yang dilepas untuk bereaksi karena ada kandungan H2O yang
terikat dalam CuSO4.5H2O.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunkan hukum Hess diperoleh nilai
pelarutan CuSO4.5H2O menjadi CuSO4 sebesar ΔH = + 3,5225 kj/mol. Nilai ΔH
yang positif menandakan bahwa reaksi yang terjadi berlangsung secara endoterm,
yaitu kalor berpindah dari lingkungan ke system. Adapun persamaan reaksi yang
terjadi:
CuSO4.5H2O CuSO4 + 5H2O
(tembaga sulfat pentahidrat) (tembaga sulfat) (aquades)
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan percobaan diperoleh kalor pelarutan integral CuSO4
adalah ΔH = 48,0769 kj/mol, dan kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O adalah
ΔH = 44,5544 kj/mol.
2. Saran
Diharapkan untuk praktikkan selanjutnya, agar lebih teliti dalam
menimbang zat, dan pada saat pengadukan dikalorimeter harus konstan dan kuat
agar hasil yang diperoleh tidak keliru.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika Jilid 1 (Edisi Keempat).Jakarta Erlangga.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 1 (Edisi Ketiga).
Jakarta: Erlangga.
Rohman, Ijang dan Sri Mulyani.2003.Kimia Fisika 1 (Edisi Revisi). Malang:
JICA.

Tim Dosen Kimia Fisik. 2018. Penuntun Praktikum Kimia Fisika 1. Makassar:
Universitas Negeri Makassar.

Wigaraha, Nyoman Arya. 2015. Variasi Kemiringan Sudut Turbulator terhadap


Laju Perpindahan Panas pada Alat Penukar Kalor Aliran Berlawanan
(Counter Flow Heat Exchanger).Jurnal Sains dan Teknologi, 02 (4).

Wiratmana, Putu Awing, I Gusti Ketut Sukadana dan I Gusti Ngurah Putu
Tenaya. 2012. Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Bahan Kering
terhadap Produksi dan Nilai Kalor Biogas Kotoran Sapi.Jurnal Energi dan
Manufaktur, 01 (5).

JAWABAN PERTANYAAN

1. Buktikan bahwa nilai teteapan kalorimeter dapat dinyatakan dengan


persamaan:
m 2 C (T 2−T c ) – m1 x C (T c −T 1 )
k=
(T c −T 1 )

Q1+Q 2
Nilai k dapat pula dinyatakan dengan rumus k = , dimana q2 adalah
Tc−T 1
kalor yang dilepas oleh air panas yang dapat dinyatakan dengan rumus q2 = m2
C (T2 – Tc), sedangkan q1 adalah kalor yang diserap air dingin yang dapat
dinyatakan dengan rumus q1 = m1 C (Tc – T1) sehingga apabila nilai q1 dan
q2dimasukkan pada persamaan nilai k dapat diperoleh:

Q1+Q2 m2 C (T 2−T c ) – m1 x C (T c −T 1 )
k= =
T c −T 1 (T c −T 1 )

2. Kegunaan dari nilai tetapan kalorimeter dalam menentukan kalor reaksi atau
kalor pelarutan system yaitu untuk menentukan kalor yang diserap kalorimeter
dalam percobaan yang kemudian digunakan untuk menentukan kalor pelarutan
integral.
3. Cara menentukan suhu awal dan suhu akhir dalam percobaan yang dilakukan
yaitu suhu awal ditentukan dari suhu konstan air dingin yang ada dalam
kalorimeter dan ditetapkan sebagai T1, sedangkan suhu akhir ditentukan dari
suhu konstan campuran dan ditetapkan sebagai suhu campuran (T2).
4. Rumus kalor reaksi jika kalor jenis masing-masing spesies dalam eksperimen
merupakan fungsi suhu yaitu: q = m.C.ΔT, dimana C merupakan kalor jenis
pada fungsi suhu yang dengan suhu larutan yang memiliki satuan kelvin (K).
5. Nilai tetapan kalorimeter pada percobaan adalah k = - 60 J/K
6. Nilai kalor penetralan CuSO4 adalah ΔH = 48,0769 kj/mol, sedangkan nilai
kalor penetralan CuSO4.5H2O adalah ΔH = 44,5544 kj/mol.
7. Dengan menggunakan hokum Hess, kalor reaksi yang diperoleh adalah ΔH = +
3,5225 kj/mol
8. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen yaitu:
a. Keadaan kalorimeter yang kurang baik
b. Suhu dapat mengubah entalpi
c. Konsentrasi dapat mempengaruhi hasil reaksi
d. Kalor jenis yang merupakan fungsi, maka dapat mempengaruhi reaksi

Anda mungkin juga menyukai