Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA
“PARTIAL MOLAR VOLUME”

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Rahmat Aldi Irawan


NIM : 201420033
Program Studi : Teknik Pengolahan Migas
Bidang Minat : Refinery
Tingkat : II (Dua)

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
(PEM Akamigas)

Cepu, Januari 2022


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti mengenal adanya materi baik materi
hidup maupun yang tidak hidup. Materi yang ada disekitar kita jarang sekali
ditemukan dalam bentuk murni, Penggambaran yang lebih umum mengenai
termodinamika campuran dan komposisi suatu zat tertentu. Kita perlu
mengenal sifat-sifat parsial yang ada yakni sifat molar parsial yang lebih mudah
digambarkan dengan volume molar parsial yaitu kontribusi pada volume
dari satu kompnen dalam sampel terhadap volume total. Dalam kehidupan sehari-
hari kita tidak lepas dari air ataupun zat-zat kimia yang lain. Setiap zat
tersebut pasti memiliki volume. Volume molar parsial biasanya digunakan
dalam menentukan tekanan uap campuran. Selain itu dalam mencampurkan suatu
zat tertentu dengan zat lain, dalam temperature tertentu, kita juga harus mengetahui
volume molar parsial dari zat-zat tersebut. Voume parsial adalah salah satu sifat dari
satu zat cair, volume molar parsia lyang didefenisikan sebagai Penambahan
Volume yang terjadi bila 1 mol Komponen i ditambahkan pada larutan. volume
molar parsial dari komponen -komponen yang berada dalam larutan adalah
salah satu sifat dari molal. Berdasarkan pada teori di atas dilakukan Percoabaan
Penentuan larutan (Alberty, A. 1992).
Oleh karena itu untuk menentukan volume molar parsial praktikan
harus mampu memahami prinsip percobaan dari percobaan volume molar
parsial dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.2. Tujujuan Pratikum


Setelah melaksanakan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menentukan volum molar parsial dengan bantuan kurva volum molar nyata (0)
untuk zat terlarut vs jumlah mol zat terlarut pada volum molar parsial tertentu.
2. Menghitung massa jenis larutan.

1.3. Manfaat Pratikum


1. Mengetahui proses percobaan Partial Molar Volume.
2. Mengetahui dan membuktikan teori tentang Partial Molar Volume
3. Mengetahui kesesuaian antara teori dan hasil percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Volume Molar Parsial


Pada temperatur cairan perlu diketahui sifat parsial zat selain tekanan parsial yaitu
volume molar parsial. Volume molar parsial adalah kontribusi pada volum, dari satu
komponen dalam sample terhadap volum total. Volum molar parsial komponen suatu
campuran berubah-ubah tergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis
molekul berubah jika komposisinya berubah dari a murni ke b murni. Perubahan
lingkungan molekuler dan perubahan gaya-gaya yang bekerja antara molekul inilah
yang menghasilkan variasi sifat termodinamika campuran jika komposisinya berubah
(Atkins, 1993).
 Volume molar parsial yaitu kontribusi pada volume, dari satu komponen dalam
sampel terhadap volume total. Apabila suatu volume yang besar dari air murni di
tambahkan 1 mol H2O , maka volumenya bertambah 18 cm3 dan kita dapat mengatakan
bahwa 18 cm3/mol adalah volume molar air murni. Walaupun mengatakan demikian,
jika kita menambahkan 1 mol H2O ke dalam etanol murni yang volumenya besar, maka
penambahan volume nya hanya 14 cm3 . Perbedaan kenaikan volume pada air murni
dan etanol karena volume yang ditempati oleh sejumlah tertentu molekul air tergantung
pada molekul-molekul yang mengelilinginya. Banyaknya etanol yang menyebabkan
molekul H2O dikelilingi oleh etanol, yang mana etanol akan brertambah volumenya
hanya sedikit. Kuantitas 14 cm3/mol merupakan volume molar parsial air dalam etanol
murni, yaitu volume campuran yang dapat di anggap berasal dari satu komponen.
(Atkins,1993).

Gambar 1.1 Volume molar parsial air dan etanol pada temperatur 25℃

Volume molar komponen suatu ca,puran dapat berubah-ubah tergantung dari


komposisinya, hal ini dikarnakan lingkungan setiap jenis molekul berubah jika
komposisinya berubah. Perubahan lingkungan molecular dan perubahan gaya – gaya
yang bekerja antar molekul inilah yang menghasilkan variasi sifat termodinamika
campuran jika komposisinya berubah. Volume molar parsial Vx dari suatu zat X pada
beberapa komposisi didefinisikan sebagai (Atkins,1993) :

Volume molar parsial adalah kemiringan grafik volume total, ketika jumlah X
berubah, sedangkan tekanan, temperatur dan jumlah komponen lain tetap. Definisi ini
menunjukkan bahwa ketika komposisi campuran berubah besar sebesar penambahan
dnA zat A dan dnB zat B, maka voleme total campuran berubah sebesar (Atkins, 1993) :

2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Volume Molar


Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan volume molar parsial adalah adanya
perbedaan antara gaya intermolekul pada larutan dan komponen murni penyusutan
larutan tersebut, dan adanya perbedaan antara bentuk dan ukuran molekul suatu molal
parsial larutan utama, yakni (Rao dan Fasad, 2003):
1. Volume molal parsial dari komponen-komponen dalam larutan.
2. Entalpi molal parsial.
3. Energi bebas molal parsial (potensial kimia).
Volume molar parsial dari komponen suatu biner dapat dihitung dari penentuan
kerapatan atau massa jenis larutan. Metoda perpotongan grafik adalah cara yang paling
jelas secara grafik untuk menggambarkan kuantitas molar parsial.

Volum molal parsial komponen I dari sistem larutan didefinisikan sebagai:


δV
Vi ( ¿ T , P , nij=i
δni
Dimana V adalah volum, n adalah jumlah mol, T adalah suhu dan P adalah
tekanan sistem. Volum larutan adalah fungsi dari suhu, tekanan, dan jumlah mol

Gambar 7.1. Zat Pelarut (Solvent) dan


Zat Terlarut (Solute) (Rao dan Fasad, 2003).
Gambar Zat Pelarut (Solvent) dan Zat Terlarut (Solute). Dan dapat dinyatakan
sebagai :
V =f (T , P, n1, n2, …..)
atau
δV δV δV δV
dV = dT + dP+ dn1+ ………
δT δP δn 1 δn 2
Pada suhu dan tekanan tetap, dari persamaan (1) dan (3) didapat:
dV =V1dn1+V 2dn2 +...
Volum molal parsial akan tetap pada kondisi dimana komposisi, suhu, dan
tekanan tetap. Integrasi persamaan (4) pada kondisi tersebut memberikan:
V = n1V1+ n2V 2 +...+ tetapan
Jika n1 = n2 maka tetapan akan sama dengan 0 (Gurtu, Amit. 2008).

2.3. Contoh perhitungan volum molal parsial:


Misalkan akan dicari volum molal parsial zat terlarut dalam pelarut air sebanyak
1000 gram, maka:
V = n1V1+ n2V 2
1000 gram air = 55.51 mol sehingga:
V = n1V1+ n2V2
Dimana V adalah volum seluruh larutan, n1 adalah jumlah mol air dengan volum
molal parsial V1, dan m adalah jumlah mol zat terlarut dengan volum molal parsial V 2.
Jika V0 adalah volum molal air murni, dan φ adalah volum molal nyata untuk zat
terlarut, maka : (Gurtu, Amit,2008)
V = n1V 01+ n2φ
Diketahui pula bahwa,

Dan

Dimana M2 adalah berat molekul solut, ρ larutan adalah massa jenis larutan dan ρa
adalah massa jenis air murni. Dari persamaan (8) didapat: (Gurtu, Amit. 2008)

∅=
1
ρlarutan [
M₂
1000 ρlarutan−ρa
m
+‹
ρa

]
∅=
1
ρlarutan[M₂
1000 W −Wₒ
m
+‹
Wₒ−ρa

]
Dimana :
W = massa piknometer yang berisi larutan,
We = massa piknometer kosong
Wo = massa piknometer berisi air murni.
Dari definnisi volum molal parsial dan persamaan (6) dan (7) :

Demikian pula untuk

Pada umumnya untuk larutan elektrolit sederhana, volum molal parsial nyata
(apparent molal volum) adalah linear terhadap √m. prediksi Debye-Huckel untuk
larutan encer sesuai dengan perilaku ini karena : (Gurtu, Amit. 2008)

Persamaan ( 10 dan 12 ) dapat diubah menjadi :

Dari persamaan (13) dapat dibuat grafik φ vs √m yang linear, sehingga didapat
gradient dφ/d(√m). Pada √m = 0, nilai φ = φ0. Selanjutnya dari kedua nilai tersebut
dapat dihitung V1 dan V2. (Gurtu, Amit. 2008)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

a. Bahan
1. Garam NaCl
2. Aquades
b. Peralatan
1. Neraca
2. Labu takar 100 ml 4 buah
3. Piknometer 1 buah
4. Gelas beaker 100ml 1 buah
5. Sepatulah 1 buah
6. Pipet Ukur 10 ml & 25 ml 1 buah

3.2. Prosedur Kerja

Buat larutan NaCl 3 M sebanyak 100


ml.

Dengan cara pengenceran buatlah larutan dengan


konsentrasi ½, ¼, 1/8, dan 1/16 dari konsentrasi
semula.

Timbanglah massa piknometer kosong We, piknometer


berisi air Wo, dan massa piknometer yang berisi masing-
masing larutan.

Catat suhu dalam


piknometer.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pratikum


Dari hasil Pratikum yang telas kami laksankan pada pratikan Partial Molar
Voluyme kami mendapatkan hasil pengamatan yaitu :
Bahan Berat (gr) Suhu (C0)
Gelas beaker (kosong) 20,7196 -
Aquades 45,170 29
1/2 46,557 29
1/4 45,902 29
1/8 45,697 28,5
1/16 45,491 28,8

4.2 Hasil Perhitungan


Berikut ini merupakan hasil perhitungan yang kami dapat dari hasil pratikum
partial molar volume, yaitu :
Perhitungan NaCl 3M
m 1000
M = x
mr 100
m 1000
3 = x
58,5 100
175,5
10M =
10
M = 17,55 gr

Perhitungan Pengenceran
 ½ = 3.V1 = 1,5 x 100
V = 50 ml
 ¼ = 3.V1 = 0,75 x 100
V = 25 ml
1
 = 3.V1 = 0,375 x 100
8
V = 12,5 ml
1
 = 3.V1 = 0,1875 x 100
16
V = 6,25 ml

Densitas Aquades :
m Wo−We
Do = =
v v
45,170−20,7196
=
25
Do = 0,9758

Densitas NaCl
Do(w−we)
D = Do =
wo−we
0,9758(46,557−20,7196)
 ½ = = 1,0311
45,170−20,1196
0,9750(45,902−20,7196)
 ¼ = = 1,0050
24,4504
1
 = 0,9758 ¿ ¿ = 0,9968
8
1 0,9758(45,491−20,7196)
 = = 0,9886
16 24,4504
Dari data yang didapat pada perhitungan massa jenis diatas dapat dibuat grafik
Konsentrasi larutan terhadap massa jenis larutan, berikut grafiknya :

Konsentrasi Larutan Terhadap Densitas NaCl


1.6

1.4

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0.9886 0.9968 1.005 1.0311
Molalitas
1
m= D Mr

M 1000
1
1
 ½ = 1,0311 − 58,5 =
0,6289
1,5 1000
= 1,590
1
1
 ¼ = 1,0050 − 58,5 =
1,031
0,75 1000
= 0,7803
1
1
 = 0,9968 − 58,5 = 0,3846
8
0,375 1000
1
1
 = 0,9886 58,5 = 0,1917
16 −
0,1875 1000
Dari data yang didapat pada perhitungan molalitas diatas dapat dibuat grafik
Konsentrasi larutan terhadap Molalitas larutan, berikut grafiknya :

Konsentrasi Larutan Terhadap Molalitas


1.6

1.4

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0.1917 0.3846 0.7803 1.59

Volume molal semu


1000 W −Wo
ɵ = Mr – ( Mr - )( )
m Wo−We
1000 46,557−45,170
 ½ = ɵ = 58,5 – ( 58,5 - )( )
1,5 45,170−20,7196
= 58,5 – (-34,4830)
= 90,17,84
1000 45,902−45,170
 ¼ = ɵ = 58,5 – ( 58,5 - )( )
0,75 45,170−20,7196
= 96,1852
1 1000 45,697−45,170
 = ɵ = 58,5 – ( 58,5 - )( )
8 0,375 45,170−20,7196
= 115,1852
1 1000 45,697−45,170
 = ɵ = 58,5 – ( 58,5 - )( )
16 0,1875 45,170−20,7196
= 129,2244
Dari data yang didapat pada perhitungan molal semu diatas dapat dibuat grafik
Konsentrasi larutan terhadap molal semu larutan, berikut grafiknya :

Konsentrasi Larutan Terhadap Volume Molal Semu


1.6

1.4

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
129.2244 115.0842 96.1852 90.1784

ɵ−ɵ 1 m1 /2 −m1/2
1
 dɵ = θ −θ =
2 1 m12/2 −m1/2
1

1/ 2 1/ 2
θ .90,1784 m −m1
= =
96,1852−90,1784 0,88331/ 2−1,5901 /2
θ−90,1784 m1/ 2−1,2609
= =
6,0068 0,8833−1,2609
=
−0,3776 θ+34,0513=6,0068 √ m−7,5739− ¿
0,3776 θ−34,0513=−6,0068 √ m
0,3776 θ = -6,0068 √ m+ 7,5739
−6,0068 √ m+ 41,6252
θ=
0,3776
θ = -15,9078 gradien

Volume molar pelarut


m dθ
V1 = θ + ( )( )
2 √ m d √m
1,590
 ½ = 90,1784 + ( ) (-15,9078)
2 √ 1,590
= 90,1784 + (-10,0295)
= 80,1489
0,7803
 ¼ = 96,1852 + ( ) (-15,9078)
2 √ 0,7803
= 96,1852 + (-7,0264)
= 89,1588
1 0,3846
 = 115,0842 + ( ) (-15,9078)
8 2 √ 0,3846
= 115,0842 – (-4,9327)
= 110,1515
1 0,1917
 = 129,2246 + ( ) (-15,9078)
16 2 √ 0,1917
= 129,2246 – 3,4827
= 125,7419
Dari data yang didapat pada perhitungan molar pelarut diatas dapat dibuat grafik
Konsentrasi larutan terhadap molar pelarut, berikut grafiknya :

Konsentrasi Larutan Terhadap Volume Molar Pelarut


1.6

1.4

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2
Volume Molar terlarut

V2 = θ + (

3
m
)¿)
2

 ½ = 90,1784 + (
√3 1,590 ) (-15,9078)
2
1,1669
= 90,1748 + (-15,9078)
2
= 90,1748 – 1,3275
= 88,8509

 ¼ = 96,1852 + (

3
0,7803
) (-15,9078)
2
0,9207
= 96,1852 + (-15,9078)
2
= 96,1852 - 7,3231
= 88,8621


1
= 115,0842 + (
√3 0,3846 ) (-15,9078)
8 2
0,7274
= 115,0842 + (-15,9078)
2
= 115,0842 – 5,7856
= 109,2986


1
= 129,2246 + (
√3 0,1917 ) (-15,9078)
16 2
0,5797
= 129,2246 + (-15,9078)
2
= 129,2246 – 1,8443
= 127,3803
Dari data yang didapat pada perhitungan molar terlarut diatas dapat dibuat grafik Konsentrasi
larutan terhadap molar terlarut, berikut grafiknya :

Konsentrasi Larutan Terhadap Molar Terlarut


1.6

1.4

1.2

1
0.6

0.4

0.2

0
127.3803 109.2986 88.8621 88.8509

4.3 Pembahasan
Pada Pratikan Partial Molar Volume kami menentukan volume larutan molar pada
sebuah larutan dengan adanya zat terlarut. Volume molar parsial adalah volume
perbandingan antara pelarut dengan zat terlarut. Volume molar parsial ditentukan oleh
banyaknya mol zat terlarut yang terkandung dalam 1000 gram pelarut. Bahan yang
digunakan pada praktikum ini yaitu NaCl yang menjadi zat terlarut dan aquades sebagai
pelarurtnya. Mula-mula larutan NaCl dibuat dengan konsentrasi 3M dan volume 100
mL. Untuk membuat larutan NaCl 3 M sebanyak 100 ml diperlukan 17,55 gram serbuk
NaCl. Massa serbuk NaCl ini diperoleh dengan menggunakan rumus:

Setelah larutan NaCl dibuat denngann konsentrasi 3M dilakukann pengenceran


untuk memperoleh konsentrasi yang berbeda dengan cara pengenceran larutan yang
dibuat dengan konsentrasi ½, ¼, 1/8, dan 1/16. Pengenceran adalah pencampuran
antara larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan pelarut agar diperoleh larutan dengan
konsentrasi rendah.
Setelah dilakukan pengenceran, kemudian dilakukan penimbangan masing-masing
larutan dengan menggunakan piknometer untuk mengetahui berat larutan, serta
pengukuran temperatur larutan. Penimbangan ini berguna untuk dapat mengetahui berat
larutan. Volume larutan juga dapat dipengfaruhi oleh suhu, tekanan dan mol komponen.
Setelah itu dilakukan perhitungan untuk mencari massa jenis dari masing-masing
larutan yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi dengan volume
molal parsial. Untuk mengukur massa jenis larutan NaCl digunakan rumus sebagai
berikut:
d o ( w−w e )
d=
(w o−we )
Volume larutan dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan jumlah mol komponen.
Berdasarkan hasil perhitungan massa jenis diatas menunjukan bahwa semakin tinggi
konsentrasi dalam suatu larutan maka semakin besar massa janisnya. Larutan yang
massa jenisnya semakin besar ini disebabkan oleh tingginya konsentrasi dalam suatu
larutan yang menunjukan bahwa jumlah partikel dalam larutan tersebut semakin
banyak. Jadi dapat dikatakan bahwa besar konsentrasi pada suatu larutan berbanding
lurus dengan massa jenisnya.
Setelah itu, dengan menggunakan data yang didapat dari massa jenis, kita dapat
menghitung nilai molalitas dari suatu larutan. Dari hasil perhitungan yang didapat, kita
dapat simpulkan bahwa nilai molalitas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan.
Sebab semakin besar sebuah konsentrasi larutan maka molalitasnya juga akan semakin
besar.
Kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari volume molal semu, yang
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

∅=
{ M 2−( M 2−
m
) (
1000 (w−w o )
(wo −w e ) )}
d
Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa nilai volume molal semu
berbanding terbalik dengan konsentrasi larutan. Semakin kecil konsentrasi larutan maka
nilai volume molal semunya akan semakin besar. Jadi dapat dikatakan bahwa nilai
molal semu berbanding terbalik dengan konsentrasi larutan yang dapat kita lihat
parbandinganya pada perhitungan diatas.
Pada pratikan yang kami lakukan sudah sesuai dengan teori, dimana semakin kecil
konsentrasi maka semakin besar volume molal parsialnya, sehingga hasil pratikan yang
kami lakukan dapat dikatakan berhasil.

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :
 konsentrasi berbanding lurus dengan densitas dan molalitas namun berbanding
terbalik dengan volume molal semu, volume molar terlarut dan volume molar
pelarut.
 Jika konsentrasi larutan tinggi maka densitas dan molalitas juga akan semakin tinggi
dikarnakan konsentrasi larutan berbanding lurus dengan densitas/ massa jenis dan
molalitas.

5.2 Saran
Dari hasil pratikan yang dilakukan disarankan kedepanya agar mahasiswa dapat:
 Pada pratikan diharapkan agar mahasiswa dapat memahami prosedur kerja sebelum
melakukan pratikum
 Diharapkan pada saat pratikum dihrapkan agar mahasiswa dapat lebih teliti dalam
melakukan penimbangan agar hasil yang didapat lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Gurtu, J. N & Gurtu, Amit. 2008. Advance Physical Chemistry Experiments. Maerut:
Pragati Publication. Page 202-204.
Atkins, P.W.1993.Kimia Fisika jilid 1 edisi keempat. Jakarta : Erlangga.
Rao, R.R dan Fasad, K.R.2003. Effect of Volume and Partial Molar Volum Variation.
India : Journal Bearings.
Alberty, A. Robert.1992.Kimia Fisik. Jakarta : Erlangga

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai