1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum volume molal parsial ini adalah untuk menentukan volume
molal parsial komponen dalam larutan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
(2.1)
Jumlah mol zat terlarut adalah sama dengan mol zat terlarut dibagi dengan massa pelarut.
Jadi, jika ada larutan 1,00 molal maka larutan tersebut mengandung 1,00 mol zat telarut
dalam 1,00 kg pelarut (Dogra, 1990).
Tiga macam konsentrasi yang umum digunakan untuk menggambarkan komposisi
campuran cairan atau padatan terlarut dalam cairan yaitu konsentrasi molar. Konsentrasi
molar digunakan ketika perlu mengetahui jumlah zat terlarut dalam sampel volume yang
diketahui dari solusi, fraksi mol, dan molalitas. Hal tersebut dapat digunakan ketika perlu
mengetahui jumlah relatif dari zat terlarut dan molekul pelarut dalam sampel
(Atkins, 2006).
Volum molal parsial adalah kontribusi pada volum, dari satu komponen dalam
sample terhadap volum total. Volum molal parsial komponen suatu campurn berubah-ubah
tergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika
komposisinya berubah dari a murni ke b murni. Perubahan lingkungan molekuler dan
perubahan gay-gaya yang bekerja antara molekul inilah yang menghsilkan variasi sifat
termodinamika campuran jika komposisinya berubah (Atkins, 1993).
Volum molal parsial komponen pada sistem larutan didefinisikan sebagai berikut :
Vi = ( V / ni )T,P,nji (2.2)
dimana :
, (2.3)
(2.4)
akan menjadi
(2.5)
linier terhadap m
= + (d / dm) (m) (2.6)
maka persamaan tersebut menjadi
(2.7)
(2.8)
adalah ekstrapolasi volum molal semu ke konsentrasi mol, dengan melukis grafik vs
m yang linier, maka lereng d / dm dapat dicari dan volum molal parsial pelarut V1
dapat dihitung. Demikian pula dari harga lereng d /dm dan , volum molal parsial zat
terlarut V2 dapat dihitung (Tim penyusun, 2017).
Massa jenis suatu zat dapat ditentukan dengan berbagai alat salah satunya adalah
dengan menggunakan piknometer. Piknometer adalah suatu alat yang terbuat dari kaca,
bentuknya menyerupai botol parfum atau sejenisnya. Piknometer merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur nilai massa jenis atau densitas fluida.Terdapat beberapa
macam ukuran dari piknometer, tetapi biasanya volume piknometer yang banyak
digunakan adalah 10 ml dan 25 ml, dimana nilai volume ini valid pada temperatur yang
tertera pada piknometer tersebut.Volume molal pelarut murni yang dapat dihitung dari
berat molekul (18,016 untuk air) dibagi dengan berat jenis, pada keadaan yang diamati,
untuk larutan tersebut dipenuhi
dan (2.9)
dengan d, d0 berturut-turut adalah berat jenis larutan, berat jenis air, sedangkan M2 adalah
berat molekul zat terlarut, dan nantinya akan didapatkan persamaan seperti berikut
(2.10)
(2.11)
atau (2.12)
Volume molal parsial komponen 1 adalah volume per mol senyawa 1dalam larutan.
Demikian pula, volume molal parsial komponen 2 adalah volume per mol senyawa 2
dalam larutan. Perubahan total volume untuk perubahan dalam konsentrasi larutan adalah:
(Castellan, 1983).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.2. Bahan
Aquades
NaCl 3M
NH4Cl 1M
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Prosedur kerja
NaCl 3 M
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 NaCl 3 M
Konsentrasi Wrata-rata d Molalitas V1 V2
(M) (g) (mL/mol) (g/mL) (m) (mL/mol) (mL/mol)
3/16
42,07 80,51 0,9 0,2 79,94 71,46
3/8
42,31 131,62 1,02 0,4 130,02 118,91
3/4
42,39 102,55 1,03 0,8 97,95 84,45
3/2
42,54 83,48 1,04 1,6 71,88 59,52
4.1.2 NH4Cl 1 M
Konsentrasi Wrata-rata d Molalitas V1 V2
(M) (g) (mL/mol) (g/mL) (m) (mL/mol) (mL/mol)
1/16
41,54 38,74 0,989 0,06 39,15 58,22
1/8
41,554 57,69 0,990 0,13 58,26 84,67
1/4
41,557 56,07 0,992 0,26 59,40 95,16
1/2
41,623 67,06 0,996 0,52 72,60 122,61
4.2 Pembahasan
Percobaan yang dilakuka pada praktikum kali ini adalah mengenai volum molal
parsial yang bertujuan untuk menentukan volume molal parsial komponen dalam larutan.
volum. Menurut Atkins (1994) volum molal parsial merupakan suatu kontribusi pada
volume, dari satu komponen dalam sampel terhadap volume total. Volum molal parsial
suatu campuran berubah-ubah tergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis
molekul berubah jika komposisinya berubah dari a murni ke b murni. Perubahan
lingkungan molekuler dan perubahan gaya-gaya yang bekerja antar molekul inilah yang
menghasilkan variasi sifat termodinamika campuran jika kompsisinya berubah.
Sifat-sifat dari volum molal dapat ditentukan dengan bantuan melalui metode
grafik, dengan menggunakan hubungan analitik yang menunjukkan J dan ni, serta dengan
menggunakan suatu fungsi yang disebut besaran molal nyata yang ditentukan sebagai: Ø.
Sifat termodinamika molal parsial yang jika salah satu sifat (misalnya volume molal
parsial) komposisinya diubah, maka akan berpengaruh pada harga volume molal itu
sendiri. Misalnya, harga konsentrasi diubah, maka volume molalnya juga akan berubah
dari keadaan awal. Akan tetapi, jika salah satu sifatnya yang diubah, misalnya entalpi
molal parsialnya, maka hal tersebut tidak akan mempengaruhi harga sifat molal parsialnya,
karena yang dihitung perubahannya hanyalah jumlah molnya bukan sifat-sifat
termodinamika molal parsialnya.
Percobaan mengenai volum molal parsial ini menggunakan variasi konsentrasi
dari larutan NaCl 3M dan larutan NH4Cl 1M. NaCl dan NH4Cl digunakan sebagai bahan
zat terlarut karena NaCl dan NH4Cl merupakan larutan elektrolit kuat karena semua garam
termasuk larutan elektrolit kuat. Larutan elektrolit kuat dapat terurai sempurna dalam air
dan mampu menyerap air tanpa adanya penambahan volume suatu larutan, sehingga
disebut dengan volume molal parsial semu. Reaksi yang terjadi adalah :
NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)
NH4Cl(aq) NH4+(aq) + Cl-(aq)
Variasi konsentrasi yang digunakan adalah sebesar ½, ¼, 1/8, dan 1/16 dari
konsentrasi larutan awal. Variasi konsentrasi NaCl adalah 3/2, ¾, 3/8, dan 3/16 M
sedangkan untuk NH4Cl variasinya adalah ½, ¼, 1/8, dan 1/16 M. Variasi konsentrasi
larutan ini dapat diperoleh dengan pengenceran larutan NaCl 3 M dan NH 4Cl 1 M
menggunakan akuades.
Penentuan volume molal larutan NaCl dan NH4Cl dapat diketahui dengan
mengukur berat jenis dari larutan NaCl dan NH4 Cl. Pengukuran massa jenis ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi dengan volume molal parsial. Temperatur
untuk larutan tiap-tiap konsentrasi juga diukur dalam percobaan ini. Pengukuran
temperatur ini digunakan untuk menghitung nilai d0 (berat jenis air pada berbagai
temperatur), sehingga jika nilai temperatur berbeda maka d0 yang peroleh juga akan
berbeda. Hasil massa jenis yang diperoleh untuk larutan NaCl dengan konsentrasi 3/16,
3/8, ¾, dan 3/2 berturut-turut adalah sebesar 0,9, 1,02, 1,03, dan 1,04 g/mL dan massa jenis
yang diperoleh untuk larutan NH4Cl dengan konsentrasi 1/16, 1/8, ¼, dan ½ berturut-turut
adalah sebesar 0,989; 0,990; 0,992; dan 0,996 g/mL. Berdasarkan hasil yang diperoleh
diketahui bahwa semakin besar konsentrasi larutan maka semakin besar pula massa jenis
nya. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi yang tinggi semakin banyak zat yang terlarut
(konsentrasi tinggi) maka jumlah molekulnya juga semakin banyak, sehingga massa
jenisnya semakin besar.
Langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu mengukur berat jenis larutan NaCl dan
NH4Cl untuk setiap variasi konsentrasi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
piknometer. Pengukuran pertama yang menggunakan piknometer adalah penimbangan
piknometer kosong (We) yang dilakukan triplo, selanjutnya pikno meter diisi dengan
akuades hingga penuh (Wo) lalu ditimbang dan dilakukan triplo dan yang terakhir pikno
meter diisi dengan larutan dengan berbagai variasi yang telah ditentukan (W) pengukuran
ini juga dilakukan triplo. Hasil yang didapat pada pengukuran ini adalah massa dari
piknometer kosong, massa piknometer + akuades dan massa piknometer + larutan dengan
variasi konsentrasi. Hasil tersebut digunakan untuk mencari nilai molalitas larutan tersebut.
Hasil molalitas yang didapatkan untuk larutan NaCl dengan konsentrasi 3/16, 3/8, ¾, dan
3/2 berturut-turut adalah sebesar 0,2; 0,4; 0,8; dan 0,16 m dan molalitas untuk larutan
NH4Cl dengan konsentrasi 3/16, 3/8, ¾, dan 3/2 M berturut-turut adalah sebesar 0,06; 0,13;
0,26; dan 0,52 m. Hasil ini menunjukkan bahwa molalitas (m) sebanding dengan
konsentrasi larutan (M), dimana semakin besar konsentrasinya maka nilai molalitas nya
juga akan semakin besar.
Perlakuan selanjutnya yaitu menghitung volume molal semu ( ). Volum molal
semu ( ) yang didapatkan berdasarkan hasil perhitungan untuk larutan NaCl dengan
konsentrasi 3/16, 3/8, ¾, dan 3/2 berturut-turut adalah sebesar 80,51; 131,62; 102,55; dan
83,48 mL/mol, sedangkan untuk larutan NH4Cl konsentrasi 1/16, 1/8, ¼, dan ½ nilai volum
molal semunya berturut-turut adalah sebesar 38,74; 57,09; 56,07; dan 67,06 mL/mol. Hasil
yang didapatkan tersebut tidak sesuai dengan literatur dimana seharusnya semakin besar
konsentrasi larutan maka nilai volum molal semunya akan semakin kecil karena zat
terlarutnya semakin banyak sehingga volume yang diperlukan untuk membentuk
konsentrasi tertentu semakin kecil sehingga didapatkan nilai volume molal semu yang
kecil. Ketidaksesuaian hasil yang didapat dengan teori disebabkan mungkin ketidaktelitian
praktikan dalam melakukan pengukuran maupun perhitungan.
Setelah didapat harga Ø, kemudian dibuat grafik antara Ø dengan akar dari konsentrasi
untuk memperoleh nilai slopenya. Kemudian dari nilai slope tersebut dapat digunakan untuk
menghitung nilai volume molal parsial 1 dan 2. Selanjutnya, satuan volume molal parsial yang
diperoleh dari perhitungan tersebut yakni cm3/mol, artinya dalam 1 liter larutan jumlah molnya
adalah 1. Berikut grafik yang diperoleh untuk volume molar semu NaCl dan NH4Cl..
60.00
grafik Φ Vs √m NH4Cl
40.00
20.00 Linear (grafik Φ Vs √m
NaCl )
0.00 Linear (grafik Φ Vs √m
0 0.5 1 1.5 NH4Cl )
√m
Seperti terlihat pada grafik di atas, nilai Ø larutan NaCl pada konsentrasi 3/8, ¾ dan
3/2 M mengalami penurunan yang berturut-turut yaitu dari 131,62; 102,55; dan 83,48
mL/mol. Untuk konsentrasi 3/8, ¾ dan 3/2 M nilai volum molal semu nya semakin turun
dan hal ini sesuai dengan teori dimana semakin bertambahnya konsentrasi (molalitas
bertambah) maka volum molal semunya semakin berkurang karena zat terlarutnya semakin
banyak sehingga volume yang diperlukan untuk membentuk konsentrasi tertentu semakin
kecil sehingga didapatkan nilai volume molal semu yang kecil. Ketidaksesuaian hasil
terlihat pada konsentrasi 3/16 yang nilai volum molal semu nya sebesar 80,51 mL/mol
yang nilai volum molal parsialnya semakin naik.
Grafik pada larutan NH4Cl ini menunjukkan nilai Ø terhadap m yang tidak sesuai
dengan teori, dimana grafik tersebut menunjukkan semakin besar nilai molalitas larutan,
semakin besar nilai volum molal semunya. Seharusnya semakin besar nilai volum molal
semu nya maka nilai molalitas nya akan semakin kecil. Ketidaksesuaian ini mungkin
karena adanya human error dalam percobaan mapun dalam melakukan perhitungan.
Berdasarkan hasil yang terlihat untuk nilai Ø pada larutan NaCl dan NH4Cl
diketahui bahwa nilai volum molal semu larutan NaCl lebih besar daripada NH 4Cl. Hal ini
disebabkan karena berat molekul NaCl lebih besar daripada NH4Cl. Berat molekul NaCl
sebesar 58,5 g/mol sedangkan NH4Cl sebesar 53,5 g/mol. Berat molekul sangat
berpengaruh terhadap nilai volum semu suatu larutan dimana semakin besar berat molekul
semakin besar pula nilai volum molal semunya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan rumus
untuk mencari nilai volum molal suatu zat.
Volume molal parsial larutan tidak dapat ditentukan secara langsung tetapi hampir
setara dengan volume molar parsial larutan, karena volume molar lebih mudah ditentukan
sehingga yang dihitung adalah volume molar larutannya. Konsentrasi berhubungan dengan
n (jumlah mol). Sehingga, pertambahan konsentrasi akan memperkecil volume molal
parsial. Grafik yang diperoleh dengan mengeplotkan volume molar pelarut dengan
molalitas. V1 sebagai volume molal parsial pelarut sedangkan V 2 adalah volume molal
parsial zat terlarut. Berikut adalah grafik V1 vs m pada NaCl dan NH4Cl.
V1 Vs m (NaCl)
60
40 V1 Vs m (NH4Cl)
20
Linear (V1 Vs m (NaCl))
0
0 0.5 1 1.5 2 Linear (V1 Vs m
m (NH4Cl))
60 V2 Vs m (NaCl)
40 V2 Vs m (NH4Cl)
20
0 Linear (V2 Vs m
0 0.5 1 1.5 2 (NaCl))
Linear (V2 Vs m
m (NH4Cl))
Hal yang serupa juga terjadi pada grafik V2 vs m pada larutan NaCl, dimana grafik
tersebut mengalami penyimpangan pada konsentrasi 3/16 M ke konsentrasi 3/8 M.
penyimpangan terjadi dimana nilai molalitas bertambah dengan kenaikan konsentrasi. Nilai
molalitas larutan pada konsentrasi 3/16 M adalah sebesar 0,2 m dengan nilai V 1 nya
sebesar 71,46mL/mol.
Grafik V2 vs m larutan NH4Cl tersebut sama dengan grafik antara V1 vs m diatas
dimana terjadi penyimpangan untuk nilai volume yang semakin besar, maka semakin besar
nilai molalitas nya. Penyimpangan ini adalah kelanjutan dari penyimpangan dari data yang
sebelum-sebelumnya. Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa nilai volum molal parsial
zat terlarut (V2) larutan NaCl lebih besar daripada NH4Cl. Hal ini dipengaruhi oleh berat
molekul NaCl lebih besar daripada NH4Cl juga dipengaruhi oleh sifat garam pada NaCl
dan NH4Cl.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai
molalitas (m) berbanding terbalik dengan volume nya (V), dimana semakin besar nilai
molalitas larutan maka volume nya akan semakin kecil. Hasil yang didapatkan volum
molal parsial NaCl (V2) pada konsentrasi 3/16, 3/8, ¾, 3/2 M berturut-turut adalah sebesar
71,46; 118,91; 84,45; 59,52 mL/mol dan volum molal parsial larutan NH 4Cl pada
konsentrasi 1/16, 1/8, ¼, ½ M berturut-turut adalah 58,22; 84,67; 95,16; 122,61 mL/mol.
Nilai volum molal parsial zat terlarut pada NaCl lebih besar daripada NH4Cl.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil setelah melakukan percobaan mengenai volum
molal parsial ini adalah :
- praktikan dianjurkan agar teliti dalam menimbang bahan dan alat yang ada agar hasil
yang diperoleh akan baik dan sesuai yang diharapkan.
- Praktikan harus lebih memahami prosedur kerja, teliti dan cekatan dalam melakukan
percobaan ini agar didapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Sciencelab. 2015. Material Safety Data Sheet (MSDS) of Amonium klorida. [Serial
Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9962635. [19 Maret 2017].
Sciencelab. 2015. Material Safety Data Sheet (MSDS) of Natrium Klorida. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=992762895. [19 Maret 2017].
a. Konsentrasi M
M1 x V1 = M2 x V2
M x 50 mL = 3 M x V2
V2 =
b. Konsentrasi
M1 x V1 = M2 x V2
M x 50 mL = 3 M x V2
V2 =
c. Konsentrasi
M1 x V1 = M2 x V2
M x 50 mL = 3 M x V2
V2 =
d. Konsentrasi
M1 x V1 = M2 x V2
M x 50 mL = 3 M x V2
V2 =
NaCl
1) Pikno kosong ( )
2) Pikno +air ( )
3/16 M =>
3/8 =>
¾ =>
3/2 =>
a. Konsentrasi
d= = = 0,9
b. Konsentrasi
d= = = 1,02
c. Konsentrasi
d= = = 1,03
d. Konsentrasi
d= = = 1,04
3. Molalitas larutan
a. Konsentrasi
m= = 0,2 molal
b. Konsentrasi
m= = 0,4 molal
c. Konsentrasi
m= = 0,8 molal
d. Konsentrasi
m= = 1,6 molal
b. Konsentrasi 3/8 M
Φ= = = 131,62
mL/mol
c. Konsentrasi ¾ M
Φ= = = 102,55
mL/mol
d. Konsentrasi 3/2
Φ= = = 85,48 mL/mol
5. Grafik ϕ vs
Φ
0,44 80,51
0,61 131,62
0,87 102,55
1,25 85,48
grafik Φ Vs √m
140.00
120.00 y = -13.813x + 111.01
R² = 0.0451
100.00
80.00
Φ
60.00 grafik Φ Vs √m
40.00 Linear (grafik Φ Vs √m )
20.00
0.00
0 0.5 1 1.5
√m
6. Mencari nilai V1
y = -13,81 x + 111,0
V1= Φ + ( )( )
a. Konsentrasi 3/16 M
V1= Φ + ( )( )
V1 = 80,51+ ( ) (-13,81)
V1 =79,94
b. Konsentrasi 3/8 M
V1= Φ + ( )( )
V1 = 131,62+ ( ) (-13,81)
V1 =130,02
c. Konsentrasi ¾ M
V1= Φ + ( )( )
V1 = 102,55+ ( ) (-13,81)
V1 =97,95
d. Konsentrasi 3/2 M
V1= Φ + ( )( )
V1 = 85,48+ ( ) (-13,81)
V1 =71,88
5. Grafik V1vs m
V1 Vs m
140 y = -21.002x + 110.18
R² = 0.2484
120
100
80
V1
60 V1 Vs m
40 Linear (V1 Vs m)
20
0
0 0.5 1 1.5 2
m
V1 m
79,94 0,2
130,02 0,4
97,95 0,8
71,88 1,6
a. Konsentrasi 3/16
V2= Φ + ( )( )
V2 = 80,51+ ( ) (-13,81)
V2 =71,46
b. Konsentrasi 3/8
V2= Φ + ( )( )
V2 = 131,62+ ( ) (-13,81)
V2 =118,91
c. Konsentrasi 3/4
V2= Φ + ( )( )
V2 = 102,55+ ( ) (-13,81)
V2 =84,45
d. Konsentrasi 3/2
V2= Φ + ( )( )
V2 = 85,48+ ( ) (-13,81)
V2 =59,52
7. Grafik V2 vs m
V2 Vs m
140
y = -22.708x + 100.62
120 R² = 0.3002
100
80
V2
60 V2 Vs m
40 Linear (V2 Vs m)
20
0
0 0.5 1 1.5 2
m
v2 m
71,46 0,2
118,91 0,4
84,45 0,8
59,52 1,6
a. Konsentrasi M
M1 x V1 = M2 x V2
M x 50 mL = 1 M x V2
V2 =
a. Konsentrasi
M1 x V1 = M2 x V2
M x 50 mL = 1 M x V2
V2 =
b. Konsentrasi
M1 x V1 = M2 x V2
M x 50 mL = 1 M x V2
V2 =
c. Konsentrasi
M1 x V1 = M2 x V2
M x 50 mL = 3 M x V2
V2 =
NH4Cl
4) Pikno kosong (We)
1/16 M =>
1/8 =>
1/4 =>
1/2 =>
a. Konsentrasi 1/16 M
b. Konsentrasi 1/8 M
c. Konsentrasi 1/4 M
d. Konsentrasi 1/2 M
2. Molalitas larutan
a. Konsentrasi 1/16 M
b. Konsentrasi 1/8 M
c. Konsentrasi 1/4 M
d. Konsentrasi 1/2 M
3. Volume molal semu zat terlarut
a. Konsentrasi 1/16 M
b. Konsentrasi 1/8 M
c. Konsentrasi 1/4
d. Konsentrasi ½ M
4. Grafik vs
√m Ф
0,25 38,74
0,36 57,09
0,51 56,07
0,72 67,06
grafik Φ Vs √m
80.00
y = 51.56x + 31.127
70.00 R² = 0.7862
60.00
50.00
40.00
Φ
grafik Φ Vs √m
30.00
Linear (grafik Φ Vs √m )
20.00
10.00
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8
√m
5. Mencari nilai V1
y = 51,56 x + 31,12
a. Konsentrasi 1/16 M
b. Konsentrasi 1/8 M
c. Konsentrasi 1/4 M
d. Konsentrasi ½ M
6. Grafik V1vs m
m V1
0,063 39,15
0,13 58,26
0,26 59,40
0,52 72,62
grafik V1 Vs m
90
y = 0.5692x + 7.0329
80
R² = 0.9808
70
60
50
V1
40 grafik V1 Vs m
30
Linear (grafik V1 Vs m)
20
10
0
0 50 100 150
m
7. Mencari nilai V2
y = 51,56 x + 31,12
a. Konsentrasi 1/16 M
V2 =
V2 = = 58,22
b. Konsentrasi 1/8 M
V2 =
V2 = = 84,67
c. Konsentrasi 1/4 M
V2 =
V2 = = 95,16
d. Konsentrasi 1/2 M
V2 =
V2 = = 122,61
8. Grafik V2vs m
m V2
0,063 58,22
0,13 84,67
0,26 95,16
0,52 122,61
V2 Vs m
140
y = 127.14x + 59.59
120
R² = 0.9133
100
Axis Title
80
60 V2 Vs m
40 Linear (V2 Vs m)
20
0
0 0.2 0.4 0.6
Axis Title
Grafik gabungan
50.00
grafik Φ Vs √m NH4Cl
0.00
Linear (grafik Φ Vs √m
0 0.5 1 1.5
y = 51.56x + 31.127 NaCl )
√m
R² = 0.7862
V1 Vs m (NaCl dan NH4Cl)
y = -21.002x + 110.18
150 R² = 0.2484
y = 70.306x + 41.45
100 R² = 0.8453
V1
V1 Vs m (NaCl)
50
V1 Vs m (NH4Cl)
0
0 0.5 1 1.5 2
Linear (V1 Vs m
m (NaCl))
V2 Vs m (NaCl)
50
V2 Vs m (NH4Cl)
0
0 0.5 1 1.5 2
Linear (V2 Vs m
m (NaCl))