Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA

VOLUM MOLAL PARSIAL

Nama : Kartika Indah Aulia


NIM : 151810301042
Kelas / Kelompok :B/3
Asisten : Viki Amalia

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Volum molal parsial adalah kontribusi pada volum, dari satu komponen dalam
sample terhadap volum total. Volum molar parsial komponen suatu campurn berubah-ubah
tergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika
komposisinya berubah dari a murni ke b murni. Perubahan lingkungan molekuler dan
perubahan gay-gaya yang bekerja antara molekul inilah yang menghsilkan variasi sifat
termodinamika campuran jika komposisinya berubah (Atkins, 1993).
Volume molal parsial suatu larutan adalah penambahan volume yang terjadi bila satu
mol komponen i ditambahkan pada larutan. Volume molal parsial suatu campuran dapat
ditentukan dengan mengukur massa jenis zat tersebut dengan piknometer. Percobaan
volume molal parsial bertujuan untuk menentukan volume molal parsial larutan NaCl
dalam berbagai konsentrasi yang dilakukan dengan cara mengukur berat jenis larutan NaCl
menggunakan piknometer.
Fungsi volume molal parsial dalam kehidupan sehari-hari tidak akan pernah terlepas
dari air ataupun zat-zat kimia yang lain. Setiap zat tersebut pasti memliki volume. Volume
molal parsial biasanya digunakan dalam menentukan tekanan uap campuran. Selain itu
dalam mencampurkan suatu zat tertentu dengan zat lain dalam temperatur tertentu, kita
juga harus mengetahui volume molal parsial dari zat-zat tersebut. Berdasarkan pada teori
diatas dilakukanlah percobaan penentuan volume molal suatu larutan, dalam hal ini larutan
natrium klorida. Berdasarkan analisa ini, volume molal parsial suatu larutan ditentukan
berdasarkan hubungan densitas dengan peningkatan konsentrasi dari larutan natrium
klorida ammonium klorida. Berdasarkan teori di atas, untuk mengetahui metode-metode
penentuan volume molal parsial yang merupakan sifat dari termodinamika molal parsial
utama maka percobaan ini dilakukan untuk mempermudah pemahaman teori yang ada
serta menganalisis sekiranya tidak terdapat korelasi antara hasil yang diperoleh di
laboratorium dengan apa yang ada dalam teori.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum volume molal parsial ini adalah untuk menentukan volume
molal parsial komponen dalam larutan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades atau dihidrogen oksida merupakan senyawa yang terdiri atas Hidrogen (H)
dan Oksigen (O) dengan rumus molekul H2O. Akuades memiliki penampilan fisik cair,
tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Akuades memiliki tiitk didih 100 °C , titik
leleh 0 °C, tekanan uap 2,3 kPa dan berat molekul sebesar 18,02 g/mol. Akuades tidak
berbahaya dalam kasus kontak kulit, kontak mata, tertelan, maupun inhalasi. Akuades tidak
memiliki ketentuan khusus dalam hal penyimpanan (Sciencelab, 2017).

2.1.2 Natrium Klorida (NaCl)


Natrium klorida mempunyai rumus kimia NaCl. Natrium klorida memiliki bentuk
fisik berupa padatan Kristal berwarna putih, berbau hambar dan berasa asin (garam).
Natrium klorida mempunyai berat molekul sebesar 58,44 g/mol, titik didihnya sebesar
1413 °C, titik lelehnya sebesar 801 °C dan berat jenisnya sebesar 2,165 g/L. Natrium
klorida sangat larut dalam air dingin, air panas, larut dalam gliserol dan ammonia dan tidak
larut dalam asam hidroklorik. Narium klorida berbahaya apabila terkena kontak dengan
mata yang dapat mengakibatkan iritasi. Natrium klorida yang terkena kontak dengan mata
dapat ditangani dengan cara membasuh mata yang terkena bahan dengan air selama 15
menit (Sciencelab, 2017).

2.1.3 Amonium Klorida (NH4Cl)


Amonium klorida mempunyai rumus kimia NH 4Cl. Amonium klorida memiliki
bentuk fisik berupa padatan kristal berwarna putih, tidak berbau dan berasa dingin (garam).
Ammonium klorida mempunyai berat molekul sebesar 53,49 g/mol, titik didih 520 °C, titik
leleh 338 °C,dan berat jenisnya 1,53 g/L. Amonium klorida larut dalam air dingin, air
panas dan tidak larut dalam dietil eter dan aseton. Ammonium klorida berbahaya apabila
tertelan yang dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaa. Ammonium klorida yang
tertelan dapat ditangani dengan cara tidak menyruh korban untuk memuntahkannya dan
tidak memberikan apapun lewat mulut, segera dapatkan bantuan medis (Sciencelab, 2017).
2.2 Dasar Teori
Molalitas (m) adalah jumlah mol zat terlarut per satuan massa pelarut sedangkan
molaritas (M) adalah jumlah mol zat terlarut per satuan volume. Jumlah tersebut diukur
dari segi molalitas zat terlarut. Volume larutan akan mengalami perubahan dengan adanya
penambahan pada larutan. Molalitas didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut per satuan
massa pelarut:

(2.1)

Jumlah mol zat terlarut adalah sama dengan mol zat terlarut dibagi dengan massa pelarut.
Jadi, jika ada larutan 1,00 molal maka larutan tersebut mengandung 1,00 mol zat telarut
dalam 1,00 kg pelarut (Dogra, 1990).
Tiga macam konsentrasi yang umum digunakan untuk menggambarkan komposisi
campuran cairan atau padatan terlarut dalam cairan yaitu konsentrasi molar. Konsentrasi
molar digunakan ketika perlu mengetahui jumlah zat terlarut dalam sampel volume yang
diketahui dari solusi, fraksi mol, dan molalitas. Hal tersebut dapat digunakan ketika perlu
mengetahui jumlah relatif dari zat terlarut dan molekul pelarut dalam sampel
(Atkins, 2006).
Volum molal parsial adalah kontribusi pada volum, dari satu komponen dalam
sample terhadap volum total. Volum molal parsial komponen suatu campurn berubah-ubah
tergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika
komposisinya berubah dari a murni ke b murni. Perubahan lingkungan molekuler dan
perubahan gay-gaya yang bekerja antara molekul inilah yang menghsilkan variasi sifat
termodinamika campuran jika komposisinya berubah (Atkins, 1993).

Volum molal parsial komponen pada sistem larutan didefinisikan sebagai berikut :

Vi = ( V /  ni )T,P,nji (2.2)

dimana :

V = volum n = jumlah mol


T = temperatur P = tekanan
Vi adalah volum molal parsial dari komponen ke-i.
Secara fisik Vi berarti kenaikan dalam besaran termodinamik V yang diamati bila satu mol
senyawa i ditambahkan ke suatu sistem yang besar, sehingga komposisinya tetap konstan.
persamaan diatas dapat ditulis sebagai pada temperatur dan tekanan
konstan dan dapat diintegrasikan menjadi . Arti fisik dari integrasi ini adalah
bahwa ke suatu larutan yang komposisinya tetap, suatu komponen n1, n2,….,ni ditambah
lebih lanjut, sehingga komposisi relative dari tiap jenis-jenis tetap konstan. Integrasi
diambil pada banyaknya mol, sehingga besaran molal ini akan tetap sama (Dogra, 1990).
Larutan elektrolit sederhana, misalnya larutan NaCl, ditemukan bahwa linier
terhadap m, untuk konsentrasi yang tidak pekat, karena

, (2.3)

maka persamaan dari

(2.4)

akan menjadi

(2.5)

linier terhadap m
= + (d / dm) (m) (2.6)
maka persamaan tersebut menjadi

(2.7)

dengan demikian pula persamaan (16) menjadi :

(2.8)

adalah ekstrapolasi volum molal semu ke konsentrasi mol, dengan melukis grafik vs
m yang linier, maka lereng d / dm dapat dicari dan volum molal parsial pelarut V1
dapat dihitung. Demikian pula dari harga lereng d /dm dan , volum molal parsial zat
terlarut V2 dapat dihitung (Tim penyusun, 2017).
Massa jenis suatu zat dapat ditentukan dengan berbagai alat salah satunya adalah
dengan menggunakan piknometer. Piknometer adalah suatu alat yang terbuat dari kaca,
bentuknya menyerupai botol parfum atau sejenisnya. Piknometer merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur nilai massa jenis atau densitas fluida.Terdapat beberapa
macam ukuran dari piknometer, tetapi biasanya volume piknometer yang banyak
digunakan adalah 10 ml dan 25 ml, dimana nilai volume ini valid pada temperatur yang
tertera pada piknometer tersebut.Volume molal pelarut murni yang dapat dihitung dari
berat molekul (18,016 untuk air) dibagi dengan berat jenis, pada keadaan yang diamati,
untuk larutan tersebut dipenuhi

dan (2.9)
dengan d, d0 berturut-turut adalah berat jenis larutan, berat jenis air, sedangkan M2 adalah
berat molekul zat terlarut, dan nantinya akan didapatkan persamaan seperti berikut

(2.10)

(2.11)

Persamaan ini digunakan jika perhitungan menggunakan piknometer, disini W, W0,


We berturut-turut adalah berat piknometer yang dipenuhi larutan, dipenuhi air dan
piknometer kosong (Tim penyusun, 2017).
Terdapat tiga sifat termodinamika molal parsial utama, yakni :
1. Volume molal parsial dari komponen-komponen dalam larutan (juga disebut sebagai
panas differensial larutan).
2. Entalpi molal parsial.
3. Energi bebas molal parsial (potensial kimia).
Sifat-sifat diatas dapat ditentukan dengan metode grafik, menggunakan hubungan analitik
yang menunjukkan V dan ni dan menggunakan suatu fungsi yang disebut besaran molal
nyata yang ditentukan sebagai

atau (2.12)

Dimana adalah volume molal untuk komponen murni (Basuki, 2003).


Titik sifat molal parsial tergantung pada konsentrasi. Oleh karena itu mengetahui
ketergantungan konsentrasi sangat penting untuk memahami solusi(larutan). Semua sifat
termodinamika yang cukup luas, volume adalah yang paling mudah untuk divisualisasikan.
Hal ini juga berlaku untuk volume molal parsial, yang didefinisikan sebagai:

Volume molal parsial komponen 1 adalah volume per mol senyawa 1dalam larutan.
Demikian pula, volume molal parsial komponen 2 adalah volume per mol senyawa 2
dalam larutan. Perubahan total volume untuk perubahan dalam konsentrasi larutan adalah:

(Castellan, 1983).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
 Beaker glass
 Gelas arloji
 Piknometer
 Termometer
 Gelas ukur
 Pipet tetes
 Pipet mohr
 Labu ukur
 Ball pipet
 Timbangan analitik
 Pipet volume
 Batang pengaduk
 Botol semprot

3.1.2. Bahan
 Aquades
 NaCl 3M
 NH4Cl 1M
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Prosedur kerja

NaCl 3 M

 diencerkan menggunakan pelarut air dengan konsentrasi ½, ¼, 1/8, dan


1/16 dari konsentrasi semula.
 dilakukan pengenceran pada hal yang sama untuk larutan NH4Cl 1 M.
 ditimbang piknometer kosong (W) dan dilakukan tiga kali penimbangan,
dicatat massa nya.
 ditimbang piknometer yang telah diisi penuh dengan akuades, dilakukan
tiga kali penimbangan dan dicatat massa nya.
 ditimbang piknometer yang telah diisi dengan larutan NaCl dan NH 4Cl
untuk masing-masing konsentrasi yang telah di buat, dicatat massanya.
 dicatat temperatur di dalam piknometer.
 Dihitung densitas untuk masing-masing larutan.
 dilakukan triplo.

Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 NaCl 3 M
Konsentrasi Wrata-rata d Molalitas V1 V2
(M) (g) (mL/mol) (g/mL) (m) (mL/mol) (mL/mol)
3/16
42,07 80,51 0,9 0,2 79,94 71,46

3/8
42,31 131,62 1,02 0,4 130,02 118,91

3/4
42,39 102,55 1,03 0,8 97,95 84,45

3/2
42,54 83,48 1,04 1,6 71,88 59,52

4.1.2 NH4Cl 1 M
Konsentrasi Wrata-rata d Molalitas V1 V2
(M) (g) (mL/mol) (g/mL) (m) (mL/mol) (mL/mol)
1/16
41,54 38,74 0,989 0,06 39,15 58,22

1/8
41,554 57,69 0,990 0,13 58,26 84,67

1/4
41,557 56,07 0,992 0,26 59,40 95,16

1/2
41,623 67,06 0,996 0,52 72,60 122,61

4.2 Pembahasan
Percobaan yang dilakuka pada praktikum kali ini adalah mengenai volum molal
parsial yang bertujuan untuk menentukan volume molal parsial komponen dalam larutan.
volum. Menurut Atkins (1994) volum molal parsial merupakan suatu kontribusi pada
volume, dari satu komponen dalam sampel terhadap volume total. Volum molal parsial
suatu campuran berubah-ubah tergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis
molekul berubah jika komposisinya berubah dari a murni ke b murni. Perubahan
lingkungan molekuler dan perubahan gaya-gaya yang bekerja antar molekul inilah yang
menghasilkan variasi sifat termodinamika campuran jika kompsisinya berubah.
Sifat-sifat dari volum molal dapat ditentukan dengan bantuan melalui metode
grafik, dengan menggunakan hubungan analitik yang menunjukkan J dan ni, serta dengan
menggunakan suatu fungsi yang disebut besaran molal nyata yang ditentukan sebagai: Ø.
Sifat termodinamika molal parsial yang jika salah satu sifat (misalnya volume molal
parsial) komposisinya diubah, maka akan berpengaruh pada harga volume molal itu
sendiri. Misalnya, harga konsentrasi diubah, maka volume molalnya juga akan berubah
dari keadaan awal. Akan tetapi, jika salah satu sifatnya yang diubah, misalnya entalpi
molal parsialnya, maka hal tersebut tidak akan mempengaruhi harga sifat molal parsialnya,
karena yang dihitung perubahannya hanyalah jumlah molnya bukan sifat-sifat
termodinamika molal parsialnya.
Percobaan mengenai volum molal parsial ini menggunakan variasi konsentrasi
dari larutan NaCl 3M dan larutan NH4Cl 1M. NaCl dan NH4Cl digunakan sebagai bahan
zat terlarut karena NaCl dan NH4Cl merupakan larutan elektrolit kuat karena semua garam
termasuk larutan elektrolit kuat. Larutan elektrolit kuat dapat terurai sempurna dalam air
dan mampu menyerap air tanpa adanya penambahan volume suatu larutan, sehingga
disebut dengan volume molal parsial semu. Reaksi yang terjadi adalah :
NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)
NH4Cl(aq) NH4+(aq) + Cl-(aq)
Variasi konsentrasi yang digunakan adalah sebesar ½, ¼, 1/8, dan 1/16 dari
konsentrasi larutan awal. Variasi konsentrasi NaCl adalah 3/2, ¾, 3/8, dan 3/16 M
sedangkan untuk NH4Cl variasinya adalah ½, ¼, 1/8, dan 1/16 M. Variasi konsentrasi
larutan ini dapat diperoleh dengan pengenceran larutan NaCl 3 M dan NH 4Cl 1 M
menggunakan akuades.
Penentuan volume molal larutan NaCl dan NH4Cl dapat diketahui dengan
mengukur berat jenis dari larutan NaCl dan NH4 Cl. Pengukuran massa jenis ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi dengan volume molal parsial. Temperatur
untuk larutan tiap-tiap konsentrasi juga diukur dalam percobaan ini. Pengukuran
temperatur ini digunakan untuk menghitung nilai d0 (berat jenis air pada berbagai
temperatur), sehingga jika nilai temperatur berbeda maka d0 yang peroleh juga akan
berbeda. Hasil massa jenis yang diperoleh untuk larutan NaCl dengan konsentrasi 3/16,
3/8, ¾, dan 3/2 berturut-turut adalah sebesar 0,9, 1,02, 1,03, dan 1,04 g/mL dan massa jenis
yang diperoleh untuk larutan NH4Cl dengan konsentrasi 1/16, 1/8, ¼, dan ½ berturut-turut
adalah sebesar 0,989; 0,990; 0,992; dan 0,996 g/mL. Berdasarkan hasil yang diperoleh
diketahui bahwa semakin besar konsentrasi larutan maka semakin besar pula massa jenis
nya. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi yang tinggi semakin banyak zat yang terlarut
(konsentrasi tinggi) maka jumlah molekulnya juga semakin banyak, sehingga massa
jenisnya semakin besar.
Langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu mengukur berat jenis larutan NaCl dan
NH4Cl untuk setiap variasi konsentrasi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
piknometer. Pengukuran pertama yang menggunakan piknometer adalah penimbangan
piknometer kosong (We) yang dilakukan triplo, selanjutnya pikno meter diisi dengan
akuades hingga penuh (Wo) lalu ditimbang dan dilakukan triplo dan yang terakhir pikno
meter diisi dengan larutan dengan berbagai variasi yang telah ditentukan (W) pengukuran
ini juga dilakukan triplo. Hasil yang didapat pada pengukuran ini adalah massa dari
piknometer kosong, massa piknometer + akuades dan massa piknometer + larutan dengan
variasi konsentrasi. Hasil tersebut digunakan untuk mencari nilai molalitas larutan tersebut.
Hasil molalitas yang didapatkan untuk larutan NaCl dengan konsentrasi 3/16, 3/8, ¾, dan
3/2 berturut-turut adalah sebesar 0,2; 0,4; 0,8; dan 0,16 m dan molalitas untuk larutan
NH4Cl dengan konsentrasi 3/16, 3/8, ¾, dan 3/2 M berturut-turut adalah sebesar 0,06; 0,13;
0,26; dan 0,52 m. Hasil ini menunjukkan bahwa molalitas (m) sebanding dengan
konsentrasi larutan (M), dimana semakin besar konsentrasinya maka nilai molalitas nya
juga akan semakin besar.
Perlakuan selanjutnya yaitu menghitung volume molal semu ( ). Volum molal
semu ( ) yang didapatkan berdasarkan hasil perhitungan untuk larutan NaCl dengan
konsentrasi 3/16, 3/8, ¾, dan 3/2 berturut-turut adalah sebesar 80,51; 131,62; 102,55; dan
83,48 mL/mol, sedangkan untuk larutan NH4Cl konsentrasi 1/16, 1/8, ¼, dan ½ nilai volum
molal semunya berturut-turut adalah sebesar 38,74; 57,09; 56,07; dan 67,06 mL/mol. Hasil
yang didapatkan tersebut tidak sesuai dengan literatur dimana seharusnya semakin besar
konsentrasi larutan maka nilai volum molal semunya akan semakin kecil karena zat
terlarutnya semakin banyak sehingga volume yang diperlukan untuk membentuk
konsentrasi tertentu semakin kecil sehingga didapatkan nilai volume molal semu yang
kecil. Ketidaksesuaian hasil yang didapat dengan teori disebabkan mungkin ketidaktelitian
praktikan dalam melakukan pengukuran maupun perhitungan.
Setelah didapat harga Ø, kemudian dibuat grafik antara Ø dengan akar dari konsentrasi
untuk memperoleh nilai slopenya. Kemudian dari nilai slope tersebut dapat digunakan untuk
menghitung nilai volume molal parsial 1 dan 2. Selanjutnya, satuan volume molal parsial yang
diperoleh dari perhitungan tersebut yakni cm3/mol, artinya dalam 1 liter larutan jumlah molnya
adalah 1. Berikut grafik yang diperoleh untuk volume molar semu NaCl dan NH4Cl..

grafik Φ Vs √m NaCl dan NH4Cl


140.00 y = -13.813x + 111.01
R² = 0.0451
120.00
y = 51.56x + 31.127
100.00 R² = 0.7862
80.00 grafik Φ Vs √m NaCl
Φ

60.00
grafik Φ Vs √m NH4Cl
40.00
20.00 Linear (grafik Φ Vs √m
NaCl )
0.00 Linear (grafik Φ Vs √m
0 0.5 1 1.5 NH4Cl )
√m

Seperti terlihat pada grafik di atas, nilai Ø larutan NaCl pada konsentrasi 3/8, ¾ dan
3/2 M mengalami penurunan yang berturut-turut yaitu dari 131,62; 102,55; dan 83,48
mL/mol. Untuk konsentrasi 3/8, ¾ dan 3/2 M nilai volum molal semu nya semakin turun
dan hal ini sesuai dengan teori dimana semakin bertambahnya konsentrasi (molalitas
bertambah) maka volum molal semunya semakin berkurang karena zat terlarutnya semakin
banyak sehingga volume yang diperlukan untuk membentuk konsentrasi tertentu semakin
kecil sehingga didapatkan nilai volume molal semu yang kecil. Ketidaksesuaian hasil
terlihat pada konsentrasi 3/16 yang nilai volum molal semu nya sebesar 80,51 mL/mol
yang nilai volum molal parsialnya semakin naik.
Grafik pada larutan NH4Cl ini menunjukkan nilai Ø terhadap m yang tidak sesuai
dengan teori, dimana grafik tersebut menunjukkan semakin besar nilai molalitas larutan,
semakin besar nilai volum molal semunya. Seharusnya semakin besar nilai volum molal
semu nya maka nilai molalitas nya akan semakin kecil. Ketidaksesuaian ini mungkin
karena adanya human error dalam percobaan mapun dalam melakukan perhitungan.
Berdasarkan hasil yang terlihat untuk nilai Ø pada larutan NaCl dan NH4Cl
diketahui bahwa nilai volum molal semu larutan NaCl lebih besar daripada NH 4Cl. Hal ini
disebabkan karena berat molekul NaCl lebih besar daripada NH4Cl. Berat molekul NaCl
sebesar 58,5 g/mol sedangkan NH4Cl sebesar 53,5 g/mol. Berat molekul sangat
berpengaruh terhadap nilai volum semu suatu larutan dimana semakin besar berat molekul
semakin besar pula nilai volum molal semunya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan rumus
untuk mencari nilai volum molal suatu zat.
Volume molal parsial larutan tidak dapat ditentukan secara langsung tetapi hampir
setara dengan volume molar parsial larutan, karena volume molar lebih mudah ditentukan
sehingga yang dihitung adalah volume molar larutannya. Konsentrasi berhubungan dengan
n (jumlah mol). Sehingga, pertambahan konsentrasi akan memperkecil volume molal
parsial. Grafik yang diperoleh dengan mengeplotkan volume molar pelarut dengan
molalitas. V1 sebagai volume molal parsial pelarut sedangkan V 2 adalah volume molal
parsial zat terlarut. Berikut adalah grafik V1 vs m pada NaCl dan NH4Cl.

V1 Vs m (NaCl dan NH4Cl)


140 y = -21.002x + 110.18
R² = 0.2484
120
y = 70.306x + 41.45
100
R² = 0.8453
80
V1

V1 Vs m (NaCl)
60
40 V1 Vs m (NH4Cl)
20
Linear (V1 Vs m (NaCl))
0
0 0.5 1 1.5 2 Linear (V1 Vs m
m (NH4Cl))

Grafik menunjukkan hubungan V 1 vs m dimana grafik tersebut untuk larutan NaCl


mengalami penyimpangan pada konsentrasi 3/16 M ke konsentrasi 3/8 M. penyimpangan
terjadi dimana nilai molalitas bertambah dengan kenaikan konsentrasi. Nilai molalitas
larutan pada konsentrasi 3/16 M adalah sebesar 0,2 m dengan nilai V 1 nya sebesar 79,94
mL/mol.
Grafik diatas merupakan grafik volume molal parsial pelarut pada NH4Cl. Volume
molal parsial pelarut disini akuades yang dijadikan sebagai pelarut sedangkan sebagai zat
terlarut adalah NH4Cl. Volume molal parsial pelarut pada NH4Cl ini menunjukkan nilai
yang semakin besar dengan bertambahnya konsentrasi. Seharusnya nilai volum yang
semakin besar maka molalitas nya akan semakin rendah. Penyimpangan ini dikarenakan
mungkin kesalahan yang dilakukan saat proses pengukuran menggunakan piknometer dan
proses saat perhitungan.
Terlihat dari grafik V1 vs m diatas nilai molalitas NaCl lebih besar daripada nilai
molalitas NH4Cl. Hal ini dikarenakan NaCl merupakan suatu garam netral yang terbentuk
dari asam kuat dan basa kuat, sehingga dapat terdisosiasi sempurna. Meskipun NaCl dan
NH4Cl keduanya merupakan larutan elektrolit kuat tetapi NH4Cl meruakan garam yang
bersifat asam karena terbentuk dari asam kuat dan basa lemah sehingga agak sulit
terdisosiasi. Hal ini akan berpengaruh pada nilai molalitas yang dihasilkan pada setiap
larutan.

V2 Vs m (NaCl dan NH4Cl)


140 y = -22.708x + 100.62
120 R² = 0.3002
100 y = 127.14x + 59.59
R² = 0.9133
80
V2

60 V2 Vs m (NaCl)
40 V2 Vs m (NH4Cl)
20
0 Linear (V2 Vs m
0 0.5 1 1.5 2 (NaCl))
Linear (V2 Vs m
m (NH4Cl))

Hal yang serupa juga terjadi pada grafik V2 vs m pada larutan NaCl, dimana grafik
tersebut mengalami penyimpangan pada konsentrasi 3/16 M ke konsentrasi 3/8 M.
penyimpangan terjadi dimana nilai molalitas bertambah dengan kenaikan konsentrasi. Nilai
molalitas larutan pada konsentrasi 3/16 M adalah sebesar 0,2 m dengan nilai V 1 nya
sebesar 71,46mL/mol.
Grafik V2 vs m larutan NH4Cl tersebut sama dengan grafik antara V1 vs m diatas
dimana terjadi penyimpangan untuk nilai volume yang semakin besar, maka semakin besar
nilai molalitas nya. Penyimpangan ini adalah kelanjutan dari penyimpangan dari data yang
sebelum-sebelumnya. Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa nilai volum molal parsial
zat terlarut (V2) larutan NaCl lebih besar daripada NH4Cl. Hal ini dipengaruhi oleh berat
molekul NaCl lebih besar daripada NH4Cl juga dipengaruhi oleh sifat garam pada NaCl
dan NH4Cl.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai
molalitas (m) berbanding terbalik dengan volume nya (V), dimana semakin besar nilai
molalitas larutan maka volume nya akan semakin kecil. Hasil yang didapatkan volum
molal parsial NaCl (V2) pada konsentrasi 3/16, 3/8, ¾, 3/2 M berturut-turut adalah sebesar
71,46; 118,91; 84,45; 59,52 mL/mol dan volum molal parsial larutan NH 4Cl pada
konsentrasi 1/16, 1/8, ¼, ½ M berturut-turut adalah 58,22; 84,67; 95,16; 122,61 mL/mol.
Nilai volum molal parsial zat terlarut pada NaCl lebih besar daripada NH4Cl.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil setelah melakukan percobaan mengenai volum
molal parsial ini adalah :
- praktikan dianjurkan agar teliti dalam menimbang bahan dan alat yang ada agar hasil
yang diperoleh akan baik dan sesuai yang diharapkan.
- Praktikan harus lebih memahami prosedur kerja, teliti dan cekatan dalam melakukan
percobaan ini agar didapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. W. 1993. Kimia Fisik. Jakarta: Erlangga.


Atkins, P.W . 2006. Kimia Fisik Jilid 1 Edisi keempat. Jakarta: Erlangga.
Basuki, Atastrina Sri. 2003. Buku Panduan Praktikum Kimia Fisika. Depok : Laboratorium
Dasar Proses Kimia Departemen Teknik Gas dan Petrokimia Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
Castellan, Gilbert W. 1983. Physical Chemistry 3rdedition . Canada : Addison-Wesley
Publishing Company, Inc.
Dogra, S. K. 1990. Kimia Fisik dan soal – soal. Jakarta : Universitas Indonesia.
Sciencelab. 2015. Material Safety Data Sheet (MSDS) of Akuades. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927165. [19 Maret 2017].

Sciencelab. 2015. Material Safety Data Sheet (MSDS) of Amonium klorida. [Serial
Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9962635. [19 Maret 2017].

Sciencelab. 2015. Material Safety Data Sheet (MSDS) of Natrium Klorida. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=992762895. [19 Maret 2017].

Tim Penyusun Praktikum Kesetimbangan Kimia. 2017. Penuntun Praktikum


Kesetimbangan Kimia. Jember: Universitas Jember.
LAMPIRAN

1. Pengenceran dari NaCl 3,0 M

a. Konsentrasi M

M1 x V1 = M2 x V2

M x 50 mL = 3 M x V2

V2 =

b. Konsentrasi

M1 x V1 = M2 x V2

M x 50 mL = 3 M x V2

V2 =

c. Konsentrasi

M1 x V1 = M2 x V2

M x 50 mL = 3 M x V2

V2 =

d. Konsentrasi

M1 x V1 = M2 x V2
M x 50 mL = 3 M x V2

V2 =

 NaCl
1) Pikno kosong ( )

2) Pikno +air ( )

3) Pikno + Nacl (W)

 3/16 M =>

 3/8 =>
 ¾ =>

 3/2 =>

2. Berat jenis larutan

a. Konsentrasi

d= = = 0,9

b. Konsentrasi

d= = = 1,02

c. Konsentrasi

d= = = 1,03

d. Konsentrasi

d= = = 1,04

3. Molalitas larutan

a. Konsentrasi

m= = 0,2 molal

b. Konsentrasi

m= = 0,4 molal

c. Konsentrasi

m= = 0,8 molal

d. Konsentrasi

m= = 1,6 molal

4. Volume molal semu zat terlarut


a. Konsentrasi 3/16 M
Φ= = = 80,51 mL/mol

b. Konsentrasi 3/8 M

Φ= = = 131,62

mL/mol
c. Konsentrasi ¾ M

Φ= = = 102,55

mL/mol
d. Konsentrasi 3/2

Φ= = = 85,48 mL/mol

5. Grafik ϕ vs

Φ
0,44 80,51
0,61 131,62
0,87 102,55
1,25 85,48

grafik Φ Vs √m
140.00
120.00 y = -13.813x + 111.01
R² = 0.0451
100.00
80.00
Φ

60.00 grafik Φ Vs √m
40.00 Linear (grafik Φ Vs √m )
20.00
0.00
0 0.5 1 1.5
√m

6. Mencari nilai V1
y = -13,81 x + 111,0

V1= Φ + ( )( )

a. Konsentrasi 3/16 M

V1= Φ + ( )( )

V1 = 80,51+ ( ) (-13,81)

V1 =79,94
b. Konsentrasi 3/8 M
V1= Φ + ( )( )

V1 = 131,62+ ( ) (-13,81)

V1 =130,02
c. Konsentrasi ¾ M

V1= Φ + ( )( )

V1 = 102,55+ ( ) (-13,81)

V1 =97,95
d. Konsentrasi 3/2 M

V1= Φ + ( )( )

V1 = 85,48+ ( ) (-13,81)

V1 =71,88

5. Grafik V1vs m
V1 Vs m
140 y = -21.002x + 110.18
R² = 0.2484
120
100
80
V1

60 V1 Vs m
40 Linear (V1 Vs m)
20
0
0 0.5 1 1.5 2
m

V1 m
79,94 0,2
130,02 0,4
97,95 0,8
71,88 1,6

6. Mencari nilai V2= Φ + ( )( )

a. Konsentrasi 3/16

V2= Φ + ( )( )

V2 = 80,51+ ( ) (-13,81)

V2 =71,46
b. Konsentrasi 3/8

V2= Φ + ( )( )

V2 = 131,62+ ( ) (-13,81)

V2 =118,91
c. Konsentrasi 3/4

V2= Φ + ( )( )

V2 = 102,55+ ( ) (-13,81)

V2 =84,45

d. Konsentrasi 3/2
V2= Φ + ( )( )

V2 = 85,48+ ( ) (-13,81)

V2 =59,52

7. Grafik V2 vs m

V2 Vs m
140
y = -22.708x + 100.62
120 R² = 0.3002
100
80
V2

60 V2 Vs m
40 Linear (V2 Vs m)
20
0
0 0.5 1 1.5 2
m

v2 m
71,46 0,2
118,91 0,4
84,45 0,8
59,52 1,6

2. Pengenceran dari NH4Cl 1,0 M

a. Konsentrasi M

M1 x V1 = M2 x V2

M x 50 mL = 1 M x V2

V2 =

a. Konsentrasi

M1 x V1 = M2 x V2

M x 50 mL = 1 M x V2

V2 =
b. Konsentrasi

M1 x V1 = M2 x V2

M x 50 mL = 1 M x V2

V2 =

c. Konsentrasi

M1 x V1 = M2 x V2

M x 50 mL = 3 M x V2

V2 =

 NH4Cl
4) Pikno kosong (We)

5) Pikno +air (Wo)

 Pikno + NH4Cl (W)

 1/16 M =>

 1/8 =>

 1/4 =>

 1/2 =>

1. Berat Jenis larutan

a. Konsentrasi 1/16 M

b. Konsentrasi 1/8 M
c. Konsentrasi 1/4 M

d. Konsentrasi 1/2 M

2. Molalitas larutan
a. Konsentrasi 1/16 M

b. Konsentrasi 1/8 M

c. Konsentrasi 1/4 M

d. Konsentrasi 1/2 M
3. Volume molal semu zat terlarut
a. Konsentrasi 1/16 M

b. Konsentrasi 1/8 M

c. Konsentrasi 1/4

d. Konsentrasi ½ M

4. Grafik vs
√m Ф
0,25 38,74
0,36 57,09
0,51 56,07
0,72 67,06
grafik Φ Vs √m
80.00
y = 51.56x + 31.127
70.00 R² = 0.7862
60.00
50.00
40.00
Φ

grafik Φ Vs √m
30.00
Linear (grafik Φ Vs √m )
20.00
10.00
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8
√m

5. Mencari nilai V1

y = 51,56 x + 31,12

a. Konsentrasi 1/16 M

b. Konsentrasi 1/8 M

c. Konsentrasi 1/4 M

d. Konsentrasi ½ M
6. Grafik V1vs m
m V1
0,063 39,15
0,13 58,26
0,26 59,40
0,52 72,62

grafik V1 Vs m
90
y = 0.5692x + 7.0329
80
R² = 0.9808
70
60
50
V1

40 grafik V1 Vs m
30
Linear (grafik V1 Vs m)
20
10
0
0 50 100 150
m

7. Mencari nilai V2
y = 51,56 x + 31,12

a. Konsentrasi 1/16 M

V2 =

V2 = = 58,22

b. Konsentrasi 1/8 M

V2 =

V2 = = 84,67

c. Konsentrasi 1/4 M
V2 =

V2 = = 95,16

d. Konsentrasi 1/2 M

V2 =

V2 = = 122,61

8. Grafik V2vs m
m V2
0,063 58,22
0,13 84,67
0,26 95,16
0,52 122,61

V2 Vs m
140
y = 127.14x + 59.59
120
R² = 0.9133
100
Axis Title

80
60 V2 Vs m
40 Linear (V2 Vs m)
20
0
0 0.2 0.4 0.6
Axis Title

Grafik gabungan

grafik Φ Vs √m NaCl dan NH4Cl


150.00 y = -13.813x + 111.01
R² = 0.0451
100.00
grafik Φ Vs √m NaCl
Φ

50.00
grafik Φ Vs √m NH4Cl
0.00
Linear (grafik Φ Vs √m
0 0.5 1 1.5
y = 51.56x + 31.127 NaCl )
√m
R² = 0.7862
V1 Vs m (NaCl dan NH4Cl)
y = -21.002x + 110.18
150 R² = 0.2484
y = 70.306x + 41.45
100 R² = 0.8453
V1

V1 Vs m (NaCl)
50
V1 Vs m (NH4Cl)
0
0 0.5 1 1.5 2
Linear (V1 Vs m
m (NaCl))

V2 Vs m (NaCl dan NH4Cl)


150 y = -22.708x + 100.62
R² = 0.3002
100 y = 127.14x + 59.59
R² = 0.9133
V2

V2 Vs m (NaCl)
50
V2 Vs m (NH4Cl)
0
0 0.5 1 1.5 2
Linear (V2 Vs m
m (NaCl))

Anda mungkin juga menyukai